Privacy concern pada remaja pengguna Facebook

(1)

PRIVACY CONCERN PADA REMAJA PENGGUNA FACEBOOK

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Disusun oleh: Yohanes Wahyu Setia Jati

099114060

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA


(2)

i

PRIVACY CONCERN PADA REMAJA PENGGUNA FACEBOOK

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Disusun oleh: Yohanes Wahyu Setia Jati

099114060

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA


(3)

(4)

(5)

iv

HALAMAN MOTTO

Va dove ti porta il cuore! Pergilah ke mana hati membawamu!

-Susanna Tamaro-

Ilmu tidak akan habis dibagi -Prof. Johana E. Prawitasari

Jadilah pembelajar sejati sepanjang hayat - Prof. A. Supratiknya, Ph.D.-

Failure is the opportunity to begin again, more intelligently. -Henry Ford-


(6)

v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah

Yogyakarta, Penulis


(7)

vi

PRIVACY CONCERN PADA REMAJA PENGGUNA FACEBOOK

Yohanes Wahyu Setia Jati

ABSTRAK

Indonesia merupakan negara dengan jumlah pengguna Facebook mencapai 70 juta yang mayoritas penggunanya adalah remaja. Sementara itu, Facebook merupakan media untuk mengungkapkan dan mengekspresikan berbagai hal setiap hari. Hal ini menjadikan segala sesuatu yang diposting di Facebook, rentan untuk disalahgunakan. Salah satu upaya untuk mengungkap seberapa besar kepedulian remaja akan privasinya adalah dengan menelisik tentang Privacy Concern. Privacy Concern adalah perhatian atau kepedulian terhadap privasi terutama tentang bagaimana informasi pribadi dikelola oleh sebuah situs. Privacy Concern terdiri dari 5 aspek, yaitu: aspek koleksi, aspek penggunaan sekunder, aspek akses yang tidak layak, aspek penguasaan, dan aspek kesadaran. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan gambaran Privacy Concern pada Remaja pengguna Facebook (N=79). Subjek penelitian ini adalah remaja berusia 13-19 tahun dan aktif menggunakan Facebook. Instrumen penelitian disusun berdasarkan 5 aspek yang telah dipaparkan. Validitas instrumen diukur menggunakan Indeks Validitas Isi-Item dan Indeks Validitas Isi-Skala (0,856). Koefisien korelasi item total skala Privacy Concern berkisar antara -0,544 hingga 0,654. Item-item yang tidak lolos seleksi nilainya berkisar antara -0,544 hingga 0,254. Nilai koefisien Alpha Cronbach pada skala tersebut adalah 0,939 dengan hasil perhitungan Delta Ferguson sebesar 0,945041.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa subjek memiliki kecenderungan Priva cy Concern yang rendah (μh = 170 > μe = 164,38). Perhitungan masing-masing aspek menemukan bahwa aspek Collection (41,01) dan Improper Access (42,06) cenderung lebih tinggi daripada aspek Secondary Usage (29,73), Control (27,95), dan Awareness (23,62). Selain itu, Privacy Concern pada remaja laki-laki pengguna Facebook cenderung rendah (163,72) dibandingkan dengan remaja perempuan (164,93) pengguna Facebook (rerata teoritik: 170). Kata kunci: Privacy Concern, remaja, Facebook, kuantitatif deskriptif


(8)

vii

PRIVACY CONCERN TOWARDS TEENAGE FACEBOOK USER

Yohanes Wahyu Setia Jati

ABSTRACT

Indonesia is the country with the number of Facebook users reached 70 million, the majority of users are teenagers. Meanwhile, Facebook is a medium to post and express various things every day. It makes everything posted on Facebook, are prone to be abused. One way to reveal how much adolescents have attention to privacy is by researching on Privacy Concern. Privacy Concern is a care or concern for privacy, especially about how personal information is managed by a site. Privacy Concern consists of five aspects, namely: the collection aspect, the aspect of secondary use, improper access aspect, the aspect of control, and aspects of consciousness. This study aimed to describe the picture to the Teen Privacy Concern Facebook users (N = 79). The subjects of this study are adolescents aged 13-19 years and actively using Facebook. The research instrument is based on five aspects that have been presented. The validity of the instrument was measured using the Content Validity Index-Item and Content Validity Index-scale (0.856). Item total correlation coefficients Privacy Concern scale ranging from -0.544 to 0.654. Items that do not qualify for selection in value ranged from -0.544 to 0.254. Cronbach's alpha coefficient values on the scale are 0,939 with the calculated Delta Ferguson amounted to 0.945041. The results of this study indicate that the subject has a low tendency to Privacy Concern (μh = 170> μe = 164.38). Calculation of each aspect found that aspect Collection (41.01) and improper Access (42.06) tends to be higher than the aspect of Secondary Usage (29.73), Control (27.95), and Awareness (23.62). Additionally, Privacy Concern in adolescent male Facebook users tend to be low (163.72) compared to girls (164.93) Facebook users (mean theoretical: 170).


(9)

viii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Yohanes Wahyu Setia Jati

NIM : 099114060

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

PRIVACY CONCERN PADA REMAJA PENGGUNA FACEBOOK

Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk

menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya

maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan kesadaran dan keadaan yang sebenarnya Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal 9 Maret 2017 Yang menyatakan,


(10)

ix

KATA PENGANTAR

Ucapan syukur saya panjatkan kepada Tuhan, atas segala kesempatan, berkat, dan anugrahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penelitian dengan judul ‘Privacy Concern pada remaja pengguna Facebook’ ini diajukan kepada Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma untuk memenuhi sebagian dari syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi.

Proses penyusunan skripsi tidak akan selesai tanpa adanya bantuan, dukungan, dan bimbingan dari berbagai pihak oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :

1. Bapak, Ibu, dan Adik yang senantiasa mengingatkan dan mendukung dengan berbagai cara.

2. Keluarga di Bejen (Sleman), keluarga di Sagan (Sleman), keluarga di Daratan (Sleman), keluarga di Pudak Payung (Ungaran), dan keluarga di Bandung (Kutoarjo) yang senantiasa memberi ruang untuk singgah dan berbagi resah. Kehangatan dan penerimaan yang tulus mengajarkan saya arti sebuah persahabatan.

3. Bapak Drs. Tarsisius Sarkim, M.Ed., Ph.D. selaku Wakil Rektor I atas izin perpanjangan masa studi yang telah diberikan.

4. Bapak Dr. Tarsisius Priyo Widiyanto M.Si. selaku Dekan Fakultas Psikologi atas izin yang telah diberikan kepada penulis dalam melakukan penelitian ini.

5. Bapak P. Eddy Suhartanto, M.Si. selaku ketua program studi yang tak pernah lelah mengingatkan untuk segera menyelesaikan studi.


(11)

x

6. Bapak C. Siswa Widiyatmoko M.Psi selaku dosen pembimbing akademik atas kesabaran dan perhatian serta dukungan untuk menyelesaikan studi ini.

7. Bapak Prof. Augustinus Supratiknya, Ph.D. selaku dosen pembimbing skripsi. Terima kasih atas pendampingan selama ini sehingga saya akhirnya dapat menyelesaikan penelitian ini.

8. Ibu Dr. Tjipto Susana, Ibu Maria Laksmi Anantasari, M.Si., dan Bapak Minta Istono, M.Si. atas kesediaannya sebagai anggota Panel Ahli. 9. Mas Gandung dan Bu Nani serta mbak-mbak asisten Sekretariat.

Terima kasih atas segala bantuan dan dukungan administratif sejak semester satu hingga saat ini.

10. Seluruh dosen dan karyawan di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma yang telah berkenan untuk berbagi banyak hal selama masa perkuliahan.

11. Mas Albertus Harimurti yang telah meluangkan banyak waktu dan kesempatan untuk bertukar gagasan dan membantu mencari jawaban atas kebingungan-kebingungan selama proses menyelesaikan penelitian.

12. Vita Dharmaadi ‘Gandring’ yang selalu menyentil untuk segera menyelesaikan skripsi. Terima kasih karena telah berbagi banyak hal sejak semester pertama. Juga Haryono Teguh, Josep Andang, Bonaventura Dinar, teman sedari awal yang senantiasa berbagi semangat dan kebersamaan.


(12)

xi

13. Pak Jaya dan Pak Broti untuk pencerahan seputar penelitian dan perhitungan statistiknya, serta teman-teman di kontrakan TN (Mas Indra, Mas Abu, Mas Windra, Mas Bambang, Mas Komenk, Mas Iwil, Mas Topik, Mas Simin, Mas Barjo, Mas Kowok, Mas Wawan). Juga untuk Mas-mas dan mbak-mbak lain yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu. Terima kasih untuk tiap perjumpaan, obrolan, dan guyonan yang semakin mewarnai perjalanan studi di Psikologi.

14. Teman-teman bimbingan skripsi ‘Anak-anak Profesor’ yang senantiasa memberi semangat dan menjadi teman diskusi skripsi yang hebat. Terima kasih untuk kebersamaan selama tujuh semester lebih.


(13)

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... vii

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I: PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Pertanyaan Penelitian ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA ... 9

A. Remaja Pengguna Facebook ... 9

1. Pengertian dan Dinamika Perkembangan Remaja ... 9

2. Facebook dan Dinamika Remaja Penggunanya ... 11


(14)

B. Privacy Concern ... 16

1. Pengertian Priva cy Concern ... 16

2. Aspek Privacy Concern ... 17

3. Fungsi Privasi ... 19

4. Faktor yang Berpengaruh ... 21

C. Privacy Concern pada Remaja Pengguna Facebook ... 24

BAB III: METODE PENELITIAN ... 29

A. Jenis Penelitian ... 29

B. Variabel Penelitian ... 29

C. Definisi Operasional ... 29

D. Populasi dan Sampel ... 31

E. Teknik Pengumpulan Data ... 33

F. Pertanggungjawaban Mutu Alat Ukur ... 35

1. Validitas Skala Privacy Concern ... 35

2. Seleksi Item Skala Privacy Concern ... 37

3. Bentuk Final Skala Privacy Concern ... 40

4. Reliabilitas Skala Privacy Concern ... 40

G. Teknik Analisis Data ... 42

BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 43

A. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian ... 43

B. Deskripsi Subjek Penelitian. ... 43

C. Uji Normalitas ... 47


(15)

E. Pembahasan ... 53

BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN ... 60

A. Kesimpulan ... 60

B. Keterbatasan Penelitian ... 61

C. Saran ... 61

DAFTAR ACUAN ... 63


(16)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Blue print Skala Privacy Concern sebelum Uji Coba ... 34

Tabel 3.2 Rentang Jawaban dan Pembagian Skor dalam Skala ... 35

Tabel 3.3 Hasil Uji Korelasi Item Total Skala ... 37

Tabel 3.4 Hasil IVI-I dan Uji Korelasi Item Total ... 39

Tabel 3.5 Blue Print Skala Privacy Concern setelah Uji Coba ... 40

Tabel 4.1 Sebaran Usia Subjek Penelitian ... 43

Tabel 4.2 Sebaran Jenis Kelamin Subjek Penelitian ... 43

Tabel 4.3 Sebaran Waktu Kepemilikan Akun ... 44

Tabel 4.4 Sebaran Intensitas Mengakses Facebook ... 44

Tabel 4.5 Sebaran Lama Waktu Mengakses Facebook ... 45

Tabel 4.6 Sebaran Jumlah Daftar Teman Facebook ... 45

Tabel 4.7 Sebaran Aktivitas Selama Mengakses Facebook ... 46

Tabel 4.8 Uji Normalitas Data ... 47

Tabel 4.9 Penghitungan Mean Teoritik dan Mean Empirik Skala ... 48

Tabel 4.10 Penghitungan Mean Teoritik dan Mean Empirik Tiap Aspek . 48 Tabel 4.11 Hasil Uji T Sampel Tunggal ... 50


(17)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Skala Priva cy Concern sebelum Uji Coba ... 71

Lampiran Hasil Reliabilitas dan Daya Diskriminasi ... 82

Lampiran Skala Priva cy Concern untuk Penelitian ... 85


(18)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kehadiran internet telah meretas ruang global dan menjadikannya terbuka tanpa batas sehingga setiap titik wilayah dan penghuninya demikian mudah saling terhubung (McKenna dan Burgh,1998). Menjadi lumrah manakala kehidupan sehari-hari senantiasa memerlukan akses internet dan komunikasi melalui gadget (Haythornthwaite, 2001). Di Indonesia, akses internet telah merambah 88,1 juta orang (34,9%) dengan menggunakan gadget (85%) dan tujuan utama (87.4%) untuk berjejaring sosial (APJII, 2015). Menarik untuk mencermati fakta bahwa Indonesia merupakan salah satu dari lima pasar sosial-media di dunia karena 65 juta masyarakatnya aktif menjelajahi Facebook (Global Indonesian Voice, 2014). Hingga akhir tahun 2014, 97% pengguna internet di Indonesia memiliki akun Facebook dan 62% di antaranya merupakan pengguna aktif (GlobalWebIndex, 2014).

Pengguna aktif Facebook hingga saat ini masih didominasi oleh pelajar dan mahasiswa (Christofides, Muise dan Desmarais 2009; Tufekci 2008). Di Indonesia, mayoritas pengguna internet berumur 18-25 tahun dengan prosentase sebesar 49% atau hampir setengah dari total jumlah pengguna internet di Indonesia (APJII, 2015). Mudah diduga bahwa remaja sebagai mayoritas pengguna media sosial seperti Facebook sedang mengalami perubahan dan perkembangan fundamental atas fungsi fisik, sosial, emosi, dan kognitif (Santrock, 2010). Di satu


(19)

sisi, Facebook menawarkan interaksi sosial yang tak berujung pada pengungkapan informasi pribadi (self-disclose), menjalin hubungan, dan membangun jaringan. Di sisi lain, orang muda (usia 13-16 tahun) umumnya memiliki pemahaman yang beragam tentang informasi pribadi dan siapa yang boleh mengetahui informasi privat tersebut (Livingstone, 2008). Selain itu, mereka juga kesulitan untuk mengelola privasi di halaman jejaring sosial seperti Facebook (Livingstone, 2008; Taraszow, dan kolega, 2010; Tufekci, 2008). Hal ini menjadikan informasi pribadi yang diposting melalui Facebook rentan untuk disalahgunakan.

Penyalahgunaan informasi sangat mungkin terjadi karena segala sesuatu yang diunggah ke laman Facebook oleh pemilik akun dapat dilihat dan diawasi oleh pihak lain yang anonim. Alih-alih iseng mengungkapkan gagasan atau perasaan melalui status Facebook, beberapa malah mendapatkan cibiran bahkan berurusan dengan hukum (Prasetya, 2015). Sejumlah remaja telah menjadi korban karena berinteraksi secara aktif dalam jejaring sosial Facebook. Beberapa di antaranya menjadi korban penghinaan, penipuan, penculikan, hingga pelecehan seksual (Affan, 2010). Para pelaku kejahatan memanfaatkan kepolosan para remaja dengan beragam bujuk rayu dan iming-iming sebelum akhirnya melakukan kejahatan dan kekerasan seksual (Indarini, 2014).

Patut diduga bahwa para pengguna Facebook masih menganggap dunia online sebagai aktivitas di wahana pribadi. Padahal, akun media sosial berbasis internet seperti Facebook sebenarnya adalah sebuah ruang publik yang masif (Grimmelmann 2009; Peluchette dan Karl 2010). Hal ini membuat para pengguna Facebook tidak mengetahui bahwa kebanyakan informasi yang diungkapkan secara


(20)

online terkait dengan identitas diri yang privat. Bahkan, secara naif sebagian besar remaja tidak peduli pada risiko pengungkapan identitas yang dilakukan melalui Facebook (Christofides, Muise dan Desmarais, 2009). Hal ini menjadikannya masuk ke dalam kategori usia dengan risiko pencurian identitas paling tinggi (Winterdyk dan Thompson 2008; Nosko, Wood, dan Molema, 2010) yang justru dilakukan oleh orang yang mengenal pemilik akun (Debatin dan rekan, 2009) sehingga menimbulkan konflik dengan orang tua (Youn, 2005) dan berdampak negatif terhadap relasi romantis (Muise dan rekan, 2009). Paparan di atas menunjukkan bahwa kerentanan dan penyalahgunaan terjadi karena kurangnya perhatian akan privasi atau yang sering disebut sebagai privacy concern (PC).

Privacy concern (PC) pada dasarnya adalah perhatian atau kepedulian dari dalam diri pengguna pada segala hal yang bersifat subjektif personal (O'Neil, 2001; Poortinga, Steg, dan Vlek, 2004, dalam Steg, Berg, dan de Groot, 2013). Dalam konteks penggunaan media sosial seperti Facebook, PC adalah sejauh mana penggunanya memperhatikan kinerja situs jejaring sosial/media sosial dalam pengumpulan dan penggunaan informasi personal miliknya. PC mencerminkan persepsi individu atau keprihatinannya tentang bagaimana informasi pribadi dikelola oleh sebuah situs atau keinginan untuk menjaga informasi pribadi dari tangan orang lain (Rifon dan kolega, 2007; Hong dan Thong, 2013).

Privasi memiliki beberapa aspek (Hong dan Thong, 2013) yang terdiri dari aspek koleksi (collection), aspek penggunaan sekunder (seconda ry usage), aspek akses yang tidak layak (improper access), aspek pengendalian atau penguasaan (control), dan aspek kesadaran (a wa reness). Aspek koleksi berkaitan dengan sejauh


(21)

mana seseorang peduli atau khawatir pada jumlah informasi pribadi yang dikumpulkan atau dikelola oleh sebuah situs; termasuk pula sejumlah data pribadi yang dihimpun dan disimpan di pangkalan data (database) sebuah situs (Smith, Milberg, dan Burke, 1996; Maholtra, Kim, dan Agarwal, 2004; Hong dan Thong, 2013).

Aspek penggunaan sekunder berhubungan dengan sejauh mana seseorang peduli atau khawatir pada informasi pribadi yang dikumpulkan atau dikelola untuk satu tujuan tertentu tetapi pada kenyataannya digunakan untuk tujuan lain tanpa sepengetahuan dan otorisasi dari individu pemilik informasi tersebut (Smith, Milberg, dan Burke, 1996; Hong dan Thong, 2013).

Aspek akses yang tidak layak berhubungan dengan sejauh mana seseorang peduli atau khawatir tentang informasi pribadi yang diungkapkan pada sebuah situs dapat diakses oleh pihak lain tanpa otorisasi dan tanpa sepengetahuan pemilik informasi (Smith, Milberg, dan Burke, 1996; Hong dan Thong, 2013).

Aspek penguasaan atau pengendalian berkaitan dengan sejauh mana seseorang peduli atau khawatir ketika dirinya tidak memiliki kendali atau kuasa yang memadai terhadap informasi pribadi yang telah diungkapkan pada sebuah situs (Smith, Milberg, dan Burke, 1996; Maholtra, Kim, dan Agarwal, 2004; Hong dan Thong, 2013).

Aspek kesadaran berhubungan dengan sejauh mana seseorang peduli atau khawatir tentang kesadaran terhadap praktek privasi pada sebuah situs tertentu. Aspek ini berkaitan dengan pemahaman dan keterampilan seseorang ketika berdinamika dengan sebuah situs; terutama pemanfaatan fitur-fitur yang berkaitan


(22)

dengan pengelolaan privasi (Maholtra, Kim, dan Agarwal, 2004; Hong dan Thong, 2013).

