Perkembangan Aisyiyah dan Kegiatannya

dan sunnah melalui pesan-pesan yang bersifat pencerahan dan berkemajuan. Kekuatan program tabligh ini terletak pada banyaknya pengajian di tingkat jama‟ah atau komunitas sebagai media strategis penyampaikan pesan yang bersifat mencerahkan dan menyangkut kehidupan sehari-hari di lingkungan sekitar. 56 2. Bagian Pendidikan dan Pengajaran Sejalan dengan pengembangan pendidikan yang menjadi salah satu pilar utama gerakan Aisyiyah melalui Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah serta Majelis Pendidikan Tinggi Aisyiyah membangun visi pendidikan yang berakhlak mulia untuk umat dan bangsa. Dengan memajukan pendidikan formal, non formal dan informal serta mencerdaskan kehidupan bangsa hingga terwujud manusia muslim yang bertakwa, berakhlak mulia, cakap, percaya pada diri sendiri, cinta tanah air dan berguna bagi masyarakat serta diridahi Allah SWT, berbagai program dikembangkan untuk menangani masalah pendidikan dari usia par TK sampai Sekolah Menengah Umum dan Keguruan. Saat ini Aisyiyah telah dan tengah melakukan pengelolaan dan pembinaan sebanyak: 86 Kelompok bermain Pendidikan anak usia dini, 5865 Taman kanak- kanak, 380 Madrasah Diniyah, 668 TPATPQ, 2.920 IGABA, 399 IGA, 10 Sekolah Luar Biasa, 14 Sekolah Dasar, 5 SLTP, 10 Madrasah Tsanawiyah, 8 SMU, 2 SMKK, 2 Madrasah Aliyah, 5 Pesantren Putri, serta 28 pendidikan luar sekolah. Saat ini Aisyiyah juga dipercaya oleh Pemerintah untuk menyelenggarakan ratusan PAUD Pendidikan Anak Usia Dini di seluruh 56 http:aisyiyah.or.idmajelis-tabligh. diakses tanggal 11 Maret 2015 Indonesia. Sedangkan untuk pendidikan tinggi Aisyiyah memiliki 3 Perguruan Tinggi, 2 STIKES, 3 AKBID serta 2 AKPER di seluruh Indonesia. 57 3. Bagian Pertolongan Kesejahteraan Umat Sebagai organisasi perempuan yang bergerak dalam bidang keagamaan dan kemasyarakatan, Aisyiyah diharapkan mampu menunjukkan komitmen dan kiprahnya untuk memajukan kehidupan masyarakat khususnya dalam pengentasan kemiskinan dan ketenagakerjaan. Dengan visi “tertatanya kemampuan organisasi dan jaringan aktivitas pemberdayaan ekonomi keluarga untuk meningkat kan kesejahteraan masyarakat”, Aisyiyah melalui Majelis Ekonomi bergerak di bidang pemberdayaan ekonomi rakyat kecil dan menengah serta pengembangan-pengembangan ekonomi kerakyatan. Beberapa program pemberdayaan diantaranya: Mengembangkan Bina Usaha Ekonomi Keluarga Aisyiyah BUEKA dan Usaha Mikro Kecil Menengah UMKM. Saat ini Aisyiyah memiliki dan membina Badan Usaha Ekonomi sebanyak 1426 buah di Wilayah, Daerah dan Cabang yang berupa badan usaha koperasi, pertanian, industri rumah tangga, pedagang keciltoko. 58 4. Bagian Ekonomi Mengembangkan, meningkatkan dan memberdayakan ekonomi masyarakat, baik melalui pengembangan wirausaha maupun pelatihan ketrampilan dan jaringan usaha. Selain itu, melakukan pendampingan terhadap tenaga kerja 57 http:id.wikipedia.orgwikiAisyiyah. diakses pada tanggal 19 Februari 2015 58 http:id.wikipedia.orgwikiAisyiyah. diakses pada tanggal 19 Februari 2015 perempuan, baik di dalam maupun luar negeri, sehingga memiliki pemahaman dan mendapatkan haknya sebagai buruh, serta mendapat perlindungan hukum. 59 5. Bagian Pendidikan Medis Sebagai organisasi sosial, masalah kesehatan dan lingkungan hidup telah menempati posisi yang sangat serius dalam gerakan Aisyiyah. Dengan misi sebagai penggerak terwujudnya masyarakat dan lingkungan hidup yang sehat, Aisyiyah kemudian mengembangkan pusat kegiatan pelayanan dan peningkatan mutu kesehatan masyarakat serta pelestarian lingkungan hidup melalui pendidikan. Saat ini Aisyiyah telah mengelola dan mengembangkan setidaknya 10 RSKIA Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak, 29 Klinik Bersalin, 232 BKIAyandu, dan 35 Balai Pengobatan yang tersebar di seluruh Indonesia. Beberapa program yang dikembangkan antara lain: Peningkatan kualitas pelayana kesehatan yang terjangkau di seluruh Rumah Sakit, Rumah bersalin, Balai Pengobatan, Balai Kesehatan Ibu dan Anak yang dikelola oleh Aisyiyah serta menjadikan unit-unit kegiatan tersebut sebagai agent of development yang tidak hanya sebagi tempat mengobati orang sakit, tetapi mampu berperan secara optimal dalam mengobati lingkungan masyrakat. Aisyiyah melalui Majelis Kesehatan dan Lingkungan Hidup juga melakukan kampanye peningkatan keadaran masyarakat dan penanggulangan penyakit berbahaya dan menular, penanggulangan HIVAIDS dan NAPZA , bahaya merokok dan minuman keras, dengan menggunakan berbagi pendekatan dan bekerjasam dengan berbagi pihak, meningkatkan pendidikan dan 59 http:aisyiyah.or.idmajelis-ekonomi-dan-ketenagakerjaan. diakses tanggal 11 Maret 2015 perlindungan kesehatan reproduksi perempuan, Menyelenggarakan pilot project sistem pelayanan terpadu antara lembaga kesehatan, dakwah sosial dan terapi psikologi Islami. 60

