MOTIF PENDENGAR MENJADI CITIZEN JOURNALISM PADA RADIO SUARA SURABAYA (Studi Deskriptif Kualitatif Mengenai Motif Pendengar Menjadi Citizen Journalism Pada Radio Suara Surabaya).
(Studi Deskriptif Kualitatif Mengenai Motif Pendengar Menjadi Citizen Journalism Pada Radio Suara Surabaya )
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana pada Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP UPN “Veteran” Jawa Timur
Oleh :
AKBAR TRY SUTRISNO 0743010004
YAYASAN KESEJAHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
SURABAYA 2011
(2)
Journalism Pada Radio Suara Surabaya) Oleh :
AKBAR TRY SUTRISNO 0743010004
Telah dipertahankan di hadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Pada Tanggal 12 Mei 2011
Tim Penguji 1. Ketua
Dra. Sumardjijati, M.Si NIP. 19620323 199309 2 00 1 2. Sekretaris
Dra. Herlina Suksmawati, M.Si NIP. 19641225 199309 2 00 1 3. Anggota
Yuli Candrasari, S.Sos, M.Si NPT. 3 7107 94 0027 1 Pembimbing Utama
Yuli Candrasari, S.Sos, M.Si NPT. 3 7107 94 0027 1
Mengetahui, DEKAN
Dra. Ec. Hj. Suparwati, M.Si NIP. 199550718 198302 2 00 1
(3)
(Studi Deskriptif Kualitatif Mengenai Motif Pendengar Menjadi Citizen Journalism Pada Radio Suara Surabaya)
Disusun oleh : AKBAR TRY SUTRISNO
0743010004
Telah disetujui untuk mengikuti Ujian Skripsi
Menyetujui, Pembimbing Utama
Yuli Candrasari, S.Sos, M.Si NPT. 3 7107 94 0027 1
Mengetahui, DEKAN
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Dra. Ec. Hj. Suparwati, M.Si NIP. 199550718 198302 2 00 1
(4)
Segala puji syukur atas kehadirat Allah SWT, penulis sampaikan karena dengan limpahan rahmat, karunia serta hidayah-Nya, Skripsi yang berjudul “Motif Pendengar Menjadi Citizen Journalism Pada Radio Suara Surabaya” dapat penulis susun dan selesai sebagai wujud pertanggung jawaban penulis.
Dalam proses penulisan Skripsi ini, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak berikut ini:
1. Rasulullah Muhammad SAW untuk inspirasi serta tuntunan yang senantiasa
mengilhami penulis dalam rangka “perjuangan” memaknai hidup.
2. Prof. DR. Ir. Teguh Soedarto, MP, selaku Rektor UPN “Veteran” Jatim.
3. Dra. Ec. Hj. Suparwati, M.Si, sebagai Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik (FISIP) UPN “Veteran” Jatim.
4. Juwito, S.Sos, M.Si, sebagai Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP
UPN “Veteran” Jatim.
5. Drs. Syaifuddin Zuhri, M.Si sebagai Sekretaris Program Studi Ilmu
Komunikasi FISIP UPN “Veteran” Jatim.
6. Yuli Candrasari, S.Sos, M.Si selaku Dosen Pembimbing Skripsi penulis.
Terima kasih atas segala kontribusi Ibu terkait penyusunan Skripsi ini.
7. Seluruh Dosen Program Studi Ilmu Komunikasi maupun Staf Karyawan
(5)
penelitian.
9. Orang tua Bapak Priyanto S. Basuki dan Subakmini, Maaf dan Terima kasih
yang tiada hentinya atas segala doa, pengorbanan dan perjuangan tulus suci
untuk menjadikanku manusia yang belajar memahami hidup dan kehidupan .
10. Nur Alinda, Evan, Irfan, Dwi Yulianti, Apiek, dan Axa, terhadap kesetiaan
yang luar biasa dalam menemani langkah penulis. “Because of you…I’m not
alone.”
11. Seluruh teman – teman UPN Televisi yang telah menjadi inspirasi serta
motivasi besar bagi penulis dalam menempuh pendidikan di UPN “Veteran” Jawa Timur.
12. Seluruh pihak yang tak dapat penulis sebutkan atas keterbatasan halaman
ini, untuk segala bentuk bantuan yang diberikan, penulis ucapkan terima kasih.
Akhir kata, penulis menyadari bahwa Skripsi ini jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu, kritik maupun saran selalu penulis harapkan demi tercapainya hal terbaik dari Skripsi ini. Besar harapan penulis, semoga Skripsi ini dapat memberikan manfaat sekaligus menambah pengetahuan bagi berbagai pihak. Amin.
Surabaya, April 2011
(6)
Halaman
HALAMAN JUDUL ...i
HALAMAN PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI...ii
KATA PENGANTAR ...iv
DAFTAR ISI ...vi
DAFTAR TABEL ...ix
DAFTAR LAMPIRAN...x
ABSTRAKSI...xi
BAB I PENDAHULUAN ...1
1.1 Latar Belakang Masalah ...1
1.2 Perumusan Masalah ...9
1.3 Tujuan Penelitian ...10
1.4 Manfaat Penelitian ...10
1.4.1 Kegunaan Teoritis ...10
1.4.2 Kegunaan Praktis ...10
BAB II KAJIAN PUSTAKA ...11
2.1 Landasan Teori ...11
2.1.1 Komunikasi Massa ...11
2.2 Motif ...16
(7)
2.2.4 Reportase Efektif ...23
2.2.5 Khalayak Pendengar ...26
2.2.6 Teknologi Informasi Komunikasi ...27
2.3 Jurnalistik Radio ...28
2.3.1 Ciri – ciri Jurnalistik Radio ...30
2.3.2 Karekteristik Radio ...31
2.3.3 Prinsip Radio Siaran ...32
2.3.4 Peran Jurnalistik Radio ...33
2.4 Pengertian Citizen Journalism...34
2.4.1 Implikasi Citizen Journalism ...35
2.4.2 Dampak Citizen Journalism ...37
2.4.3 Fungsi Citizen Journalism ...38
2.4.4 Kelemahan dan Kelebihan Citizen Journalism ...38
2.4.5 Peluang dan Tantangan Citizen Journalism ...38
2.4.6 Peranan Citizen Journalism ...39
2.5 Kerangka Berfikir ...40
BAB III METODE PENELITIAN ...44
3.1 Metode Penelitian ...44
3.2 Unit Analisis Data ...45
3.3 Teknik Pengumpulan Data ...46
(8)
4.1 Gambaran Objek Penelitian ...49
4.1.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian ...49
4.1.1.1 Radio Suara Surabaya ...49
4.1.1.2 Citizen Journalism ...51
4.1.2 Identitas Informan ...54
4.1.3 Penyajian Data dan Analisis Data ...56
4.1.3.1 Motif Pendengar Menjadi Citizen Journalism pada Radio Suara Surabaya ...57
4.1.3.2 Peran Teknologi Komunikasi (Handphone/Telepon Genggam) sebagai Sarana Citizen Journalism pada Radio Suara Surabaya ...77
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...92
5.1 Kesimpulan ...92
5.2 Saran ...93
DAFTAR PUSTAKA...95
(9)
Halaman Tabel 1. Analisis isi Topik Berita Informan Penelitian ………88
(10)
Halaman
Lampiran 1. Interview Guide ... 97
Lampiran 2. Transkrip Wawancara Informan 1 ...98
Lampiran 3. Transkrip Wawancara Informan 2 ...101
Lampiran 4. Transkrip Wawancara Informan 3 ...105
Lampiran 5.Transkrip Wawancara Informan 4 ...108
Lampiran 6. Transkrip Wawancara Informan 5 ...111
Lampiran 7. Foto Wawancara dengan Informan 1 ...115
Lampiran 8. Foto Wawancara dengan Informan 2 ...116
Lampiran 9. Foto Wawancara dengan Informan 3 ...117
Lampiran 10. Foto Wawancara dengan Informan 4 ...118
Lampiran 11. Foto Wawancara dengan Informan 5 ...119
Lampiran 12 Transkrip Pernyataan Penelitian ...120
Lampiran 13 Transkrip Jadwal Siaran Suara Surabaya ………..121
(11)
(Studi Deskriptif Kualitatif Mengenai Motif Pendengar Menjadi Citizen Journalism Pada Radio Suara Surabaya)
Penelitian ini berdasarkan adanya fenomena Citizen Journalism yang dilakukan pendengar Radio Suara Surabaya. Citizen Journalism pada Radio Suara Surabaya memiliki kecepatan dan keakuratan dalam melaporkan berita di lokasi kejadian secara langsung melalui handphone atau telepon genggam. Hal itu dibuktikan oleh beberapa pendengar Radio Suara Surabaya dalam mencari dan melaporkan peristiwa yang diliput kepada radio salah satunya yaitu melaporkan kendala jalan melalui program kelana kota pada Radio Suara Surabaya.
Dalam melakukan suatu tindakan tanpa perbuatan pasti didasarkan pada motif. Motif diartikan timbulnya dorongan agar individu itu berbuat, bertindak atau bertingkah laku untuk mencapai beberapa tujuan dari tingkat tertentu. Penelitian menaruh perhatian pada pendengar Radio Suara Surabaya menjadi Citizen Journalism, baik berupa kemampuan pendengar dalam memperoleh berita dengan teknologi yang sederhana. Teori yang digunakan adalah Teori Jurnalistik
Walter Lippmann dan John Dewey serta New Media Theories of Citizen
Journalism.
Metode dalam penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif, yaitu sebuah metode yang lebih mudah menyesuaikan bila dalam penelitian ini kenyataannya ganda, menyajikan secara langsung hubungan antara peneliti dengan objek peneliti, lebih peka serta dapat menyesuaikan diri dengan banyak pengaruh terhadap pola-pola nilai yang dihadapi. Teknik analisis data dalam penelitian ini ialah metode deskriptif, yaitu data yg dikumpulkan berupa kata-kata dan gambar.
Hasil penelitian mengenai motif pendengar menjadi Citizen Journalism pada Radio Suara Surabaya antara lain menginformasikan peristiwa secara aktual, kepedulian masyarakat dalam mengabarkan informasi dan menyampaikan aspirasi serta pengalaman masyarakat. Selain itu, peran teknologi komunikasi yang
digunakan dalam aktivitas Citizen Journalism yaitu berupa telepon genggam
(Handphone). Fitur Handphone berupa telepon dan sms menjadi fitur yang efektif
dalam melakukan aktivitas Citizen Journalism.
Kesimpulan yang dihasilkan yakni, Dalam hal ini kelima informan
melakukan aktivitas Citizen Journalism dengan menggunakan teknologi
komunikasi berupa telepon genggam atau handphone untuk melaporkan berita kepada Radio Suara Surabaya. Motif pendengar Radio Suara Surabaya (informan
penelitian) melakukan aktivitas Citizen Journalism pada Radio Suara Surabaya
seperti menginformasikan peristiwa secara aktual, kepedulian masyarakat dalam mengabarkan informasi dan menyampaikan aspirasi serta pengalaman masyarakat. Hal ini timbul karena kebutuhan akan informasi yang informan harapkan dapat terpenuhi. Selain itu informan peneliti juga dengan rela mengeluarkan pulsa untuk menghubungi Radio Suara Surabaya hanya untuk melaporkan peristiwa atau informasi yang ada.
(12)
1.1 Latar Belakang
Dalam masyarakat modern seperti sekarang ini peranan dan pengaruh informasi dan komunikasi sangat terasa. Tidak ada kegiatan yang dilakukan di dalam dan oleh masyarakat yang tidak memerlukan informasi. Kenyataan tersebut diatas tidak dapat dipungkiri kebenarannya. Hanya orang atau bangsa yang mempunyai banyak informasi yang dapat berkembang dengan pesat. Dalam hal ini Negara yang memiliki kemampuan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi serta informasi akan lebih memperoleh kesempatan memiliki system komunikasi yang dapat menunjang kepentingan nasional, ideologi, dan pandangan hidupnya.