Meningkatnya antusiasme dan animo penggunaan media sosial telah membawa diskursus tentang masalah privasi. Semenjak berbagai situs jejaring sosial bermunculan, wacana tentang privasi pun mulai mengemuka (Dwyer, 2007). Penelitian terdahulu kebanyakan cenderung lebih berfokus pada dampak privasi (Fogel dan Nehmad, 2008; Dwyer dan rekan, 2007). Beberapa lebih meneliti tentang persepsi tentang pengelolaan informasi dan privasi (Introna dan Pouloudi, 1999; Govani dan Pashley, 2005; Christofides dan rekan, 2009). Penelitian lain berupaya menelisik korelasi antara profil akun dengan jumlah teman yang dimiliki di Facebook (Ellison, Steinfeld, dan Lampe (2007); makin banyak informasi yang diungkapkan makin banyak orang yang akan menanggapi. Selain itu, penggunaan Facebook ternyata bukan hanya sebagai alat komunikasi, melainkan juga sebagai media konstruksi identitas (Zhao, Grasmuck, dan Martin, 2008; Christofides dan rekan, 2009).

Kendati diskursus tentang privasi telah berkembang, penelitian tentang privasi penggunaan Facebook masih sangat jarang ditemukan di Indonesia. Salah satu yang dapat diakses adalah penelitian tentang pengelolaan privasi pada pengguna Facebook yang merupakan korban cyberstalking (Putri, Nirwana, dan Sobari; 2012). Laporan penelitian tersebut mengungkapkan bahwa sebagian besar korban cyberstalking tidak menerapkan pengelolaan privasi dalam berkomunikasi dan berinteraksi menggunakan Facebook. Dalam penelitian tersebut juga disampaikan perlunya media literasi untuk meningkatkan pemahaman pengguna


(23)

Facebook. Lebih jauh lagi, peneliti menekankan tentang kontrol privasi yang jika semakin dipahami akan dapat mengurangi kemungkinan pencurian identitas.

Penelitian terdahulu –baik di berbagai penjuru dunia maupun di Indonesia– masih belum membahas secara lebih dalam tentang pemahaman akan keamanan identitas pribadi dan perubahan perilaku pada penggunaan Facebook (Lewis, Kaufman dan Christakis 2008; Timm dan Duven 2008). Sejumlah penelitian lebih fokus pada kaitan privasi dengan aktivitas pemasaran dan pembelian secara online (Markel, 2005; Sheehan dan Hoy, 2000; Turow dan Hennessy, 2007; Sularto, 2004, Rianto, Lumanto, dan Meiningsih, 2013). Selain itu, beberapa penelitian cenderung menelisik 1 aspek privasi (informational privacy) dan belum secara khusus mendalami aspek psikologis khususnya berkaitan dengan keamanan identitas pribadi. Penelitian terbaru telah menghasilkan beberapa model pengukuran Priva cy Concern (Malhotra, Kim, dan Agarwal, 2004; Hong dan Thong, 2012). Hanya saja, model-model ini tidak memasukkan gagasan-gagasan seperti afek, situasi perasaan, dan emosi; melainkan bergantung pada pendekatan kognitif-konsekuensialis (Nyshadham dan Minton, 2013). Model tersebut belum secara khusus menelisik kepedulian privasi penggunaan Facebook; sekalipun telah berfokus pada kemampuan mengambil keputusan terhadap kepedulian privasi dalam menggunakan internet dan media sosial.

Guna menjawab defisiensi penelitian sebelumnya, penelitian ini hendak mengembangkan model pengukuran privacy concern para remaja pengguna Facebook di Indonesia dengan menggunakan metode penelitian deskriptif. Penelitian ini juga akan mengambil data secara online guna mempertahankan


(24)

dinamika penggunaan Facebok yang tidak bisa lepas dari akses dan koneksi internet. Selain itu, pengambilan data secara online juga dapat menjangkau jumlah partisipan dari berbagai penjuru tanah air.

B. Pertanyaan Penelitian

Pertanyaan pokok: Seberapa besar kepedulian/perhatian akan privasi (privacy concern) pada remaja pengguna Facebook?

Pertanyaan turunan:

1. Seberapa besar kontribusi masing-masing aspek terhadap privacy concern pada remaja pengguna Facebook?

2. Apakah terdapat perbedaan perhatian akan privasi antara laki-laki dan perempuan?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tentang privacy concern pada remaja pengguna Facebook di Indonesia.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dalam penelitian ini adalah : 1. Manfaat teoretis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi teoretis khususnya yang berkaitan dengan pemahaman PC di kalangan remaja


(25)

pengguna Facebook yang bisa digunakan untuk mengembangkan teori psikologi sosial dalam dunia maya.

2. Manfaat praktis

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan referensi dan sumber informasi sehingga ilmu pengetahuan dapat semakin berkembang; khususnya psikologi perkembangan remaja dan psikologi sosial. Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi dasar bagi penelitian yang berkaitan dengan perhatian akan privasi pada penggunaan media sosial.


(26)

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Remaja Pengguna Facebook

1. Pengertian dan Dinamika Perkembangan Remaja

Masa remaja adalah periode transisi dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa yang ditandai dengan berbagai perubahan biologis, kognitif, dan sosio-emosional (Santrock, 2014). Masa ini merupakan istilah umum untuk menyebut orang muda yang berusia 13-19 tahun (Davies dan Eynon, 2013). Steinberg (2002 dalam Davies dan Eynon, 2013) membagi tiga fase masa remaja menjadi masa remaja awal yang berlangsung pada usia 10-13 tahun, masa remaja madya yang berlangsung pada usia 14-18, dan masa remaja akhir yang berlangsung hingga akhir usia 20-an.

Stanley Hall (Santrock, 2014) menyebutkan masa remaja sebagai masa ‘badai dan stres’ yaitu masa ketika terjadi pergolakan yang disebabkan oleh konflik dan perubahan suasana hati. Dalam masa ini, pikiran, perasaan dan tindakan orang muda sedang terombang-ambing antara kesombongan dan kerendahan hati, niat baik dan godaan hawa nafsu, kebahagiaan dan kesedihan. Sementara itu, Erikson (Santrock, 2014; Moshman, 2011) mengungkapkan bahwa dalam masa tersebut, remaja mengeksplorasi siapa dirinya, apa saja semua hal tentang dirinya, dan kemana tujuan hidupnya. Tahap perkembangan ini disebut sebagai ‘identitas versus kebingungan identitas’. Apabila remaja


(27)

berhasil melampaui tahap ini maka ia dapat mencapai identitas positif. Sebaliknya, jika tahap ini tidak bisa dilewati, maka akan terjadi kebingungan identitas (Santrock, 2014; Moshman, 2011). Piaget (Santrock, 2014; Moshman, 2011) melihat masa remaja sebagai saat di mana perkembangan kognitif berada dalam tahap operasional-formal. Tahap ini berlangsung antara usia 11 sampai 15 tahun dan berlanjut hingga masa dewasa. Pada tahap ini seorang remaja mulai memiliki idealisme, mampu berpikir abstrak, dan cenderung menyelesaikan persoalan secara logis dan sistematis (Santrock, 2013; Moshman, 2014).

Remaja dipandang memiliki beberapa tugas perkembangan selama masa-masa tersebut. Havinhurst (Subrahmanyam dan Šmahel, 2011) menyebutkan 8 tugas perkembangan selama masa remaja yaitu (i) mencapai hubungan yang baru dan lebih dewasa dengan rekan seumuran dari kedua jenis kelamin, (ii) mencapai peran sosial maskulin atau feminin, (iii) menerima fisik seseorang dan menggunakan tubuh secara efektif, (iv) mencapai kemerdekaan emosional dari orang tua dan orang dewasa lainnya, (v) mempersiapkan pernikahan dan kehidupan berkeluarga, (vi) mempersiapkan karir dan kemandirian finansial, (vii) memeroleh seperangkat nilai-nilai dan sistem etika sebagai panduan untuk perilaku; mengembangkan sebuah ideologi, dan (viii) menginginkan serta mencapai perilaku sosial yang bertanggung jawab. Dalam pada itu, terdapat tiga tugas perkembangan masa remaja yang saling terkait yaitu otonomi, identitas, dan keintiman (Bukatko, 2008; Steinberg, 2008 dalam Peter dan Valkenburg, 2011). Otonomi sebagai tugas perkembangan pada masa


(28)

remaja mengacu pada kemampuan orang-orang muda untuk merasa, berpikir, dan bertindak secara independen. Independensi ini secara spesifik berkaitan dengan kemandirian emosional dalam hubungan dengan orang lain, kemerdekaan kognitif dalam pengembangan keyakinan, norma, dan nilai-nilai, dan kemandirian perilaku dalam menentukan pilihan dan pengambilan keputusan (Steinberg, 2008 dalam Peter dan Valkenburg, 2011). Tujuan perkembangan pembentukan identitas menyiratkan bahwa remaja perlu untuk mencapai perasaan aman tentang siapa mereka dan ingin menjadi siapa mereka nantinya (Erikson, 1968; Harter, 1999 dalam Peter dan Valkenburg, 2011). Perkembangan identitas diri yang kuat seiring konsep diri yang semakin kompleks dan abstrak menunjukkan sifat-sifat dan atribut yang digunakan untuk menggambarkan diri remaja (Peter dan Valkenburg, 2011). Sementara itu, keintiman sebagai tugas perkembangan pada masa remaja berarti bahwa remaja harus mendapatkan kemampuan yang diperlukan untuk menjalin relasi sosial. Hal ini erat kaitannya dengan upaya untuk membentuk dan menjaga hubungan dekat, hubungan yang bermakna dengan orang lain (Buhrmester dan Furman, 1987; Buhrmester dan Prager, 1995; Furman dan Wehner,1994 dalam Peter dan Valkenburg, 2011).

2. Facebok dan Dinamika Remaja Penggunanya

Facebook diciptakan oleh mahasiswa ilmu komputer Harvard, Mark Zuckerberg dan teman-temannya pada tahun 2004. Pada awalnya, pengguna harus memiliki alamat surel harvard.edu untuk bergabung dalam Facebook.


(29)

Pada perkembangannya, Facebook mulai mendukung universitas lain dan setahun kemudian (2005) mulai dapat digunakan oleh kalangan siswa-siswi sekolah menengah atas (high school). Sejak tahun 2006, Facebook dapat digunakan oleh siapapun yang berusia lebih dari 13 tahun. Facebook adalah sebuah platform ramah guna yang memungkinkan seseorang untuk membuat profil, mengunggah beragam informasi, mengirim pesan, dan tetap berhubungan dengan teman-teman, keluarga dan kolega. Siapa saja dapat mendaftar menjadi pengguna situs ini tanpa membayar biaya apapun dan dapat menggunakan semua fitur yang tersedia dengan bebas. (Korpijaakko, 2015)

Hanya dengan sebuah alamat surel, seseorang dapat memiliki akun Facebook dan dengan mencari nama (menggunakan fitur search) teman-teman mereka serta menambahkan mereka (menggunakan fitur add friend) pada daftar teman (friend list), pengguna dapat dengan mudahnya memulai interaksi. Selain itu, pengguna juga dapat memberikan dukungan (fitur Like), memberikan tanggapan (fitur Comment) dan membagikan (fitur Share) postingan teman lain yang muncul di linimasa (Timeline). Pada halaman utama akun juga terdapat papan virtual yang disebut 'The Wall' yang memungkinkan pengguna untuk berinteraksi dengan mengirim teks berupa kesan maupun tautan. Komponen lain yang populer adalah album foto virtual yang tidak memiliki batasan jumlah maupun ukuran. Setiap pengguna dapat mengunggah foto sekedar untuk disimpan maupun untuk dibagikan. Ada pula pilihan untuk memberi tanda (fitur Tag) yang memungkinkan teman lain yang ditandai dapat melihat foto tersebut. (Muise, Christofides, & Desmarais, 2009)


(30)

Facebook menawarkan berbagai pilihan privasi sehingga tiap pengguna dapat memutuskan siapa yang dapat melihat profil, postingan mereka, atau yang akan mengomentari mereka. Semua interaksi muncul dalam linimasa dan didistribusikan secara realtime ke teman-teman pengguna. Kendati demikian, pengguna dapat memilih untuk menolak atau menyetujui fitur penelusuran. Pengguna juga memilih bagian mana dari profil mereka yang bersifat publik dan mereka juga dapat memblokir (block) atau membatasi (limit) pengguna lain dengan mengendalikan pengaturan privasi mereka. Pengguna dapat berinteraksi dengan lebih dari satu orang pada waktu bersamaan. Komentar dan interaksi juga dapat dilihat oleh pengguna lainnya. Facebook juga dapat digunakan seperti e-mail karena ada fitur pesan pada halaman utama untuk memungkinkan komunikasi secara personal. (Muise, Christofides, & Desmarais, 2009)

Facebook merupakan situs sosial media paling populer di Indonesia (GlobalWebIndex, 2015; Kemp, 2016). Hal ini terjadi karena peningkatan jumlah pengguna internet dan sosial media di Indonesia. Hingga bulan Januari 2016 tercatat 88,1 juta pengguna internet (34% dari total populasi) di seluruh Indonesia dengan 79 juta di antaranya adalah pengguna Facebook (Kemp, 2016). Selain itu, rata-rata orang Indonesia menghabiskan waktu untuk mengakses Facebook selama 2 jam 40 menit (GlobalWebIndex, 2015) hingga 2 jam 51 menit (Kemp, 2016). Menariknya, 33% pengguna Facebook berusia 13-19 tahun. Dengan demikian, terdapat 26 juta remaja di Indonesia memiliki akun dan aktif mengakses Facebook (Kemp, 2016).


(31)

Beberapa penelitian terdahulu mengungkapkan bahwa aspek yang paling mengkhawatirkan dari Facebook adalah bahwa semua informasi itu secara sukarela disediakan (Taraszow dan kolega, 2010). Untuk membuat profil akun, pengguna diminta untuk mengisi formulir dengan informasi identitas pribadi seperti nama, umur/tanggal lahir, jenis kelamin, asal dan atau lokasi, agama, etnis, kepentingan pribadi, informasi kontak dan bagian 'tentang saya'; selain juga mendorong pengguna untuk mengunggah foto profil. Sekalipun Facebook memiliki berbagai fitur tingkat kontrol privasi yang memungkinkan pengguna untuk mengontrol siapa yang dapat melihat bagian mana dari profil mereka, pada awalnya tingkat visibilitas bawaan Facebook memungkinkan semua orang dalam "jaringan pertemanan" dapat melihat profil tersebut (Tufekci, 2008).

Taraszow dan kolega (2010) juga mengungkapkan bahwa kebijakan keamanan dari Facebook mengabaikan informasi untuk mengubah pengaturan secara manual. Hal ini menyebabkan kebanyakan pengguna bahkan tidak menyadari berapa banyak orang yang bisa melihat profil mereka sekalipun mereka memiliki kemampuan untuk membatasinya (Christofides, Muise dan Desmarais, 2009; Taraszow dan kolega, 2010). Di sisi lain, muncul anggapan bahwa situs jejaring sosial seperti Facebook merupakan halaman web pribadi sehingga penggunanya bersedia untuk menampilkan informasi pribadi. Oleh karena pengguna melihat halaman mereka sebagai milik pribadi, mereka tidak akan mengharapkan informasi yang diposting untuk dilihat oleh orang lain atau


(32)

bahkan tidak membayangkan kalau laman pribadinya dapat dilihat oleh orang lain. (Christofides, Muise dan Desmarais, 2009; Taraszow dan kolega, 2010)

3. Alasan menggunakan Facebook

Facebook menawarkan berbagai kemudahan interaksi dan komunikasi yang mampu meretas jarak dan keterbatasan komunikasi tatap muka. Para peneliti telah mulai mencermati bagaimana dan mengapa orang tertarik dengan situs jejaring sosial dan platform media sosial. Penelitian tentang Facebook, misalnya, telah mengidentifikasi beberapa alasan yang menjelaskan mengapa pengguna membangun dan memelihara profil pribadi, seperti: interkoneksi dan keinginan untuk menjembatani hubungan offline dan online (Boyd dan Ellison, 2008), mengelola persahabatan yang telah ada sebelumnya (Ellison, Steinfield, dan Lampe, 2007; Madge, Meeks, Wellens, dan Hooley, 2009), pembentukan identitas (Selwyn, 2009; Valkenburg, Schouten, dan Peter, 2005), afiliasi dan keintiman relasi (Park, Jin, dan Jin, 2011), ekspresi diri dan dan pengungkapan diri (self-disclosure) (Wiley dan Sisson, 2006; Special dan Li-Barber ,2012; Hollenbaugh dan Ferris, 2014; Zlatolas, Welzer, Heričko, dan Hölbl, 2015) dan penelusuran informasi dari pengguna lain (Pempek, Yermolayeva, dan Calvert, 2009).

Sementara itu, GlobalWebIndex (2016) dalam ringkasan laporan kuartal pertama mengungkapkan beberapa aktivitas para pengguna Facebook di seluruh dunia yaitu mengklik tombol like (66%), menonton video (51%), berkirim pesan rutin kepada seorang teman (50%), mengomentari foto atau


(33)

video teman (48%), membaca berita (47%), membaca sebuah artikel (47%), masuk untuk melihat apa yang terjadi tanpa posting atau mengomentari apa pun (44%), mengomentari status profil teman (44%), mengunggah dan berbagi foto pribadi (37%), dan memperbarui status profil pribadi (34%).

B. Privacy Concern

1. Pengertian Privacy Concern

Pemahaman tentang Privacy concern (PC) tidak bisa dipisahkan dari konsep tentang privasi. Privasi identik dengan kebebasan, keleluasaan (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2008) atau kemerdekaan bagi seorang individu untuk bertindak (Schoeman, 1992). Selain itu, privasi juga dimaknai sebagai kesempatan untuk menjadi diri sendiri, melakukan apa yang ingin dilakukan, dan memiliki tempat untuk diri sendiri (Poortinga, Steg, dan Vlek, 2004, dalam Steg, Berg, dan de Groot, 2013). Definisi paling awal menyebutkan privasi sebagai klaim individu, kelompok, atau lembaga untuk menentukan sendiri, kapan, bagaimana, dan untuk apa informasi tentang mereka diungkapkan kepada pihak lain (Westin, 1967 dalam Margulis, 2011). Dalam perkembangannya, privasi dipahami sebagai proses pelestarian anonimitas dan berkaitan erat dengan kontrol atas informasi tentang diri sendiri. Dalam lingkungan online, orang-orang yang merasakan tingginya ancaman pada privasi akan cenderung untuk tidak mengungkapkan informasi tentang diri karena mereka menganggap ancaman tersebut mengurangi kontrol atas


(34)

informasi dan mengurangi perlindungan terhadap diri mereka sendiri (Taddei dan Contena, 2013). Dalam penggunaan media sosial, privasi dipahami sebagai hak untuk mengontrol pengumpulan dan penggunaan informasi tentang diri sendiri (O'Neil, 2001).

PC secara sederhana dapat dimengerti sebagai perhatian atau kepedulian individu atas privasi dan keinginan untuk melindungi privasi mereka. Dalam konteks penggunaan media sosial seperti Facebook, PC adalah sejauh mana penggunanya memperhatikan kinerja situs jejaring sosial/media sosial dalam pengumpulan dan penggunaan informasi personal miliknya. PC mencerminkan persepsi individu atau keprihatinannya tentang bagaimana informasi pribadi dikelola oleh sebuah situs (Rifon dan kolega, 2007; Hong dan Thong, 2013).

