BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu indikator tingkat kesejahteraan rakyat dapat dilihat dari perkembangan angka kematian balita, dikarenakan kematian balita berkaitan erat dengan keadaan
ekonomi, tingkat pendidikan orangtua dan program kesehatan dari pemerintah.
Menurut data dari Komite Penanggulangan Kemiskinan 2003 jumlah penduduk miskin di Indonesia sekitar 37,34 juta jiwa atau berkisar 17,4 persen. Infant
Mortality rate IMR penduduk miskin pada tahun 1995 hampir dua kali lebih tinggi daripada penduduk terkaya, dan pada tahun 2001 IMR penduduk miskin menjadi 1,5
kali lebih tinggi dibandingkan penduduk kaya Bappenas dan LD-UI, 2003.
Selain disebabkan oleh keadaan ekonomi, angka kematian balita juga dipengaruhi oleh tinggi rendahnya tingkat pendidikan orangtua yang berkaitan dengan
pengetahuan akan perawatan kesehatan maupun dalam pemeriksaan kehamilan. Kematian balita yang rendah dijumpai pada golongan wanita yang mempunyai
pendidikan yang tinggi Utomo, 1984.
Kematian balita juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Adapun faktor lingkungan yang mempengaruhi angka kematian balita adalah jumlah sarana
kesehatan, persentase persalinan yang dilakukan dengan bantuan medis, rata-rata jumlah pengeluaran rumah tangga, persentase daerah berstatus desa, dan persentase
ketersediaan sarana air bersih yang mana hal ini berkaitan dengan program dari pemerintah. Tiga penyebab utama kematian bayi menurut Survei Kesehatan Rumah
Tangga SKRT 1995 adalah infeksi saluran pernafasan akut ISPA, komplikasi
Universitas Sumatera Utara
perinatal, dan diare. Gabungan ketiga penyebab ini memberi andil bagi 75 persen kematian bayi. Pada 2001 pola penyebab kematian bayi ini tidak banyak berubah dari
periode sebelumnya, yaitu karena sebab-sebab perinatal, kemudian diikuti oleh infeksi saluran pernafasan akut ISPA, diare, tetanus neotarum, saluran cerna, dan penyakit
saraf. Semakin kecil tingkat perkembangan angka kematian balita maka dapat dikatakan program pemerintah berhasil meningkatkan taraf kesejahteraan rakyat.
Data tingkat perkembangan angka kematian balita dari tahun ke tahun merupakan data runtun waktu sehingga untuk memprediksi tingkat kematian balita
pada masa yang akan datang digunakan teknik-teknik runtun waktu yang dinamakan dengan peramalan.
Peramalan adalah suatu kegiatan dalam memperkirakan atau kegiatan yang meliputi pembuatan perencanaan di masa yang akan datang dengan menggunakan data
masa lalu dan data sekarang, sehingga dapat membuat prediksi di masa yang akan datang. Metode peramalan merupakan bagian dari ilmu statistika. Salah satu metode
peramalan yang digunakan adalah metode deret berkala time series. Metode ini disebut deret berkala karena memiliki karasteristik data yang dianalisis bersifat deret
waktu atau merupakan sekumpulan data yang dicatat dalam suatu periode waktu. Periode waktu dari deret berkala dapat berupa tahunan, bulanan, mingguan, semester,
kwartal dan lain - lain. Salah satu model time series adalah model Autoregressive Integrated Moving Average ARIMA Box-Jenkins, yang diperkenalkan G. E. P. Box
dan M. Jenkins pada tahun 1976.
Model Autoregressive Integrated moving Average ARIMA merupakan model gabungan Autoregressive AR yaitu model yang menjelaskan pergerakan suatu
variabel melalui variabel itu sendiri di masa lalu dengan Moving Average MA yaitu model yang melihat pergerakan variabelnya melalui residualnya di masa lalu. Model
ARIMA Box-Jenkins adalah jenis model analisis deret waktu yang mampu mewakili data deret waktu yang stasioner maupun non-stasioner. Model ARIMA Box-Jenkins
ini secara penuh mengabaikan independen variabel dalam membuat peramalan.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan permasalahan dan uraian di atas penulis memberi judul pada penelitian ini dengan
“ PERAMALAN TINGKAT KEMATIAN BALITA PADA DINAS KESEHATAN KABUPATEN TAPANULI UTARA DENGAN MODEL
ARIMA BOX-
JENKINS ”.
1.2 Perumusan Masalah