Salah satu kebutuhan utama masyarakat adalah informasi, dalam perkembangan yang terjadi saat ini semakin banyak individu maupun kelompok yang membutuhukan informasi. Informasi tidak hanya digunakan sebagai kebutuhan semata, melainkan juga alat untuk mendapatkan kesuksesan. Penguasaan terhadap media informasi mampu menjadikan kita sebagai penguasa. Seperti yang ada dalam pandangan umum bahwa penguasa media informasi merupakan penguasa masa depan. (Romli 1999:26)
Dalam kemajuan teknologi komunikasi terutama pasca runtuhnya rezim orde baru, masyarakat Indonesia memiliki kebebasan dalam mengakses dan menyebarluaskan berita dengan leluasa, ditambah dengan kemajuan era digital.
(13)
Sekat – sekat ruang dan waktu dalam mendapatkan berita semakin tipis, era reformasi memberikan kebebasan yang sangat luas kepada siapapun dalam mendapatkan maupun menyebarluaskan informasi. Keadaan ini ditandai dengan banyaknya stasiun radio swasta di Indonesia.
Kebebasan di era reformasi juga sangat berpengaruh positif terhadap jurnalisme di Indonesia, kemunculan stasiun radio dan perkembangan teknologi sangat member peran positif terutama jurnalisme. Jurnalisme sendiri telah berevolusi mengikuti teknologi dimana media penyebarluasannya sekarang ini semakin bervariasi, bisa lewat radio, televisi, maupun media cetak lainnya. Perkembangan teknologi telah memberikan suatu terobosan terhadap jurnalisme.
Citizen Journalism merupakan fenomena bagi siapapun yang mengamati
perkembangan media, mereka yang berada di lingkup seperti akademisi, para praktisi, crew dan pemilik media maupun mereka yang berada di luar media, seperti para pengamat media dan pemirsa.
Bagi yang sudah lama mencermati dinamika dunia jurnalistik dari
esensinya yang paling dalam, mengetahui bahwa Citizen Journalism sebenarnya
hanya masalah beda istilah. Prinsipnya tetap sama dengan Public Journalism atau
civic journalism yang terkenal pada tahun 80-an. Yakni mengenai bagaimana menjadikan jurnalisme bukan lagi sebuah ranah yang semata – mata dikuasi oleh para jurnalis dan penguasa media. Di kuasai dalam arti diproduksi, dikelola, dan di sebarluaskan oleh institusi media, atas nama bisnis ataupun kepentingan politis.
Pada dasarnya, tidak ada yang berubah dari kegiatan jurnalisme yang di definisikan seputar aktivitas mengumpulkan, mengolah, dan menyebarluaskan
(14)
berita. Citizen Journalism pada dasarnya melibatkan kegiatan seperti itu. Hanya saja, kalau dalam pemaknaan jurnalisme konvensional yang melakukan aktivitas tersebut adalah wartawan.
Citizen Journalism adalah bentuk spesifik dari Citizen Media dengan
content yang berasal dari publik. Di Indonesia, istilah yang dimunculkan untuk
Citizen Journalism adalah jurnalisme partisipatoris atau jurnalisme warga.
Setidaknya ada beberapa hal yang memunculkan corak Citizen Journalism seperti
sekarang ini. Pertama, komitmen pada suara – suara publik. Kedua, kemajuan teknologi yang mengubah sudut pandang modus komunikasi. (Imam, 2010:29)
Citizen journalism tentu berbeda dengan jurnalis professional. Dalam hal ini, jurnalis professional yang dimaksudkan adalah jurnalis yang bekerja untuk sebuah media tertentu. Segmen dan tuntutan tugas keduanya berbeda. Pada jurnalisme professional, kedalaman, kelengkapn, dan akurasi adalah syarat yang mutlak dalam penyampaian berita. Sebaliknya, pada citizen journalism kecepatan informasi yang menjadi penanda utama, selain nilai berita yang disampaikan tentunya. Hanya saja karena kurangnya pengetahuan terhadap suatu isu, maka informasi yang disajikan menjadi kurang akurat. Ketidak akuratan berita yang disampaikan dapat mengarah pada berita bohong, fitnah, pencemaran nama baik, dan perbuatan tidak menyenangkan. Berita yang baik tentu harus memenuhi unsur penyampaian berita dan juga tidak hanya mewakili satu pihak yang diberitakan. Citizen journalism bukanlah hal yang mengancam bagi jurnalis professional, bahkan keduanya dapat berjalan berdampingan. Citizen journalism dapat menjadi stimulasi atau informasi awal untuk para jurnalis professional dalam melakukan
(15)
pengumpulan berita. Selanjutnya, dengan riset yang matang, analisis yang cermat dan tepat maka berita dapat disajikan dengan lengkap dan akurat.
Kegiatan media massa yang mengikuti perkembangan teknologi komunikasi salah satunya adalah kebijakan pengaturan di bidang komunikasi massa tidak terkecuali dunia siaran radio. faktor terbesar yang bisa menunjang penyebaran informasi kepada khalayak adalah media massa. Media massa telah menjadi fenomena tersendiri dalam proses komunikasi. Hal ini bisa tergambar dari realita yang ada saat ini banyak frekuensi radio baru, stasiun televisi baru, dan berbagai sarana media massa lain. Masing – masing media mempunyai kelebihan dan kekurangan tersendiri.
Salah satu kelebihan radio mampu menandingi bahkan mengalahkan media lain dalam bidangnya. Radio seharusnya didesain cukup besar, kuat dan tangguh, sehingga berkemampuan cukup dan sanggup berperan dan bisa menjadi andalan. Setidaknya dalam hal aktualitas menang duluan menyampaikan pesan
meski tak mungkin detail. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya Citizen
Journalism yang ada dalam radio Suara Surabaya.
Sejak awal radio Suara Surabaya (Radio SS) menerapkan format siaran jurnalisme radio, dan menjadi jajaran radio swasta pertama di Indonesia yang berkonsep radio informasi, di tengah – tengah dominasi radio musik dan
sandiwara radio. Siarannya berfilosofi “News-Interaktif-Solutif”. News adalah
sebuah berita yang fokus produksi informasi. Interaktif bermakna pola komunikasi yang multi arah. Sedangkan Solutif berorientasi dampak siaran yang wajib dan bermanfaat. Radio yang auditif semestinya dijadikan raja dalam siaran
(16)
kata (Talk), ajang informasi dan dialog antara komponen masyarakat tanpa batas, demi mencapai solusi atas segala masalah yang ada di masyarakat.
Radio Suara Surabaya (Radio SS) mengembangkan siaran interaktif yang berbasis jurnalistik yang beberapa tahun kemudian diformulasikan sebagai
“Citizen Journalism”. Pendengar yang secara sukarela menjadi reporter dan
informan, jumlahnya mencapai sekitar 330.000 di tahun 2009. Lingkup dan dampak siarannya melampaui peran radio secara konvensional. Radio Suara Surabaya kemudian dikenal sebagai penggerak partisipasi public, penggalang kekerabatan sosial, sumber solusi permasalahan publik, dan inspirator kebijakan kota. Khalayak menyebut Radio Suara Surabaya sebagai inspirasi komunikasi dan demokratisasi publik.
Selama ini pendengar radio suara Surabaya belum mengetahui bahwa dirinya merupakan salah satu dari citizen journalism atau jurnalisme warga yang aktif dalam melaporkan berita atau peristwa yang terjadi untuk dipublikasikan melalui radio suara Surabaya. Meskipun demikian, ini semua tidak mempengaruhi pendengar dalam melaporkan peristiwa yang terjadi. Sampai saat ini, pihak radio suara Surabaya menganggap pendengar yang melaporkan berita hanya sebagai citizen journalism atau jurnalisme warga yang biasa dan tidak mempunyai identitas sebagai reporter yang profesional.
Banyak manfaat mengapa pendengar atau citizen journalism suara Surabaya berminat untuk berbagi berita atau informasi dalam media tersebut. Bermula dari citizen journalism suara Surabaya memiliki dampak positif untuk
(17)
memperbaiki konsep pemberitaan di media yang bersangkutan dapat secara langsung melibatkan masyarakat dalam prosesnya.
Dalam hal ini kedatangan citizen journalism pada radio suara Surabaya membawa nilai positif terhadap perkembangan jurnalistik radio terutama pada radio suara Surabaya yang menerapkan hal tersebut. Citizen journalism pada radio suara Surabaya bisa menandingi reporter radio suara Surabaya dengan kecepatan dan keakuratan dalam melaporkan berita di lokasi kejadian secara langsung. Hal ini memicu persaingan antara citizen journalism dengan reporter radio suara Surabaya dalam mendapatkan berita atau peristiwa secara cepat dan memenuhi unsur – unsur berita yang ada. Sehingga pihak radio suara Surabaya berkeinginan menutup divisi bidang reporter apabila reporter tersebut tidak bisa menandingi kecepatan dalam mendapatkan berita dan minimnya reporter dibandingkan dengan citizen journalism atau pendengar yang aktif pada radio suara Surabaya. Selain permasalahan reporter, mekanisme kontrol kontribusi pendengar dalam menindak lanjuti berita yang disampaikan oleh pendengar atau citizen journalism kurang mendapat dukungan yang baik dari sumber daya manusia dari pihak suara Surabaya. Sehingga tidak semua citizen journalism suara Surabaya bisa mendapatkan solusi untuk mengatasi suatu permasalahan yang jelas. Namun hal ini bagi citizen journalism suara Surabaya tidak menjadi penghalang dalam mencari berita atau peristiwa untuk di siarkan secara langsung oleh media tersebut.
Teknologi merupakan sesuatu yang dapat dipakai untuk mengurangi ketidakpastian dalam hubungan timbal balik, demi untuk mencapai hasil yang di
(18)
inginkan, selain itu teknologi komunikasi dapat membuka jendela dalam membuat kita mengetahui berbagai macam peristiwa yang sesungguhnya kita tidak mengalaminya secara langsung. Disamping hal tersebut diatas banyak warga atau masyarakat sekitar belum mengetahui bahwa masyarakat tersebut bisa melaporkan peristiwa penting dan mempunyai nilai berita dengan menggunakan peralatan elektronik yang masyarakat gunakan seperti Handphone, kamera digital, handycam sampai dengan menggunakan sms.
Handphone atau telepon genggam bagi citizen journalism suara Surabaya kini menjadi bagian yang tak terpisahkan dari gaya hidup manusia, padahal fungsi utamanya hanya untuk mempermudah komunikasi, dan kini handphone dilengkapi dengan berbagai macam tampilan yang lebih canggih. Namun kecanggihan ini sering kali tidak dipergunakan untuk hal-hal yang lebih bermanfaat seperti mencari informasi sebanyak mungkin dengan akses yang lebih mudah dan terjangkau.
Radio berita seperti suara Surabaya membutuhkan peran dari masyarakat. Masyarakat menjadi sumber informasi yang bisa menyampaikan kabar yang terjadi di wilayahnya untuk menjadi referensi bagi masyarakat di daerah lainnya. Dengan menggunakan telepon genggam yang dilengkapi dengan fasilitas kamera, maka setiap warga bisa merekam dan mengabarkan kejadian penting yang ada di dekatnya.