2. Aspek Privacy Concern

Penelitian tentang PC telah menghasilkan beberapa model. Tiga model utama yang akan dipaparkan adalah Concerns for Information Privacy (CFIP) yang dikembangkan oleh Smith, Milberg, dan Burke (1996), Internet

Users’ Information Privacy Concerns (IUIPC) yang dikembangkan oleh Maholtra, Kim, dan Agarwal (2004) dan Internet Privacy Concern (IPC) yang dikembangkan oleh Hong dan Thong (2013). Penelitian ini mengacu pada aspek collection, secondary use, improper access, control, dan a wareness (Smith, Milberg, dan Burke, 1996; Maholtra, Kim, dan Agarwal, 2004; Hong dan Thong, 2013).


(35)

i. Koleksi (collection)

Aspek koleksi berkaitan dengan sejauh mana seseorang peduli atau khawatir pada jumlah informasi pribadi yang dikumpulkan atau dikelola oleh sebuah situs; termasuk pula sejumlah data pribadi yang dihimpun dan disimpan di pangkalan data (database) sebuah situs. Hal ini terjadi karena seseorang acapkali merasa tidak nyaman setelah sejumlah informasi yang berhubungan dengan kepribadiannya, latar belakangnya, dan aktivitasnya terakumulasi. (Smith, Milberg, dan Burke, 1996; Maholtra, Kim, dan Agarwal, 2004; Hong dan Thong, 2013)

ii. Penggunaan sekunder (secondary usage)

Aspek penggunaan sekunder berhubungan dengan sejauh mana seseorang peduli atau khawatir pada informasi pribadi yang dikumpulkan atau dikelola untuk satu tujuan tertentu tetapi pada kenyataannya digunakan untuk tujuan lain tanpa sepengetahuan dan otorisasi dari individu pemilik informasi tersebut. Jika dalam aspek koleksi lebih menyoroti akumulasi informasi yang terkumpul dalam sebuah situs, aspek penggunaan sekunder lebih menyoroti tentang kemungkinan penyalahgunaan informasi oleh pihak lain. (Smith, Milberg, dan Burke, 1996; Hong dan Thong, 2013)

iii. Akses yang tidak layak (improper access)

Aspek akses yang tidak layak berhubungan dengan sejauh mana seseorang peduli atau khawatir tentang informasi pribadi yang diungkapkan pada sebuah situs dapat diakses oleh pihak lain tanpa otorisasi dan tanpa


(36)

sepengetahuan pemilik informasi. (Smith, Milberg, dan Burke, 1996; Hong dan Thong, 2013)

iv. Pengendalian atau penguasaan (control)

Aspek penguasaan atau pengendalian berkaitan dengan sejauh mana seseorang peduli atau khawatir bahwa dirinya tidak memiliki kendali atau kuasa yang memadai terhadap informasi pribadi yang telah diungkapkan pada sebuah situs. (Smith, Milberg, dan Burke, 1996; Maholtra, Kim, dan Agarwal, 2004; Hong dan Thong, 2013)

v. Kesadaran (a wa reness)

Aspek kesadaran berhubungan dengan sejauh mana seseorang peduli atau khawatir tentang kesadaran terhadap praktek privasi pada sebuah situs tertentu. Aspek ini berkaitan dengan pemahaman dan keterampilan seseorang ketika berdinamika dengan sebuah situs; terutama pemanfaatan fitur-fitur yang berkaitan dengan pengelolaan privasi. (Maholtra, Kim, dan Agarwal, 2004; Hong dan Thong, 2013).

3. Fungsi Privasi

Selain aspek yang telah dikemukakan, terdapat pula manfaat atau fungsi privasi. Westin (1967, dalam Peter dan Valkenburg, 2011; Margulis, 2011) mengungkapkan empat fungsi privasi yang terdiri dari wahana otonomi pribadi (personal autonomy), pelepasan emosi (emotional release), sarana evaluasi diri (self-evaluation), serta pembatasan dan perlindungan terhadap komunikasi (limited and protected communication).


(37)

i. Otonomi pribadi (personal autonomy)

Otonomi pribadi berkaitan dengan keinginan untuk terhindar dari segala manipulasi dan dominasi pihak lain. Privasi melindungi otonomi pribadi dengan cara memberikan waktu, ruang, dan kesempatan pada setiap individu untuk mengelola setiap perasaan, gagasan, dan perilaku sebelum mengungkapkannya kepada pihak lain. Otonomi pribadi memiliki peran penting dalam mendukung fungsi psikologis, stabilitas relasi interpersonal, dan proses pengembangan individualitas. (Westin, 1967 dalam Peter dan Valkenburg, 2011; Margulis, 2011)

ii. Pelepasan emosi (emotional relea se)

Pelepasan emosi merupakan upaya melepaskan diri dari ketegangan karena tuntutan peran dalam kehidupan sosial dan perubahan situasi emosi diri. Privasi menjadikan fungsi kesehatan fisik dan psikis tetap terjaga dengan menyediakan kesempatan untuk bersantai, untuk menjadi diri sendiri, melepaskan diri dari ketegangan kehidupan sehari-hari, dan untuk mengungkapkan kemarahan, frustrasi, kesedihan, atau emosi lain tanpa rasa takut akan penolakan dari pihak lain. (Westin, 1967 dalam Peter dan Valkenburg, 2011; Margulis, 2011)

iii. Evaluasi diri (self-evaluation)

Evaluasi diri mengacu pada integrasi pengalaman dan peristiwa menjadi sesuatu yang bermakna. Dengan kata lain, tiap peristiwa dan pengalaman direfleksikan guna mendapatkan pemaknaan atau sari pembelajaran. Privasi memfasilitasi evaluasi diri dengan menciptakan ruang


(38)

dan melindungi situasi yang memungkinkan seorang individu untuk merenungkan perasaan dan identitasnya tanpa ancaman atau gangguan dari pihak lain. Selain itu, privasi juga memberi kesempatan untuk meninjau kembali dan mempertimbangkan konsekuensi dan alternatif solusi atas sebuah tindakan yang sudah dan akan diambil sesuai dengan aturan dan norma sosial yang berlaku. (Westin, 1967 dalam Peter dan Valkenburg, 2011; Margulis, 2011)

iv. Pembatasan dan perlindungan terhadap komunikasi (limited and protected communication)

Pembatasan dan perlindungan terhadap komunikasi adalah kemampuan untuk mengatur batas-batas komunikasi dan membatasi akses informasi pribadi. Pengaturan batas-batas komunikasi tersebut dimaksudkan untuk menjamin jarak psikologis yang diperlukan dalam relasi interpersonal yang intim (romantis) atau formal. Pembatasan akses informasi pribadi diperlukan untuk meyakinkan setiap individu bahwa informasi pribadi yang diungkapkan hanya dapat diakses oleh pihak yang dapat percaya. (Westin, 1967 dalam Peter dan Valkenburg, 2011; Margulis, 2011)

4. Faktor yang Berpengaruh

Berikut di bawah ini adalah faktor yang mempengaruhi kepedulian terhadap privasi pada pengguna Facebook:


(39)

a. Karakteristik Pengguna

Para peneliti sebelumnya telah mempelajari bagaimana berbagai karakteristik individu memengaruhi perhatian akan privasi. Misalnya, pengguna laki-laki cenderung lebih melindungi informasi pribadi daripada perempuan pada tiap aktivitas online (Milne, Rohm, dan Bahl, 2004; Rohm dan Milne, 2004). Selain itu, durasi penggunaan internet yang lebih lama cenderung menyebabkan penurunan perhatian akan privasi (Miyazaki dan Fernandez, 2001). Pengguna yang mengalami gangguan akan privasi di masa lalu juga cenderung lebih menaruh perhatian akan privasi dan lebih hati-hati dalam mengungkapkan informasi pribadi untuk melindungi dari kemungkinan gangguan dan penyalahgunaan (Dolnicar dan Jordaan, 2006). Pada kategori pengguna remaja, keterbatasan kemampuan meregulasi diri meningkatkan kerentanan orang muda terhadap risiko yang muncul dalam interaksi dan komunikasi melalui media sosial; salah satunya berkaitan dengan masalah privasi (O'Keefe dan Clarke-Pearson, 2011).

b. Sensitivitas

Faktor lain berkaitan dengan perbedaan tanggapan tiap-tiap pengguna pada situasi yang sama dengan kondisi yang berbeda. Faktor ini lebih mencerminkan suasana hati saat ini dan kebutuhan serta pengalaman masa lalu dalam situasi tertentu. Castaneda dan Montoro (2007) menggunakan istilah sensitivitas informasi untuk menggambarkan perbedaan perhatian akan privasi pada tiap-tiap pengguna untuk jenis informasi tertentu dalam situasi tertentu.


(40)

c. Popularitas

Popularitas merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kekhawatiran akan privasi. Govani dan Pashley (2005) mengungkapkan bahwa sebagian besar pengguna Facebook cenderung menyadari peluang untuk mengubah pengaturan privasi sekalipun hanya sebagian kecil yang melakukannya. Informasi pribadi yang dimunculkan dalam profil berkorelasi dengan jumlah teman yang dimiliki seseorang di Facebook. Semakin banyak informasi pribadi yang diungkapkan di laman Facebook berdampak pada semakin banyak kesempatan teman lain memberi tanggapan pada informasi tersebut (Ellison, Steinfeld, dan Lampe, 2007). Sledgianowski dan Kulviwat (2009) juga mengungkapkan bahwa niat untuk menggunakan media sosial bertambah seiring jumlah daftar teman yang dimilikinya. Hal ini memberikan penjelasan lebih lanjut bahwa popularitas memiliki peran penting dalam menjelaskan perbedaan antara pentingnya perhatian akan privasi dan kurangnya perilaku melindungi privasi akun Facebook.

d. Kecocokan (Compatibility)

Tiap-tiap media sosial memiliki beragam cara dan alat untuk menarik lebih banyak pengguna. Media sosial memiliki beragam fitur yang berbeda sesuai fungsi masing-masing (Lin dan Lu, 2011) sehingga tiap pengguna dapat berinteraksi satu sama lain secara aktif menggunakan fitur-fitur yang disediakan. Fitur-fitur tersebut diharapkan mampu memenuhi harapan dan


(41)

kebutuhan penggunanya sehingga pengguna media sosial mendapatkan kecocokan dari fitur tersebut.

C. Privacy Concern pada Remaja Pengguna Facebook

Dalam era komunikasi digital berbasis internet, media sosial menjadi bagian yang penting dalam kehidupan masa remaja. Para remaja menjadikan media sosial sebagai sarana interaksi dan komunikasi terutama dengan teman sebaya. Media sosial juga telah menjadi sarana untuk menyambung beragam pengalaman kontekstual sehari-hari melalui beragam aktivitas termasuk dengan keluarga mereka. Hal ini menjadikan media sosial layak untuk dipertimbangkan sebagai konteks yang baru dalam perkembangan masa remaja selain konteks lain yang lebih familiar seperti keluarga, teman sebaya, dan sekolah.

Di sisi lain, interaksi dan komunikasi remaja melalui media sosial senantiasa mengungkapkan informasi pribadi yang berkaitan erat dengan identitas asli (Zhao, Grasmuck, & Martin, 2008), bahkan hampir semua menggunakan nama asli mereka (Tufekci, 2008; Acquisti dan Gross, 2005). Sebagian besar remaja pengguna Facebook mencantumkan status hubungan mereka (Tufekci, 2008; Christofides, Muise, dan Desmarais, 2009), menginformasikan ulang tahun mereka (Christofides, Muise, dan Desmarais, 2009; Acquisti dan Gross, 2005) dan bahkan tidak sedikit yang mengungkapkan nomor ponsel atau alamat surel mereka (Tufekci, 2008; Acquisti dan Gross, 2005) serta mengunggah gambar/foto diri sendiri dalam


(42)

profil Facebook mereka (Acquisti dan Gross, 2005); termasuk catatan dan update status. Pengungkapan informasi pribadi tersebut berkaitan langsung dengan perhatian akan privasi atau yang sering disebut sebagai privacy concern (PC). Semakin rendah perhatian akan privasi yang dimiliki oleh remaja akan memberi peluang terhadap pengungkapan informasi pribadi melalui Facebook. Sebaliknya, semakin tinggi perhatian akan privasi yang dimiliki akan menjadikan para remaja cenderung berhati-hati atau membatasi pengungkapan informasi pribadi melalui Facebook.

Pada masa ini pula, remaja memiliki 3 tugas perkembangan yang terdiri dari otonomi, identitas, dan keintiman. Pada tugas pengembangan otonomi, remaja perlu berlatih individuasi. Individuasi dapat didefinisikan sebagai penyerahannya dependensi kekanak-kanakan pada orang tua dalam mendukung hubungan yang lebih matang (Steinberg, 2008 dalam Peter dan Valkenburg, 2011) yang memungkinkan untuk lebih independen dalam perasaan, pikiran, dan tindakan. Proses pembelajaran individuasi menyiratkan kemampuan untuk bertahan dalam kesendirian. Perhatian akan privasi memungkinkan remaja dalam memilih untuk menyendiri dan untuk mengontrol potensi gangguan. Hal ini juga berkaitan erat dengan fungsi privasi sebagai wahana otonomi pribadi. Perhatian akan privasi semakin memungkinkan para remaja untuk terhindar dari segala manipulasi dan dominasi pihak lain dengan cara memberikan waktu, ruang, dan kesempatan pada setiap individu untuk mengelola setiap perasaan, gagasan, dan perilaku sebelum mengungkapkannya kepada pihak lain melalui akun Facebook.


(43)

Pada tugas pengembangan identitas, remaja perlu belajar untuk menempatkan dan menampilkan diri (self presentation) kepada orang lain. Selain itu, mereka juga perlu belajar bagaimana menyesuaikan penampilan diri sesuai dengan tanggapan orang lain. Perhatian akan privasi memberikan kesempatan bagi remaja untuk menarik diri dari interaksi sosial guna mempertimbangkan penampilan diri dalam kesendirian. Pada saat yang sama, privasi memungkinkan orang-orang muda untuk tetap mengembangkan interaksi sosial sembari mendapatkan umpan balik atas penampilan diri melalui tanggapan dari rekan-rekan sebaya. Tugas perkembangan ini tentunya terkait dengan fungsi privasi sebagai sarana evaluasi diri. Perhatian akan privasi memberi kesempatan pada remaja pengguna Facebook untuk meninjau kembali dan mempertimbangkan konsekuensi dan alternatif solusi atas sebuah tindakan yang sudah dan akan diambil sesuai dengan aturan dan norma sosial yang berlaku terutama yang berkaitan dengan penampilan diri melalui akun Facebook. Dengan kata lain, perhatian akan privasi memungkinkan seorang remaja mempertimbangkan beragam hal tentang presentasi dirinya sebelum mempostingnya di laman Facebook miliknya.

Pada tugas pengembangan keintiman, remaja belajar mengungkapkan informasi yang intim kepada orang lain melalui media sosial. Pengungkapan informasi yang intim mesyaratkan kepercayaan sehingga dapat memberikan kedekatan personal. Perhatian akan privasi memungkinkan remaja untuk menceritakan pada orang lain yang terpercaya. Hal ini juga menciptakan batas-batas yang diperlukan untuk mengurangi kemungkinan bahwa informasi yang


(44)

intim tersebut bocor dan menyebar luas di linimasa. Tugas perkembangan ini sejalan dengan fungsi privasi sebagai pembatasan dan perlindungan komunikasi. Pembatasan dan perlindungan komunikasi memungkinkan remaja untuk berbagi informasi intim dengan orang lain untuk membentuk sekaligus mempertahankan hubungan dekat.

Remaja berpeluang memanfaatkan Facebook sebagai media untuk mengekspresikan diri secara terbuka, bebas, dan dalam; bahkan memungkinkan ketiganya terjadi. Akses, informasi, kemampuan membangun jaringan hubungan, dan kemudahan untuk berbagi dengan orang lain adalah keunggulan dari media sosial seperti Facebook. Kendati media sosial seperti Facebook telah menjadi media komunikasi dan interaksi yang baru, penggunaannya memerlukan pertimbangan cermat untuk menghindari perangkap yang dapat menyebabkan kerentanan bagi pengguna. Dengan hanya menuliskan nama seseorang, kelimpahan informasi dapat diakses, mulai dari secuil potongan informasi pribadi seperti kutipan favorit, hingga seberkas informasi yang sangat pribadi termasuk foto profil, alamat rumah, dan tanggal lahir. Para remaja pengguna Facebook tidak mempertimbangkan implikasi dari pengungkapan informasi pribadi, dan tidak menyadari bahwa setiap penggunanya dapat menempatkan diri sendiri dan orang lain pada risiko secara langsung atau tidak langsung karena kemudahan berbagi informasi di forum terbuka. Keterbukaan, keterhubungan, dan aksesibilitas yang ditawarkan melalui Facebook memiliki potensi untuk menempatkan pengguna pada risiko, sekalipun situs tersebut juga memiliki mekanisme untuk meminimalkan risiko.


(45)

Minimnya kemampuan mengelola fitur pengaturan privasi dan kurangnya perhatian akan privasi menjadi celah yang hendak ditelusuri guna mendapatkan deskripsi yang menyeluruh tentang perhatian akan privasi pada remaja pengguna Facebook.


(46)

29

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode adalah sebuah pendekatan sistematis pada salah satu bagian penelitian. Penelitian Psikologi menggunakan berbagai macam metode. Salah satu perbedaan umum yang ada adalah metode kuantitatif dan kualitatif. Secara garis besar, metode kuantitatif melibatkan beberapa bentuk pengukuran numerik sedangkan metode kualitatif melibatkan deskripsi verbal. (Carter, 2010)

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif. Dalam penelitian deskriptif kuantitatif, data yang dihasilkan berupa angka atau bilangan (skor, nilai, peringkat, atau frekuensi). Selanjutnya, angka atau bilangan tersebut dianalisa dan dilihat kecenderungan karakteristik yang penting pada data tersebut.

B. Variabel Penelitian

Variabel adalah karakteristik atau atribut dari individu atau organisasi di mana variabel ini dapat diukur, diobservasi, dan berbeda-beda pada setiap individu (Creswell, 2011). Variabel dalam penelitian ini adalah privacy concern pada remaja pengguna facebook di Indonesia.

C. Definisi Operasional

Untuk mempermudah proses pengambilan data maka penjelasan mengenai definisi operasional disusun. PC mencerminkan persepsi individu atau


(47)

keprihatinannya tentang bagaimana informasi pribadi dikelola oleh sebuah situs (Rifon dan kolega, 2007; Hong dan Thong, 2013). Penelitian ini mengacu pada model IPC dengan lima aspek yaitu collection, secondary use, improper access control, dan a wareness (Hong dan Thong, 2013). Berikut penjelasan mengenai aspek PC:

1. Koleksi (collection)

Koleksi adalah tingkat perhatian terhadap informasi pribadi mendasar yang disajikan pada laman Facebook. Aspek ini mengukur sejauh mana pemilik akun abai atau peduli pada pengungkapan nama asli, alamat tinggal, usia/tanggal lahir, alamat surel, dan nomor telepon pada laman Facebook miliknya.

2. Penggunaan sekunder (secondary usage)

Penggunaan sekunder adalah tingkat perhatian terhadap informasi pribadi lanjutan yang disajikan pada laman Facebook. Aspek ini mengukur sejauh mana pemilik akun abai atau peduli pada pengungkapan beragam aktivitas, pembaruan (update) status, dan upaya mengunggah foto-foto pada laman Facebook miliknya.

3. Akses yang tidak layak (improper access)

Akses yang tidak layak adalah tingkat perhatian terhadap otorisasi untuk mengakses akun Facebook. Aspek ini mengukur sejauh mana pemilik akun abai atau peduli pada informasi tentang kata sandi, upaya peramban (browser) menyimpan kata sandi, dan upaya menautkan otorisasi ke nomor ponsel.


