81
D. Kesimpulan Hasil Penelitian
Hasil penelitian di Paroki HKTY Ganjuran dengan 75 pasang responden keluarga muda dengan usia perkawinan 5-15 tahun menunjukkan sebuah fakta
yang menarik yang baik untuk didalami lebih lanjut sehingga pada akhirnya dapat ditarik sebuah kesimpulan dan data yang nyata. Data yang diperoleh ini juga dapat
digunakan sebagai pedoman penyusunan program. Hasil penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Perwujudan Janji Perkawinan
a. Kebebasan dalam memilih pasangan dan rasa cinta terhadap pasangan
Berdasarkan dari diagram di atas, dapat diketahui bahwa responden yang terdiri dari pasangan suami-istri dengan usia perkawinan 5-15 tahun di Paroki
HKTY Ganjuran dalam memilih pasangan, orang tua yang kadang-kadang turut campur sebanyak 55.3 sedangkan 6 menyatakan orang tua selalu turut
campur ketika menentukan pasangan hidup. Dari hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa dalam perkawinan yang sekarang dibangun sedikit banyak dipengaruhi
oleh hal tersebut. Menerima kelebihan maupun kekurangan pasangan merupakan hal yang mutlak dalam sebuah janji perkawinan. Dari hasil penelitian diketahui
persentase tertinggi yakni 43.3 responden menyatakan selalu menerima kelebihan dan kekurangan pasangan. Hal ini bisa dipandang sebagai hal yang
positif namun dapat pula dipandang sebagai hal yang masih kurang mengingat persentase tersebut tidak mencapai angka 50.
82
b. Kesetiaan dalam untung dan malang, suka dan duka, sehat maupu sakit
Setia dalam janji perkawinan tidak hanya berhenti pada tidak ada PIL atau WIL namun juga mencakup setia dalam mendengarkan keluh kesah pasangan.
Menurut hasil penelitian, persentase tertinggi 38.3 ditunjukkan oleh jawaban jarang. Jawaban selalu hanya mencapai 34. Hasil tersebut sangat
memprihatinkan mengingat kesetiaan yang seutuhnya seharusnya tercipta dalam kehidupan perkawinan. Setia terhadap pasangan juga dapat ditunjukkan ketika
pasangan terkena PHK. Ketika pasangan terkena PHK dan belum ada kepastian masa depan, maka kesetiaan diuji. Hasil penelitian menunjukkan 44.7
menyatakan selalu setia mendampingi pasangan. Walaupun jawaban selalu menunjukkan persentase paling tinggi dibanding dengan yang lain, namun tetap
tidak bisa dinilai baik sebab jauh dari angka sempurna. Bahkan persentase ini masih kurang dari 50. Kesetiaan pasangan juga dapat ditunjukkan ketika
pasangan sedang mengalami sakit. Hasil penelitian menunjukkan ketika pasangan sakit 42.7 responden menyatakan selalu merawat pasangan, namun jawaban
kadang-kadang juga menunjukkan persentase yang hampir sama yakni 41.3. Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa kesetiaan yang menyeluruh belum
diwujudkan dengan sebaik-baiknya.
c. Kesatuan antara suami-istri
Banyak yang mengatakan bahwa hubungan sexsual merupakan obat yang ampuh dari berbagai masalah yang dihadapi oleh suami atau istri. Hubungan
sexsual merupakan kondisi paling intim yang dilakukan oleh suami-istri dan
83
biasanya dapat meredakan segala situasi kurang baik yang dialami. Hasil penelitian menunjukkan 49.3 pasangan mengatakan hanya kadang-kadang
merasa senang hati berhubungan seksual, sedangkan jawaban selalu senang hati hanya mencapai 46.7. Hal ini membuktikan bahwa hubungan sexsual tidak lagi
dirasakan sebagai sebuah keintiman yang istimewa. Jawaban tertinggi ditunjukkan dengan jawaban kadang-kadang dengan persentase 49.3. Hal ini cukup
memprihatinkan mengingat hubungan seksual merupakan anugerah perkawinan.