Kekuatan dari Citizen Jurnalism pada radio suara Surabaya adalah masyarakat tersebut memiliki kecepatan menerima informasi dari segi pandangan masyarakat yang biasanya cenderung objektif meskipun ada kemungkinan berita
(19)
bohong, namun kecepatan dari public menyampaikan berita merupakan hal yang paling bermanfaat bagi radio berita seperti radio suara Surabaya menerima dan mengolah informasi. Hal ini yang dapat mendorong minat masyarakat untuk menjadi jurnalis profesional bermula peran aktif citizen journalism radio suara Surabaya.
Motif dalam hal ini dapat diartikan sebagai suatu kondisi (kekuatan atau dorongan) yang menggerakkan organisme (individu) untuk mencapai suatu tujuan atau beberapa tujuan dari tingkat tertentu atau dengan kata lain motif itu yang menyebabkan timbulnya semacam kekuatan agar individu itu berbuat, bertindak atau bertingkah laku.
Saat ini yang mendorong masyarakat untuk melakukan aktivitas citizen journalism berawal dari jurnalisme warga yang hadir untuk melepaskan dahaga para masyarakat yang hobi menulis. Artinya disini mereka tidak lagi menjadi pendengar, pemirsa, atau penikmat berita melainkan telah menjadi subyek atau pelaku berita. Selain itu manusia mempunyai naluri ingin tahu dan naluri ingin memberi tahu seperti apa yang dilakukan oleh citizen journalism dalam memperoleh suatu berita dan mengabarkan kepada media.
Maraknya citizen journalism di Indonesia tak terbatas pada kalangan wartawan saja. Banyak pula masyarakat yang tidak berprofesi sebagai wartawan, namun memedulikan obyektifitas dan kualitas dari sebuah informasi yang hendak
disampaikan, dengan menulis dalam situs (blog) untuk memberikan informasi
(20)
Ketertarikan masyarakat terhadap situs-situs (blog-blog) ini layaknya mengakomodir perkembangan citizen journalism yang begitu pesat di Indonesia. Koneksi internet yang semakin meluas pun turut andil dalam perkembangnya.
Faktor-faktor ini memperkuat kemungkinan masyarakat untuk “aktif” dalam
“dunia maya”. “Ketidakpercayaan” masyarakat terhadap obyektivitas dan
independensi media massa populer pun membuat maraknya “aktivitas” di dunia
maya ini semakin mengarah pada citizen journalism.
Dari fenomena diatas maka peneliti ingin mencari alasan atau motif dari pendengar radio Suara Surabaya yang dengan antusias menjadi Citizen Journalism. Dari data terakhir menunjukkan bahwa jumlah Citizen radio Suara Surabaya pada tahun 2009 sekitar 330.000 orang. Hal ini menarik, karena pendengar atau Citizen Journalism pada radio suara Surabaya menjadi aktif dalam mencari dan melaporkan berita yang hanya bermodalkan handphone atau telepon genggam yang memiliki kamera. Hal tersebut sangat berbeda dibandingkan dengan wartawan profesional yang ada di radio suara Surabaya yang menggunakan tape recorder atau handycam. maka dari itu peneliti tertarik untuk meneliti “motif pendengar menjadi citizen journalism pada radio suara Surabaya”.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas yang melandasi penelitian ini, maka peneliti memperoleh permasalahan yang dapat dirumuskan
sebagai berikut : “Bagaimanakah Motif pendengar menjadi Citizen Journalism
(21)
1.3 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan perumusan masalah diatas maka tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui motif pendengar menjadi Citizen Journalism yang ada di pada
radio suara Surabaya.
1.4 Kegunaan Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian yang telah diambil peneliti, maka manfaat dari pelaksanaan penelitian ini adalah :
1.4.1 Kegunaan Teoritis
Menambah kajian ilmu komunikasi yang berkaitan dengan penelitian
motif pendengar menjadi Citizen Journalism pada radio suara Surabaya,
sehingga hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi landasan pemikiran untuk penelitian – penelitian selanjutnya.
1.4.2 Kegunaan Praktis
Penelitian ini diharapkan sebagai bahan pertimbangan bagi radio suara
Surabaya di dalam mengetahui motif pendengar menjadi Citizen
Journalism saat ini.
(22)
2.1 Landasan Teori 2.1.1 Komunikasi Massa
Didalam mengarungi kehidupan, manusia tidak lepas dari berkomunikasi baik dengan diri sendiri, orang lain maupun dengan media massa. Komunikasi telah mencapai tingkat dimana orang berbicara secara serempak dan serentak dengan jutaan manusia. Hal itu dilakukan melalui media massa atau disebut komunikasi massa. Komunikasi massa menurut Bittner (Rakhmat,2001)
“mass communication is message communication through a mass medium
to large number of people”
(Komunikas massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang).
Sedangkan menurut Devito yang dikutip dari Effendy (2001) mendefinisikan komunikasi massa sebagai
“First mass communication is communication addressed to tha masses to an extremely large audience. This does not mean that the audience include all people or everyone who reads or everyone who whatches television, rather it means am audience that is large an generally rather people defined. Second, mass communication isperhap most easilu logically defined by its forms : television, radio, newspaper, magazine,film, books, and tapes”.
(pertama komunikasi masa adalah komunikasi yang ditujukan kepada massa kepada khalayak yang luar biasa bnyaknya, ini tidak berarti bahwa
(23)
khalayak meliputi seluruh penduduk atau semua orang yang menonton televisi, agaknya ini berarti bahwa khalayak itu besar dan pula umumnya agak sukar untuk didefinisikan. Kedua, komunikasi massa adalah komunikasi yang disalurkan oleh pemancar – pemancar yangaudio dan visual. Komunikasi massa barangkali akan lebih mudah dan lebih logis bila didefinisikan menurut bentuknya : televisi, radio, surat kabar, tabloid, film, buku dan pita).
Lebih lanjut Effendy (2001) menegaskan tentang pengertian komunikasi massa yaitu :
“Mass communication is process by which a message is transmitted throught one more of the mass media (newspaper, radio, television, movies, magazine, and books) to an audience that is relatively large an animous”
Jadi komunikasi massa adalah proses penyebaran pesan melalui salah satu media massa (surat kabar, radio, televisi, bioskop, tabloid dan buku – buku) kepada khalayak luas yang tidak di kenal.
Mc.Quail (2001) dalam bukunya teori komunikasi massa merupakan suatu pengantar menjabarkan tentang ciri - ciri komunikasi massa yaitu sumber
komunikasi massa bukanlah satu orang tetapi organisasi formal, “sang
pengirimnya” seringkali merupakan komunikator professional. Komunikan
(penerima) adalah bagian dari khalayak luas. Pesannya tidak unik beraneka ragam dapat diperkirakan. Seringkali diproses, di standarisasikan dan selalu diperbanyak.
Pesan itu juga merupakan suatu produk dan komodisi yang mempunyai nilai tukar, secara acuan simbolik yang mengandung nilai “kegunaan”. Hubungan
(24)
antara pengirim dan penerima bersifat satu arah dan jarang sekali bersifat interaktif. Komunikasi massa sering sekali mencakup kontak secara serentak antara satu pengiriman dengan banyak penerimaan, menciptakan pengaruh luas dalam waktu singkat, dan menimbulkan respon seketika dari banyak orang serentak.
Senada dengan McQuail, Effendy (2001) memberikan ciri – ciri tentang komunikasi massa yaitu :
1. Komunikator Pada Komunikasi Massa
Media massa sebagai saluran komunikasi massa merupakan lembaga yaitu satu institusi atau organisasi, maka komunikatornya melembaga ( Institusionalized Communication / Organazied Communicator ). Komunikator pada komunikasi massa misalnya wartawan tabloid, karena media yang digunakan adalah suatu lembaga. Dalam menyebarluaskan pesan komunikasinya bertindak atas nama lembaga,
sejalan dengan kebijakan (policy) tabloid yang diwakilinya. Ia tidak
mempunyai kebebasan individual, jadi kebebasan mengemukakan
pendapat (Freedom of Expression or Freedom of Opinion) merupakan
kebebasan terbatas (Restricted Freedom).
2. Komunikan Pada Komunikasi Massa Bersifat Heterogen
Komunikan bersifat heterogen karena didalam keberadaanya secara terpisah – pisah, dimana satu sama lainnya tidak saling mengenal dan tidak memiliki kontak pribadi, masing – masing berbeda dalam berbagai hal antara lain jenis kelamin, usia, agama, ideologi,
(25)
pekerjaan, pendidikan, pengalaman, kebudayaan, pandangan hidup, keinginan dari komunikan satu – satunya cara untuk mendekati keinginan selalu khalayak adalah dengan mengelompokkan mereka menurut jenis kelamin, usia, agama, pekerjaan, pendidikan, kebudayaan, hobby, dan lain – lain. Hamper semua tabloid, surat kabar, radio, televisi, menyajikan acara atau rubrik tertentu yang diperuntukkan bagi anak – anak, remaja, dewasa, wanita dewasa, remaja putri, pedagang, petani, ABRI, AU, pemeluk agama islam, Kristen, budha, hindu, dan lain – lainnya.
3. Pesan Pada Komunikasi Massa Bersifat Umum
Pesannya bersifat umum karena ditujukan kepada umum dan mengenai kepentingan umum. Missalnya media massa akan menyiarkan berita seorang menteri yang meresmikan proyek pembangunan tetapi tidak menyiarkan berita seorang menteriyang menyelenggarakan khitanan putranya.
4. Komunikasi Massa Berlangsung Satu Arah
Ini berarti bahwa tidak terdapat arus balik atau feed back dari
komunikan kepada komunikator. wartawan sebagai komunikator tidak mengetahui tanggapan pembaca terhadap pesan atau berita yang disiarkan. Yang dimaksudkan dengan “tidak mengetahui” adalah tidak mengetahui pada waktu proses komunikasi itu berlkangsung. Mungkin saja komunikator mengetahui juga, misalnya melalui rubric “suara pembaca” atau “suara pendengar” yang biasanya terdapat di radio
(26)
maupun surat kabar yang lainnya. Tetapi semua itu terjadi setelah komunikasi dilancarkan ke komunikator, sehingga komunikator tidak bisa memperbaiki gaya komunikasi seperti yang biasa terjadi pada komunikasi tatap muka. Untuk menghindari hal tersebut maka komunikator harus melakukan perencanaan dan persiapan sedemikian rupa sehingga pesan yang disampaikan kepada komunikasi haruslah komunikatif.
5. Media Komunikasi Massa Menimbulkan Keserempakkan
Poster dan papan pengumuman adalah media komunikasi tetapi bukan media komunikasi massa karena tidak mengandung ciri keserempakkan. Pesan yang disampaikan tidak diterima oleh khalayak dengan melihat poster atau papan pengumuman secara serempak atau bersama – sama. Lain dengan radio, televisi, tabloid, surat kabar, pesan yang disampaikan secara serempak bisa diterima oleh khalayak.
6. Hubungan Komunikator dengan Komunikan Bersifat Non – Pribadi
Dalam komunikasi massa, hubungan antara komunikator dan komunikan bersifat non-pribadi, karena komunikan yang anonim dicapai oleh orang – orang yang dikenal hanya dalam perannya yang bersifat umum sebagai komunikator. Sifat non-pribadi ini timbul disebabkan teknologi dari penyebaran yang missal dan sebagian lagi dikarenakan syarat – syarat bagi peranan komunikator yang bersifat umum. Mencakup keharusan untuk obyektif dan tanpa prasangka
(27)
dalam memilih dan menanggapi pesan komunikasi yang mempunyai norma – norma penting.
2.2 Motif
Dalam melakukan suatu tindakan tanpa perbuatan pasti didasarkan pada motif-motif tertentu pengartian motif tidak dapat dipastikan dipisahkan dengan dari pada kebutuhan (need) seseorang atau suatu organism yang berbuat atau melakukan sesuatu sedikit banyaknya ada kebutuhan didalam dirinya atau ada sesuatu yang hendak dicapai.