(48)

4. Pengendalian atau penguasaan (control)

Penguasaan atau pengendalian adalah tingkat perhatian terhadap kendali atas perubahan informasi yang disajikan pada laman Facebook. Aspek ini mengukur sejauh mana pemilik akun abai atau peduli tentang upaya memodifikasi, upaya mengedit/menghapus pembaruan (update) status, dan upaya menghilangakan penanda (fitur Tag) pada postingan terdahulu atau postingan akun lain yang berkaitan dengan akun Facebook miliknya.

5. Kesadaran (a wa reness)

Kesadaran adalah tingkat perhatian terhadap kemampuan dan pengetahuan untuk mengubah pengaturan privasi akun Facebook miliknya. Aspek ini mengukur sejauh mana pemilik akun abai atau peduli tentang upaya penelusuran akun via situs pencari Google dan upaya penelusuran akun via nomor ponsel.

Tinggi rendahnya PC subjek dilihat dari skor total pada skala PC. Jika skor total yang diperoleh tinggi, maka subjek cenderung peduli pada privasi. Semakin rendah skor total yang diperoleh, maka subjek cenderung abai pada privasi.

D. Populasi dan Sampel

Subjek dalam penelitian ini adalah remaja berusia 13-19 tahun yang mempunyai akun Facebook dan aktif menggunakan Facebook. Populasi remaja pengguna Facebook di Indonesia mencapai 26 juta orang (Kemp, 2016). Jumlah tersebut merupakah gabungan dari para pengguna Facebook usia 13-19 tahun yang


(49)

tersebar di seluruh penjuru Nusantara. Teknik pengambilan data yang digunakan adalah teknik non-random sampling. Teknik non-random sampling adalah teknik pengambilan data yang didasarkan pada kemudahan atau ketersediaan untuk mengaksesnya (Creswell dalam Supratiknya, 2014). Secara lebih spesifik, teknik non-random sampling yang digunakan adalah teknik convenience sampling (Clark-Carter, 2010) yaitu teknik memilih sampel karena mudah diakses oleh peneliti dan tanpa perlu mempertimbangkan keterwakilan subjek terhadap populasi.

Proses pengambilan sampel ini juga mempertimbangkan stratifikasi yang terdapat dalam populasi (Supratiknya, 2015). Stratifikasi merupakan pengelompokan anggota populasi berdasarkan karakteristik tertentu, seperti jenis kelamin, usia, dan sebagainya. Dengan mempertimbangkan stratifikasi, subjek penelitian (anggota sampel) dipilih berdasarkan aneka karakteristik spesifik tertentu yang terdapat dalam populasi, dengan atau tanpa memperhatikan proporsinya dalam populasi. Berikut kriteria subjek penelitian ini:

1. Memiliki usia antara 13-19 tahun. 2. Aktif menggunakan Facebook.

3. Memiliki akun Facebook kurang dari 2 tahun, antara 2-4 tahun, 4-6 tahun, 6-8 tahun, 8-10 tahun, dan lebih dari 10 tahun.

4. Frekuensi mengakses Facebook beberapa kali dalam sehari, sekali dalam sehari, beberapa kali dalam seminggu, satu kali seminggu, sekali dalam sebulan, dan setahun sekali.

5. Durasi mengakses Facebook kurang dari satu jam, antara 1-2 jam, antara 2-3 jam, antara 3-4 jam, dan lebih dari 4 jam.


(50)

6. Memiliki teman di Facebook kurang dari 500 orang, antara 501-1.000 orang, antara 1.001-1.500 orang, antara 1.501-2.000 orang, dan lebih dari 2.000 orang.

E. Teknik Pengumpulan Data

Data tentang kriteria subjek dikumpulkan dengan cara memberikan sejumlah pertanyaan terkait dengan data demografis meliputi usia, jenis kelamin, lama waktu kepemilikan akun, frekuensi mengakses Facebook, durasi mengakses Facebook, dan jumlah teman yang dimiliki. Pertanyaan tersebut tertulis pada bagian identitas diri yang tercantum dalam alat pengumpul data.

Data tentang Privacy Concern (PC) dikumpulkan dengan Skala Privacy Concern. Skala ini disusun berdasarkan tiga model utama pendahulu yaitu: Concerns for Information Privacy (CFIP) yang dikembangkan oleh Smith, Milberg, dan Burke (1996), Internet Users’ Information Privacy Concerns (IUIPC) yang dikembangkan oleh Maholtra, Kim, dan Agarwal (2004) dan Internet Priva cy Concern (IPC) yang dikembangkan oleh Hong dan Thong (2013). Item skala PC disusun berdasarkan lima aspek yaitu koleksi (collection), penggunaan sekunder (secondary use), akses yang tidak layak (improper access), kendali atau penguasaan (control), dan kesadaran (a wareness). Dalam penelitian ini, dimensionalitas alat ukur tidak diperiksa secara empiris.


(51)

Tabel 3.1 Blue print Skala Privacy Concern sebelum Uji Coba

No Aspek Indikator Favorable Unfavorable Total

Item 1 Koleksi Memiliki kepedulian terhadap

informasi pribadi yang

dikumpulkan oleh sebuah situs. Memiliki kepedulian terhadap informasi pribadi yang dikelola oleh sebuah situs

Memiliki kepedulian dan

kekhawatiran terhadap informasi pribadi yang disimpan oleh sebuah situs di pangkalan data.

69, 84, 23, 43, 93, 78, 16, 54, 1, 22.

49, 2, 4, 11, 64, 26, 74, 13, 61, 70.

20

2 Penggunaan sekunder

Memiliki kepedulian atau kekhawatiran pada informasi pribadi yang dkumpulkan atau dikelola untuk satu tujuan yang jelas .

Memiliki kepedulian dan kekhawatiran apakah informasi pribadi digunakan untuk tujuan lain tanpa sepengetahuan dan otoritasi dari pemilik informasi tersebut.

27, 62, 30, 83, 41, 35, 20, 31, 72, 88.

77, 97, 82, 94, 37, 98, 15, 32, 28, 3.

20

3 Akses yang tidak layak

Memiliki kepedulian dan kekhawatiran apakah informasi pribadi yang diungkap pada sebuah situs dapat di akses oleh pihak lain tanpa senpengetahuan pemilik informasi.

42, 40, 52, 76, 60, 51, 8, 38, 14, 39.

9, 21, 57, 87, 99, 68, 85, 81, 45,

7. 20

4 Kontrol Memiliki kepedulian dan kekhawatiran pada kendali atau kuasa yang memadai terhadap informasi pribadi yang

diungkapkan pada sebuah situs.

92, 95, 80, 89, 25, 86, 44, 19, 71, 50.

48, 36, 17, 65, 47, 73, 66, 33, 6, 55.

20

5 Kesadaran Memiliki kesadaran terhadap praktek privasi pada situs tertentu.

Memiliki keterampilan

memanfaatkan fitur-fitur yang berkaitan dengan pengelolaan privasi

100, 46, 67, 10, 29, 53, 34, 79, 75, 91.

63, 90, 24, 96, 56, 5, 12, 58, 18,

59. 20


(52)

Berdasarkan lima aspek tersebut, disusunlah skala PC yang terdiri dari 100 item baik yang bersifat favorable maupun unfavorable. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif. Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penyusunan skala PC adalah model skala likert dengan 4 kategori jawaban. Empat (4) kategori jawaban dipilih demi menghindari central tendency effect. Central tendency effect merupakan kencenderungan subjek untuk memilih jawaban ditengah-tengah ketika subjek mengalami keraguan dalam memilih suatu pernyataan. Kategori “netral” atau “ragu-ragu” dapat memiliki arti ganda yaitu belum dapat memberikan jawaban atau belum dapat menentukan pilihan (Hadi, 1994; Supratiknya, 2014).

Tabel 3.2 Rentang Jawaban dan Pembagian Skor dalam Skala PC

No Jawaban Skor Favorable Skor Unfavorable

1. Sangat Setuju 4 1

2. Setuju 3 2

3. Tidak setuju 2 3

4. Sangat tidak setuju 1 4

F. Pertanggungjawaban Mutu Alat Ukur

1. Validitas Skala Privacy Concern

a. Indeks Validitas Isi pada taraf Item (IVI-I)

Validitas adalah kualitas esensial yang menunjukkan sejauh mana sebuah pengukuran sungguh-sungguh dapat mengukur aspek yang hendak diukurnya (Supratiknya, 2014). Validitas mengacu pada sejauh mana apa


(53)

yang diukur sesuai dengan apa yang dimaksudkan peneliti (Clark-Carter, 2010).

Pengujian validitas alat ukur ini ini menggunakan jenis evidensi terkait isi atau lazim disebut sebagai validitas isi. Validitas isi mengacu pada sejauh mana suatu pengukuran dapat sepenuhnya mengulas tentang aspek atau perilaku yang akan diukur (Clark-Carter, 2010). Salah satu cara untuk memeriksa validitas isi pengukuran adalah dengan menetapkan metode yang bersifat kuantitatif dan melibatkan penilaian sebuah panel ahli (Supratiknya, 2016). Panel ahli yang berperan sebagai expert content dalam penelitian ini adalah Bapak Prof. Dr. A. Supratiknya, Ibu Dr. Tjipto Susana, Psikolog., Bapak C. Siswo Widyatmoko, M.Si., Bapak Minta Istono, M.Si., dan Ibu Maria Laksmi Anantasari, M.Si.

Dalam penelitian ini, masing-masing panel ahli memberikan penilaian sejauh mana tiap-tiap item (jumlah total 100 item) relevan dengan komponen atribut psikologis Priva cy Concern. Panel ahli juga dapat diminta utuk mengidentifikasi isi yang mungkin belum tercakup dalam instrumen (Lynn, 1986 dalam Supratiknya, 2016); termasuk memberikan koreksi. Hasil penilaian selanjutnya diolah menjadi Indeks Validitas Isi pada taraf Item (IVI-I) dan Indeks Validitas Isi pada taraf Skala (IVI-S). Lynn (1986, dalam Supratiknya, 2016) mengungkapkan bahwa nilai IVI-I minimum sebesar 0,78. Pada taraf item, IVI bergerak di antara 0,2 hingga 1. Dalam pada itu, terdapat 49 item yang memeroleh nilai IVI-I kurang dari 0,78. Peneliti melakukan perbaikan terhadap 49 item tersebut sesuai


(54)

dengan catatan dan masukan yang dituliskan oleh masing-masing panel ahli. Perbaikan tersebut dilakukan untuk mempertahankan jumlah item dan kualitas isi tiap item sebelum dilakukan uji coba.

b. Indeks Validitas Isi pada taraf Skala (IVI-S)

Peneliti juga melakukan perhitungan terhadap proporsi item-item yang memeroleh penilaian relevan oleh semua penilai dalam panel ahli (Polit dan Beck, 2006 dalam Supratiknya, 2016) untuk mendapatkan hasil rerata IVI-I seluruh item dalam skala (IVI-S/R). Hasil perhitungan tersebut menghasilkan nilai IVI-S/R sebesar 0,856.

2. Seleksi Item Skala Privacy Concern

Analisis item dilakukan untuk memilih item-item yang paling cocok untuk membentuk sebuah skala dan memiliki daya diskriminasi yang baik (Supratiknya, 2014). Daya diskriminasi item (Supratiknya, 2014) menunjukkan efektivitas sebuah item dalam membedakan responden yang secara relatif menempati posisi tinggi dan responden yang secara relatif menempati posisi rendah dalam hal kriteria atau atribut yang diukur. Hasil dari pengujian ini disebut koefisien korelasi item total (rix). Nilai indeks daya


(55)

Tabel 3.3 Hasil Uji Korelasi Item Total Skala Privacy Concern

rix Item Total

rix > 0,25 69, 84, 23, 43, 93, 16, 54, 1, 27, 62, 30, 41, 20, 72, 42, 52, 76, 8, 14, 39, 92, 95, 80, 89, 44, 19, 50, 100, 67, 10, 29, 53, 34, 79, 75, 91, 49, 2, 4, 11, 26,

74, 13, 70, 77, 97, 82, 94, 98, 32, 28, 3, 9, 57, 99, 7, 48, 17, 65, 73, 66, 33, 6, 24, 96, 56, 12, 59.

68

rix < 0,25 78, 22, 83, 35, 31, 88, 40, 60, 51, 38, 25, 86, 71, 46, 64, 61, 37, 15, 21, 87, 68, 85, 81, 45, 36, 47,

55, 63, 90, 5, 58, 18. 32

Terdapat 32 item yang memiliki daya diskriminasi rendah tersebut diputuskan untuk digugurkan. Koefisien korelasi item total skala Privacy Concern berkisar antara -0,544 hingga 0,654. Item-item yang tidak lolos seleksi nilainya berkisar antara -0,544 hingga 0,254.


(56)

Tabel 3.4 Hasil IVI-I dan Uji Korelasi Item Total Skala Privacy Concern

No. Aspek Favorable Unfavorable Jumlah

Item IVI-I rit Item IVI-I rit

1. Koleksi

69 1 .367 49 1 .654

16

84 1 .286 2 1 .357

23 0.8 .288 4 1 .364

43 0.6 .524 11 1 .394

93 0.8 .527 26 1 .417

16 1 .261 74 1 .406

54 0.8 .363 13 1 .520

1 0.8 .363 70 0.6 .311

2. Penggunaan Sekunder

27 1 .508 77 0.8 .266

14

62 1 .331 97 1 .603

30 1 .491 82 0.6 .363

41 0.6 .448 94 0.6 .434

20 0.6 .337 98 1 .484

32 0.8 .329

28 0.8 .322

3 0.8 .413

3. Akses yang tidak layak

72 0.8 .430 9 1 .496

10

42 1 .426 57 1 .477

52 1 .276 99 1 .450

76 1 .476 7 1 .472

8 0.8 .284 14 0.8 .365 39 0.8 .395

4. Kontrol

92 0.2 .475 48 0.4 .556

14

95 1 .508 17 1 .279

80 1 .431 65 0.8 .360

89 1 .325 73 0.4 .384

44 0.8 .477 66 0.8 .407

19 0.8 .452 33 0.4 .483

50 0.4 .473 6 0.8 .408

5. Kesadaran

100 1 .471 24 0.8 .342

14

67 0.8 .554 96 0.8 .420

10 0.8 .254 56 1 .254

29 1 .299 12 1 .492

53 1 .387 59 1 .394

34 1 .491

79 0.8 .398

75 1 .264

91 1 .551


(57)

3. Bentuk Final Skala Privacy Concern

Berdasarkan hasil seleksi item diperoleh 16 item Favorable dan 16 item Unfavorable dengan daya diskriminasi rendah. Hasil seleksi item tersebut juga memperlihatkan sebaran item yang baik sehingga dapat digunakan untuk penelitian. Berikut ini adalah blue print final skala Privacy Concern.

Tabel 3.5 Blue print Skala Privacy Concern setelah Uji Coba

No. Aspek Komponen Item Jumlah Prosentase

Fav Unfav

1. Koleksi

54, 69, 70, 74, 84, 93.

1, 2, 4, 11, 13, 16,

23, 26, 43, 49. 16 24%

6 10

2. Penggunaan Sekunder

54, 69, 70, 74, 84, 93.

3, 20, 27, 28, 30,

32, 41. 14 21%

7 7

3. Akses yang tidak layak

52, 57, 76, 99. 7, 8, 9, 14, 39, 42.

10 15%

4 6

4. Kontrol

65, 66, 73, 80 89, 92, 95.

6, 17, 19, 33, 44,

48, 50. 14 21%

7 7

5. Kesadaran

53, 56, 59, 67, 75, 79, 91, 96,

100.

10, 12, 24, 29, 34.

14 21%

9 5

33 35 68 100%

4. Reliabilitas Final Skala Privacy Concern

Reliabilitas mengacu pada konsistensi hasil pengukuran walaupun alat ukur digunakan berulang kali dan dengan waktu yang berbeda pada suatu populasi, individu maupun suatu kelompok (Cresswell, 2011; Supratiknya 2014).


(58)

Hasil analisis data yang telah dilakukan menunjukkan bahwa koefisien Alpha Cronbach menunjukkan nilai 0,918 pada jumlah item 100. Setelah dilakukan seleksi item dengan menggugurkan 32 item dan diperoleh 68 item, koefisien Alpha Cronbach pada skala tersebut adalah 0,939. Hal ini menunjukkan bahwa skala Privacy Concern memiliki koefisien Alpha Cronbach yang tinggi karena nilai yang dimiliki mendekati angka 1,00.

a. Daya Diskriminasi Skala

Daya diskriminasi dalam skala penelitian ini menggunakan koefisien diskriminasi delta Ferguson yang dilambangkan dengan δ. Koefisien diskriminasi menunjukkan seberapa cermat dan konsisten sebuah skala penelitian menjenjangkan subjek penelitian sepasang demi sepasang dalam hal atribut psikologis yang diukur (Supratiknya, 2014). Skala yang berdaya diskriminasi yang baik memiliki koefisien δ ≥ 0,90. Hasil perhitungan koefisien delta Ferguson adalah:

δ = (n+1)(N2-Σƒi2)/nN2 = (68+1)(792-343)/ 68.792 = (69)(6241-343)/68.6241 = 69.5898/424388

= 401064/424388 = 0,945041

Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, dapat disimpulkan bahwa skala Privacy Concern memiliki daya diskriminasi yang baik sehingga


(59)

dapat membedakan perhatian atau kepedulian akan privasi pada masing-masing subjek.

G. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode statistik deskriptif. Peneliti juga melakukan uji normalitas untuk mengetahui apakah data penelitian berasal dari populasi yang sebarannya normal (Santoso, 2010). Uji normalitas menggunakan teknik Kolmogorov-Smirnov dilakukan untuk mengetahui apakah data yang didapatkan dari skala Priva cy Concern memiliki distribusi atau sebaran yang normal atau tidak. Selanjutnya, untuk membuat kategori subjek dengan Privacy Concern yang cenderung tinggi atau rendah peneliti melihat perbedaan antara rerata empirik dan rerata teoritik yang dihitung dengan menggunakan uji T sampel tunggal (one sampled T test).

Dalam penelitian ini, beberapa tambahan deskripsi data dilakukan menggunakan crosstabs. Penyajian data dilakukan dengan menggunakan diagram maupun histogram mengenai hasil perhitungan data supaya data yang telah dihitung dapat dipahami dengan mudah. Data yang diperoleh dari skala Privacy Concern dihitung dengan bantuan perangkat lunak IBM SPSS Statistic versi 20.


(60)

43

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan Maret hingga Desember 2016. Penelitian dilakukan secara online terhadap para Remaja pengguna Facebook dengan keseluruhan responden sejumlah 79 orang. Pengambilan data secara online dilakukan pada tanggal 2-7 Desember 2016. Alat ukur yang digunakan adalah skala Privacy Concern yang sudah dilakukan seleksi item dalam uji coba pada tanggal 1 Desember 2016 terhadap 65 responden uji coba skala. Pengambilan data penelitian dan data uji coba menggunakan aplikasi ‘Google Form’ dengan mengelola pengaturan pada setiap isian jawaban untuk meminimalisir isian jawaban yang kosong karena terlewatkan. Pengelolaan pengaturan ini membuat seluruh data yang tersimpan (65 data responden uji coba dan 79 data responden penelitian) dapat digunakan karena terisi dengan lengkap.

B. Deskripsi Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah remaja pengguna Facebook sejumlah 79 orang. Deskripsi lengkap mengenai usia, jenis kelamin, waktu kepemilikan akun, intensitas akses, durasi akses, jumlah daftar teman, dan aktivitas selama mengakses Facebook dijelaskan di bawah ini:


(61)

1. Sebaran Data Usia

Sebaran usia remaja pengguna Facebook dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.1 Sebaran usia subjek penelitian

Berdasarkan data sebaran usia remaja pengguna Facebook, terdapat 12 orang remaja usia 13 tahun, 10 orang remaja usia 14 tahun, 11 oreng remaja usia 15 tahun, 15 orang remaja usia 16 tahun, 11 orang remaja usia 17 tahun, 14 orang remaja usia 18 tahun, dan 6 orang remaja usia 19 tahun.