5. Makna Lambang Organisasi Aisyiyah

Matahari bersinar warna putih diatas warna hijau. Dikelilingi dua kalimat syahadat. Nama Aisyiyah di tengah. Arti dan maksud: Warna Putih : Kesucian, kebenaran dan keadilan. Hijau : Kesuburan, kemakmuran dan kesejahteraan. Matahari : Memancarkan cahaya menyinari alam semesta. Dua kalimat syahadat : Perjuangan Aisyiyah berdasarkan Islam Tauhid. Aisyiyah : Diambil dari Aisyah nama seorang isteri Nabi Muhammad SAW. Penjelasan: Aisyiyah membawakan kedua kalimat syahadat agar dapat menyinari kegelapan jiwa umat bagaikan matahari yang memancarkan cahayanya, menembus ruang angkasa sampai ke bumi yang mendatangkan manfaat yang besar bagi kebutuhan hidup semua makhluk Tuhan. Selain spiritual Aisyiyah pun berjuang untuk kemakmuran dan kesejahteraan keluarga dan masyarakat. 60 http:id.wikipedia.orgwikiAisyiyah. diakses pada tanggal 19 Februari 2015 http:id.wikipedia.orgwikiAisyiyah Di dalam menjalankan usaha-usaha dan kegiatan-kegiatan menuju kepada maksud dan tujuan organisasi, Aisyiyah menjadi “Siti Aisyah sebagai cermin tauladan”. Menetapi kewajiban sebagai isteriwanita dalam rumah tangga dan dapat memenuhi panggilan masyarakat. Siti Aisyah berhasil mengangkat derajat kaum wanita hingga menapatkan tempat yang wajar, sejajar dengan kaum pria. 61