Dalam masalah motivasi ada istilah yang hampir sama (identik) pengertiannya suatu motivasi, drives, needs. Menurut filmor Sanford dalam Usman Effendi dan Junaya. S Praja. (1989 : 60). Motivasi akar katanya adalah motif, sehhingga motivasi diartikan sebagai berikut :
“motivation is an eviergizing condition of the organism that serves to direct that organism to word the goals of a certain class”
Motif diartikan sebagai suatu kondisi (kekuatan atau dorongan) yang menggerakkan organisme (individu) untuk mencapai suatu tujuan atau beberapa tujuan dari tingkat tertentu atau dengan kata lain motif itu yang menyebankan timbulnya semacam kekuatan agar individu itu berbuat, bertindak atau bertingkah laku.
Menurut Winkel dan Azwar (dalam DR. Nyayu Khodijah, 2006), motif merupakan suatu keadaan, kebutuhan, dorongan, atau kekuatan yang berasal dari
(28)
dalam diri seseorang baik yang disadari maupun tidak disadari untuk mencapai tujuan tertentu.
Motif terdiri atas dua dimensi, yaitu :
1. Kekuatan (Intensitas)
Suatu motif dikatakan kuat apabila motif itu dapat mengalahkan kekuatan motif yang lain. Kekuatan motif juga dapat dilihat dari tingginya intensitas suatu motif daripada motif lainnya.
2. Jenis
Manusia tergolong makhluk yang dihadapkan pada banyak keadaan, kebutuhan, dorongan, atau kekuatan dari dalam dirinya. Hal itu mempengaruhi jenis motif yang timbul.
Untuk mempermudah pengukuran maka dalamn penelitian ini digunakan kategori motif menurut Blamer dalam Rakhmat (1999 : 66) yaitu :
1. Motif kognitif (kebutuhan dan informasi)
Individu dalam memilih handphone atau telepon genggam sebagai alat untuk mencari informasi, dan online. Demikian juga responden dalam penelitian ini memakai handphone atau telepon genggam digunakan untuk mencari dan melaporkan berita kepada media serta digunakan untuk online agar mendapat informasi yang terbaru, antara lain facebook, twitter, google, kaskus, yahoo massemger, dan masih banyak fasilitas yang lain.
(29)
2. Motif diversi (kebutuhan akan hiburan)
Motif ini berkaitan dengan ketertarikan dalam pemilihan media yang di inginkan yang berhubungan dengan kebutuhan yang bisa membuat pemakai terhibur sehingga menimbulkan kenyamanan.
3. Motif identitas personal
kebutuhan menggunakan isi media untuk memperkuat atau untuk menonjolkan sesuatu yang penting dalam kehidupan atau situasi khalayak sendiri. Dalam hal ini ketertarikan dengan dorongan individu untuk mengikuti atau menyesuakan diri dengan limgkungannya.
2.2.1 Teori Jurnalistik Walter Lippmann dan John Dewey
Pada 1920, ketika jurnalisme modern baru saja mengambil bentuk, seorang penulis bernama Walter Lippmann dan seorang filsuf Amerika John Dewey berdebat mengenai peran jurnalisme. Teori jurnalistik mereka berdua masih menjadi poin utama dalam perdebatan tentang peran jurnalisme dalam masyarakat.
Lippmann memahami peran jurnalisme pada saat itu adalah untuk bertindak sebagai mediator atau penerjemah antara masyarakat dan elit pembuat kebijakan. Wartawan menjadi perantara. Ketika elit berbicara, wartawan mendengarkan dan mencatat informasi, menyaring, dan memberikannya kepada masyarakat untuk dikonsumsi.
Alasannya adalah bahwa masyarakat tidak dalam posisi untuk mendekonstruksi padatnya informasi yang terus tumbuh dan kompleks dalam
(30)
masyarakat modern, dan karena itu perantara dibutuhkan untuk menyaring berita bagi masyarakat.
Selain itu, masyarakat sudah cukup tersibukkan dengan kehidupan sehari-hari mereka untuk peduli pada kebijakan publik yang kompleks. Karena itu, seseorang yang dibutuhkan masyarakat untuk menafsirkan keputusan atau kebijakan para elit menjadi informasi yang jelas dan sederhana. Itulah peran wartawan.
Lippmann percaya bahwa masyarakat akan mempengaruhi pengambilan keputusan dari elit dengan suara mereka. Sementara itu, para elit (politisi yaitu pembuat kebijakan, birokrat, ilmuwan, dll) akan menjaga agar kekuasaan berjalan. Dalam pemikiran Lippmann, peran wartawan adalah untuk menginformasikan publik tentang apa yang elit lakukan.
Karena wartawan juga bertindak sebagai pengawas atas elit, ketika masyarakat memilih dengan suara mereka. Inilah membuat masyarakat di rantai kekuasaan paling bawah, dapat menangkap arus informasi yang diturunkan dari para ahli/elit secara efektif.
Dewey percaya, wartawan harus melakukan lebih dari sekadar menyampaikan informasi. Dia percaya bahwa wartawan harus mempertimbangkan konsekuensi dari kebijakan yang berlaku. Seiring waktu, gagasannya telah diimplementasikan di berbagai tingkat, dan lebih dikenal sebagai "jurnalisme komunitas".
Konsep jurnalisme komunitas merupakan perkembangan baru dalam jurnalisme. Dalam paradigma baru ini, wartawan dapat melibatkan warga dan para
(31)
ahli atau elit dalam berita. Sangat penting untuk dicatat bahwa meski terlihat ada asumsi kesetaraan, Dewey masih menghargai keahlian.
Dewey percaya bahwa pengetahuan bersama jauh lebih unggul untuk pengetahuan individu. Filsafat jurnalistik Lippmann mungkin lebih diterima oleh para pemimpin pemerintahan. Sedang pendekatan Dewey menjadi gambaran yang lebih baik tentang bagaimana wartawan melihat peran mereka dalam masyarakat, dan, pada gilirannya, masyarakat mengharapkan fungsi jurnalistik dapat berjalan. Banyak kritik masyarakat terhadap akibat pemberitaan dilakukan oleh wartawan, tetapi mereka tetap mengharapkan wartawan untuk menjadi pengawas pemerintah, memungkinkan orang untuk mengambil keputusan mengenai isu-isu yang sedang terjadi. (www.AnneAhira.com)
2.2.2 New Media Theories of Citizen Journalism
New Media teoretisi seperti Dan Gillmor, Henry Jenkins, Jay Rosen dan
Jeff Howe baru-baru ini disebut-sebut Citizen Journalism (CJ) sebagai inovasi
terbaru dalam jurnalisme abad ke-21. "Partisipatif jurnalisme" dan "jurnalisme
user-driven" adalah istilah lain untuk menggambarkan Citizen Journalism dalam mendapatkan nilai-nilai berita dan "objektif" reportase.
Ada dua perspektif: (1) model tiga-tahap teori-bangunan untuk mengevaluasi klaim yang dibuat tentang Citizen Journalism, dan (2) wawasan penelitian diri refleksif dari mengedit informasi situs berita yang berbasis di AS antara November 1999 dan Februari 2008. media baru teori berpotensi dapat
(32)
membuat "disonansi kognitif" ketika penjelasan mereka praktek Citizen Journalism dibandingkan dengan apa yang sebenarnya terjadi.
Paulus Carlile dan Clayton M. Christensen model menawarkan satu kerangka yang dapat digunakan untuk mengevaluasi teori-teori baru media pada Citizen Journalism. Kerangka ini digunakan di bawah ini untuk menyoroti masalah memilih dan kesenjangan dalam kerangka saat ini Citizen Journalism dan teori. Carlile & Christensen menunjukkan bahwa teori bangunan-kuat
muncul melalui tiga tahap: Deskriptif, Pengelompokan dan Normatif. Ada tiga
sub-tahap dalam teori pembangunan Deskriptif, yaitu pengamatan fenomena, klasifikasi induktif dan taksonomi, serta hubungan korelatif untuk mengembangkan model. Setelah penyebab didirikan, teori normatif berkembang melalui logika deduktif.
Para pendukung menempatkan Citizen Journalism sebagai Pengelompokan atau agenda jurnalisme baru yang menimbulkan pergeseran paradigma. teori Citizen Journalism kemudian mendukung keyakinan normatif, nilai-nilai dan pandangan dunia. Hubungan korelatif juga digunakan untuk membedakan Citizen Journalism dari sisi mengadopsi sikap pelopor. Untuk mendukung hal ini, para pendukung Citizen Journalism mengutip penelitian tentang perilaku kolektif. Namun, penelitian ini lebih lanjut diperlukan untuk tiga alasan: hipotesis perilaku kolektif muncul mungkin tidak benar-benar menginformasikan praktek Citizen Journalism, teori yang ada mungkin memiliki "korelasi tidak menyebabkan" kesalahan, dan link mungkin karena efek jaringan kutipan antara teori Citizen Journalism.
(33)
Citizen Journalsim yang mengandalkan klasifikasi dan klaim normatif akan bermasalah tanpa landasan yang kuat dalam pengamatan deskriptif. Pendukung Citizen Journalism tampaknya menyiratkan bahwa hal itu dapat diterapkan di mana saja dan dalam setiap pernyataan yang hampir membuatnya menjadi mode. Demikian pula, pendukung Citizen Journalism yang mengadopsi
“Profesional Amatir” mungkin menghadapi jurang yang sama ketika membuat
perbandingan dengan wartawan profesional dan lingkungan produksi dalam organisasi media.
(http://journal.mediaculture.org.au/index.php/mcjournal/article/viewarticle/30)
2.2.3 Informasionalisme dan Jaringan Masyarakat
Castells memeriksa kemunculan masyarakat, kultur, dan ekonomi yang baru dari sudut pandang revolusi teknologi informasi (televise, computer, handphone dan sebagainya), yang dimulai di Amerika pada 1970-an. Revolusi ini pada gilirannya mengakibatkan restrukturisasi fundamental terhadap sistem kapitalis yang dimulai pada 1980-an dan memunculkan apa yang oleh Castells disebut dengan “kapitalisme informasional”. Yang juga muncul adalah “masyarakat informasional” (meskipun ada perbedaan cultural dan institusional penting diantara masyarakat). Keduanya didasarkan pada “informasionalisme” (sebuah metode untuk mengoptimalkan kombinasi dan penggunaan faktor-faktor produksi berbasis pengetahuan dan informasi (Castells, 1998:7).
Di jantung analisis Castells adalah apa yang dinamakan paradigma teknologi informasi dengan lima karakteristik dasat :
(34)
1. Teknologi yang bereaksi berdasarkan informasi.
2. Informasi adalah bagian dari aktifitas manusia, teknologi-teknologi ini
mempunyai efek pervasive.
3. Semua sistem yang menggunakan teknologi informasi didefinisikan
oleh “logika jaringan” yang membuatnya bisa mempengaruhi berbagai proses organisasi.
4. Teknologi baru sangatlah fleksibel, membuatnya bisa beradaptasi dan
berubah secara konstan.
5. Teknologi spesifik yang diasiosiasikan dengan informasi berpadu
dengan sistem yang terintegrasi.
2.2.4 Reportase Efektif
Dalam dunia jurnalistik, reportase adalah salah satu hal yang harus dilakukan seorang reporter untuk mengumpulkan data dan fakta suatu peristiwa untuk penulisan berita.
