2.8 Bahan Baku Furniture
Kayu merupakan komponen terpenting dalam kehidupan ini, mulai dari pembangunan perumahan dan bangunan gedung dan sebagai nilai tambah yaitu
sebagi alat – alat rumah tangga furniture dan lainnya di Dunia. Beberapa Kayu didominasi jenis-jenis kayu tertentu seperti kapur, kamper,
jati, merbau dan ulin yang termasuk jenis-jenis kayu keras. Produk yang dihasilkan CV. TIGA PUTRA adalah berbagai macam produk
kayu berupa perabot rumah atau yang biasa disebut meubel atau furniture. Produk furniture yang dihasilkan antara lain:
1. Bedroom set 2. Dinning set
2.9 Proses Produksi
Secara umum, kebanyakan industri furniture membagi proses produksinya ke dalam tiga fungsi: manufaktur, finishing, dan shipping pengiriman.
Berikut ini adalah tahap-tahap atau departemen yang umumnya bekerja sama dalam membuat sebuah furniture:
1. Unit Pencucian Kayu UPK: Tujuan utama UPK adalah untuk memotong
bahan baku, dalam hal ini kayu, ke dalam ukuran kasar yang dibutuhkan untuk membuat komponen sebuah furniture. Jika dibutuhkan ukuran yang lebih
besar, maka beberapa kayu akan dilaminating atau dijoin untuk membuat material yang lebih besar.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
2. Panel: Tujuan utama Panel adalah untuk menyiapkan material dari panel
seperti plywood, MDF, dan particle board, mulai dari pemotongan, kalibrasi ketebalan panel, sampai proses laminating panel dengan veneer.
3. Unit Proses: Setelah bahan baku dipotong ke dalam ukuran kasar, bahan baku
tersebut dikirim ke unit Proses, yang bertanggung jawab untuk proses permesinan bahan baku tersebut sampai menjadi komponen dengan bentuk dan
ukuran final sebelum digosok. Unit Proses bekerja sama dengan unit Panel dalam membuat alur pada panel dan memotong komponen panel tertentu
sebelum dikerjakan kembali di unit Panel. 4.
Gosok Awal: Komponen yang telah mendapatkan bentuk dan ukuran finalnya kemudian dikirim ke unit Gosok Awal untuk digosok sampai halus. Unit
Gosok Awal bekerja sama dengan unit Proses, khususnya dalam proses menggosok komponen-komponen yang harus digosok sebelum mendapatkan
bentuk dan ukuran finalnya. 5.
Sub-Assembly Area: Dalam Sub-Assembly, komponen-komponen yang telah mengalami proses permesinan dan proses gosok dirakit sebelum dikerjakan
kembali di Unit Proses dan Gosok Awal. Contoh: pintu, laci, shelf, dan top panel.
6. Assembly Area: Fungsi utama Assembly Area adalah untuk mengumpulkan
komponen-komponen lepas dan komponen sub-assembly untuk dibangun menjadi sebuah furniture. Hasilnya adalah sebuah furniture dalam keadaan
natural atau belum difinishing.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
7. Gosok Putih: Proses ini merupakan tahap akhir dari proses manufaktur di mana
furniture digosok halus. Distressing fisik diaplikasikan pada tahap ini.
2.9.1 Mesin dan peralatan produksi
CV. TIGA PUTRA menggunakan bermacam-macam mesin untuk proses pengolahan bahan mentah kayu log menjadi bahan setengah jadi hingga produk
jadi finish. Berikut ini adalah beberapa contoh mesin yang digunakan di unit pengolahan kayu:
1. Gergaji mesin Di dalam perusahaan, pemotongan kayu Log yang masih berukuran panjang
dari hasil penebangan hutan menggunakan gergaji mesin. Kayu Log yang panjangnya antara 10 – 15 m, dipotong menjadi dua dan ukuranya sesuai
dengan pesanan. 2. Mesin Hoist Crane
Mesin ini digunakan untuk mengangkat kayu log yang akan dibelah menjadi dua bagian. Sistem kerja mesin ini seperti halnya pada system katrol, yaitu
dengan menggunakan tali yang diikatkan pada kedua ujung kayu, kemudian ditaruh di kereta yang terdapat pada mesin bandsaw.
3. Bandsaw besar Adalah mesin yang dipakai untuk membelah kayu menjadi dua bagian. Mesin
ini telah diprogram untuk mengangkut kayu log dan membelahnya menjadi dua bagian, sehingga manusia hanya sebagai operator mesin.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
4. Double Planer Double Planer yaitu mesin yang digunakan untuk menghilangkan permukaan
kasar atau tidak rata pada kayu sebelum dipotong pada proses awal. 5. Moulding
Molding yaitu mesin yang digunakan untuk membentuk profil kayu. Bentuk dan ukuran yang dihasilkan harus sesuai dengan ukuran yang diminta. Karena
proses ini memerlukan biaya yang sangat mahal, proses diperhatikan dengan benar agar tidak terjadi kekeliruan.
