Tujuan Penelitian Biopestisida Pengaruh biopestisida campuran daun mengkudu (Morinda citrifolia) dan daun tembakau (Nicotiana tabacum L.) pada konsentrasi berbeda terhadap mortalitas belalang kembara (Locusta Migratoria)
dalam areal yang luas. Salah satu faktor yang mempengaruhi daya racun insektisida adalah cara masuknya insektisida kedalam tubuh organisme target atau bagaiana
serangga hama terpapar dengan insektisida. Berdasarkan cara masuknya racun ke dalam tubuh serangga hama, insektisida dibagi menjadi tiga golongan: 1 racun
lambung perut, 2 racun kontak, 3 racun pernapasan. Fiedler and Bayard, 1997 Racun lambung atau perut adalah insektisida yang membunuh serangga sasaran
dengan cara masuk ke sistem pencernaan melalui alat mulut bersamaan dengan makanan yang mereka makan. setelah masuk ke oragan pencernaan serangga, racun
insektisida diserap dinding usus kemudian ditranslokasikan ke tempat sasaran yang mematikan sesuai dengan jenis bahan aktif insektisida tersebut. Rosma, 2015
Racun kontak adalah insektisida yang masuk ke dalam tubuh serangga melalui integumen. Insektisida golongan ini akan menyebabkan serangga target terbunuh
apabila terkena langsung dengan insektisida tersebut. Oleh karena itu, insektisida harus diaplikasikan langsung pada integumen serangga. Rosma, 2015
Racun pernapasan adalah insektisida yang masuk ke dalam tubuh serangga melalui sistem pernapasan serangga. Insektisida racun pernapasan dapat terhirup
melalui lubang pernapasan serangga. Insektisida pernapasan diformulasikan sedemikian rupa hingga memiliki bentuk partikel mikro yang melayang di udara.
Serangga akan mati apabila menghirup partikel mikro insektisida tersebut dalam jumlah yang cukup. Kebanyakan racun pernapasan berupa gas, asap maupun uap.
Rosma, 2015 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Insektisida adalah bahan kimia yang digunakan untuk mengendalikan serangga dengan cara membunuh serangga yang menyerang jenis tanaman. Subiyakto, 1991.
Insektisida berfungsi untuk membunuh serangga. Ada bermacam-macam golongan insektisida, baik berasal dari bahan alami maupun bahan sintetik Subiyakto, 1991.
Insektisida yang biasa digunakan merupakan insektisida sintetis atau insektisida kimia yang menggunakan bahan kimia. Menurut Sudarmo, 2005 dalam Ratna
Herawati, 2010 menyatakan bahwa insektisida nabati adalah insektisida yang bahan dasarnya berasal dari tanaman atau tumbuhan. Insektisida nabati telah banyak
digunakan oleh para petani. Misal penggunaan tembakau sebagai pestisida telah dilakukan 3 abad yang lalu. Petani Perancis pada tahun 1690 telah menggunakan
perasan daun tembakau untuk mengendalikan hama sejenis kepik pada tanaman persik. Pada saat ini, penggunaan pestisida nabati menjadi tumpuan pengendalian
hama. Selain tembakau
Nicotiana tabacum
L. jenis tanaman lain juga digunakan sebagai insektisida, misalnya bubuk pirtrum, tanaman Derris. Boko famili Lily
dan akar Ryania, ranting dan kulit pacar cina
Aglaia odorata
, daun dan bijimimba
Azaddirachta hispidia
, biji sirkaya
Annona squamusa
, biji jarak
Ricinus commiunis
, daun sirih
Piper bettle
L.. Dalam Ajad . A, 2015 menjelaskan insektisida biotanikal adalah insektisida
dari tumbuhan. Tumbuhan yang memiliki senyawa kimia atau metabolit sekunder yang dapat mempertahankan dirinya terhadap gangguan serangga dan organisme
berpotensi penyakit. Metabolik sekunder biasa disimpan dalam tumbuhan sebagai PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
cadangan makanan, maupun sebagai penangkal serangga. Insektisida alami adalah insektisida yang dibuat dengan memanfaatkan bahan yang di lingkungan sekitar
dengan proses pembuatan yang mudah dan murah. Menurut Grainge and Ahmed 1988 secara global terdapat lebih dari 1500 jenis tumbuhan dan telah dilaporkan
dapat mempunyai sifat beracun terhadap serangga. Namun, di Indonesia ada sekitar 2400 jenis tanaman yang termasuk kedalam 235 famili Hamid dan Nuryani, 1992.
Menurut Grainge and Ahmed 1988 insektisida biotanikal memiliki keunggulan antara lain:
1. Pada umumnya toksisitasnya rendah terhadap hewan dan relatif aman pada
manusia. 2.
Memiliki cara kerja yang luas seperti racun lambung dan racun syaraf. 3.
Sifat meracuni tanaman yang rendah. Menurut Ramulu 1979, insektisida biotanikal memiliki kelemahan antara lain,
1. Sifatnya tidak stabil karena mengalami penguraian yang sangat cepat oleh
sinar matahari, 2.
Daya racunnya lebih cepat terurai sehingga aplikasinya harus dilakukan lebih sering
3. Kapasitas produknya masih rendah dan belum dapat dilakukan dalam jumlah
massal karena bahan tanaman untuk pembuatan insektisida botanikal belum banyak dibudidayakan secara khusus.