Setiap peristiwa mengandung 5W+1H
a. What (apa) : Apa peristiwa yang terjadi?
b. Who (siapa) : Siapa yang terlibat dalam peristiwa itu?
c. When (kapan) : Kapan peristiwa itu terjadi?
d. Where (dimana) : Dimana peristiwa itu terjadi?
e. Why (mengapa) : Mengapa peristiwa itu terjadi?
(35)
Unsur berita 5W+1H ini merupakan pertanyaan dasar yang harus terjawab dalam sebuah reportase. Data dan fakta dapat dikumpulkan sebanyak-banyaknya dengan mengembangkan 5W+1H tersebut.
Dalam melakukan reportase, ada etika yang harus ditaati oleh reporter, antara lain:
1. Cocer both side. Meliput semua pihak yang terkait, tanpa membedakan. 2. Fairness. tidak memanipulasi fakta.
3. Balance. Keseimbangan dalam pencarian data dan pemberitaan. 4. Mematuhi Kode Etik Jurnalistik.
5. Tidak mempublikasikan identitas atau pernyaat nara sumber jika
narasumber meminta off the record.
Teknik Reportase dapat dilakukan dengan 3 cara, yaitu:
1. Wawancara
Wawancara merupakan bentuk reportase dengan cara mengumpulkan data berupa pendapat, pandangan, dan pengamatan seseorang tentang suatu peristiwa. Dalam melakukan reportase, reporter harus pintar memilah-milah narasumber yang nantinya akan melengkapi bahan penulisan berita. Narasumber dapat dipilah menjadi narasumber primer dan narasumber sekunder. Narasumber primer merupakan narasumber yang memegang peran penting dalam sebuah peristiwa. Narasumber Sekunder berfungsi untuk melengkapi dan mendukung penulisan berita.
(36)
Ketika melakukan wawancara, ada tiga hal yang tidak boleh dilupakan oleh reporter:
a. Identitas dan atribut narasumber.
b. Pendapat narasumber terhadap peristiwa. c. Kesan narasumber terhadap peristiwa.
Beberapa persiapan yang dilakukan reporter agar wawancara berjalan lancar dan efektif, antara lain:
a. Menguasai tema yang akan ditanyakan kepada narasumber. Jika pengetahuan reporter tentang tema sedikit, maka akan timbul banyak kesulitan saat melakukan wawancara.
b. Membawa alat perekam. Selain berfungsi untuk memudahkan reporter menulis hasil wawancara, alat perekam juga dapat berfungsi sebagai bukti jika sewaktu-waktu narasumber mengelak dan protes terhadap berita yang ditulis.
c. Menghargai narasumber dan membuat janji. Membuat janji dengan narasumber itu penting. Karena ada beberapa narasumber yang enggan melakukan wawancara langsung tanpa membuat janji. Ingat, menjaga hubungan baik dengan narasumber itu sangat penting untuk kemudian hari. Banyak narasumber yang kecewa dan enggan bertemu repoter tertentu.
2. Observasi
Observasi (pengamatan) merupakan teknik reportase dengan cara mengamati baik setting maupun sebuha peristiwa di lapangan. Dengan
(37)
terjun langsung ke lapangan, reporter akan merasakan langsung peristiwa yang terjadi dilapangan sehingga ia bisa menyampaikan informasi yang valid kepada para pembaca.
3. Riset Dokumentasi
Riset Dokumentasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data dan fakta dengan riset melalui buku, internet, dan sumber-sumber dokumentasi data lainnya. (Http://phianiezt.wordpress.com)
2.2.5 Khalayak Pendengar
Komunikasi yang berfungsi untuk menjelaskan fenomena yang terjadi dalam kehidupan kita tidak hanya dilakukan antar pribadi, tetapi juga dapat dilakukan melalui media radio sebagai salah satu media massa tertua sebelum ditemukan film dan TV. Namun radio siaran ini memiliki keterbatasan karena hanya dapat dinikmati secara auditif. Salah satu kelebihan radio siaran ini ialah mampu memberikan informasi yang lebih cepat dan bisa didengarkan sambil beraktivitas, meskipun ada juga kelemahannya yaitu tidak terdokumentasi sehingga tidak mudah diperoleh bila diperlukan, kecuali kita telah merekam sajian informasi di radio tersebut. Dalam lima orang berkumpul minimal ada satu orang yang sudah mendengarkan siaran radio hari itu dan dalam sepuluh orang minimal ada satu orang yang menjadi pendengar setia (Romli, 2004 : 21).
Asep Syamsul M. Romli dalam bukunya Broadcast Journalism (2004 :
26), khalayak pendengar radio memiliki karakteristik yang sangat unik, antara lain:
(38)
A. Heterogen
Massa pendengar terdiri dari orang-orang yang berbeda usia, ras, suku, agama, strata sosial, latar belakang sosial-politik-budaya, dan kepentingan.
B. Pribadi
Radio is personal, sehingga pendengarnya adalah individu-individu
bukan tim atau organisasi. Oleh karena itu komunikasi yang berlangsung bersifat interpersonal (antarpribadi), yakni interaksi antara penyiar dengan
pendengar dengan gaya ”ngobrol" seolah-olah penyiar sedang berbicara
kepada satu orang pendengar saat menjalankan tugas siaran.
C. Aktif
Pendengar radio siaran tidak pasif, tetapi mereka selalu aktif berpikir, dapat melakukan interpretasi, dan menilai apa saja yang didengarnya melalui siaran radio, bahkan bisa berinteraksi langsung dengan penyiar via telepon atau SMS.
D. Selektif
Pendengar dengan leluasa dapat memilih frekuensi stasiun radio mana saja sesuai seleranya. Penyiar tidak bisa memaksa mereka untuk tetap setia mendengarkan gelombang radio yang sama setiap saat.
2.2.6 Teknologi Informasi Komunikasi
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), atau dalam bahasa Inggris
dikenal dengan istilah Information and Communication Technologies (ICT),
(39)
memproses dan menyampaikan informasi. TIK mencakup dua aspek yaitu teknologi informasi dan teknologi komunikasi. Teknologi informasi meliputi segala hal yang berkaitan dengan proses, penggunaan sebagai alat bantu, manipulasi, dan pengelolaan informasi. Sedangkan teknologi komunikasi adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan penggunaan alat bantu untuk memproses dan mentransfer data dari perangkat yang satu ke lainnya.
Oleh karena itu, teknologi informasi dan teknologi komunikasi adalah dua buah konsep yang tidak terpisahkan. Jadi Teknologi Informasi dan Komunikasi mengandung pengertian luas yaitu segala kegiatan yang terkait dengan pemrosesan, manipulasi, pengelolaan, pemindahan informasi antar media.
(http://id.wikipedia.org/wiki/Teknologi_Informasi_Komunikasi)
Banyak bentuk informasi komunikasi yang menggunakan sistem analog, perangkatnya pun menggunakan perangkat analog. Seperti alat komunikasi telepon, televisi dan radio dari yang sebelumnya berbasis teknologi analog menjadi teknologi digital. (http://www.elektroindonesia.com/elektro/no5a.html)
2.3 Jurnalistik Radio
Radio merupakan salah satu bagian dari surat kabar, karena itu, dalam beberapa hal jurnalistik radio mempunyai persamaan dengan jurnalistik surat kabar. Istilah jurnalistiknya sendiri mempunyai pengertian yang sama. Jurnalistik
berasal dari istilah bahasa belanda “journalistiek” atau dalam bahasa Inggris
(40)
segala aspeknya, mulai dari mencari, mengolah, sampai kepada menyebarluaskan catatan harian tersebut atau sering disebut sebagai berita. (Effendy, 1990:140)
Radio mendapat julukan sebagai kekuasaan kelima atau “the fifth estate”
merupakan kekuasaan kelima setelah surat kabar. Radio siaran dalam arti kata
broadcast dimulai pada tahun 1920 oleh stasiun radio KDKA Pittsburg di
Amerika Serikat. Memang pada waktu itu radio dirasakan sebagai hasil penemuan yang penting artinya bagi kehidupan manusia yang pengaruhnya dapat dirasakan dalam berbagai bidang.
Lebih – lebih pada saat berlangsungnya perang dunia II itu, perang radio semakin banyak, karena Negara maju juga turut melibatkan dirinya dalam bidang siaran radio. Dalam rangka perang radio tersebut, siaran – siaran tidak saja
digunakan untuk propaganda, akan tetapi juga digunakan untuk “jamming” yakni
mengganggu siaran lain dengan berbagai suara, sehingga isi siaran radio lain tidak dapat dimengerti. (Effendy, 1993:137)
Ada beberapa faktor yang menjadikan radio siaran tersebut sebagai kekuasaan :
1. Radio Siaran Bersifat Langsung
Untuk mencapai sasarannya, yakni pendengar, sesuatu hal atau program yang akan disampaikan tidaklah mengalami proses yang kompleks. Dengan medium radio jauh lebih mudah dan cepat pencapaian sasarannya.
(41)
2. Radio Siaran Menembus Jarak dan Rintangan
Selain waktu dan ruang bagi radio siaran tidak merupakan suatu masalah. Bagaimana pun jauhnya sasaran audience yang dituju, dengan media massa radio semua dapat tercapau dengan mudah dan tidak ada rintangan yang menghalangi.
3. Radio Siaran Mengandung Daya Tarik
faktor ketiga yang menyebabkan radio siaran mempunyai kekuasaan ialah daya tarik yang kuat pada radio. Daya tarik tersebut disebabkan sifatnya yang serba hidup berkat ketiga unsur yang ada pada radio, yakni : musik, kata – kata, dan efek suara. (Effendy, 1993:139)
2.3.1 Ciri – Ciri Jurnalistik Radio
Dalam hubungan ini, ciri jurnalistik radio ialah bahwa berita yang disiarkan adalah berita yang benar, obyektif dan bersusila, yang disusun dengan bahasa sederhana sedemikian rupa, sehingga dapat dimengerti oleh khalayak dalam sekilas dengar.
1. Berita Radio Harus Benar
Bahwa berita radio itu harus benar ini mutlak, karena sekali berita itu disiarkan, tidak mungkin diralat kembali. Selain itu sifat radio yang menyebarkan berita itu auditif. Pendengar hanya mendengar ralatnya saja, tidak pernah mendengar apa yang tekah diralat oleh radio tersebut.
(42)
2. Berita Radio harus Obyektif
Berita adalah laporan faktual mengenai suatu hal atau peristiwa. Sebagai laporan yang faktual, radio harus memaparkan sebagaimana adanya, tanpa maksud tertentu, tanpa tujuan untuk keuntungan orang tertentu atau wartawan. Berita yang obyektif adalah berita yang tidak memihak, tidak cacat, tidak diwarnai.
3. Berita harus Berasusila
Berita radio adalah untuk pendengar umum. Dari sekian banyak acara yang disiarkan oleh setiap stasiun radio, ada yang diperuntukkan oleh golongan tertentu, untuk anak – anak, untuk remaja dewasa, wanita,dan lain – lain. Berdasarkan sifat radio siaran seperti itu, maka kisah berita harus disusun sedemikian rupa, sehingga tidak menimbulkan asosiasi kepada hal yang asusila. (Effendy, 1990:143)
2.3.2 Karakteristik Radio Siaran
Jurnalisme radio ini memiliki karakteristik sebagai berikut:
(1) Auditif, untuk didengarkan, untuk telinga, untuk dibacakan atau disuarakan.
(2) Spoken Language, menggunakan bahasa tutur atau kata-kata yang biasa diucapkan dalam obrolan sehari-hari (spoken words). Kata-kata yang dipilih mesti sama dengan kosakata pendengar biar langsung dimengerti.
(43)
(3) Sekilas, tidak bisa diulang, karenanya harus jelas, sederhana, dan sekali ucap langsung dimengerti.
(4) Global, atau tidak detail, tidak rumit. Angka-angka dibulatkan, fakta-fakta diringkaskan.