2. Sebaran Data Jenis Kelamin

Berdasarkan data sebaran jenis kelamin remaja pengguna Facebook, terdapat 36 orang remaja laki-laki dan 43 orang remaja perempuan.

Tabel 4.2 Sebaran jenis kelamin subjek penelitian

No. Jenis Kelamin Frekuensi

1. Laki-laki 36

2. Perempuan 43

Total 79

No. Usia Frekuensi

1. 13 tahun 12

2. 14 tahun 10

3. 15 tahun 11

4. 16 tahun 15

5. 17 tahun 11

6. 18 tahun 14

7. 19 tahun 6


(62)

3. Sebaran Data Waktu Kepemilikan Akun

Waktu kepemilikan akun Facebook tersebar mulai kurang dari 2 tahun hingga lebih dari 10 tahun.

Tabel 4.3 Sebaran waktu kepemilikan akun

No. Waktu Kepemilikan Akun Frekuensi

1. Kurang dari 2 tahun 2

2. Antara 2 sampai 4 tahun 8

3. Antara 4 sampai 6 tahun 18

4. Antara 6 sampai 8 tahun 28

5. Antara 8 sampai 10 tahun 16

6. Lebih dari 10 tahun 7

Total 79

Dari total 79 subjek terdapat 28 di antaranya yang telah memiliki akun Facebook sejak 6 hingga 8 tahun yang lalu. Sementara itu, 18 di antaranya telah memiliki akun sejak 4 hingga 6 tahun yang lalu.

4. Sebaran Data Intensitas Akses

Intensitas mengakses Facebook tersebar mulai dari beberapa kali dalam sehari hingga satu kali dalam setahun. Dari total 79 subjek terdapat 31 di antaranya yang mengakses Facebook beberapa kali dalam sehari.

Tabel 4.4 Sebaran intensitas mengakses Facebook

No. Seberapa sering Mengakses Facebook Frekuensi

1. Beberapa kali dalam sehari 31

2. Satu kali dalam sehari 3

3. Sekali dalam seminggu 8

4. Bebebapa kali seminggu 24

5. Sekali dalam sebulan 9

6. Satu kali dalam setahun 4


(63)

5. Sebaran Data Durasi Akses

Durasi mengakses Facebook tersebar mulai kurang dari satu jam hingga lebih dari 4 jam. Dari total 79 subjek terdapat 52 di antaranya yang mengakses Facebook kurang dari 1 jam.

Tabel 4.5 Sebaran lama waktu mengakses Facebook

No. Lama Waktu Mengakses Facebook Frekuensi

1. Kurang dari 1 jam 52

2. Antara 1 hingga 2 jam 18

3. Antara 2 hingga 3 jam 9

4. Antara 3 hingga 4 jam 0

5. Lebih dari 4 jam 0

Total 79

6. Sebaran Data Jumlah Daftar Teman

Jumlah daftar teman Facebook subjek penelitian ini tersebar mulai kurang dari 500 orang hingga lebih dari 2000 orang. Dari total 79 subjek terdapat 31 di antaranya yang memiliki jumlah teman antara 501 sampai 1000 orang.

Tabel 4.6 Sebaran Jumlah Daftar Teman Facebook

No. Jumlah Daftar Teman Frekuensi

1. Kurang dari 500 orang 17

2. Antara 501 sampai 1000 orang 31 3. Antara 1001 sampai 1500 orang 17 4. Antara 1501 sampai 2000 orang 7

5. Lebih dari 2000 orang 7


(64)

7. Sebaran Data Aktivitas Facebook

Aktivitas selama mekases Facebook beragam mulai dari mencari teman baru, bermain games, membuat obrolan, melihat-lihat linimasa, update status, dan lain-lain. Dari total 79 subjek terdapat 58 di antaranya sering melihat-lihat linimasa ketika mengakses Facebook.

Selain itu, terdapat 8 subjek yang mengungkapkan aktivitas lain di antaranya: mencari informasi tentang jual-beli, membaca artikel atau mencari video hiburan, melihat grup, membaca berita dan artikel, mengunggah foto, melakukan stalking, dan melihat tanggal ulang tahun teman.

Tabel 4.7 Sebaran Aktivitas selama mengakses Facebook

No. Aktivitas selama mengakses Facebook Frekuensi

1. Mencari teman baru 1

2. Bermain games 4

3. Membuat obrolan (chat/message, comment,

menulis di wall 8

4. Melihat-lihat linimasa (timeline) 58

5. Update status (what’s on your mind?) dan profil 0

6. Lainnya: 8

Total 79

C. Uji Normalitas

Uji normalitas merupakan pengujian yang dilakukan untuk mengecek apakah data penelitian berasal dari populasi yang sebarannya normal (Santoso, 2010). Salah satu teknik yang dilakukan untuk menguji normalitas adalah dengan menggunakan teknik Kolmogorov-Smirnov. Dengan metode ini, data yang memiliki distribusi yang normal adalah data yang memiliki nilai signifikansi


(65)

lebih besar dari nilai alpha sebesar 0,05 (p > α 0,05). Namun jika nilai signifikansinya lebih kecil dari 0,05 (p < 0,05), maka data tersebut tidak terdistribusi secara normal. Hasil analisa menggunakan bantuan perangkat lunak IBM SPSS Statistic versi 20 menunjukkan bahwa nilai signifikansinya (p) sebesar 0,719. Dalam hal ini, nilai signifikansi sebesar 0,719 lebih besar dari nilai 0,05 (p > 0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa data memiliki distribusi normal.

Detail hasil pengujian normalitas dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.8 Uji Normalitas Data

Total

N 79

Normal Parameters Mean 164,38

Std. Deviation 6,663 Most Extreme

Differences

Absolute ,078

Positive ,062

Negative -,078

Kolmogorov-Smirnov Z ,696

Asymp. Sig. (2-tailed) ,719

D. Hasil Penelitian

1. Privacy Concern pada Remaja pengguna Facebook

Analisis deskriptif digunakan untuk menghitung Mean teoritik dan mean empirik. Mean teoritik diperoleh dengan menghitung rerata skor minimum dan maksimum. Sedangkan nilai mean empirik adalah rata-rata skor dari hasil penelitian. Tabel menunjukkan bahwa rerata empirik (164,38) lebih rendah daripada rerata teoritik (170). Perbedaan ini mengungkapkan bahwa Privacy Concern pada remaja pengguna Facebook cenderung rendah.


(66)

Tabel 4.9 Penghitungan mean teoritik dan mean empirik skala Privacy Concern

Teoritik Empirik

N 79 79

Skor Min 68 146

Skor Maks 272 178

Range 204 32

Mean 170 164,38

SD 34 6,663

2. Perbedaan Rerata Teoritik dengan Rerata Empirik pada masing-masing Aspek Pada penelitian ini Priva cy Concern terdiri atas beberapa aspek. Aspek-aspek tersebut adalah Collection, Secondary Usage, Improper Access, Control, dan Awareness. Berikut analisis deskriptif pada setiap aspek dari skala tersebut: Tabel 4.10 Penghitungan mean teoritik dan mean empirik tiap aspek

Aspek

Teoritik Empirik

N Skor Min

Skor

Maks Mean SD N

Skor Min

Skor

Maks Mean SD

Koleksi 79 16 64 40 8 79 33 50 41,01 3,228

Penggunaan

Sekunder 79 14 56 35 7 79 20 39 29,73 3,685

Akses yang

tidak layak 79 16 64 40 8 79 36 47 42,06 2,446

Kontrol 79 12 48 30 6 79 22 33 27,95 2,428


(67)

Hasil penghitungan diatas menunjukkan bahwa nilai mean empirik pada aspek Collection (41,01) dan Improper Access (42,06) lebih tinggi daripada nilai mean teoritik. Sedangkan nilai mean empirik pada aspek Secondary Usage (29,73), Control (27,95), dan Awareness (23,62) lebih rendah daripada nilai mean teoritik. Hal ini menunjukkan bahwa aspek koleksi dan aspek akses yang tidak layak memberikan kontribusi yang cenderung tinggi terhadap Privacy Concern pada remaja pengguna Facebook. Selain itu, aspek penggunaan sekunder, aspek kendali atau penguasaan, dan aspek kesadaran memberikan kontribusi yang cenderung rendah terhadap Privacy Concern pada remaja pengguna Facebook.

3. Uji T Sampel Tunggal

Pengujian tambahan dilakukan untuk menguji perbedaan di antara kedua kelompok mean dengan menggunakan uji T sampel tunggal (One Sample T-Test). Menurut Santoso (2010), uji T sampel tunggal digunakan untuk menguji apakah suatu nilai yang dianggap sebagai pembanding memiliki perbedaan dengan nilai dari suatu sampel. Paparan mengenai hasil uji T sampel tunggal dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.11 Hasil Uji T Sampel Tunggal

t df Sig.

(2-tailed)

Mean Difference

95% Confidence Interval of the Difference

Lower Upper

Privacy


(68)

Berdasarkan tabel di atas, terdapat perbedaan yang signifikan antara rerata mean teoritik dan mean empirik. Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansi yang lebih kecil dari 0,05 yaitu 0,000. Hasil ini semakin menegaskan bahwa secara signifikan Priva cy Concern pada remaja pengguna Facebook cenderung rendah.

Tabel 4.12 Hasil Uji T Sampel Tunggal tiap Aspek

T df Sig.

(2-tailed)

Mean Difference

95% Confidence Interval of the

Difference Lower Upper

Kesadaran -5.719 78 .000 -1.37975 -1.8600 -.8995

Koleksi 2.788 78 .007 1.01266 .2895 1.7358

Penggunaan

Sekunder -12.700 78 .000 -5.26582 -6.0913 -4.4403 Akses yang

tidak layak 7.497 78 .000 2.06329 1.5154 2.6112 Kontrol -7.507 78 .000 -2.05063 -2.5945 -1.5068

Hasil penghitungan Uji T sampel tunggal menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara mean empirik dan mean teoritik. Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansi yang lebih kecil dari 0,05 yaitu 0,000 (aspek Awareness, Secondary Usage, Improper Access, dan Control) dan 0,007 (aspek Collection). Hasil ini semakin menunjukkan bahwa aspek koleksi dan aspek akses yang tidak layak, secara signifikan telah memberikan kontribusi yang cenderung tinggi terhadap Privacy Concern pada remaja pengguna Facebook. Selain itu, aspek penggunaan sekunder, aspek kendali atau penguasaan, dan


(69)

aspek kesadaran secara signifikan telah memberikan kontribusi yang cenderung rendah terhadap Privacy Concern pada remaja pengguna Facebook.

4. Perbedaan Mean Kelompok Laki-laki dan Perempuan

Analisis deskriptif digunakan untuk melihat perbedaan mean empirik dua kelompok subjek laki-laki dan perempuan. Tabel menunjukkan bahwa rerata empirik kelompok subjek laki-laki (163,72) lebih rendah daripada rerata empirik kelompok subjek perempuan (164,93). Perbedaan ini mengungkapkan bahwa Privacy Concern pada remaja laki-laki pengguna Facebook cenderung rendah dibandingkan dengan remaja perempuan pengguna Facebook (rerata teoritik: 170).

Tabel 4.8 Perbedaan Mean Kelompok laki-laki dan Perempuan

Jenis N Mean Std. Std. Error

Laki-laki 36 163.72 6.107 1.018

Perempuan 43 164.93 7.119 1.086

Kendati demikian, terdapat 12 subjek yang memiliki Privacy Concern yang tinggi (4 subjek laki-laki dan 8 subjek perempuan) dengan rentang skor antara 171-178. Distribusinya dapat dilihat pada tabel tabulasi silang berikut:


(70)

Tabel 4.9 Tabulasi Silang antara Gender dengan Privacy Concern

Privacy Concern

Total Rendah Tinggi

Gender Laki-laki 32 4 36

Perempuan 35 8 43

Total 67 12 79

E. Pembahasan

Secara keseluruhan, hasil penelitian menunjukkan bahwa mean empirik (164,38) subjek penelitian menunjukkan nilai yang lebih rendah dari mean teoritik (170). Dari kedua nilai tersebut, diperoleh selisih mean sebesar 5,62. Dengan kata lain, hasil ini mengungkapkan bahwa Privacy Concern pada remaja pengguna Facebook cenderung rendah. Hasil ini diperkuat dengan perhitungan nilai signifikansi yang lebih kecil dari 0,05 yaitu 0,000. Hasil ini semakin menegaskan bahwa secara signifikan Privacy Concern pada remaja pengguna Facebook cenderung rendah.

Perhitungan lima aspek yang ada menunjukkan bahwa nilai mean empirik pada aspek Collection (41,01) dan Improper Access (42,06) lebih tinggi daripada nilai mean teoritik (40 dan 40). Sedangkan nilai mean empirik pada aspek Secondary Usage (29,73), Control (27,95), dan Awareness (23,62) lebih rendah daripada nilai mean teoritik (35, 30, dan 25). Dari selisih mean pada aspek Collection (1,01), Improper Access (2,06), Secondary Usage (5,27), Control (2,05), dan Awareness (1,38) dapat dilihat bahwa aspek Secondary Usage memiliki


(71)

kontribusi paling besar terhadap rendahnya Privacy Concern pada remaja pengguna Facebook. Hal ini menunjukkan bahwa rendahnya kekhawatiran akan privasi cenderung disebabkan karena kurangnya kepedulian atau kekhawatiran pada informasi pribadi yang dikumpulkan atau dikelola untuk satu tujuan tertentu tetapi pada kenyataannya digunakan untuk tujuan lain tanpa sepengetahuan dan otorisasi dari individu pemilik informasi tersebut; dalam hal ini adalah remaja pengguna Facebook.

Perbandingan mean kelompok laki-laki dan perempuan juga menunjukkan bahwa rerata empirik kelompok subjek laki-laki (163,72) lebih rendah daripada rerata empirik kelompok subjek perempuan (164,93). Perbedaan ini mengungkapkan bahwa Privacy Concern pada remaja laki-laki pengguna Facebook cenderung rendah dibandingkan dengan remaja perempuan pengguna Facebook.

Hasil yang telah diungkapkan sebelumnya juga menunjukkan bahwa mayoritas remaja mengakses Facebook untuk melihat-lihat linimasa (Tabel 4.7). temuan ini senada dengan penelitian terdahulu yang mengungkapkan salah satu alasan menggunakan Facebook adalah untuk melakukan penelusuran informasi dari pengguna lain ((Pempek, Yermolayeva, dan Calvert, 2009). Hal ini senada pula dengan laporan GlobalWebIndex (2016) yang mengungkapkan bahwa aktivitas yang paling sering para pengguna Facebook di seluruh dunia adalah melihat-lihat lini masa dan mengklik tombol like (66 Pelepasan emosi mengambil peranan penting terhadap aktivitas akses ini. Melihat berarti memuaskan keinginan dengan menjadi penonton. Menonton merupakan cara untuk melepaskan diri dari ketegangan kehidupan sehari-hari. Salah satu tujuan perkembangan remaja adalah


(72)

pembentukan identitas. Pada fase ini remaja perlu untuk mencapai perasaan aman tentang siapa mereka dan ingin menjadi siapa mereka nantinya (Erikson, 1968; Harter, 1999 dalam Peter dan Valkenburg, 2011). Menonton merupakan upaya untuk mencapai perasaan aman sekaligus mengeksplorasi tentang siapa mereka dan ingin menjadi siapa mereka nantinya melalui beragam informasi yang lalu lalang di linimasa.

Selain itu, aktivitas melihat-lihat lini masa juga merupakan wujud nyata dari fungsi privasi yang lain yaitu otonomi pribadi. Otonomi pribadi berkaitan dengan keinginan untuk terhindar dari segala manipulasi dan dominasi pihak lain (Westin, 1967 dalam Peter dan Valkenburg, 2011; Margulis, 2011). Melihat-lihat lini masa dapat melindungi otonomi pribadi dengan cara memberikan waktu, ruang, dan kesempatan pada setiap individu untuk mengamati apa yang diungkapkan oleh orang lain sebelum akhirnya ia memberikan tanggapan dengan membuat komentar, menulis di wall, maupun membuat obrolan (Tabel 4.7). Otonomi pribadi memiliki peran penting dalam mendukung fungsi psikologis, stabilitas relasi interpersonal, dan proses pengembangan individualitas (Westin, 1967 dalam Peter dan Valkenburg, 2011; Margulis, 2011).

Perkembangan media sosial (medsos) paska Facebook telah melahirkan beragam medsos lain dengan beragam fitur utama. Hal ini semakin mendukung kecenderungan untuk menonton sebagai bagian dari upaya untuk mencapai perasaan aman. Menonton lebih mengutamakan indera penglihatan sehingga gambar menjadi sesuatu yang penting. Medsos lain seperti Instagram dan Path menyediakan tempat khusus untuk berbagi beragam informasi melalui gambar (Lin


(73)

dan Lu, 2011). Maka tak heran jika kemudian antusiasme untuk melihat gambar menjadikan Instagram dan Path sebagai media sosial yang digemari setelah Facebook.

Kecenderungan privasi yang rendah juga menunjukkan bahwa pengabaian terhadap resiko privasi mendominasi remaja pengguna Facebook. Tidak satu pun di antara subjek penelitian yang memilih update status sebagai aktivitas yang paling sering dilakukan saat mengakses Facebook (Tabel 4.7). Melihat-lihat linimasa tanpa melakukan update status dapat dianggap sebagai keengganan untuk mendapatkan masalah yang mungkin saja bisa menciptakan kebingungan identitas (Santrock, 2014; Moshman, 2011). Oleh karena itu, perhatian akan privasi dalam remaja ditampilkan bukan dalam bentuk pengaturan facebook, melainkan dengan cara keengganan untuk membuat update status. Dengan tidak mengupdate status, remaja berupaya untuk membuat jarak antara diri sendiri dengan orang lain. Orang lain ini berpotensi untuk mengintip laman Facebook miliknya kapan pun dan di mana pun. Keengganan untuk mengupdate status adalah upaya untuk membuat jarak aman dan meminimalisir potensi timbulnya kesalahan atau persoalan karena update status.

Keengganan ini merupakan implementasi fungsi privasi yaitu pembatasan dan perlindungan terhadap komunikasi. Seseorang yang enggan untuk berinteraksi tentunya akan mengatur batas-batas komunikasi dan membatasi akses informasi pribadi. Pengaturan batas-batas komunikasi tersebut dimaksudkan untuk menjamin jarak psikologis yang diperlukan dalam relasi interpersonal yang intim (romantis) atau formal. Pembatasan akses informasi pribadi diperlukan untuk meyakinkan


(74)

setiap individu bahwa informasi pribadi yang diungkapkan hanya dapat diakses oleh pihak yang dapat percaya (Westin, 1967 dalam Peter dan Valkenburg, 2011; Margulis, 2011).

