Fungsi Privasi Privacy Concern

dan melindungi situasi yang memungkinkan seorang individu untuk merenungkan perasaan dan identitasnya tanpa ancaman atau gangguan dari pihak lain. Selain itu, privasi juga memberi kesempatan untuk meninjau kembali dan mempertimbangkan konsekuensi dan alternatif solusi atas sebuah tindakan yang sudah dan akan diambil sesuai dengan aturan dan norma sosial yang berlaku. Westin, 1967 dalam Peter dan V alkenburg, 2011; Margulis, 2011 iv. Pembatasan dan perlindungan terhadap komunikasi limited and protected communication Pembatasan dan perlindungan terhadap komunikasi adalah kemampuan untuk mengatur batas-batas komunikasi dan membatasi akses informasi pribadi. Pengaturan batas-batas komunikasi tersebut dimaksudkan untuk menjamin jarak psikologis yang diperlukan dalam relasi interpersonal yang intim romantis atau formal. Pembatasan akses informasi pribadi diperlukan untuk meyakinkan setiap individu bahwa informasi pribadi yang diungkapkan hanya dapat diakses oleh pihak yang dapat percaya. Westin, 1967 dalam Peter dan V alkenburg, 2011; Margulis, 2011 4. Faktor yang Berpengaruh Berikut di bawah ini adalah faktor yang mempengaruhi kepedulian terhadap privasi pada pengguna Facebook: a. Karakteristik Pengguna Para peneliti sebelumnya telah mempelajari bagaimana berbagai karakteristik individu memengaruhi perhatian akan privasi. Misalnya, pengguna laki-laki cenderung lebih melindungi informasi pribadi daripada perempuan pada tiap aktivitas online Milne, Rohm, dan Bahl, 2004; Rohm dan Milne, 2004. Selain itu, durasi penggunaan internet yang lebih lama cenderung menyebabkan penurunan perhatian akan privasi Miyazaki dan Fernandez, 2001. Pengguna yang mengalami gangguan akan privasi di masa lalu juga cenderung lebih menaruh perhatian akan privasi dan lebih hati-hati dalam mengungkapkan informasi pribadi untuk melindungi dari kemungkinan gangguan dan penyalahgunaan Dolnicar dan Jordaan, 2006. Pada kategori pengguna remaja, keterbatasan kemampuan meregulasi diri meningkatkan kerentanan orang muda terhadap risiko yang muncul dalam interaksi dan komunikasi melalui media sosial; salah satunya berkaitan dengan masalah privasi OKeefe dan Clarke-Pearson, 2011. b. Sensitivitas Faktor lain berkaitan dengan perbedaan tanggapan tiap-tiap pengguna pada situasi yang sama dengan kondisi yang berbeda. Faktor ini lebih mencerminkan suasana hati saat ini dan kebutuhan serta pengalaman masa lalu dalam situasi tertentu. Castaneda dan Montoro 2007 menggunakan istilah sensitivitas informasi untuk menggambarkan perbedaan perhatian akan privasi pada tiap-tiap pengguna untuk jenis informasi tertentu dalam situasi tertentu. c. Popularitas Popularitas merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kekhawatiran akan privasi. Govani dan Pashley 2005 mengungkapkan bahwa sebagian besar pengguna Facebook cenderung menyadari peluang untuk mengubah pengaturan privasi sekalipun hanya sebagian kecil yang melakukannya. Informasi pribadi yang dimunculkan dalam profil berkorelasi dengan jumlah teman yang dimiliki seseorang di Facebook. Semakin banyak informasi pribadi yang diungkapkan di laman Facebook berdampak pada semakin banyak kesempatan teman lain memberi tanggapan pada informasi tersebut Ellison, Steinfeld, dan Lampe, 2007. Sledgianowski dan Kulviwat 2009 juga mengungkapkan bahwa niat untuk menggunakan media sosial bertambah seiring jumlah daftar teman yang dimilikinya. Hal ini memberikan penjelasan lebih lanjut bahwa popularitas memiliki peran penting dalam menjelaskan perbedaan antara pentingnya perhatian akan privasi dan kurangnya perilaku melindungi privasi akun Facebook. d. Kecocokan Compatibility Tiap-tiap media sosial memiliki beragam cara dan alat untuk menarik lebih banyak pengguna. Media sosial memiliki beragam fitur yang berbeda sesuai fungsi masing-masing Lin dan Lu, 2011 sehingga tiap pengguna dapat berinteraksi satu sama lain secara aktif menggunakan fitur-fitur yang disediakan. Fitur-fitur tersebut diharapkan mampu memenuhi harapan dan kebutuhan penggunanya sehingga pengguna media sosial mendapatkan kecocokan dari fitur tersebut.