2.3.3 Prinsip Radio Siaran
Prinsip-prinsip mengerjakan produksi acara radio sebagai media publik, menurut Robert McLeish (dalam Masduki, 2004 : 10) adalah :
(1) Untuk memaparkan semua ide baik yang radikal, tradisional, maupun prokemapanan.
(2) Membantu individu dan kelompok dalam masyarakat untuk bisa saling berbicara dan mengembangkan sikap peduli sebagai anggota masyarakat majemuk.
(3) Memobilisasi sumber daya publik dan pribadi baik dalam situasi darurat maupun normal sehingga terjadi distribusi kekayaan, kesejahteraan, dan keamanan secara merata.
(4) Membantu pendengar mengembangkan persetujuan objektif dan
menentukan pilihan politik, membantu terjadinya debat sosial dan politik, mengekspos isu-isu dan pilihan-pilihan rasional bagi publik dalam melakukan aksi.
(5) Berfungsi sebagai anjing penjaga atau pengontrol terhadap pengelola kekuasaan, menjalin kontak dengan publik dalam proses komunikasi yang demokratis.
(44)
2.3.4 Peran Jurnalistik Radio
Radio siaran harus menyatu situasi aktual di sekitar stasiun radio itu berada, tidak membawa kultur lain yang menyebabkan dislokasi sosial atau elitisme. Peran sosial radio sebagai institusi di ruang publik sebagai berikut(Masduki, 2004 : 11) :
(1) Sosialisasi
Menyebarluaskan informasi dan hiburan yang membuat optimisme serta menjalin interaksi dialogis antar pendengar. Selain itu, radio siaran juga harus mampu menjalin komunikasi untuk saling berkarya, mengubah berbagai persepsi dan keurigaan yang tidak perlu.
(2) Aktualisasi
Menyegarkan memori pendengar terhadap peristiwa aktual dan momentum yang penting bagi kehidupan mereka. Dilanjutkan dengan mengagendakan masalah-masalah sosial agar menjadi isu dan keprihatinan bersama.
(3) Advokasi
Mendesak semakin terbukanya kebijakan politik-ekonomi bagi partisipasi seluruh lapisan pendengar. Kemudian radio siaran juga diharapkan dapat memediasi antar berbagai pihak yang sedang terlibat konflik sehingga muncul solusi damai dan saling menguntungkan.
(45)
2.4 Pengertian Citizen Journalism
Citizen Journalism atau jurnalisme warga adalah perwujudan dari evolusi jurnalisme dalam dunia modern, D. Lasica lewat tulisannya dalam online
journalism review (2003) membagi media untuk citizen journalism dalam
beberapa bentuk :
1. Partisipasi audiens (seperti komentar – komentar) pengguna yang
dilampirkan untuk mengomentari kisah berita, blog pribadi, photo atau gambar video.
2. Berita independen dan informasi yang ditulis dalam website seperti
Consumer Reports, Drudge Report.
3. Partisipasi diberita situs, berisi komentar – komentar pembaca atas
sebuah berita yang disiarkan oleh media tertentu.
4. Tulisan ringan seperti dalam mailing list, newsletter e-mail.
5. Situs pemancar pribadi (video situs pemancar).
Citizen Journalism merupakan fenomena bagi siapapun yang mengamati
perkembangan media, mereka yang berada di lingkup seperti akademisi, para praktisi, crew dan pemilik media maupun mereka yang berada di luar media, seperti para pengamat media dan pemirsa.
Bagi yang sudah lama mencermati dinamika dunia jurnalistik dari
esensinya yang paling dalam, mengetahui bahwa Citizen Journalism sebenarnya
hanya masalah beda istilah. Prinsipnya tetap sama dengan Public Journalism atau
civic journalism yang terkenal pada tahun 80-an. Yakni mengenai bagaimana menjadikan jurnalisme bukan lagi sebuah ranah yang semata – mata dikuasi oleh
(46)
para jurnalis dan penguasa media. Di kuasai dalam arti diproduksi, dikelola, dan di sebarluaskan oleh institusi media, atas nama bisnis ataupun kepentingan politis. (Imam, 2010:8)
2.4.1 Implikasi Citizen Journalism
Kebabasan yang ditawarkan Citizen Journalism dalam menyebarluaskan
berita tidak dimiliki oleh jurnalisme konvensional. Kebebasan ini merupakan
kelebihan dari jurnalisme warga, memilih dunia maya sebagai wadah Citizen
Journalism merupakan pilihan terbaik, selain akses yang mudah, internet telah
menjadi kebutuhan bagi beberapa masyarakat dunia. Dalam Citizen Journalism
siapapun dapat menjadi pewarta, dimana seorang pewarta tanpa harus memiliki pendidikan yang relevan dapat menyebarluaskan hasil liputannya. Bila pada media konvensional ketika sebuah berita dikirimkan tentu harus melalui proses
editing. Tidak halnya pada Citizen Journalism, semua jenis berita dapat
diterbitkan, baik berupa keluh kesal pribadi penulis maupun artikel yang lebih serius serta peristiwa yang terjadi secara spontan yang ada dihadapan pewarta yang mendokumentasikan kejadian tersebut dan setiap orang bisa memberi tambahan atau komentar terhadap berita yang ditampilakan.
Di Indonesia, bentuk familiar dari Citizen Journalism adalah media
elektronik berupa radio, karena sebagian besar penduduk Indonesia lebih mengenal radio ketimbang dunia internet. Meskipun demikian lambat laun jurnalisme warga semakin mendapat tempat tersendiri di ranah jurnalisme. Semangat warga untuk memproduksi dan menyebarluaskan hasil liputannya
(47)
merupakan daya tarik tersendiri karena langsung terlibat berpartisipasi dalam kegiatan jurnalisme tersebut.
Perkembangan Citizen Journalism belakangan ini sangat pesat. Buat yang
dalam tradisi “Old School Journalism” karena mengandung sejumlah implikasi
yang tidak kecil :
1. Opening Source Reporting
Perubahan modus pengumpulan berita. Wartawan tidak lagi menjadi satu – satunya pengumpul informasi. Tetapi, wartawan dalam konteks
tertentu juga hatus “bersaing” dengan khalayak yang menyediakan
firsthand reporting dari lapangan.
2. Perubahan modus pengolahan berita
Tidak hanya mengandalkan opening source reporting, media kini tidak
lagi menjadi satu – satunya pengelola berita, tetapi juga harus bersaing dengan situs – situs pribadi, blog dan media yang didirikan oleh warga
demi kepentingan publik sebagai pelaku Citizen Journalism.
3. Mengaburnya batas produsen dan konsumen berita
Media yang lazimnya memposisikan diri sebagai produsen berita, kini juga menjadi konsumen berita dengan mengutip berita – berita dari khalayak aktif. Demikian pula sebaliknya, khalayak yang lazimnya
diposisikan sebagai konsumen berita, dalam lingkup Citizen
Journalism menjadi produsen berita yang contentnya di akses pula
(48)
4. Tiga point sebelumnya memperlihatkan khalayak sebagai partisipan aktif dalam memproduksi, mengkreasi, maupun menyebarkan berita
dan informasi. Pada gilirannya factor ini memunculkan ”a new balance
of power” distribusi kekuasaan yang baru. Ancaman power yang baru bagi institusi pers bukan berasal dari pemerintah dan ideologi, atau sesama kompetitor, tetapi dari khalayak atau konsumen yang biasanya mereka layani. (Imam, 2010:32)
2.4.2 Dampak Citizen Journalism
Menurut We Media, yang ditulis oleh Shayne Bowman dan Chris Wilis (http://www.hypergene.net/wemedia/weblog.php), beberapa dampak positif dari Citizen Journalism sebagai berikut :
1. Partisipasi aktif dari warga dalam hal ini pembaca, pendengar, pemirsa
lebih penting daripada konsumen berita yang pasif, audiens akan merasa lebih tergerak untuk melakukan perubahan. Dari hal ini warga
yang aktif bisa dikatan sebagai Citizen Jounalism atau jurnalisme
warga.
2. Bagi media, Citizen Journalism atau jurnalisme warga menyediakan
potensi untuk meningkatkan loyalitas dan hubungan saling percaya dengan audiensnya. Jurnalisme warga merupakan sebuah semangat ideal tentang hak masyarakat terhadap informasi.
(49)
2.4.3 Fungsi Citizen Journalism
1. Membuka ruang untuk komentar publik, dimana pembaca bisa
bereaksi, memuji,mengkritik, atau menambahkan bahan tulisan jurnalis professional.
2. Menambahkan pendapat masyarakat sebagai bagian dari artikel yang
ditulis jurnalis professional.
3. Kolaborasi antara jurnalis professional dengan non jurnalis yang
memiliki kemampuan dalam materi/ bidang yang akan dibahas dalam artikel tersebut.
2.4.4 Kelebihan dan Kelemahan Citizen Journalism
Kelebihan : Kelebihan dari Citizen Journalism adalah kecepatan menerima informasi dari segi pandangan masyarakat yang biasanya cenderung objektif meskipun ada kemungkinan berita bohong, namun kecepatan dari public menyampaikan berita merupakan hal yang paling cepat dan mudah bagi instasi berita menerima dan mengolah informasi.
Kelemahan : Kelemahan dari Citizen Journalist adalah kemungkinan untuk mendapatkan informasi yang setengah-setengah dan kemungkinan berita bohong.
2.4.5 Peluang dan Tantangan Citizen Journalism
1. Peluang
Peluang Citizen Journalism untuk kedepanya pasti akan terbuka bahkan bukan suatu hal yang tidak mungkin suatu saat Citizen
(50)
Journalist dapat mengalahkan berita dari jurnalis itu sendiri dengan berkembangannya teknologi informasi media dan etika serta tata cara penulisan berita di masyarakat dan perkembangan intelektual dan keinginan untuk menyampaikan informasi kepada masyarakat.
2. Tantangan
Tantangan bagi Citizen Journalism adalah bagaimana lebih professional dalam memeberikan informasi kepada instansi dan memberikan objektivitas yang tinggi terhadapa informasi yang diberikan, jadi benar memberikan suatu informasi tanpa ada suatu kesubjektifitasan berita.
2.4.6 Peranan Citizen Journalism
Peranan citizen journalism mengarahkan atau memeriksa keakuratan artikel. citizen journalism di Indonesia lebih popular di radio dibandingkan internet. perwujudan jurnalis publik di Indonesia lebih kepada adanya simbiosis mutualisme. Seorang warga dengan suka rela menjadi pewarta karena merasa terbantu dengan adanya jaringan informasi lalu lintas seperti di radio ini. Bayangkan saja dengan kemacetan yang terjadi di dalam tol dalam kota bila ada kecelakaan di dalamnya, salah pilih jalan membuat kita bisa terjebak berjam-jam tak bergerak. Mungkin di luar itu ada juga keinginan menjadi pahlawan, membantu orang lain agar tidak terjebak macet, tetapi kecenderungan terbesar adalah adanya faktor saling membantu tersebut. Jam-jam macet yang menyiksa, sambil menunggu informasi terkini dari berita lalu lintas membuat mereka terpaku
(51)
pada satu saluran informasi, dan ikut berpatisipasi dalam acara-acara lain yang diudarakan radio tersebut. Berbeda ditingkat mahasiswa ,pelaku terpenting dalam citizen journalism atau jurnalisme publik terbesar ada di tingkat mahasiswa karena merekalah yang selama ini paling banyak memiliki akses terhadap internet, paling banyak memiliki akses terhadap dunia baru yang bergerak dan berubah di sekeliling mereka. Dan mereka pulalah yang memiliki perkawanan yang luas, baik secara konvensional maupun virtual, sehingga informasi yang mereka sampaikan bisa bermanfaat bagi lebih banyak orang. (Http://www.Lapmiwordpress.com)
2.5 Kerangka Berfikir
Teknologi komunikasi merupakan faktor yang mempengaruhi kegiatan jurnalistik. Kegiatan jurnalistik yang pada intinya adalah suatu proses mencari, mengolah dan mempublikasikan suatu peristiwa akan menjadi lebih bermakna dengan hadirnya teknologi komunikasi. Teknologi tersebut adalah handphone atau telepon genggam yang merupakan jaringan komunikasi yang memungkinkan terjadinya pertukaran informasi tanpa hambatan jatak dan waktu. Kemuculan handphone atau yang disebut dengan media komunikasi memberikan peluang bagi
non jurnalis (citizen journalism) untuk melakukan publiaksi berita mereka di
media.