Implementasi dari ketiga fungsi tersebut merupakan upaya melaksanakan tiga tugas perkembangan masa remaja yang saling terkait. Tiga tugas itu adalah otonomi, identitas, dan keintiman (Bukatko, 2008; Steinberg, 2008 dalam Peter dan Valkenburg, 2011). Kecenderungan hanya melihat-lihat lini masa dan keengganan untuk memposting sesuatu (update status) merupakan ekspresi para remaja pengguna Facebook untuk merasa, berpikir, dan bertindak secara independen. Independensi ini secara spesifik berkaitan dengan kemandirian emosional dalam hubungan dengan orang lain, kemerdekaan kognitif dalam pengembangan keyakinan, norma, dan nilai-nilai, dan kemandirian perilaku dalam menentukan pilihan dan pengambilan keputusan (Steinberg, 2008 dalam Peter dan Valkenburg, 2011). Tujuan perkembangan pembentukan identitas menyiratkan bahwa remaja perlu untuk mencapai perasaan aman tentang siapa mereka dan ingin menjadi siapa mereka nantinya (Erikson, 1968; Harter, 1999 dalam Peter dan Valkenburg, 2011). Perkembangan identitas diri yang kuat seiring konsep diri yang semakin kompleks dan abstrak menunjukkan sifat-sifat dan atribut yang digunakan untuk menggambarkan diri remaja (Peter dan Valkenburg, 2011). Temuan ini senada dengan penelitian sebelumnya yang mengungkapkan bahwa alasan menggunakan Facebook adalah untuk ekspresi diri dan dan pengungkapan diri (self-disclosure) (Wiley dan Sisson, 2006; Hollenbaugh dan Ferris, 2014; Zlatolas, Welzer, Heričko,


(75)

dan Hölbl, 2015), serta untuk pembentukan identitas (Selwyn, 2009; Valkenburg, Schouten, dan Peter, 2005).

Menarik untuk mencermati temuan tentang aktivitas selama mengakses Facebook (Tabel 4.7). Membuat obrolan (chat/message, comment, menulis di wall) merupakan aktivitas kedua yang paling sering dilakukan para remaja selama meakses Facebook. Hal ini merupakan upaya untuk mengekspresikan keintiman. Keintiman ini adalah bagian dari tugas perkembangan pada masa remaja yang ditandai dengan kemampuan untuk menjalin relasi sosial. Kemampuan itu nampak dari upaya untuk membentuk dan menjaga hubungan dekat, hubungan yang bermakna dengan orang lain (Buhrmester dan Furman, 1987; Buhrmester dan Prager, 1995; Furman dan Wehner,1994 dalam Peter dan Valkenburg, 2011).

Aktivitas membuat obrolan (chat/message, comment, menulis di wall) dengan yang lain menunjukkan bahwa para remaja pengguna Facebook memanfaatkan media sosial untuk menjalin relasi personal, menjaga hubungan dekat, dan hubungan yang lebih bermakna dengan orang lain. Hal ini semakin dikuatkan dengan temuan bahwa mayoritas subjek penelitian ini (28 orang dari total 79) telah memiliki akun Facebook sejak 6 hingga 8 tahun yang lalu dan 18 di antaranya telah memiliki akun sejak 4 hingga 6 tahun yang lalu (Tabel 4.3). Penggunaan Facebook merupakan upaya untuk menjalin komunikasi dan menjaga relasi personal dengan orang lain yang sudah dikenal sejak 4 hingga 8 tahun yang lalu. Hal ini senada dengan temuan penelitian terdahulu yang menggali alasan penggunaan Facebook; interkoneksi dan keinginan untuk menjembatani hubungan offline dan online (Boyd dan Ellison, 2008), mengelola persahabatan yang telah ada


(76)

sebelumnya (Ellison, Steinfield, dan Lampe, 2007; Madge, Meeks, Wellens, dan Hooley, 2009), afiliasi dan keintiman relasi (Park, Jin, dan Jin, 2011), pembentukan identitas (Selwyn, 2009; Valkenburg, Schouten, dan Peter, 2005), ekspresi diri dan pengungkapan diri (self-disclosure) (Wiley dan Sisson, 2006; Hollenbaugh dan Ferris, 2014; Zlatolas, Welzer, Heričko, dan Hölbl, 2015).


(77)

60

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, maka diperoleh kesimpulan bahwa Privacy Concern pada remaja pengguna Facebook cenderung rendah. Hal ini disebabkan perbedaan mean teoritik (µ = 170) dengan mean empirik (µ= 164,38), di mana mean empirik lebih kecil nilainya dibandingkan dengan mean teoritik.

Selain itu, terdapat perbedaan rerata teoritik dengan rerata empirik pada masing-masing aspek. Aspek koleksi (41,01) dan aspek akses yang tidak layak (42,06) memiliki mean empirik lebih tinggi daripada mean teoritik. Sedangkan aspek penggunaan sekunder (29,73), aspek kendali atau kontrol (27,95), dan aspek kesadaran (23,62) memiliki mean empirik lebih rendah daripada mean teoritik.

Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa rerata empirik kelompok subjek laki-laki (163,72) lebih rendah daripada rerata empirik kelompok subjek perempuan (164,93). Perbedaan ini mengungkapkan bahwa Privacy Concern pada remaja laki-laki pengguna Facebook cenderung rendah dibandingkan dengan remaja perempuan pengguna Facebook (rerata teoritik: 170).


(78)

B. Keterbatasan Penelitian

Penelitian Privacy Concern pada remaja pengguna Facebook memiliki keterbatasan penelitian yakni pengabilan sampel hanya sebanyak 79 subjek. Sementara itu, total populasi remaja pengguna Facebook di Indonesia ada sebanyak 26 juta jiwa. Hal ini menjadikan hasil penelitian ini kurang dapat merepresentasikan kondisi populasi. Selain itu, dalam penelitian ini, anggota sampel dipilih berdasarkan kemudahan dan ketersediaan untuk mengaksesnya sehingga mengakibatkan proporsinya tidak seimbang.

Selain itu, penelitian ini juga tidak melihat dimensionalitas alat ukur. Hal ini mengakibatkan hasil privacy concern pada remaja pengguna Facebook hanya dilihat secara keseluruhan tanpa menguraikan satu per satu aspeknya. Skala yang telah disusun tidak dianggap sebagai skala multidimensional sehingga peneliti tidak melakukan analisa korelasi tiap aspek.

C. Saran

Berdasarkan hasil penelitian mengenai Privacy Concern pada remaja pengguna Facebook, ada dua saran yang dapat diberikan:

1. Bagi Remaja pengguna Facebook

Guna megantisipasi berbagai potensi penyalahgunaan, remaja pengguna Facebook pada khususnya dan media sosial lain pada umumnya perlu memperhatikan dan peduli pada privasi. Hal ini dapat dilakukan dengan cara mengelola pengaturan privasi secara rutin. Selain itu, remaja juga perlu lebih bijaksana dalam menggunakan media sosial untuk


(79)

mengantisipasi adanya respon negatif dari pengguna medsos lainnya (netizen) dan untuk mengantisipasi jerat pidana pelanggaran UU ITE.

2. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian selanjutnya perlu untuk memperhatikan jumlah subjek penelitian yang masif sehingga mampu merepresentasikan total populasi pengguna media sosial. Selain itu, peneliti selanjutnya juga perlu memperhatikan proporsi karakteristik subjek penelitian. Mengingat bahwa alat ukur ini tidak dianggap sebagai skala multidimensi, penelitian selanjutnya dapat melakukan analisa korelasi tiap aspek untuk melihat hubungan dan keterkaitan tiap aspek dalam kontribusinya pada priva cy concern.


(80)

DAFTAR ACUAN

Acquisti, A. dan Gross, R. (2006). Imagined communities: a wareness, information sharing, and privacy on the facebook. dalam G. Danezis & P. Golle (Eds.). (2011). Privacy enhancing technologies (Hal 36-58). Cambridge, UK: Springer-Verlag Berlin Heidelberg.

Affan, H. (2010, 17 Februari). Remaja menjadi 'korban' Facebook. BBC Indonesia. Diakses pada 20 Januari 2016 pukul 14. 45 WIB dari laman http://www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia/2010/02/100217_faceboo k.shtml

Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia. (2015). Profil Pengguna Internet Indonesia 2014. Jakarta:APJII.

Boyd, D. dan Ellison, N. (2008) Social Network Sites: Definition, History and Scholarship. Journal of Computer-Mediated Communication, 13, 210– 230.

Buntaran, F. A. A. dan Helmi, A. F. (2015). Peran Kepercayaan Interpersonal Remaja yang Kesepian dalam Memoderasi Pengungkapkan Diri pada Media Jejaring Sosial Online. Jurnal Psikologi Universitas Gadjah Mada, 1(2), 106-119.

Castañeda, J. dan Montoro, F. (2007). The effect of Internet general privacy concern on customer behavior. Electronic Commerce Research, 7(2), 117-141. Christofides, E., Muise, A., dan Desmarais, S. (2009). Information disclosure &

control on Facebook: Are they two sides of the same coin ortwo different processes? CyberPsychology & Behavior, 12(3), 341-345.

Clark-Carter, D. (2010). Quantitative Psychological Research: a Student’s Handbook. 3rd ed. New York: Psychology Press.

Creswell, J.W. (2011). Educational Research : Planing, Conducting, and Evaluating Quantitative and Qualitative Research. Boston : Pearson Educatio, Inc.

Davies, C. dan Eynon, R.(2013). Teenagers and Technology. New York: Routledge.

Debatin, B., Lovejoy, J. P., Horn, A. K., dan Brittany N. H. (2009). Facebook & Online Privacy: Attitudes, Behaviors & Unintended Consequences. Journal of Computer Mediated Communication 15, 83-108.

Diina, Nirmala (2013). Persepsi Remaja dan Orangtua terhadap Penggunaan Facebook. Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya, 2(1), 1-20.


(81)

Dolnicar, S., dan Jordaan, Y. (2006) Protecting customer privacy in the company's best interest. Australasian Marketing Journal, 14(1), 39-61.

Ellison, N. B., Steinfeld, C., dan Lampe, C. (2007). The benefits of Facebook “friends:” Social capital and college students’ use of online social network sites. Journal of Computer-Mediated Communication, 12(4), 1143-1168. Fadhal, S. dan Nurhajati, L. (2012). Identifikasi Identitas Kaum Muda di Tengah

Media Digital. Jurnal Al-Azhar Indonesia Seri Pranata Sosial, 1(3), 176-200.

Global Indonesian Voices (2014). Social media craze in Indonesia. Diakses pada 8

Januari 2015 pukul 20.25 WIB dari laman

https://vulcanpost.com/7358/social-media-craze-indonesia/

Global Web Index (2014). GWI Social Report: GlobalWebIndex’s quarterly report on the latest trends in social network usage & engagement. Diakses pada tanggal 2 September 2014 pukul 15.49 WIB dari laman https://www.globalwebindex.net/products/report/gwi-social-january-2014. Global Web Index (2015). GWI Social: GlobalWebIndex’s quarterly report on the

latest trends in social networking. Diunduh pada tanggal 17 September 2015 pukul 21.49 WIB dari laman http://www.thewebmate.com/wp-content/uploads/2015/05/GWI-Social-Report-Q1-2015.pdf

Govani, T., dan Pashley, H. (2005). Student awareness of the privacy implications when using Facebook. unpublished paper presented at the “Privacy Poster Fair” at the Carnegie Mellon University School of Library and Information Science, 9, 1-17. Diunduh pada 10 Oktober 2016 pukul 19.12 WIB dari laman http://lorrie.cranor.org/courses/fa05/tubzhlp.pdf

Grimmelmann, J. (2009). Saving Facebook. University of Iowa La w Review, 94, 1137- 1216.

Hadi, S. (1994). Analisis butir analisis butir instrumen angket, tes dan skala nilai dengan basica. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Hartono, Y. (2011). Aktifitas Komunikasi Masyarakat Melalui Situs Jejaring Sosial. Jurnal Studi Komunikasi dan Media, 15(2), 175-190.

Haythornthwaite, C. (2001). Introduction: The Internet in Everyday Life. America n Behavioral Scientist, 45(3), 363-382.

Hollenbaugh, E. dan Ferris, A. (2014). Facebook self-disclosure: Examining the role of traits, social cohesion, and motives. Computers in Human Behavior, 30(Jan 2014), 50–58.

Hong, W., dan Thong, J. Y. (2013). Internet privacy concerns: An integrated conceptualization and four empirical tests. MIS Quarterly, 37(1), 275-298.


(82)

Indarini, N. (2014, 22 Januari). Bermula dari Facebook, Ini Beberapa Kasus Kriminal yang Menimpa Remaja. detikHealth. Diakses pada 20 Januari

2016 pukul 15.23 WIB dari laman

http://health.detik.com/read/2014/01/22/145746/2474924/775/bermula-dari-facebook-ini-beberapa-kasus-kriminal-yang-menimpa-remaja

Introna, L. D., dan Pouloudi, A. (1999). Privacy in the Information Age: Stakeholders, interests & values. Journal of Business Ethics, 22, 27-38. Karman (2014). Media Sosial: Antara Kebebasan dan Eksploitasi. Jurnal Studi

Komunikasi dan Media, 18(1), 75-88.

Kemp, S. (2016) Digital in 2016: We Are Social’s Compendium of Global Digital, Social, and Mobile Data, Trends, and Statistics. Diunduh pada tanggal 17

September 2015 pukul 22.04 WIB dari laman

http://wearesocial.com/sg/special-reports/digital-2016

Korpijaakko, M. (2015). Cracking Facebook: The Importance of Understanding Technology-Based Communication. Rotterdam: Sense Publisers.

Larson, R. dan Wilson, S. (2004). Adolescence across Place and Time: Globalization and the Changing Pathways to Adulthood. In Handbook of Adolescent Psychology. New York: Wiley.

Lewis, K., Kaufman, J., dan Christakis, N. (2008). The Taste for Privacy: An Analysis of College Student Privacy Settings in an Online Social Network. Journal of Computer Mediated Communication, 14, 79-100.

Lin, K. Y., dan Lu, H. P. (2011). Why people use social networking sites: An empirical study integrating network externalities and motivation theory. Computers in Human Behavior, 27(3) , 1152-1161.

Livingstone, S. (2008). Taking risky opportunities in youthful content creation: Teenager’s use of social networking sites for intimacy, privacy, & self -expression. New Media & Society, 10(3) , 393-411.

Madge, C., Meek, J., Wellens, J., dan Hooley, T. (2009). Facebook, social integration & informal learning at university:'It is more for socializing & talking to friends about work than for actually doing work'. Learning, Media & Technology, 34(2), 141-155.

Majorsy, U., Kinasih, A. D., Andriani, I., dan Lisa, W. (2013). Hubungan antara Keterampilan Sosial dan Kecanduan Situs Jejaring Sosial pada Masa Dewasa Awal. Proceeding PESAT (Psikologi, Ekonomi, Sastra, Arsitektur & Teknik Sipil) Bandung, Jawa Barat, Indonesia. p78-84.

Malhotra, N.K., Kim, S.S., dan Agarwal, J. (2004). Internet users’ information privacy concerns (IUIPC): The construct, the scale, and a causal model. Information Systems Research, 15(4), 336-355.


(83)

Margulis, S. (2011). Three Theories of Privacy: An Overview. Dalam Trepte, S. dan Reinecke, L. (Eds.). (2011). Privacy Online: Perspectives on Privacy and Self-Disclosure in the Social Web (Hal 9-18). New York: Springer. Markel, M. (2005). The rhetoric of misdirection in corporate privacy-policy

statements. Technical Communication Quarterly, 14(2), 197-214.

Maryulis (2014). Pengaruh Aktivitas di Media Sosial Terhadap Rutinitas Blogger Sumatera Barat. Jurnal Pekommas, 17(2), 119-128.

McKenna, K., dan Bargh, J. (1988). Coming out in the age of Internet: Identity “demarginalization” through virtual group participation. Journal of Personality and Social Psychology, 75, 681-694.

Milne, G., Rohm, A., dan Bahl, S. (2004). Consumers' protection of online privacy and identity. Journal of Consumers Affairs, 38(2), 217-232.

Miyazaki, A. dan Fernandez, A. (2000). Internet Privacy and Security: An Examination of Online Retailer Disclosures. Journal of Public Policy & Marketing, 19(1), 54-61.

Miyazaki, A. dan Fernandez, A. (2001) Consumer perceptions of privacy and security risks for online shopping. Journal of Consumer Affairs, 35(1), 27-44.

Moshman, D. (2011). Adolescent Rationality and Development: Cognition, Morality, and Identity. 3rd ed. New York: Psychology Press.

Muise, A., Christofides, E., dan Desmarais, S. (2009). More information than you ever wanted to know – Does Facebook bring out the green-eyed monster of jealousy? CyberPsychology & Behavior, 12(4), 441-444.

Nosko, A., Wood, E., dan Molema, S. (2009). All about me: Disclosure in online social networking profiles: The case of Facebook. Computers in Human Behavior, 26(2010), 406-418.

Nurmandia, H., Wigati, D., dan Masluchah, L. (2013). Hubungan antara Kemampuan Sosialisasi dengan Kecanduan Jejaring Sosial. Jurnal Penelitian Psikologi,4(2), 107-119.

Nyshadham, E. dan Minton, R. (2013). Affect and risksin IS research. Proceedings of the Sixteenth Annual Conference for the Southern Association of Information Systems. Diunduh pada 4 Maret 2016 pada pukul 16.12 WIB dari laman http://ssrn.com/abstract=2225446.

O’Neil, D. (2001) Analysis of Internet Users’ Level of Online Privacy Concerns. Social Science Computer Review, 19(1), 17-31.

O'Keeffe, G. dan Clarke-Pearson, K. (2011). Clinical Report-The Impact of Social Media on Children, Adolescents, and Families, 127(4), 800-804.


(84)

Park, N., Jin, B. dan Jin, A. (2011). Effects of self-disclosure on relational intimacy in Facebook. Computers in Human Behavior,27(5), 1974-1983.

Peluchette, J., dan Karl, K. (2008). Social networking profiles: An examination of student attitudes regarding use & appropriateness of content. CyberPsychology & Behavior, 11(1), 95-7.

Pempek, T.A., Yermolayeva, Y.A., dan Calvert, S.L. (2009). College students' social networking experiences on Facebook. Journal of Applied Developmental Psychology, 30, 227-238.

Peter, J. dan Valkenburg, P. (2011 ). Adolescents’ Online Privacy: Toward a Developmental Perspective. Dalam Trepte, S. dan Reinecke, L. (Eds.). (2011). Privacy Online: Perspectives on Privacy a nd Self-Disclosure in the Social Web (Hal 221-234). New York: Springer.

Pramiyanti, A., Putri, I. P., dan Nureni R. (2014). Motif Remaja dalam Menggunakan Media Baru: Studi pada Remaja di Daerah Sub-Urban Kota Bandung. KomuniTi, 6(2), 95-103.

Prasetya, E. (2015, 11 September). Kasus-kasus status iseng di Facebook berujung masalah. Merdeka.com. Diakses pada 20 Januari 2016 pukul 15.10 WIB dari laman http://www.merdeka.com/peristiwa/kasus-kasus-status-iseng-di-facebook-berujung-masalah.html

Prayitno, A. L. (2013. Pengaruh Social Influence Process terhadap Participation Behavior Pengguna Twitter di Surabaya. Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya, 2(2), 1-13.

Pribadi, A. S., Pratiwi, M. M. S., dan Brotowidagdo, R. (2011). Motif Afiliasi Pengguna Aktif Facebook. Proyeksi, 6(2), 50-57.

Pusat Bahasa (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Putri, D. K., Nirwana, M. D., dan Sobari, W. (2012). Analisis Manajemen Privasi Komunikasi Korban Cyberstalking dalam Facebook. Diakses pada 18 April

2016 pukul 18.40 WIB dari laman

http://interaktif.ub.ac.id/index.php/interaktif/article/download/120/118 Rianto, Y., Lumanto, R., dan Meiningsih, S. (Eds.) (2013). Potret Belanja Online

di Indonesia. Jakarta: Pusat Data dan Sarana Informatika, Kementerian Komunikasi dan Informatika.

