35
para jurnalis dan penguasa media. Di kuasai dalam arti diproduksi, dikelola, dan di sebarluaskan oleh institusi media, atas nama bisnis ataupun kepentingan politis.
Imam, 2010:8
2.4.1 Implikasi Citizen Journalism
Kebabasan yang ditawarkan Citizen Journalism dalam menyebarluaskan berita tidak dimiliki oleh jurnalisme konvensional. Kebebasan ini merupakan
kelebihan dari jurnalisme warga, memilih dunia maya sebagai wadah Citizen Journalism merupakan pilihan terbaik, selain akses yang mudah, internet telah
menjadi kebutuhan bagi beberapa masyarakat dunia. Dalam Citizen Journalism siapapun dapat menjadi pewarta, dimana seorang pewarta tanpa harus memiliki
pendidikan yang relevan dapat menyebarluaskan hasil liputannya. Bila pada media konvensional ketika sebuah berita dikirimkan tentu harus melalui proses
editing. Tidak halnya pada Citizen Journalism, semua jenis berita dapat diterbitkan, baik berupa keluh kesal pribadi penulis maupun artikel yang lebih
serius serta peristiwa yang terjadi secara spontan yang ada dihadapan pewarta yang mendokumentasikan kejadian tersebut dan setiap orang bisa memberi
tambahan atau komentar terhadap berita yang ditampilakan. Di Indonesia, bentuk familiar dari Citizen Journalism adalah media
elektronik berupa radio, karena sebagian besar penduduk Indonesia lebih mengenal radio ketimbang dunia internet. Meskipun demikian lambat laun
jurnalisme warga semakin mendapat tempat tersendiri di ranah jurnalisme. Semangat warga untuk memproduksi dan menyebarluaskan hasil liputannya
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
36
merupakan daya tarik tersendiri karena langsung terlibat berpartisipasi dalam kegiatan jurnalisme tersebut.
Perkembangan Citizen Journalism belakangan ini sangat pesat. Buat yang dalam tradisi “Old School Journalism” karena mengandung sejumlah implikasi
yang tidak kecil : 1.
Opening Source Reporting Perubahan modus pengumpulan berita. Wartawan tidak lagi menjadi
satu – satunya pengumpul informasi. Tetapi, wartawan dalam konteks tertentu juga hatus “bersaing” dengan khalayak yang menyediakan
firsthand reporting dari lapangan. 2.
Perubahan modus pengolahan berita Tidak hanya mengandalkan opening source reporting, media kini tidak
lagi menjadi satu – satunya pengelola berita, tetapi juga harus bersaing dengan situs – situs pribadi, blog dan media yang didirikan oleh warga
demi kepentingan publik sebagai pelaku Citizen Journalism. 3.
Mengaburnya batas produsen dan konsumen berita Media yang lazimnya memposisikan diri sebagai produsen berita, kini
juga menjadi konsumen berita dengan mengutip berita – berita dari khalayak aktif. Demikian pula sebaliknya, khalayak yang lazimnya
diposisikan sebagai konsumen berita, dalam lingkup Citizen Journalism menjadi produsen berita yang contentnya di akses pula
oleh media – media lain.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
37
4. Tiga point sebelumnya memperlihatkan khalayak sebagai partisipan
aktif dalam memproduksi, mengkreasi, maupun menyebarkan berita dan informasi. Pada gilirannya factor ini memunculkan ”a new balance
of power” distribusi kekuasaan yang baru. Ancaman power yang baru bagi institusi pers bukan berasal dari pemerintah dan ideologi, atau
sesama kompetitor, tetapi dari khalayak atau konsumen yang biasanya mereka layani. Imam, 2010:32
2.4.2 Dampak Citizen Journalism