Pengolahan informasi dan pendistribusiannya melalui jaringan telekomunikasi membuka banyak peluang untuk dimanfaatkan di berbagai bidang kehidupan manusia, termasuk salah satunya bidang pendidikan. Inisiatif menyelenggarakan siaran radio pendidikan merupakan upaya melakukan
(52)
penyebaran informasi ke satuan-satuan pendidikan yang tersebar di seluruh Indonesia.
kehadiran citizen journalism merupakan respons lanjutan dari peradaban
masyarakat informasi yang memang tatanan sosio-kultural dan infrastrukturnya telah siap. Kehadirannya menunjukkan peran berarti dalam mendekonstruksi sistem media tradisional, mendobrak tatanan konservatisme dalam produksi dan distribusi berita, serta menawarkan geliat ruang berdemokrasi yang merata. Hal inilah yang kemudian menjadi pertanyaan besar bagi bangsa ini dalam menyikapi
keberadaan citizen journalism. Dalam citizen journalism siapapun dapat menjadi
pewarta, dimana seorang pewarta tanpa harus memiliki pendidikan yang relevan dapat menyebarluaskan hasil liputannya. Bila pada media konvensional ketika sebuah berita dikirimkan tentu harus melalui proses editing. Tidak halnya pada Citizen Journalism, semua jenis berita dapat diterbitkan, baik berupa keluh kesal pribadi penulis maupun artikel yang lebih serius serta peristiwa yang terjadi secara spontan yang ada dihadapan pewarta yang mendokumentasikan kejadian tersebut dan setiap orang bisa memberi tambahan atau komentar terhadap berita yang ditampilakan.
Dari segi aktualitas, media cetak memang tidak akan mampu menandingi kecepatan media elektronik dalam hal menyiarkan berita. Meski begitu, media cetak tetap bisa mengedepankan sisi lain yang menjadi kelebihannya, yaitu aspek kedalaman informasi. Radio memang luar biasa cepat dalam mengendus informasi dan segera menyiarkan kepada pendengarnya. Karena itulah, radio disebut sebagai
(53)
tentang apa yang terjadi meskipun hanya berupa gasir besar. Sedangkan, televisi
dengan aspek visualnya mampu menjadi involving medium, yaitu media yang
mampu mengikat emosi pemirsanya lebih kuat dibanding bentuk media lainnya.
Di sinilah kemudian media cetak memainkan perannya sebagai informing
medium, yakni media yang mampu menangani hal-hal yang kompleks karena
memiliki kesempatan dan ruang untuk menggali aspek kedalaman informasi sebelum memuat dan mengedarkannya (Davison dalam Ishwara, 2005: 48-49).
Citizen journalism akan menggantikan posisi wartawan? Inilah yang saat ini dialami oleh media elekronik radio. Pendengar yang secara sukarela menjadi reporter dan informan, jumlahnya mencapai sekitar 330.000 di tahun 2009. Hal ini bisa memicu adanya persaingan antara wartawan profesional dengan citizen journalism pada radio suara Surabaya. Dalam hal ini kedatangan citizen journalism pada radio suara Surabaya membawa nilai positif terhadap perkembangan jurnalistik radio terutama pada radio suara Surabaya yang menerapkan hal tersebut. Citizen journalism pada radio suara Surabaya bisa menandingi reporter radio suara Surabaya dengan kecepatan dan keakuratan dalam melaporkan berita di lokasi kejadian secara langsung. Hal ini memicu persaingan antara citizen journalism dengan reporter radio suara Surabaya dalam mendapatkan berita atau peristiwa secara cepat dan memenuhi unsur – unsur berita yang ada. Sehingga pihak radio suara Surabaya berkeinginan menutup divisi bidang reporter apabila reporter tersebut tidak bisa menandingi kecepatan dalam mendapatkan berita.
(54)
Dari fenomena yang ada peneliti tertarik untuk meneliti dan mengulas
secara mendalam mengenai “Motif Pendengar Menjadi Citizen Journalism pada
(55)
3.1. Metode Penelitian
Metode penelitian ini menggunakan deskriptif, yakni penelitian yang memberikan gambaran atas uraian suatu keadaan sejernih mungkin, tanpa adanya perlakuan terhadap objek yang diteliti (Kountur, 2003:53). Metode ini merupakan suatu metode yang berupaya memberikan gambaran tentang suatu fenomena tertentu secara terperinci, sehingga akhirnya diperoleh pemahaman yang lebih jelas tentang fenomena yang sedang diteliti.
Pendekatan yang digunakan ialah pendekatan kualitatif, yaitu suatu pendekatan yang tidak menggunakan statistik dan menggunakan angka-angka tertentu. Hasil dari penelitian kualitatif ini tidak dapat digeneralisasikan (membuat kesimpulan yang berlaku umum) atau bersifat universal. Jadi, hanya dapat berlaku pada situasi dan keadaan yang sesuaidengan situasi dan keadaan dimana penelitian yang serupa dilakukan (Kountur, 2003:29).
Terdapat beberapa faktor pertimbangan dalam menggunakan deskriptif kualitatif, yaitu pertama metode deskriptif kualitatif akan lebih mudah menyesuaikan bila dalam penelitian ini kenyataannya ganda, kedua metode deskriptif kualitatif menyajikan secara langsung hubungan antara peneliti dengan objek peneliti, ketiga metode deskriptif kualitatif lebih peka serta dapat menyesuaikan diri dengan banyak pengaruh terhadap pola-pola nilai yang dihadapi (Moleong, 2002: 33).
(56)
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif bertujuan untuk menggali atau menjelaskan makna dari realitas yang sedang terjadi. Dalam penelitian ini, akan digali tentang :
a. Motif pendengar menjadi citizen journalism pada radio suara Surabaya.
b. Pengertian citizen journalism secara keseluruhan.
c. Radio suara Surabaya sebagai tempat atau media bagi pendengar dalam
melaporkan berita.
d. Informasi yang diberikan oleh pendengar kepada radio suara Surabaya.
e. Peran telepon genggam sebagai sarana untuk mencari dan melaporkan
berita pada radio.
3.2. Unit Analisis Data
Pada penelitian ini, informan penelitian merupakan pendengar radio suara Surabaya yang berada di wilayah Surabaya. Dalam hal ini pendengar radio suara Surabaya merupakan orang dewasa laki – laki dan perempuan yang berusia mulai 35 sampai 60 tahun. Selain itu pendengar radio suara Surabaya memiliki handphone atau telepon genggam yang digunakan sebagai sarana untuk mencari dan melaporkan berita kepada media radio tersebut, serta konten berita yang disampaikan pendengar. Peneliti memilih fokus pada motif pendengar menjadi citizen journalism radio suara Surabaya untuk melaporkan berita kepada media kurang lebih 5 menit per hari.
(57)
3.3. Teknik Pengumpulan Data
Berdasarkan bentuk penelitian kualitatif dan jenis sumber data yang dimanfaatkan, maka teknik pengumpulan data penelitian ini sebagai berikut:
1. Observasi
Teknik yang digunakan dalam menggali data dari sumber data yang berupa peristiwa, tempat, lokasi, dan benda, serta rekaman gambar. Teknik observasi berperan serta ialah terbukanya kesempatan bagi peneliti untuk mengambil bagian nyata dalam kegiatan kelompok, atau bahkan mengikuti peristiwa yang tak dapat dilakukan bagi proses penelitian atau kegiatan ilmiah lainnya. Keuntungan lainnya yang dimiliki, yaitu kesempatan untuk menangkap realitas dari pandangan seorang yang memang benar-benar terlibat dalam kasus yang sedang diteliti.
Dalam penelitian tentang kebahasaan, teknik observasi ini turut melibatkan peneliti dalam bercakap-cakap atau berbicara, dan menyimak perihal yang dibicarakan atau diucapkan oleh sasaran pengamatan (informan penelitian).
2. Wawancara Mendalam (In-Depth-Interview)
Dalam pernyataan Susan Stainback (1988:35) menyampaikan bahwa:
“Interviewing provide the researcher a means to gain a deeper
understanding of how the participant interpret a situation or phenomenon than can be gained through observation”.
(58)
(“wawancara membuktikan jika peneliti dapat menerima pengertian mendalam mengenai bagaimana partisipan menginterpretasikan situasi dan fenomena, daripada hanya melalui observasi”).
Selain itu, wawancara terdiri atas orang-orang yang dianggap mengetahui, memahami permasalahan yang terjadi sesuai substansi penelitian sehingga dapat menghasilkan data berupa bahasa, tulisan, ataupun visual yang memungkinkan narasumber mendefinisikan dirinya sendiri dan lingkungannya dengan menggunakan istilah-istilah mereka sendiri.
Melalui wawancara, maka peneliti mampu memperoleh data yang tidak dapat ditemukan hanya dengan observasi. Selain itu, peneliti dapat mengetahui hal-hal yang lebih mendalam tentang partisipan dalam menginterpretasikan situasi dan fenomena yang terjadi pada obyek yang diteliti.
3. Studi Kepustakaan
Metode ini dilakukan untuk mendapatkan data-data sekunder yang mendukung seperti pendengar dan teknologi informasi, khususnya berkaitan dengan citizen journalism pada radio suara Surabaya.
Dalam melakukan pendokumentasian ada beberapa cara yang digunakan :
a. Pedoman dokumentasi yang memuat garis-garis besar atau
(59)
b. Melakukan check-list, yaitu daftar variabel yang akan dikumpulkan datanya. Peneliti tinggal memberikan tanda atau tally pada setiap pengumpulan gejala yang dimaksud.
3.4. Teknik Analisis Data
Patton mengungkapkan bahwa analisis data adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian dasar. Bogdan dan Taylor mendefinisikan analisis data sebagai proses yang merinci usaha secara formal untuk menemukan tema dan merumuskan hipotesis (ide) seperti yang disarankan oleh data dan sebagai usaha untuk memberikan bantuan pada tema dan hipotesis itu. (Moleong, 2001:103)
Terdapat langkah-langkah dalam menganalisis data (Moleong, 2001:105):
1. Data yang terkumpul dikategorikan dan dipilah-pilah menurut jenis
datanya.
2. Melakukan seleksi terhadap data yang dianggap data inti yang berkaitan
langsung dengan permasalahan dan yang hanya merupakan data pendukung.
3. Menelaah, mengkaji, dan mempelajari lebih dalam data tersebut kemudian
melakukan interpretasi data untuk mencari solusi dalam permasalahan yang diangkat dalam penelitian.
Pada penelitian kualitatif ini, analisis data dilakukan semenjak awal penelitian. Pengamatan pendengar menjadi citizen journalism pada radio suara Surabaya dalam mencari dan melaporkan berita yang telah di dapat.