6. Cross Cut Cross cut adalah mesin pemotongan kayu yang ukuranya sesuai dengan
permintaan konsumen. Pemotongan ukuran dari mesin inilah yang nantinya akan digunakan hingga proses finishing. Pada proses ini ukuran kayu yang
dipotong diberi allowance untuk pembentukan profil kayu. 7. Single Rip
Adalah mesin pemotongan satu sisi kayu. Pada mesin ini, mata gergaji hanya terdapat pada satu sisi, sehingga kayu yang akan melintas pada mesin ini akan
terpotong satu sisi saja. 8. Multi Rip
Adalah mesin pemotongan dua atau lebih sisi kayu. Pada mesin ini, mata gergaji terdapat pada kedua sisi, sehingga kayu yang melintas pada mesin ini
akan terpotong kedua sisinya.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
9. Sander Profil Yaitu mesin yang digunakan untuk menghaluskan sander kayu. Sebelum
membentuk profil pada kayu, kayu harus dihaluskan terlebih dahulu. Karena akan memudahkan proses moulding yang akan membentuk profil kayu.
10. Sanding Orbital Sanding yaitu mesin yang digunakan untuk menghaluskan secara keseluruhan
pada leg line pada bagian kaki dan apron. 11. Laminating
Laminating adalah mesin untuk merekatkan bagian sisi lebar kayu supaya diperoleh lebar yang sesuai untuk ukuran komponen. Perekatan menggunakan
lem ditambah hardener cair untuk mempercepat proses perekatan.
2.9.2 Bahan baku untuk produksi furniture
Pemilihan pohon yang akan ditebang adalah berdasarkan umur dan ukurannya. Ukuran panjangnya minimal 10 m dan berdiameter minimal 50 cm.
Untuk sekali pengadaan bahan baku ini, perusahaan mengambil kayu dengan luas sekitar 8000 m
3
. Berbagai jenis kayu yang digunakan sebagai bahan baku oleh perusahaan ini antara lain: Mahoni, Sengon, Pinus, Karet, Mindi dan Akasia. yang
berasal dari hutan di Pulau Jawa, Kalimantan, atau Sulawesi.
2.9.3 Kecacatan Dalam Produksi Furniture
Cacat fisik yang dideskripsikan pada bagian berikut umumnya terjadi dalam salah satu tahap proses manufaktur yang telah disebutkan di atas. Cacat fisik yang
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
telah kita kenal adalah tidak segaris, cacat gosok, pecah dan retak, mata kayu lepas, jahitan veneer jelek, lubang paku dan staples, dan gupil.
Berikut ini adalah penjelasan singkat dari macam – macam kecacatan fisik dalam produksi furniture, yaitu :
1. Beret Amplas
Beret Amplas terjadi saat pekerja menggosok barang dengan tekanan yang terlalu besar atau dengan menggunakan ampelas yang terlalu kasar. Hal
ini akan menyebabkan timbulnya alur-alur pada permukaan, yang hanya akan kelihatan setelah stain pertama diaplikasikan pada permukaan itu.
Beret Amplas dapat berbentuk melingkar, berlawanan serat, ataupun searah serat kayu.
Gambar 2.4 Contoh Kecacatan Beret Amplas
2. Geripis Sobek
Geripis adalah suatu istilah untuk mendeskripsikan sebuah cacat yang terjadi saat dipotong, dibor, atau dibentuk dengan sebuah alat yang tumpul.
Alat yang tumpul akan menyobek serat kayu, bukannya memotong serat tersebut. Cacat ini juga dapat terjadi saat mata gergaji atau mata bor yang
salah digunakan pada proses tersebut.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Geripis juga dapat ditemukan di dalam laci saat lubang untuk memasang hardware handle, dll tidak dikunci dari dalam atau dapat juga ditemukan
saat lubang dibor dengan menggunakan mata bor yang salah. Di bawah ini kita akan melihat sejumlah contoh tear out geripis pada bagian-bagian yang
berbeda dari sebuah furniture. Cacat ini harus diketahui sebelum barang tersebut dikirim ke konsumen
Gambar 2.5 Contoh Kecacatan Geripis 3.
Pecah Retak
Adanya Pecah Retak pada sebuah furniture tidak dapat diterima. Furniture yang pecah atau retak tidak boleh dikirim ke konsumen. Barang
tersebut harus direpair atau diganti.