Rifon, N. J., LaRose, R., dan Lewis, M. L. (2007). Resolving the Privacy Pa radox: Towa rd a social-cognitive theory of consumer privacy protections. Diunduh dari laman https://www.msu.edu/~wirthch1/privacyparadox07.pdf pada 2 Januari 2016 pukul 21.24 WIB.


(85)

Rohm, A. dan Milne, G. (2004). Just what the doctor ordered: The role of information sensitivity and trust in reducing medical information privacy concern. Journal of Business Research, 57(9), 1000-1011.

Santoso, A. (2010). Statistik untuk psikologi dari blog menjadi buku. Yogyakarta: Penerbit Universitas Sanata Dharma.

Santrock, J. W. (2010) Life-Span Development. 13th Edition. New York: McGraw-Hill.

Santrock, J. W. (2014) Adolescence. 15th ed. New York: McGraw-Hill Education. Schofield, C dan Joinson, A. (2008). Privacy, Trust, and Disclosure Online. Dalam Azy, B. (Ed.). (2008). Psychological Aspects of Cyberspace-Theory, Research, Applications (Hal 13-31). New York: Cambridge University Press.

Sheehan, K.B. dan Hoy, M.G. (2000). Aspekons of privacy concern among online consumers. Journal of Public Policy & Marketing, 19(1), 62-73.

Sikape, H. J. (2014). Persepsi Komunikasi Pengguna Media Sosial pada Blackberry Messenger Twitter dan Facebook Oleh Siswa SMAN 1 Tahuna. Journal

“Acta Diurna”,3(3).

Sledgianowski, D., dan Kulviwat, S. (2009). Using social network sites: The effects of playfulness, critical mass and trust in a hedonic context. Journal of Computer Information Systems, 49(4), 74-83.

Smith, H., Milberg, S., dan Burke, S. (1996). Information Privacy: Measuring Individuals' Concerns about Organizational Practices. MIS Quarterly, 20(2), 167-196.

Sofiyyah (2015). Konstruksi Makna Path sebagai Media Komunikasi Interpersonal dalam Dunia Sosial Virtual di Kalangan Mahasiswa. Jom FISIP, 2(1), 1-11. Special, W. dan Li-Barber, K. (2012). Self-disclosure and student satisfaction with

Facebook. Computers in Human Behavior, 28(2), 624–630.

Steg, L., Berg, A., de Groot, J. (2013) Environmental psychology: an introduction. Oxford, UK: Blackwell Publishing.

Subrahmanyam, K. dan Šmahel, D. (2011). Digital Youth: The Role of Media in Development. New York: Springer.

Sularto, L. (2004). Pengaruh Privasi, Kepercayaan, dan Pengalaman terhadap Niat Beli Konsumen Melalui Internet. Jurnal Ekonomi & Bisnis, 3(9), 138-155. Suparno, B. A., Sosiawan, E. A., dan Tripambudi, S. (2012). Situs Jejaring Sosial


(86)

Supratiknya, A. (2014). Pengukuran Psikologis. Yogyakarta: Penerbit Universitas Sanata Dharma.

Supratiknya, A. (2016). Kuantifikasi Validitas Isi dalam Asesmen Psikologis. Yogyakarta: Sanata Dharma University Press.

Taddei, S. dan Contena, B. (2013). Privacy, Trust and Control: Which Relationships with Online Self-Disclosure? Computers in Human Behavior, 29(3), 821-826.

Taraszow, T., Elena, A., Georgina, S., Yiannis, L., dan Asyu, A. (2010). Disclose of personal & contact information by young people in social networking sites: An analysis using Facebook© profiles as an example. International Journal of Media & Cultural Politics,6(1), 81-102. Timm, D. M. dan Duven, C. J. (2008). Privacy and Social Networking Sites.

New Directions for Student Services, 124, 89-102.

Tufekci, Z. (2008). Can You See Me Now? Audience & Disclosure Regulation in Online Social Network Sites. Bulletin of Science & Technology, 28(1), 20-36.

Turow, J. dan Hennessy, M. (2007). Internet privacy & institutional trust: insights from a national survey. New Media & Society, 9, 300-318.

Valkenburg, P.M., Schouten, A.P., dan Peter, J. (2005). Adolescents' Internet-based identity experiments: An exploratory survey. New Media & Society, 7, 383-402.

Vulcanpost.com (2014) Social Media Craze In Indonesia. diunduh dari laman https://vulcanpost.com/7358/social-media-craze-indonesia/ pada 20 Juli 2015 pukul 14.45 WIB.

Wiley, C. dan Sisson, M. (2006). Ethics, accuracy & assumption: The use of Facebook by students & employers. Proc. of the Southwestern Ohio Council for Higher Education Special Topics Forum. Dayton, Ohio, USA.

Winterdyk, J. dan Thompson, N. (2008). Student & Non Student Perceptions & Awareness of Identity Theft. Canadian Journal of Criminology & Criminal Justice, April 2008,153-186.

Youn, S. (2005). Teenagers’ perceptions of online privacy & coping behaviours: A riskbenefit appraisal approach. Journal of Broadcasting & Electronic Media, 49(1), 86-110.

Zakaria, I. (2015). Remaja Indonesia makin tergantung dengan Facebook ketika liburan. Diunduh dari laman http://www.techno.id/social/remaja-indonesia-makin-tergantung-dengan-facebook-ketika-liburan-150701k.html pada 20 Januari 2016 pukul 20.14 WIB.


(87)

Zhao, S., Grasmuck, S., dan Martin, J. (2008). Identity construction on Facebook: Digital empowerment in anchored relationships. Computers in Human Behavior, 24, 1816-1836.

Zlatolas, L., Welzer, T., Heričko, M., dan Hölbl, M. (2015). Privacy antecedents for SNS self-disclosure: The case of Facebook. Computers in Human Behavior, 45(Apr 2015), 158–167.


(88)

LAMPIRAN 1


(89)

SKALA PENGUKURAN PSIKOLOGIS

(dalam rangka memenuhi tugas akhir kuliah)

Yohanes Wahyu Setia Jati 099114060

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA


(90)

FORM PERSETUJUAN

Dengan hormat,

Dalam rangka penelitian untuk penulisan skripsi, saya mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta hendak meminta bantuan Anda untuk mengisi kuisioner yang sudah disediakan di bawah ini.

Penelitian ini mengenai perhatian akan privasi atau yang dikenal juga dengan nama

privacy concern pada pengguna Facebook. Untuk itu, saya meminta kesediaan Anda untuk meluangkan waktu serta berpartisipasi dalam mengisi kuesioner yang telah disediakan.

Secara umum kuesioner ini berisi pernyataan-pernyataan yang berkaitan perhatian akan privasi atau yang dikenal juga dengan nama privacy concern dalam konteks penggunaan Facebook. Sebelum memulai pengerjaan, isilah data yang tertera pada bagian Identitas Diri. Bacalah dengan teliti Petunjuk Pengisian sebelum mengisi jawaban dari pernyataan yang ada.

Tidak ada jawaban yang salah dalam kuisioner ini. Semua jawaban yang Anda berikan adalah tepat sepanjang hal itu sesuai dengan pengalaman dan pengetahuan Anda yang sesungguhnya.

Saya menyadari sepenuhnya bahwa jawaban yang Anda berikan bersifat pribadi. Semua informasi yang didapat dari responden akan diperlakukan sebagai sesuatu hal yang bersifat rahasia dan hanya digunakan untuk penyusunan penelitian.

Dengan mengisi kuesioner ini Anda dapat melihat kembali pengalaman Anda dalam menggunakan Facebook dari pertama hingga saat ini. Hal ini tentu dapat membuat Anda merasa tidak nyaman dalam memberikan jawaban-jawaban pada kuesioner ini. Kendatipun demikian, saya berharap Anda dapat sepenuhnya berpartisipasi.

Atas waktu dan perhatian Saudara, saya mengucapkan terimakasih.

Saya yang bertandatangan di bawah ini menyanggupi permohonan di atas dan bersedia untuk mengisi kuisioner yang ada di bawah ini.

Yogyakarta, Desember 2016.

_________________ Y. Wahyu Setia Jati

_________________ Partisipan


(91)

IDENTITAS DIRI

Inisial :

Usia : tahun

Jenis kelamin :

Laki-laki

Perempuan

Pendidikan terakhir :

SD

SMP

SMA/SMK

Diploma/Sarjana

Berapa lama menjadi pengguna Facebook?

< 2 tahun

2-4 tahun

4-6 tahun

6-8 tahun

8-10 tahun

> 10 tahun

Seberapa sering mengakses Facebook?

beberapa kali dalam sehari

sekali dalam sehari

sekali seminggu

beberapa kali seminggu

sekali dalam sebulan

setahun sekali Berapa lama waktu pada saat mengakses Facebook?

< 1 jam

1-2 jam

2-3 jam

3-4 jam

> 4 jam

Berapa jumlah teman di Facebook?

< 500

501-1000

1001-1500

1501-2000

> 2000

Apa yang paling sering dilakukan di Facebook?

mencari teman baru

bermain games

membuat obrolan (chat/message, comment, menulis di wall)

melihat-lihat linimasa (timeline)

update status (what’s on your mind?) dan profil


(92)

PETUNJUK PENGISIAN

Berikut terdapat sejumlah pernyataan yang terkait dengan pengalaman Anda dan pada setiap pernyataan terdapat enam pilihan jawaban.

Berikan tanda (X) pada kotak yang Anda anggap paling menggambarkan diri Anda.

Pilihan jawabannya adalah:

STS : Sangat Tidak Setuju TS : Tidak Setuju

S : Setuju

SS : Sangat Setuju

Dalam Skala ini, tidak ada jawaban yang benar maupun salah untuk setiap

pernyataan. Semua jawaban yang Anda pilih merupakan jawaban yang paling sesuai dengan diri Anda. Kami berharap Anda menjawab dengan jujur.

Terimakasih atas kerjasama, serta kesediaannya untuk mengisi skala ini.

No. Pernyataan STS TS S SS

1 Saya senang ketika bisa berbagi foto selfie di tempat-tempat yang saya datangi. 2

Saya yakin bahwa apa yang saya

ungkapkan melalui Facebook belum tentu dapat menyebar luas (viral) dengan cepat. 3

Saya cemas ketika beberapa teman mengabarkan kalau akun Facebook miliknya telah diretas.

4

Saya mengubah pengaturan supaya akun Facebook saya sulit ditemukan lewat penelusuran alamat email.

5 Siapa pun dapat menemukan akun Facebook saya lewat penelusuran email. 6 Siapa pun dapat memulai percakapan

(chat/message) dengan saya. 7

Saya kurang nyaman jika apa yang saya ungkapkan lewat Facebook

disalahgunakan oleh orang lain.

8 Saya mengungkapkan semua informasi pribadi melalui Facebook secara spontan.


(93)

9

Pada saat pertama kali membuat akun, saya kurang nyaman ketika Facebook meminta informasi pribadi.

10 Hanya saya yang mengetahui kata sandi akun Facebook milik saya.

11

Saya mencegah (block) beberapa teman sehingga mustahil bagi mereka untuk mengajak saya menyukai (like) laman tertentu (page).

12

Saya menganggap bahwa sangat kecil kemungkinan Facebook menjual informasi pribadi penggunanya pada pihak lain.

13

Saya mencegah (block) beberapa teman sehingga sulit bagi mereka untuk menyampaikan undangan menghadiri perisitiwa tertentu (event).

14

Saya tetap nyaman sekalipun saya menemukan kesulitan untuk mengedit postingan lama di laman Facebook saya. 15

Saya membatasi akses pengguna lain terhadap postingan lama di 'wall' Facebook saya.

16

Saya kurang nyaman ketika sesuatu yang saya ungkapkan lewat Facebook menjadi viral dan diluar kendali saya.

17 Saya mempertimbangkan apa yang perlu saya ungkapkan ketika update status.

18

Saya akan segera mengakses akun Facebook sesaat setelah mendapatkan notifikasi tanggapan terbaru

(comment/like). 19

Saya membagikan kata sandi akun Facebook pada orang lain yang saya percaya.

20 Saya mengabaikan komentar teman lain pada laman Facebook saya.

21

Saya membatasi pengguna lain yang ingin menuliskan sesuatu di ‘wall’ Facebook saya.

22 Saya memastikan berapa jumlah like yang saya dapat dari postingan terbaru.

23 Saya menceritakan setiap aktivitas sehari-hari di laman Facebook saya.

24

Saya akan tetap berteman sekalipun teman saya mengakses akun Facebook saya tanpa izin.


(94)

25 Saya suka mengungkapkan tempat di mana saya pernah belajar (sekolah/kuliah).

26

Saya menganggap bahwa berbagai informasi pribadi memang perlu

diungkapkan ketika pertama kali membuat akun Facebook.

27

Saya ragu ketika menandai lokasi tempat saya beraktivitas dan membaginya di laman Facebook.

28 Saya melihat siapa saja yang memberi komentar pada postingan terbaru saya. 29

Saya akan berpikir dua kali sebelum mengunggah foto mesra saya dengan kekasih.

30 Saya gelisah ketika saya kesulitan untuk menghapus postingan tertentu.

31

Saya membiakan siapa saja boleh menuliskan apa pun di ‘wall’ Facebook saya.

32

Saya membiarkan teman saya untuk leluasa menandai (tag) saya pada postingan teman-teman saya. 33

Saya membiarkan siapa pun mengundang saya untuk menghadiri perisitiwa tertentu (event).

34 Saya enggan menghapus postingan terdahulu dari laman Facebook saya. 35

Saya menolak tawaran fitur untuk menyimpan kata sandi yang disediakan oleh peramban (browser).

36 Sulit bagi saya untuk menghapus akun Facebook yang saya miliki selama ini. 37

Saya mengatur supaya akun Facebook saya sukar ditemukan lewat penelusuran nomor ponsel (sma rtphone).

38

Saya ragu untuk membagikan foto-foto selfie di tempat-tempat yang saya kunjungi.

39

Saya yakin bahwa Facebook menjaga keamanan informasi milik penggunanya dari serangan peretas (hacker)

40

Saya mengatur setting privasi Facebook supaya akun saya sulit ditemukan ketika googling.


(95)

41

Siapa pun dapat menemukan profil Facebook saya hanya dengan menuliskan nama saya ketika Googling.

42

Hanya teman dari teman saya (Friends of Friends) yang dapat menambahkan saya ke daftar permintaan pertemanan.

43 Semua orang dapat melihat foto-foto yang saya unggah di album Facebook.

44

Saya enggan untuk menuliskan tempat saya belajar sebelumnya (sekolah/kuliah) pada laman Facebook saya.

45

Saya mencegah (block) beberapa teman sehingga mustahil bagi mereka untuk mengundang saya bergabung ke dalam group.

46 Saya suka memposting apapun di laman Facebook saya.

47

Saya menyadari bahwa sesuatu yang sudah saya unggah lewat Facebook dapat

menyebar luas dengan cepat. 48

Saya memperbolehkan siapa pun untuk mengundang saya bergabung ke dalam group.

49 Saya membiarkan peramban (browser) menyimpan kata sandi secara otomatis. 50 Saya sengaja membiarkan postingan lama

dapat ditelusur oleh siapa pun. 51

Saya membatasi agar postingan saya sulit diakses semua pengguna Facebook selain teman saya.

52

Saya berpikir dua kali sebelum

mengungkapkan informasi pribadi melalui Facebook.

53 Saya ragu untuk mencurahkan isi hati melalui Facebook.

54

Saya yakin bahwa informasi pribadi yang saya ungkapkan melalui Facebook dapat disalahgunakan oleh pihak lain.

55 Saya mengunggah foto kemesraan dengan kekasih hati tanpa ragu sedikit pun. 56

Saya akan menghentikan pertemanan (unfriend) jika teman saya mengakses akun Facebook saya tanpa izin.

57 Saya enggan untuk mengganti kata sandi akun Facebook.


(96)

58

Saya khawatir ketika Facebook berbagi informasi pribadi dengan pihak lain tanpa persetujuan saya.

59

Saya meragukan bagaimana mungkin pihak lain dapat menyalahgunakan

informasi pribadi yang saya ungkapkan via Facebook.

60 Saya melakukan update status secara spontan.

61

Saya mengizinkan siapa pun untuk mengajak saya menyukai (like) laman tertentu (page).

62 Saya jarang membatasi siapa saja yang dapat mengakses postingan saya.

63

Saya percaya dan yakin pada kemampuan Facebook dalam mengumpulkan,

menggunakan, dan mengelola informasi para penggunanya.

64

Siapa pun dapat menemukan akun Facebook saya lewat penelusuran nomor ponsel (sma rtphone).

65

Saya mengedit lagi postingan karena komentar teman lain yang membuat saya kurang nyaman.

66 Saya membiarkan siapa saja dapat mengakses postingan yang saya tulis. 67 Saya ragu untuk mencurahkan isi hati

lewat Facebook.

68

Saya pernah meragukan kemampuan Facebook dalam mengumpulkan, menggunakan, dan mengelola informasi penggunanya.

69

Saya mencegah (block) beberapa teman sehingga sulit bagi mereka untuk memulai percakapan (chat/message) dengan saya. 70

Saya khawatir ketika Facebook terlalu banyak mengumpulkan informasi pribadi tentang saya.

71 Saya menolak untuk menerima permintaan pertemanan dari orang asing.

72

Saya meragukan kemampuan Facebook dalam melindungi keamanan informasi milik penggunanya dari serangan peretas (hacker).


(97)

73

Saya sengaja membiarkan informasi kontak (telpon dan email) di profil Facebook diketahui oleh teman-teman.

74

Saya akan membiarkan postingan yang sudah saya tulis sekalipun mendapat tanggapan kurang menyenangkan dari teman lain.

75

Saya membiarkan siapa saja dapat

menanggapi dan mengomentari postingan yang saya tulis.

76

Saya gembira ketika teman lain memberi ‘tag’ nama saya pada foto kebersamaan kami.

77

Saya bangga bila sesuatu yang saya posting mendapat banyak tanggapan (like & comment) dari teman-teman saya.

78

Saya dapat menunda untuk mengakses Facebook walaupun telah mendapatkan notifikasi tanggapan terbaru

(comment/like). 79

Saya menghilangkan tanda (tag) yang menautkan saya pada postingan teman-teman saya.

80

Saya kurang nyaman untuk

mengungkapkan nomor telepon atau alamat email saya di laman profil Facebook

81 Saya membatasi postingan saya hanya dapat dilihat oleh teman saya.

82

Saya pernah berpikir untuk menghapus akun Facebook saya karena jarang saya gunakan.

83

saya mengubah pengaturan sehingga foto yang saya unggah di album Facebook hanya dapat dilihat oleh saya sendiri. 84 Saya berani untuk mengungkapkan apapun

di laman Facebook saya. 85

Saya membatasi postingan yang saya tulis sehingga hanya saya sendiri yang dapat mengaksesnya.

86

Saya tetap tenang sekalipun beberapa teman mengabarkan kalau akun Facebook miliknya telah diretas.

87

Saya akan tenang sekalipun apa yang saya ungkapkan lewat Facebook


(98)

88

Saya gelisah ketika saya kesulitan untuk mengedit sesuatu yang pernah saya posting di laman Facebook.

89

Saya menyadari bahwa informasi yang saya ungkapkan di Facebook dapat diketahui oleh orang lain.

90 Saya senang bila teman-teman memberi ucapan selamat ulang tahun.

91

saya merasa khawatir ketika Facebook berbagi informasi dengan pihak lain tanpa persetujuan dari pemilik akun.

92 Saya jarang memerhatikan siapa saja yang menyukai (nge-like) postingan saya. 93 Saya rutin mengganti kata sandi akun

Facebook.

