41
BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini terdapat uraian mengenai latar belakang masalah, perumusan
masalah, manfaat dan tujuan penelitian, tinjauan pustaka pengaturan laboratorium forensik di Indonesia, peranan laboratorium forensik dalam
pembuktian tindak pidana pembunuhan, pembuktian tindak pidana pembunuhan dalam putusan pengadilan dikaitkan dengan hasil pemeriksaan laboratorium
forensik, keaslian penulisan dan sistematika penulisan. BAB II PENGATURAN HUKUM MENGENAI LABORATORIUM FORENSIK
DALAM PEMBUKTIAN TINDAK PIDANA DI INDONESIA Dalam bab ini mempunyai pembahasan mengenai Peraturan Kapolri Nomor
21 Tahun 2010 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Satuan Organisasi Pada Tingkat Mabes Polri, Perkap Kapolri Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Tata Cara
dan Persyaratan Permintaan Pemeriksaan Teknis Kriminalistik TKP Dan
Laboratoris Kriminalistik Barang Bukti Kepada Laboratorium Forensik Polri dan
kaitan forensik dengan hukum pidana materil KUHP serta kaitan forensik dengan hukum pidana formil KUHAP.
BAB III PERANAN LABORATORIUM FORENSIK DALAM PEMBUKTIAN TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN
Dalam bab ini membahas tentang objek pemeriksaan laboratorium forensik dalam kasus pembunuhan, peranan pemeriksaan laboratorium forensik pada
tingkat penyidikan, peranan pemeriksaan laboratorium forensik pada tingkat pengadilan, dan contoh kasus pembunuhan dalam kaitannya dengan hasil
pemeriksaan laboratorium forensik.
42
BAB IV KEBIJAKAN HUKUM PADA TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN DIKAITKAN DENGAN HASIL PEMERIKSAAN LABORATORIUM
FORENSIK DALAM PROSES PEMBUKTIAN DI PENGADILAN Dalam bab ini membahas tentang sistem pembuktian perkara pidana
menurut hukum acara pidana di Indonesia serta analisis putusan tentang kebijakan hukum yang diberikan oleh majelis hakim pengadilan dengan adanya hasil
pemeriksaan laboratorium forensik dalam memberikan alat-alat bukti dalam putusannya pada pemeriksaan di pengadilan.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Merupakan bagian akhir yang berisikan beberapa kesimpulan dan saran dari
hasil penulisan.
43
BAB II PENGATURAN HUKUM MENGENAI LABORATORIUM FORENSIK
DALAM PEMBUKTIAN TINDAK PIDANA DI INDONESIA
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi iptek disamping berpengaruh pada tingkat kehidupan juga dapat menimbulkan dampak negatif
dengan munculnya kejahatan yang memanfaatkan kemajuan iptek tersebut. Untuk dapat mengatasi segala tindak kejahatan mulai dari yang tradisional hingga yang
memanfaatkan kemajuan iptek haruslah diterapkan Scientific Crime Investigation SCI. SCI adalah adalah PenyelidikanPenyidikan kejahatan secara ilmiah yang
didukung oleh berbagai disiplin ilmu baik ilmu murni maupun terapan hingga dikenal sebagai Ilmu Forensik.
Pusat Laboratorium Forensik Puslabfor sebagai unsur Pelaksana Teknis di bawah Bareskrim Polri, menerapkan ilmu forensik untuk mendukung tugas-tugas
Reserse Kriminal Polri dalam mengungkap tindak pidana kejahatan dengan melaksanakan Pemeriksaan Teknis Kriminalistik Tempat Kejadian Perkara TKP
dan atau Pemeriksaan Laboratoris Kriminalistik Barang Bukti BB secara ilmiah dan komprehensif. Dalam Undang-Undang No. 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisan
Negara Republik Indonesia laboratorium forensik diatur dalam Bab III tentang Tugas dan Wewenang Pasal 14 ayat 1 huruf h bahwa Polri bertugas untuk
menyelenggarakan identifikasi kepolisian, kedokteran kepolisian, laboratorium forensik, dan psikologi kepolisian untuk kepentingan tugas kepolisian. Untuk
selebihnya pengaturan laboratorium forensik diatur lebih mendalam pada Peraturan Kapolri Nomor 21 Tahun 2010 Tentang Organisasi dan Tata Kerja
44
Satuan Organisasi Pada Tingkat Mabes Polri, Peraturan Kapolri Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Tata Cara dan Persyaratan Permintaan Pemeriksaan Teknis
Kriminalistik Tempat Kejadian Perkara Dan Laboratoris Kriminalistik Barang Bukti Kepada Laboratorium Forensik Kepolisian Negara Republik Indonesia, dan
keterkaitannya dengan Undang-Undang No. 1 Tahun 1946 KUHP serta Undang- Undang No. 8 Tahun 1981 KUHAP
A. Peraturan Kapolri Nomor 21 Tahun 2010 Tentang Organisasi dan Tata
Kerja Satuan Organisasi Pada Tingkat Mabes Polri.
Berdasarkan Peraturan Kapolri Nomor 21 Tahun 2010 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Mabes Polri, Puslabfor berada dibawah struktur Bareskrim Polri
bersama Pusinafis dan Pusiknas. Laboratorium forensik diatur dalam Pasal 40 huruf i, Pusat Laboratorium Forensik Puslabfor, terdiri dari:
1. Set meliputi:
a. Subbagren;
b. Subbagsumda;
c. Subbagbinfung; dan
d. Urtu.
2. Bagian Manajemen Mutu Bagjemenmut, meliputi:
a. Subbagian Instalasi Subbaginstal;
b. Subbagian Pengembangan Metoda Subbagbangmet;
c. Subbagian Standar Mutu Subbagstanmut; dan
d. Urmin.
3. Urkeu;
4. Bidang Dokumen dan Uang Palsu Forensik Biddokupalfor, meliputi:
a. Subbidang Dokumen Palsu Subbiddokpal;
b. Subbidang Uang Palsu Subbidupal;
c. Subbidang Produksi Cetak Subbidprodcet; dan
d. Urmin.
5. Bidang Balistik Metalurgi Forensik Bidbalmetfor, meliputi:
a. Subbidang Senjata Api Subbidsenpi;