Gambar 2.6 Contoh Kecacatan Pecah Retak
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
4. Mata Kayu
Banyak gaya furniture yang membebaskan adanya mata kayu. Designer sengaja membiarkan adanya mata kayu dengan tujuan untuk membuat
furniture yang menampilkan kesan pedesaan. Mata kayu mengindikasikan tempat adanya cabang pada pohon yang dipotong untuk mendapatkan kayu
tersebut. Sebuah mata kayu tampak sebagai sebuah pusaran pada serat kayu dengan pusat yang berwarna gelap.
Sebuah pusaran mempunyai teksture dan kepadatan yang berbeda dibandingkan kayu di sekitarnya, dan dengan demikian ia dapat lepas dari
kayu tersebut. Mata kayu yang lepas seringkali dapat dilem kembali ke tempatnya, tetapi jika tidak, maka akan dianggap cacat. Jenis cacat lainnya
terjadi saat mata kayu tidak diberi sealer dengan benar sehingga getahnya merembes naik sampai ke permukaan finishing dan mengubah warna
finishing.
Gambar 2.7 Contoh Kecacatan Mata kayu 5.
Jahitan Veneer
Veneer adalah selembar kayu yang tebalnya biasanya antara 0.5mm sampai 1mm. Lembaran veneer disatukan dengan cara dijahit.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Sebagai contoh: sebuah dresser dengan top panel dari veneer terdiri atas beberapa veneer yang telah dijahit dan dilaminating pada permukaan sebuah
core panel. Veneer yang akan dijahit harus sama tebal. Serat dan warna veneer harus dipadukan sesuai mozaik dalam gambar kerja. Jahitan harus
digosok sampai tidak kelihatan pola jahitannya.
Gambar 2.8 Contoh kecacatan Jahitan Veneer
2.10 Abstrak Six Sigma
PT. Herdex Sejahtera bergerak dalam industri furniture dengan merk label Herman Dexter, untuk menyediakan dan memenuhi kebutuhan furniture rumah
tinggal dan perkantoran dengan perlengkapannya. Salah satu produksi yang dihasilkan perusahan ini yaitu melamine table top with metalalumunium table
legs yang masih menghasilkan produk cacat yang relatif banyak pada proses produksinya. Sistem pengendalian kualitas pada PT. Herdex Sejahtera yang
dilakukan dalam proses produksinya, perusahaan telah menetapkan standar kualitas terutama pada ukuran bahan baku, hasil pemotongan pada proses cutting
dan hasil laminating pada proses laminated.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Sistem pengendalian kualitas perusahaan dilakukan dengan melaksanakan pemeriksaan pada tahap penerimaan bahan baku, tahap proses produksi dan tahap
pemeriksaan barang jadi. Cacat produk yang dihasilkan oleh PT. Herdex Sejahtera terdiri dari pecah pada proses cutting, lepasnya bahan laminasi, kesalahan ukuran
dan proses pengeboransambungan kaki meja. Cacat produk yang sering terjadi yaitu pecahnya bahan baku pada proses cutting. Faktor-faktor yang menyebabkan
cacat produk yang dihasilkan oleh PT. Herdex Sejahtera yaitu faktor bahan baku, manusia, mesin, dan metode, di mana faktor mesin yang menjadi penyebab utama
terjadinya cacat produk yang disebabkan karena kurangnya pelumasan dan tumpulnya mata pisau.
Hasil penerapan konsep DMAIC define, measure, analyze, improve, control, diketahui bahwa PT. Herdex Sejahtera sebelum penerapan metode six
sigma berada pada tingkat 4,02 sigma. Pengendalian kualitas menggunakan metode six sigma pada PT. Herdex Sejahtera berdasarkan hasil pengujian
hipotesis menggunakan independent sample test, diperoleh bahwa rata-rata cacat produk DPMO setelah diterapkan metode six sigma secara signifikan
mengurangi rata-rata jumlah produk cacatnya. Hal ini menunjukkan pula bahwa penerapan metode six sigma telah
merubah tingkat six sigma perusahaan menjadi sebesar 4,44 sigma.
Kata Kunci : Six Sigma, DMAIC, Defect, CTQ.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
54
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Metode penelitian dalam bab ini menjelaskan langkah-langkah metode yang digunakan untuk pengambilan dan pengolahan data pada CV. TIGA PUTRA
Malang dalam rangka pengukuran kualitas Lemari dengan penerapan konsep dasar DMAIC pada Six Sigma.
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di CV. TIGA PUTRA Malang yang berlokasi di JL.Cakalang I235 B Blimbing-Malang. Waktu penelitian dilaksanakan pada
bulan Maret 2010 sampai Agustus 2010.
3.2. Identifikasi Variabel
Variabel Penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya. Variabel Penelitian dibagi menjadi dua yaitu variabel bebas dan variabel
terikat.
3.2.1 Variabel Terikat
Yaitu variabel yang nilainya tergantung dari variasi perubahan variabel bebas, yaitu: kualitas produk lemari berupa nilai sigma.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.