94 Siapa pun (Everyone) dapat menambahkan saya ke daftar permintaan pertemanan. 95

Setiap melakukan suatu hal yang dirasa penting, saya mengungkapkannya di laman Facebook (update status). 96

Saya kurang nyaman bila tanggal lahir saya diketahui teman-teman pengguna Facebook lain.

97

Saya khawatir tentang kemungkinan Facebook dapat menjual informasi pribadi penggunanya ke pihak lain.

98

Saya mengunggah foto dan menandai lokasi tempat saya beraktivitas bersama teman-teman atau keluarga.

99

Saya merasa kurang nyaman ketika

seorang teman mengunggah foto kami dan memberi ‘tag’ nama saya.

100 Saya menerima permintaan pertemanan dari siapa pun secara spontan


(99)

HASIL RELIABILITAS DAN DAYA DISKRIMINASI UJI COBA SKALA PRIVACY CONCERN

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation Squared Multiple Correlation Cronbach's Alpha if Item

Deleted

Item 1 226,12 503,297 ,367 . ,917

Item 2 226,25 503,407 ,286 . ,917

Item 3 226,38 503,490 ,288 . ,917

Item 4 226,31 495,966 ,524 . ,916

Item 5 226,29 496,429 ,527 . ,916

Item 6 226,14 522,965 -,337 . ,921

Item 7 227,12 504,703 ,261 . ,917

Item 8 227,09 500,241 ,363 . ,917

Item 9 226,51 502,566 ,363 . ,917

Item 10 227,23 506,399 ,192 . ,918

Item 11 226,55 493,845 ,508 . ,916

Item 12 226,17 501,080 ,331 . ,917

Item 13 226,17 496,643 ,491 . ,916

Item 14 226,14 507,184 ,225 . ,918

Item 15 226,65 497,701 ,448 . ,916

Item 16 227,03 509,218 ,122 . ,918

Item 17 227,35 505,263 ,337 . ,917

Item 18 226,12 511,141 ,038 . ,919

Item 19 227,14 498,246 ,430 . ,916

Item 20 226,45 514,563 -,067 . ,919

Item 21 226,31 499,029 ,426 . ,916

Item 22 225,95 514,576 -,062 . ,919

Item 23 227,26 505,009 ,276 . ,917

Item 24 226,63 498,580 ,476 . ,916

Item 25 225,91 506,585 ,245 . ,917

Item 26 226,14 518,902 -,190 . ,920


(100)

Item 28 226,75 510,532 ,089 . ,918

Item 29 227,12 499,703 ,365 . ,917

Item 30 226,78 501,109 ,395 . ,917

Item 31 226,43 496,937 ,475 . ,916

Item 32 226,25 494,501 ,508 . ,916

Item 33 226,40 499,556 ,431 . ,916

Item 34 226,23 501,524 ,325 . ,917

Item 35 226,72 505,547 ,209 . ,918

Item 36 225,92 517,416 -,151 . ,920

Item 37 226,58 494,778 ,477 . ,916

Item 38 226,38 498,897 ,452 . ,916

Item 39 226,05 507,732 ,153 . ,918

Item 40 226,25 496,157 ,473 . ,916

Item 41 226,23 498,118 ,471 . ,916

Item 42 226,43 505,374 ,223 . ,918

Item 43 226,48 493,597 ,554 . ,916

Item 44 226,02 505,328 ,254 . ,917

Item 45 226,42 502,590 ,299 . ,917

Item 46 226,89 501,348 ,387 . ,917

Item 47 226,77 499,805 ,491 . ,916

Item 48 226,65 499,732 ,398 . ,917

Item 49 226,69 504,341 ,264 . ,917

Item 50 226,45 495,688 ,551 . ,916

Item 51 226,63 492,080 ,654 . ,915

Item 52 227,20 503,756 ,357 . ,917

Item 53 227,08 503,135 ,364 . ,917

Item 54 226,92 501,260 ,394 . ,917

Item 55 227,29 507,648 ,180 . ,918

Item 56 226,75 497,907 ,417 . ,916

Item 57 226,22 496,953 ,406 . ,916

Item 58 227,05 499,388 ,520 . ,916

Item 59 226,34 506,134 ,209 . ,918

Item 60 226,88 501,360 ,311 . ,917

Item 61 226,55 504,220 ,266 . ,917

Item 62 226,32 493,566 ,603 . ,915

Item 63 225,88 502,203 ,363 . ,917

Item 64 226,75 498,595 ,434 . ,916

Item 65 226,42 508,403 ,144 . ,918

Item 66 226,35 497,326 ,484 . ,916


(101)

Item 68 226,43 503,093 ,329 . ,917

Item 69 226,45 503,376 ,322 . ,917

Item 70 226,77 501,837 ,413 . ,917

Item 71 226,92 497,291 ,496 . ,916

Item 72 226,38 504,740 ,248 . ,917

Item 73 226,72 495,860 ,477 . ,916

Item 74 226,23 505,868 ,202 . ,918

Item 75 226,14 498,527 ,450 . ,916

Item 76 225,72 506,672 ,234 . ,917

Item 77 225,78 516,390 -,148 . ,919

Item 78 225,57 522,374 -,393 . ,920

Item 79 226,06 508,965 ,151 . ,918

Item 80 226,98 496,922 ,472 . ,916

Item 81 226,80 495,631 ,556 . ,916

Item 82 226,29 503,023 ,217 . ,918

Item 83 226,23 503,337 ,279 . ,917

Item 84 227,06 501,621 ,360 . ,917

Item 85 226,25 506,876 ,165 . ,918

Item 86 226,23 501,618 ,384 . ,917

Item 87 227,03 499,968 ,407 . ,917

Item 88 226,58 498,372 ,483 . ,916

Item 89 226,98 503,328 ,408 . ,917

Item 90 225,62 516,647 -,168 . ,919

Item 91 225,48 527,785 -,544 . ,921

Item 92 226,32 509,816 ,097 . ,918

Item 93 225,69 502,716 ,342 . ,917

Item 94 226,32 496,785 ,420 . ,916

Item 95 227,06 504,809 ,254 . ,917

Item 96 225,95 506,357 ,229 . ,918

Item 97 226,55 497,282 ,492 . ,916

Item 98 226,32 504,066 ,249 . ,917

Item 99 225,86 509,246 ,149 . ,918


(102)

LAMPIRAN


(103)

SKALA PENGUKURAN PSIKOLOGIS

(Privacy Concern pada Remaja Pengguna Facebook)

Yohanes Wahyu Setia Jati 099114060

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA


(104)

FORM PERSETUJUAN

Dengan hormat,

Dalam rangka penelitian untuk penulisan skripsi, saya mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta hendak meminta bantuan Anda untuk mengisi kuisioner yang sudah disediakan di bawah ini.

Penelitian ini mengenai perhatian akan privasi atau yang dikenal juga dengan nama

privacy concern pada pengguna Facebook. Untuk itu, saya meminta kesediaan Anda untuk meluangkan waktu serta berpartisipasi dalam mengisi kuesioner yang telah disediakan.

Secara umum kuesioner ini berisi pernyataan-pernyataan yang berkaitan perhatian akan privasi atau yang dikenal juga dengan nama privacy concern dalam konteks penggunaan Facebook. Sebelum memulai pengerjaan, isilah data yang tertera pada bagian Identitas Diri. Bacalah dengan teliti Petunjuk Pengisian sebelum mengisi jawaban dari pernyataan yang ada.

Tidak ada jawaban yang salah dalam kuisioner ini. Semua jawaban yang Anda berikan adalah tepat sepanjang hal itu sesuai dengan pengalaman dan pengetahuan Anda yang sesungguhnya.

Saya menyadari sepenuhnya bahwa jawaban yang Anda berikan bersifat pribadi. Semua informasi yang didapat dari responden akan diperlakukan sebagai sesuatu hal yang bersifat rahasia dan hanya digunakan untuk penyusunan penelitian.

Dengan mengisi kuesioner ini Anda dapat melihat kembali pengalaman Anda dalam menggunakan Facebook dari pertama hingga saat ini. Hal ini tentu dapat membuat Anda merasa tidak nyaman dalam memberikan jawaban-jawaban pada kuesioner ini. Kendatipun demikian, saya berharap Anda dapat sepenuhnya berpartisipasi.

Atas waktu dan perhatian Saudara, saya mengucapkan terimakasih.

Saya yang bertandatangan di bawah ini menyanggupi permohonan di atas dan bersedia untuk mengisi kuisioner yang ada di bawah ini.

Yogyakarta, Desember 2016.

_________________ Y. Wahyu Setia Jati

_________________ Partisipan


(105)

IDENTITAS DIRI

Inisial :

Usia : tahun

Jenis kelamin :

Laki-laki

Perempuan

Berapa lama menjadi pengguna Facebook?

< 2 tahun

2-4 tahun

4-6 tahun

6-8 tahun

8-10 tahun

> 10 tahun

Seberapa sering mengakses Facebook?

beberapa kali dalam sehari

sekali dalam sehari

sekali seminggu

beberapa kali seminggu

sekali dalam sebulan

setahun sekali Berapa lama waktu pada saat mengakses Facebook?

< 1 jam

1-2 jam

2-3 jam

3-4 jam

> 4 jam

Berapa jumlah teman di Facebook?

< 500

501-1000

1001-1500

1501-2000

> 2000

Apa yang paling sering dilakukan di Facebook?

mencari teman baru

bermain games

membuat obrolan (chat/message, comment, menulis di wall)

melihat-lihat linimasa (timeline)

update status (what’s on your mind?) dan profil


(106)

PETUNJUK PENGISIAN

Berikut terdapat sejumlah pernyataan yang terkait dengan pengalaman Anda dan pada setiap pernyataan terdapat enam pilihan jawaban.

Berikan tanda (X) pada kotak yang Anda anggap paling menggambarkan diri Anda.

Pilihan jawabannya adalah:

STS : Sangat Tidak Setuju TS : Tidak Setuju

S : Setuju

SS : Sangat Setuju

Dalam Skala ini, tidak ada jawaban yang benar maupun salah untuk setiap

pernyataan. Semua jawaban yang Anda pilih merupakan jawaban yang paling sesuai dengan diri Anda. Kami berharap Anda menjawab dengan jujur.


(107)

No. Pernyataan STS TS S SS

1 Saya senang ketika bisa berbagi foto selfie di tempat-tempat yang saya datangi.

2

Saya yakin bahwa apa yang saya ungkapkan melalui Facebook belum tentu dapat

menyebar luas (viral) dengan cepat. 3

Saya cemas ketika beberapa teman

mengabarkan kalau akun Facebook miliknya telah diretas.

4

Saya mengubah pengaturan supaya akun Facebook saya sulit ditemukan lewat penelusuran alamat email.

5 Siapa pun dapat menemukan akun Facebook saya lewat penelusuran email.

6

Saya kurang nyaman jika apa yang saya ungkapkan lewat Facebook disalahgunakan oleh orang lain.

7 Saya mengungkapkan semua informasi pribadi melalui Facebook secara spontan. 8

Pada saat pertama kali membuat akun, saya kurang nyaman ketika Facebook meminta informasi pribadi.

9

Saya mencegah (block) beberapa teman sehingga mustahil bagi mereka untuk

mengajak saya menyukai (like) laman tertentu (page).

10

Saya menganggap bahwa sangat kecil kemungkinan Facebook menjual informasi pribadi penggunanya pada pihak lain.

11

Saya mencegah (block) beberapa teman sehingga sulit bagi mereka untuk menyampaikan undangan menghadiri perisitiwa tertentu (event).

12 Saya membatasi akses pengguna lain terhadap postingan lama di 'wall' Facebook saya. 13 Saya mempertimbangkan apa yang perlu saya

ungkapkan ketika update status.

14 Saya membagikan kata sandi akun Facebook pada orang lain yang saya percaya.

15 Saya membatasi pengguna lain yang ingin menuliskan sesuatu di ‘wall’ Facebook saya. 16 Saya menceritakan setiap aktivitas sehari-hari


(108)

17

Saya akan tetap berteman sekalipun teman saya mengakses akun Facebook saya tanpa izin.

18

Saya ragu ketika menandai lokasi tempat saya beraktivitas dan membaginya di laman

Facebook.

19 Saya akan berpikir dua kali sebelum

mengunggah foto mesra saya dengan kekasih. 20 Saya gelisah ketika saya kesulitan untuk

menghapus postingan tertentu.

21 Saya membiakan siapa saja boleh menuliskan apa pun di ‘wall’ Facebook saya.

22

Saya membiarkan teman saya untuk leluasa menandai (tag) saya pada postingan teman-teman saya.

23

Saya membiarkan siapa pun mengundang saya untuk menghadiri perisitiwa tertentu (event).

24 Saya enggan menghapus postingan terdahulu dari laman Facebook saya.

25

Saya mengatur supaya akun Facebook saya sukar ditemukan lewat penelusuran nomor ponsel (sma rtphone).

26 Saya ragu untuk membagikan foto-foto selfie di tempat-tempat yang saya kunjungi. 27

Saya mengatur setting privasi Facebook supaya akun saya sulit ditemukan ketika googling.

28

Siapa pun dapat menemukan profil Facebook saya hanya dengan menuliskan nama saya ketika Googling.

29 Semua orang dapat melihat foto-foto yang saya unggah di album Facebook.

30

Saya enggan untuk menuliskan tempat saya belajar sebelumnya (sekolah/kuliah) pada laman Facebook saya.

31

Saya mencegah (block) beberapa teman sehingga mustahil bagi mereka untuk

mengundang saya bergabung ke dalam group. 32 Saya suka memposting apapun di laman

Facebook saya. 33

Saya menyadari bahwa sesuatu yang sudah saya unggah lewat Facebook dapat menyebar luas dengan cepat.


(109)

34 Saya memperbolehkan siapa pun untuk mengundang saya bergabung ke dalam group. 35 Saya membiarkan peramban (browser)

menyimpan kata sandi secara otomatis. 36 Saya sengaja membiarkan postingan lama

dapat ditelusur oleh siapa pun. 37

Saya membatasi agar postingan saya sulit diakses semua pengguna Facebook selain teman saya.

38

Saya berpikir dua kali sebelum

mengungkapkan informasi pribadi melalui Facebook.

39 Saya ragu untuk mencurahkan isi hati melalui Facebook.

40

Saya yakin bahwa informasi pribadi yang saya ungkapkan melalui Facebook dapat disalahgunakan oleh pihak lain.

41

Saya akan menghentikan pertemanan (unfriend) jika teman saya mengakses akun Facebook saya tanpa izin.

42 Saya enggan untuk mengganti kata sandi akun Facebook.

43

Saya khawatir ketika Facebook berbagi informasi pribadi dengan pihak lain tanpa persetujuan saya.

44 Saya melakukan update status secara spontan. 45 Saya mengizinkan siapa pun untuk mengajak

saya menyukai (like) laman tertentu (page). 46 Saya jarang membatasi siapa saja yang dapat

mengakses postingan saya.

47

Saya percaya dan yakin pada kemampuan Facebook dalam mengumpulkan,

menggunakan, dan mengelola informasi para penggunanya.

48

Siapa pun dapat menemukan akun Facebook saya lewat penelusuran nomor ponsel

(smartphone).

49 Saya membiarkan siapa saja dapat mengakses postingan yang saya tulis.

50

Saya pernah meragukan kemampuan Facebook dalam mengumpulkan, menggunakan, dan mengelola informasi penggunanya.


(110)

51

Saya mencegah (block) beberapa teman sehingga sulit bagi mereka untuk memulai percakapan (chat/message) dengan saya. 52

Saya khawatir ketika Facebook terlalu banyak mengumpulkan informasi pribadi tentang saya.

53 Saya menolak untuk menerima permintaan pertemanan dari orang asing.

54

Saya sengaja membiarkan informasi kontak (telpon dan email) di profil Facebook diketahui oleh teman-teman.

55

Saya membiarkan siapa saja dapat

menanggapi dan mengomentari postingan yang saya tulis.

56

Saya kurang nyaman untuk mengungkapkan nomor telepon atau alamat email saya di laman profil Facebook

57 Saya membatasi postingan saya hanya dapat dilihat oleh teman saya.

58

saya mengubah pengaturan sehingga foto yang saya unggah di album Facebook hanya dapat dilihat oleh saya sendiri.

59 Saya berani untuk mengungkapkan apapun di laman Facebook saya.

60

Saya tetap tenang sekalipun beberapa teman mengabarkan kalau akun Facebook miliknya telah diretas.

61

Saya akan tenang sekalipun apa yang saya ungkapkan lewat Facebook disalahgunakan oleh orang lain.

62

Saya gelisah ketika saya kesulitan untuk mengedit sesuatu yang pernah saya posting di laman Facebook.

63

Saya menyadari bahwa informasi yang saya ungkapkan di Facebook dapat diketahui oleh orang lain.

64 Saya rutin mengganti kata sandi akun Facebook.

65 Siapa pun (Everyone) dapat menambahkan saya ke daftar permintaan pertemanan. 66

Setiap melakukan suatu hal yang dirasa penting, saya mengungkapkannya di laman Facebook (update status).


(111)

67

Saya khawatir tentang kemungkinan Facebook dapat menjual informasi pribadi penggunanya ke pihak lain.

68 Saya menerima permintaan pertemanan dari siapa pun secara spontan


(112)

LAMPIRAN


(113)

Usia

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

13 12 15,2 15,2 15,2

14 10 12,7 12,7 27,8

15 11 13,9 13,9 41,8

16 15 19,0 19,0 60,8

17 11 13,9 13,9 74,7

18 14 17,7 17,7 92,4

19 6 7,6 7,6 100,0

Total 79 100,0 100,0

Jenis Kelamin

Frequency Percent Valid

Percent

Cumulative Percent

Valid

Laki-laki 36 45,6 45,6 45,6

Perempuan 43 54,4 54,4 100,0

Total 79 100,0 100,0

Kepemilikan Akun

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

1 2 2,5 2,5 2,5

2 8 10,1 10,1 12,7

3 18 22,8 22,8 35,4

4 28 35,4 35,4 70,9

5 16 20,3 20,3 91,1

6 7 8,9 8,9 100,0


(114)

Frekuensi Akses

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

1 31 39,2 39,2 39,2

2 3 3,8 3,8 43,0

3 8 10,1 10,1 53,2

4 24 30,4 30,4 83,5

5 9 11,4 11,4 94,9

6 4 5,1 5,1 100,0

Total 79 100,0 100,0

Durasi Akses

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

1 52 65,8 65,8 65,8

2 18 22,8 22,8 88,6

3 9 11,4 11,4 100,0

Total 79 100,0 100,0

Jumlah Teman

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

1 17 21,5 21,5 21,5

2 31 39,2 39,2 60,8

3 17 21,5 21,5 82,3

4 7 8,9 8,9 91,1

5 7 8,9 8,9 100,0


(115)

Aktivitas

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

1 1 1,3 1,3 1,3

2 4 5,1 5,1 6,3

3 8 10,1 10,1 16,5

4 58 73,4 73,4 89,9

6 8 10,1 10,1 100,0

Total 79 100,0 100,0

Descriptive Statistics

N Mean Std. Deviation Minimum Maximum

Skor Total 79 164,38 6,663 146 178

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Skor Total

N 79

Normal Parametersa,b Mean 164,38

Std. Deviation 6,663

Most Extreme Differences

Absolute ,078

Positive ,062

Negative -,078

Kolmogorov-Smirnov Z ,696

Asymp. Sig. (2-tailed) ,719

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

One-Sample Test

Test Value = 0

t df Sig. (2-tailed) Mean

Difference

95% Confidence Interval of the Difference

Lower Upper