d. Perwujudan cinta dan cara menghormati pasangan
Perkawinan Katolik juga mengambarkan kesetaraan antara suami-istri. Kesetaraan ini dapat diungkapkan dalam berbagai macam cara seperti
mengucapkan selamat saat ulang tahun perkawinan. Hasil penelitan menunjukkan bahwa 38 responden menyatakan tidak penah mengucapkan selamat saat ulang
tahun perkawinan, sedangkan jawaban selalu hanya mencapai 26.7 yang masih sangat jauh dari 100. Lingkungan tempat tinggal para pasutri ini kemungkinan
besar berpengaruh pada pola pikir mereka. Paroki HKTY Ganjuran berada di tempat dan situasi hidup yang masih sangat dipengaruhi pola pikir masyarakat
pedesaan. Cara lain yang bisa diusahakan untuk mewujudkan cinta dan menghormati pasangan adalah refleksi yang dilakukan secara bersama-sama,
refleksi merupakan cara yang terbaik untuk mengevaluasi perbuatan yang telah dilakukan sekaligus mendekatkan diri pada Tuhan. Refleksi yang dilakukan secara
bersama-sama dengan pasangan merupakan cara yang baik untuk saling menghormati pasangan sebab refleksi yang dilakukan secara bersama-sama akan
84
menjadikan pasangan selalu berpikir positif dan tidak akan saling menyalahkan ketika terjadi masalah, sebab kesalahan yang dilakukan akan disadari sendiri
dengan kesadaran yang penuh tanpa unsur paksaan sehingga di dapat digunakan sebagai landasan pembetulan sikap hidup dalam perkawinan. Menurut hasil
penelitian dalam melakukan refleksi, dapat diketahui bahwa persentase terbesar ada pada jawaban jarang yang mencapai 44, untuk jawaban selalu hanya 36
yang berarti kesadaran untuk melakukan refleksi bersama masih sangat kurang. Menghormati pasangan dan menempatkan pasangan dalam posisi yang sama juga
dapat terwujud ketika pasangan selalu menanyakan pendapat pasangan untuk mengambil keputusan terutama yang menyangkut kehidupan perkawinan. Dari
hasil penelitian yang dilakukan dapat diketahui bahwa 38 responden menyatakan selalu meminta pendapat pasangan ketika hendak mengambil
keputusan, namun angka yang hampir sama juga ditunjukkan oleh jawaban jarang yang mencapai 29.3. Hal ini perlu mendapat perhatian lagi sebab kesamaan
kedudukan antara suami dan istri merupakan hal yang seharusnya diwujudkan secara penuh.
e. Menjadi orang tua yang baik
Mendidik anak secara Katolik merupakan salah satu dari 3 janji perkawinan pokok yang sering diabaikan oleh pasangan dengan alasan sibuk
bekerja dan yang lebih parahnya lagi adalah pasutri ini melimpahkan tugas utamanya tersebut kepada orang lain bahkan pihak lain yang belum tentu tepat.
Dari hasil penelitian dapat diketahui 50.7 responden menjawab hanya kadang-
85
kadang mendidik anak-anaknya untuk berdoa, yang lebih parahnya jawaban tidak pernah mengajari anaknya berdoa juga muncul walau persentasenya 0.6. Cara
lainnya untuk dapat mendidik anak yakni dengan mendorongnya untuk ikut sekolah minggu. Dengan mengikuti sekolah minggu anak akan semakin mengenal
Allah dan imannya akan Yesus semakin tumbuh dengan baik. Selain itu sekolah minggu merupakan tempat bagi anak-anak untuk berjumpa dengan teman-teman
yang berkeyakinan sama sehingga mereka dikuatkan sebagai minoritas. Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa jawaban selalu mendorong anaknya untuk ikut
sekolah minggu merupakan persentase tertinggi, meskipun begitu hanya sebesar 35.3 dan tidak sampai 50 sedangkan yang sangat mengkhawatirkan adalah
munculnya jawaban tidak pernah mendorong anaknya untuk ikut sekolah minggu. Persentase orang tua yang sama sekali tidak pernah mendorong anaknya untuk
ikut sekolah minggu sebesar 7.3.