C. Privacy Concern pada Remaja Pengguna Facebook

Dalam era komunikasi digital berbasis internet, media sosial menjadi bagian yang penting dalam kehidupan masa remaja. Para remaja menjadikan media sosial sebagai sarana interaksi dan komunikasi terutama dengan teman sebaya. Media sosial juga telah menjadi sarana untuk menyambung beragam pengalaman kontekstual sehari-hari melalui beragam aktivitas termasuk dengan keluarga mereka. Hal ini menjadikan media sosial layak untuk dipertimbangkan sebagai konteks yang baru dalam perkembangan masa remaja selain konteks lain yang lebih familiar seperti keluarga, teman sebaya, dan sekolah. Di sisi lain, interaksi dan komunikasi remaja melalui media sosial senantiasa mengungkapkan informasi pribadi yang berkaitan erat dengan identitas asli Zhao, Grasmuck, Martin, 2008, bahkan hampir semua menggunakan nama asli mereka Tufekci, 2008; Acquisti dan Gross, 2005. Sebagian besar remaja pengguna Facebook mencantumkan status hubungan mereka Tufekci, 2008; Christofides, Muise, dan Desmarais, 2009, menginformasikan ulang tahun mereka Christofides, Muise, dan Desmarais, 2009; Acquisti dan Gross, 2005 dan bahkan tidak sedikit yang mengungkapkan nomor ponsel atau alamat surel mereka Tufekci, 2008; Acquisti dan Gross, 2005 serta mengunggah gambarfoto diri sendiri dalam profil Facebook mereka Acquisti dan Gross, 2005; termasuk catatan dan update status. Pengungkapan informasi pribadi tersebut berkaitan langsung dengan perhatian akan privasi atau yang sering disebut sebagai privacy concern PC. Semakin rendah perhatian akan privasi yang dimiliki oleh remaja akan memberi peluang terhadap pengungkapan informasi pribadi melalui Facebook. Sebaliknya, semakin tinggi perhatian akan privasi yang dimiliki akan menjadikan para remaja cenderung berhati-hati atau membatasi pengungkapan informasi pribadi melalui Facebook. Pada masa ini pula, remaja memiliki 3 tugas perkembangan yang terdiri dari otonomi, identitas, dan keintiman. Pada tugas pengembangan otonomi, remaja perlu berlatih individuasi. Individuasi dapat didefinisikan sebagai penyerahannya dependensi kekanak-kanakan pada orang tua dalam mendukung hubungan yang lebih matang Steinberg, 2008 dalam Peter dan V alkenburg, 2011 yang memungkinkan untuk lebih independen dalam perasaan, pikiran, dan tindakan. Proses pembelajaran individuasi menyiratkan kemampuan untuk bertahan dalam kesendirian. Perhatian akan privasi memungkinkan remaja dalam memilih untuk menyendiri dan untuk mengontrol potensi gangguan. Hal ini juga berkaitan erat dengan fungsi privasi sebagai wahana otonomi pribadi. Perhatian akan privasi semakin memungkinkan para remaja untuk terhindar dari segala manipulasi dan dominasi pihak lain dengan cara memberikan waktu, ruang, dan kesempatan pada setiap individu untuk mengelola setiap perasaan, gagasan, dan perilaku sebelum mengungkapkannya kepada pihak lain melalui akun Facebook. Pada tugas pengembangan identitas, remaja perlu belajar untuk menempatkan dan menampilkan diri self presentation kepada orang lain. Selain itu, mereka juga perlu belajar bagaimana menyesuaikan penampilan diri sesuai dengan tanggapan orang lain. Perhatian akan privasi memberikan kesempatan bagi remaja untuk menarik diri dari interaksi sosial guna mempertimbangkan penampilan diri dalam kesendirian. Pada saat yang sama, privasi memungkinkan orang-orang muda untuk tetap mengembangkan interaksi sosial sembari mendapatkan umpan balik atas penampilan diri melalui tanggapan dari rekan-rekan sebaya. Tugas perkembangan ini tentunya terkait dengan fungsi privasi sebagai sarana evaluasi diri. Perhatian akan privasi memberi kesempatan pada remaja pengguna Facebook untuk meninjau kembali dan mempertimbangkan konsekuensi dan alternatif solusi atas sebuah tindakan yang sudah dan akan diambil sesuai dengan aturan dan norma sosial yang berlaku terutama yang berkaitan dengan penampilan diri melalui akun Facebook. Dengan kata lain, perhatian akan privasi memungkinkan seorang remaja mempertimbangkan beragam hal tentang presentasi dirinya sebelum mempostingnya di laman Facebook miliknya. Pada tugas pengembangan keintiman, remaja belajar mengungkapkan informasi yang intim kepada orang lain melalui media sosial. Pengungkapan informasi yang intim mesyaratkan kepercayaan sehingga dapat memberikan kedekatan personal. Perhatian akan privasi memungkinkan remaja untuk menceritakan pada orang lain yang terpercaya. Hal ini juga menciptakan batas- batas yang diperlukan untuk mengurangi kemungkinan bahwa informasi yang