(60)
4.1 Gambaran Obyek Penelitian dan Penyajian Data 4.1.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian
4.1.1.1 Radio Suara Surabaya
Radio Suara Surabaya (SS), mengudara pertama kali di momentum gerhana
matahari total 11 Juni 1983, menempati frekuensi FM 100.55Mhz. Radio Suara
Surabaya (SS) bertempat di lokasi kawasan berbukit jalan Wonokitri Besar no. 40.
Suara Surabaya radio pertama di Indonesia yang sejak awal kelahirannya secara
sadar menerapkan format “Radio News atau Informasi” dan bermotto “FM News &
Musik Hit”. Sejak awal Suara Surabaya menerapkan format siaran jurnalisme radio, dan menjadi jajaran radio swasta pertama Indonesia yang berkonsep radio informasi, di tengah – tengah dominasi radio musik dan sandiwara radio. Siarannya
berfilosofi “News-Interaktif-Solutif”. News adalah fokus pada produksi informasi.
Interaktif bermakna pola komunikasi yang multi arah. Sedangkan Solutif berorientasi dampak siaran yang wajib dan bermanfaat. Komoditi Pemberitaan
“Local News” berwawasan Global, Sumber informasi selain dari liputan Tim
Reporter, internet Kantor Berita ANTARA, Kantor Berita Perancis AFP, maupun dekoder satelit Deutsche Welle.
Pada tahun 1994 Suara Surabaya mengembangkan siaran interaktif berbasis
jurnalistik yang beberapa tahun kemudian diformulasikan sebagai “Citizen
(61)
jumlahnya mencapai sekitar 330.000 di tahun 2009. Lingkup dan dampak siarannya melampaui peran radio secara konvensional. Suara Surabaya kemudian dikenal sebagai penggerak partisipasi public, penggalang kekerabatan sosial, sumber solusi permasalahan public, dan inspirator kebijakan kota. Khalayak menyebut Suara Surabaya sebagai alun – alun komunikasi dan demokratisasi publik. Tahun 1995,
Suara Surabaya mengembangkan ‘Jurnalisme Interaktif’ dengan strategi “Open
Format”, yang akhirnya mempengaruhi bentuk program siaran keseluruhan menjadi
satu “Core Program”, yaitu Kelana Kota.
Pada tahun 1999, Suara Surabaya mengaplikasi konvergensi radio siaran
dengan internet melalui portal news www.suarasurabaya.net. Dampaknya siaran Suara
Surabaya mengglobal melalui fasilitas “Radio Online”. Aplikasi ini juga melahirkan
“ Radio On Demand ” berupa dokumentasi auditif siaran yang dapat diaskes
kembali sewaktu – waktu. Ketika Suara Surabaya bersiaran non stop 24 jam sehari di tahun 2001, respon aktif pendengar dari seluruh dunia makin kerap.
Mengikuti perkembangan trend “Radio Visual”, tahun 2008 Suara Surabaya
mengamplikasi “Video Streaming” yang memungkinkan khalayak melihat situasi
ktual kegiatan siaran melalui situs Suara Surabaya. Pada peringatan 26 tahun tanggal 11 Juni 2009, Suara Surabaya bekerjasama dengan Pemerintah Kota
Surabaya memanfaatkan kamera Area Traffic Control System guna meningkatkan
layanan siaran informasi lalu lintas. Penyiar Suara Surabaya kini bisa memantau situasi lalu lintas aktual melalui layar computer dan menyiarkannya ke khalayak.
Untuk peran dan dampak siarannya, Suara Surabaya banyak menerima penghargaan local, nasional ddan internasional sebagai media massa maupun
(62)
institusi sosial. Suara Surabaya juga sering dikunjungi masyarakat yang ingin mengenali kinerja Suara Surabaya lebih dekat. Dari sisi industrial, Suara Surabaya
dikategorikan sebagai radio dengan tarif iklan “termahal” di Indonesia. Dari sisi
keilmuan Suara Surabaya menjadi rujukan mahasiswa dan perguruan tinggi sebagai subyek penelitian untuk berbagai disiplin ilmu, bahkan hanya ilmu komunikasi. Selain siaran, Suara Surabaya berperan pula dalam berbagai kegiatan tanggung jawab sosial sebagai pelopor maupun pendukung.
Oleh karena itu visi dan misi Suara Surabaya berkiprah :
1. Sebagai pendorong proses pemberdayaan dan demokratisasi
masyarakat.
2. Mengadopsi lompatan teknologi komunikasi dan telekomunikasi.
3. Menjadi lembaga usaha yang sehat bisnis. (Arifin, 2010 : 7)
4.1.1.2 Citizen Journalism
Citizen Journalism atau jurnalisme warga adalah perwujudan dari evolusi jurnalisme dalam dunia modern, D. Lasica lewat tulisannya dalam online journalism
review (2003) membagi media untuk citizen journalism dalam beberapa bentuk :
1. Partisipasi audiens (seperti komentar – komentar) pengguna yang
dilampirkan untuk mengomentari kisah berita, blog pribadi, photo atau gambar video.
2. Berita independen dan informasi yang ditulis dalam website seperti
(1)
91
Seperti halnya yang diungkapkan oleh (M. Alwi Dahlan, 1987: 2-3) sebagai berikut :
“Informasi yang diperoleh melalui berbagai media massa memegang peranan sangat penting dalam membentuk sikap mental masyarakat agar dapat berperan secara aktif dalam pelaksanaan pembangunan umumnya dan terhadap kepedulian untuk aktif dalam mengabarkan informasi.”
Motif lain juga muncul yaitu sebagai sarana penyampaian aspirasi dan pengalaman masyarakat, hal ini juga diungkapkan oleh (Tommy : 2010): “Aspirasi masyarakat merupakan kepentingan umum yang harus diperjuangkan perolehannya melalui saluran-saluran media tertentu yang satu aliran atau yang satu paham atau yang dapat memperjuangkan aspirasi masyarakat tersebut. Keberadaan berbagai aspirasi masyarakat yang disalurkan melalui berbagai saluran media akan menimbulkan atau mengakibatkan terbentuknya perimbangan kepentingan-kepentingan kelompok masyarakat.”
Hal itu menunjukkan dalam aktivitas Citizen Journalism siapapun dapat menjadi pewarta, dimana seorang pewarta tanpa harus memiliki pendidikan yang relevan dapat menyebarluaskan hasil liputannya. Peran terbesar teknologi komunikasi berupa telepon genggam atau handphone sebagai saluran informasi yang sangat efektif dan efisien dalam aktivitas Citizen Journalism.
(2)
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, maka peneliti mengambil kesimpulan sebagai berikut.
Dalam wawancara mendalam yang telah dilakukan oleh peneliti, peneliti mengambil lima informan untuk dimintai pendapatnya mengenai motif informan atau pendengar menjadi Citizen Journalism pada radio suara Surabaya. Dalam hal ini kelima informan melakukan aktivitas Citizen Journalism dengan menggunakan teknologi komunikasi berupa telepon genggam atau handphone untuk melaporkan berita atau informasi kepada radio Suara Surabaya. Dari hasil penelitian, peneliti mendapatkan motif pendengar menjadi Citizen Journalism pada Radio Suara Surabaya antara lain motif utama pendengar untuk menginformasikan peristiwa secara aktual, kepedulian masyarakat dalam mengabarkan informasi pada radio Suara Surabaya, serta menyampaikan aspirasi dan pengalaman dari masyarakat kepada Media. Hanya saja bagi informan, dalam melakukan aktivitas Citizen journalism juga terdapat kendala yaitu sulitnya informan terhubung dengan radio Suara Surabaya. Hal ini tidak menyurutkan motivasi informan menjadi Citizen Journalism dalam mengabarkan informasi ke radio Suara Surabaya. Ketiga motif tersebut jelas menerapkan aktivitas Citizen Journalism pada radio Suara Surabaya, karena untuk menginformasikan peristiwa secara aktual dan menyampaikan aspirasi dan pengalaman masyarakat serta kepedulian masyarakat dalam
(3)
93
mengabarkan informasi membutuhkan proses Citizen Journalism dengan melakukan observasi mengenai peristiwa yang layak dijadikan berita.
5.2 Saran
Berikut adalah saran yang diambil dari pendapat yang telah diutarakan oleh informan dalam penelitian ini :
a. Inovasi teknologi dan komunikasi semakin maju dan berkembang, terutama penggunaan telepon genggam mulai menjadi bagian utama komunikasi. Hal itu sebaiknya mampu memotivasi kajian ilmu komunikasi agar lebih banyak mengarahkan kajiannya pada lingkup teknologi serta komunikasi.
b. Citizen Journalism merupakan jurnalisme partisipatoris atau jurnalisme warga yang aktif dalam melaporkan berita atau peristwa yang terjadi untuk dipublikasikan melalui media elektronik. Apalagi sekarang dengan adanya kemajuan alat komunikasi berupa telepon genggam (Handphone). Hal ini dapat memacu minat masyarakat dalam menyampaikan informasi ke media hanya dengan modal berupa alat komunikasi berupa telepon genggam.
(4)
c. Informasi tidak hanya sekedar produk sampingan, namun sebagai bahan yang menjadi faktor utama yang menentukan kesuksesan atau kegagalan, oleh karena itu informasi harus dikelola dengan baik oleh masyarakat.
d. Penelitian ini masih banyak kekurangan, diharapkan dapat disempurnakan dengan penelitian selanjutnya oleh peneliti lain dengan informan yang lebih variatif dan dengan kedalaman data dan pembahasan penelitian yang lebih baik.
(5)
95
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, 2010. Suara Surabaya Bukan Radio, Surabaya : Suara Surabaya.
Bungin, Burhan, 2007. Sosiologi Komunikasi (Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat), Jakarta : Kencana. Castells, 1998. Komunikasi dan Modernisasi Jaringan Komunikasi
Penelitian: Stanford University Press Oxford.
Effendy, Uchjan Onong, 1990. Radio Siaran Teori dan Praktek, Bandung : Mandar Maju.
, 1993. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, Bandung : Citra Aditya Bakti.
, 2001. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
, 2003. Ilmu, Teori, dan Praktek Komunikasi, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
Fisher, B. Aubrey, 1986. Teori-teori Komunikasi, Bandung: Remaja Rosdakarya.
Flournoy, Don Michael, 1986. Analisis Isi Surat Kabar Indonesia,Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Martin, Merle P., 1991. Analysis And Design of Business Information Sytems, Macmillan Publishing Company, New York.
Masduki, 2004. Jurnalisme Radio,Jakarta : PT. Antero Karya Gemilang.
Mc.Quail, Dennis, 2000. Teori Komunikasi Massa, Jakarta : Gelora Aksara Pratama.
McQuail, Denis, 2001. Teori Komunikasi Massa, Jakarta : Erlangga.
Moleong, Lexy J, 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Nieman, 2005. Citizen Journalism, Report. Vol 59. No. 4, Halaman 4-5 Romli, Asep Syamsul, 2004.Broadcast Journalism, Jakarta : Dian Rakyat.
(6)
Sobur, Alex, 2006. Analisis Teks Media, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. Soekanto, Soerjono, 1990. Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta : PT Raja
Grafindo Persada.
Suwandi, Imam, 2010. Langkah Otomatis jadi Citizen Journalist, Jakarta : Dian Rakyat.
Non Buku (Internet) : www.AnneAhira.com
http://www.elektroindonesia.com/elektro/no5a.html
http://fahmina.or.id/artikel-a-berita/artikel/206-jurnalisme-radio-jurnalisme perjuangan.html.
http://www.hypergene.net/wemedia/weblog.php
http://id.wikipedia.org/wiki/Teknologi_Informasi_Komunikasi
http://journal.mediaculture.org.au/index.php/mcjournal/article/viewarticle/30 Http://www.Lapmiwordpress.com
Http://phianiezt.wordpress.com