2. Pasutri dengan usia perkawinan 5-15 tahun di Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus
Ganjuran a.
Kebiasaan pasutri di rumah Kebiasaan pasangan suami-istri di rumah juga dapat dijadikan sebagai
pedoman untuk menggambarkan sejauh mana mereka mewujudkan janji perkawiannya. Sebuah hal yang dilakukan secara terus menerus atau rutin
memang lebih sulit dilakukan daripada sesuatu yang dilakukan sesekali saja. Contoh konkritnya adalah kebiasaan doa bersama. Kebiasaan doa ini merupakan
wujud dari kesatuan suami-istri dengan Sang Pencipta-Nya. Dari hasil penelitian
86
dapat diketahui bahwa persentase terbesar yakni 55.3 responden menyatakan tidak pernah melakukan doa bersama, sedangkan yang menjawab selalu hanya
sebesar 14. Hasil ini perlu mendapat perhatian khusus dan tindak lanjut yang serius agar jawaban selalu dari responden yang hanya 14 dapat meningkat.
Cinta yang mesra dari pasangan suami-istri juga dapat diwujudkan dan ditunjukkan melalui hal yang sederhana misalnya saja mencium kening pasangan
pada saat hendak pergi tidur. Hal ini sederhana namun tidak mudah dilakukan terlebih saat sedang mengalami masalah dengan pasangan. Dari hasil penelitian
yang dilakukan dapat diketahui bahwa persentase terbesar ditunjukkan dari jawaban tidak pernah memberikan ciuman kening dengan persentase 49.3.
Jawaban selalu memberikan ciuman hanya sebesar 9.3. Hal sederhana lainnya yang dapat menggambarkan penghayatan janji perkawinan melalui kebiasaan
hidup pasangan suami-istri adalah memberitahu pasangan saat pasangan pulang terlambat. Hasil penelitian menunjukkan jawaban terbanyak yakni jarang
memberikan kabar ketika pulang terlambat dengan persentase sebesar 40, sedangkan persentase selalu hanya 30.7. Perwujudan janji perkawinan yang
lainnya jika dilihat dari kehidupan bersama pasangan suami-istri yakni adanya kebiasaan makan bersama. Pada zaman Yesus pun persaudaraan dan keakraban
serta kedekatan biasanya ditunjukkan dalam perjamuan makan bersama. Hasil penelitian menunjukkan persentase terbesar adalah jawaban jarang yakni sebesar
43.3. Hal ini sangat memprihatinkan mengingat waktu makan ada 3 kali yakni pagi, siang dan sore. Sebenarnya untuk makan bersama dari ketiga waktu makan,
bisa dipilih salah satu saja, namun kenyataannya jawaban selalu hanya ada 18.7
87
saja. Kesimpulan dari kebiasaan pasangan suami-istri di rumah untuk mewujudkan janji perkawinan masih jauh dari kata sempurna serta perlu
mendapat perhatian yang serius. Kebiasaan yag tidak baik yang nyatanya masih banyak ditemui dalam kehidupan bersama antara suami istri ini perlu diperbaiki
sedikit demi sedikit agar tidak menjadi kebiasaan yang lama-lama bisa menjadi oase yang bisa meretakkan rumah tangga yang telah dibangaun dengan awal yang
baik. Merubah kebiasaan bukan perkara mudah sehingga harus dilakukan dengan telaten dan sabar serta penuh kesadaran.
b. Kebiasaan pasutri di lingkungan
Kebiasaan lain yang bisa menggambarkan seberapa dalam perwujudan janji perkawinan pasangan suami-istri dengan usia perkawinan 5-15 tahun di
Paroki HKTY Ganjuran adalah kebiasaan pasutri dalam lingkungan. Eksistensi seorang suami ataupun seorang istri tidak hanya terbatas pada pasangan atau
keluarga saja, namun juga pada lingkungannya. Eksistensi ini juga dapat menggambarkan seberapa dalam pasangan mewujudnyatakan janji perkawinan
dalam hidupnya. Eksistensi ataupun keterlibatan ini misalnya saja selalu mengikuti doa lingkungan atau menjadi pengurus lingkungan. Dari penelitian
dapat diketahui bahwa dari seluruh pasangan suami-istri dengan usia perkawinan 5-15 tahun di Paroki HKTY Ganjuran, hanya 18.7 yang menyatakan selalu
terlibat dan persentase terbesar ditunjukkan oleh jawaban jarang yang mencapai 43.3. Jawaban ini sungguh jelas memprihatinkan sebab Gereja hidup karena
keterlibatan umat, namun kenyataannya banyak umat menyatakan jarang terlibat.