C. Pengalaman Nyai Ahmad Dahlan dalam Memimpin Aisyiyah

Pengalaman Nyai Ahmad Dahlan selama memimpin Aisyiyah maupun mendampingi Kyai Haji Ahmad Dahlan berdakwah banyak pengalaman pahit yang ditemuinya, baik ejekan dan cemooh maupun ancaman. Namun semuanya itu diterima dengan kesadaran sebagai konsekuenis logis untuk mencapai cita- citanya yang mulia. Meski demikian Nyai Ahmad Dahlan tetap giat melakukan dakwah di berbagai kota dan desa maupun memimpin Kongres dan Muktamar Aisyiyah yang diadakan di pulau Jawa maupun di pulau-pulau lainnya. Dari kegiatannya itu banyak diperoleh pengalaman yang bermanfaat untuk memajukan organisasi, meskipun pengalaman itu sering durasakan dengan pahit. Sejak semula Nyai Ahmad Dahlan memang telah turut serta merintis dan membangun Muhammadiyah dan Aisyiyah, beberapa kegiatan yang pernah dilakukan Nyai Ahmad Dahlan selama mendampingi Kyai Haji Ahmad Dahlan menjelang tahun wafatnya tercatat sebagai berikut: Tanggal 7 Januari 1922: Bersama Kyai Haji Ahmad Dahlan pergi membuka rapat di Banyuwangi 61 Eka Djaelani, Ms dan Abu Hanifah, Peranan Wanita Indonesia dalam Pembangunan, Jakarta, P.T. Norindo Pratama, 1975, hlm. 239 Tanggal 17 Juni 1922 : Bersama Kyai Haji Ahmad Dahlan pergi ke Nganjuk menghadiri rapat ulama. Tanggal 9 September 1922 :Bersama Kyai Haji Ahmad Dahlan pergi ke Pekalongan dan Pekajangan untuk Muhammadiyah di daerah tersebut. Tanggal 4 November 1922 : Bersama Kyai Haji Ahmad Dahlan memimpin rapat akbar di Purwokerto. Tanggal 14 November 1922 :Bersama Kyai Haji Ahmad Dahlan menanam benih Muhammadiyah di Tosari. Sewaktu pembentukan Aisyiyah yang merupakan bagian dari Muhammadiyah, pada tahun 1923 yang semula bernama Sopo Tresno yang didirikan tahun 1914, Nyai Ahmad Dahlan ditetapkan sebagai pemuka Aisyiyah merangkap sebagai mubalighahnya. Meskipun pada waktu itu Kyai Haji Ahmad Dahlan telah wafat, tetapi Nyai Ahmad Dahlan tidak menjadi kendor semangatnya bahkan bertambah giat; sehingga perkembangan Muhammadiyah dan Aisyiyah yang dipimpinnya berkembang dengan pesat. Kemudian pada tahun 1926 Nyai Ahmad Dahlan yang berusia 54 tahun hadir ditengah-tengah persidangan Kongres Aisyiyah yang ke-15 di Surabaya. Kongres yang melulu untuk kaum wanita itu diselenggarakan di gedung bioskop Kranggan waktu itu terluas di kota Surabaya. Dalam kongres itu tampil pula ibu dan gadis-gadis sebagai pembicara yang membawakan pidatonya dengan lancar dan menggunakan bahasa Indonesia maupun bahasa daerah Jawa, tetapi perhatian hadirin rupa-rupanya lebih tertuju kepada Pimpinan Sidang Besar yaitu Nyai Ahmad Dahlan. Walau sudah lanjut usianya tetapi kenyataannya pidato beliau penuh semangat dan menarik, sehingga orang yang hadir dalam kongres tersebut menjadi tercengang. Padahal apabila ditilik dari pendidikannya Nyai Ahmad Dahlan tidak pernah duduk di bangku sekolah formal, namun beliau dapat menggemparkan hadirin. Dari pidato Nyai Ahmad Dahlan dalam Kongres di Surabaya itu yang mengesankan pesertanya karena beliau sudah tua, dengan penuh keberanian memimpin persidangan besar yang dihadiri utusan dari berbagai daerah, dengan ungkapan yang menarik dan berwibawa. Kelancaran Nyai Ahmad Dahlan berpidato itu karena pengalamannya setiap saat beliau berdakwah baik bersama dengan Kyai Haji Ahmad Dahlan maupun sendiri. Pada tahun 1930 Nyai Ahmad Dahlan menghadiri kongres Aisyiyah di Bukittingi Minangkabau. Kunjungan ini yang pertama ke daerah luar pulau Jawa dalam usia lanjut, untuk memimpin dan mengobarkan semangat-semangat perjuangan benar-benar menunjukkan semangat baja dan cita-citanya luhur terhadap nusa dan bangsa. Walaupun usia semakin tua tetapi Nyai Ahmad Dahlan juga masih memimpin Muktamar Aisyiyah dan menghadiri Muktamar yang ke-23 di kota Yogyakarta. Muktamar ini diadakan dari tanggal 19-25 Juni 1934, antara lain memutuskan membentuk suatu badan untuk menyelidiki soal pengiriman pemuda-pemuda ke luar negeri guna menerusan pelajarannya. Tahun 1935 Nyai Ahmad Dahlan memimpin Muktamar Aisyiyah dan menghadiri kongres Muhammadiyah ke-24 di Banjarmasin. Kongres ini diadakan dari tanggal 15-22 Juni 1935, kunjungan ini merupakan kunjungan yang kedua bagi Nyai Ahmad Dahlan keluar pulau Jawa. Kehadiran Nyai Ahmad Dahlan ke