88
c. Kebiasaan pasutri di paroki
Setelah pasangan suami-istri terlibat aktif di lingkungan, alangkah baiknya pasangan suami-istri terlibat aktif di paroki. Keterlibatan di paroki tidak melulu
harus keterlibatan yag besar seperti terlibat menadi dewan paroki atau menjadi prodiakon. Keterlibatan bisa dilakukan seperti ikut tugas kor, mengikuti setiap
acara yang menjadi agenda paroki dan lain sebagainya. Menurut hasil penelitian, jawaban terbesar ditunjukkan oleh jawaban tidak pernah terlibat dengan
persentase sebesar 46.7, sedangkan jawaban selalu merupakan jawaban terendah yakni sebesar 6.7. Keterlibatan yang paling sederhana dan bisa dilakukan secara
bersama-sama yakni mengikuti Perayaan Ekaristi secara bersama. Menurut hasil penelitian, 34 menyatakan selalu mengikuti Perayaan Ekasristi bersama
walaupun selalu merupakan jawaban terbesar, namun harus tetap ditingkatkan.
3. Keutuhan Perkawinan
Keutuhan perkawinan dapat dilihat dari hubungan antar keluarga serta perhatian yang besar untuk selalu mengutamakan keluarga.
a. Hubungan antar keluarga
Keluarga merupakan komunitas yang utama dan yang paling mesra. Keluarga merupakan rumah yang selalu terbuka untuk selalu dipulangi yang
selalu menjanjikan cinta yang tidak berkesudahan, namun kenyataan yang ada saat ini sering membuat hati miris sebab banyak kekerasan dan kejahatan yang terjadi
89
dalam keluarga. Dalam konteks keutuhan perkawinan Katolik dalam rangka mewujudkan janji perkawinan, komunikasi antar anggota keluarga harus
dimaksimalkan terutama saat ini teknologi sudah sangat canggih dan semua orang dapat memanfaatkan segi positif dari kemajuan komunikasi dengan menjalin
komunikasi yang baik dengan keluarga, jangan malah mengeksploitasi kecanggihan komunikasi untuk berkomunikasi dengan orang lain. Berdasarkan
penelitian dapat diketahui bahwa 41.3 responden menjawab selalu menjalin komunikasi yang baik dengan pasangan dan anak-anaknya. Walaupun jawaban
selalu merupakan jawaban terbesar, namun tetap saja tidak mencapai 50.
b. Perhatian untuk mengutamakan keluarga
Bekerja adalah cara untuk mempertahankan kelangsungan hidup keluarga, tetapi maknanya saat ini menjadi bergeser karena banyak yang lebih
mengutamakan pekerjaan daripada mengutamakan keluarga. Keluarga ada karena disebabkan oleh ikatan suci antara laki-laki dan perempuan, namun pada
kenyataannya banyak pasutri yang mengesampingkan keluarga yang mereka bangun. Keluarga adalah segala-galanya yang sangat berharga. Salah satu hal
yang bisa menunjukkan seberapa pentingnya keluarga yakni dalam membedakan kepentingan antara keluarga dan pekerjaan. Menurut hasil penelitian, 46.7
responden menyatakan lebih mengutamakan keluarga daripada pekerjaan. Hal ini melegakan namun juga memprihatinkan sebab yang memilih kadang-kadang,
jarang serta tidak pernah jika disatukan lebih dari 50.
90
E. Refleksi Kritis Perwujudan Janji Perkawinan pada Pasutri dengan Usia