Analisis Psikologis Tokoh Utama Fujii Cuplikan 1 Hal. 8

3.2 Analisis Psikologis Tokoh Utama Fujii Cuplikan 1 Hal. 8

“Anjing yang kupungut. Anjing yang menemaniku setiap hari selama masa menganggur satu tahun selepas sekolah karena tidak bisa masuk universitas. Dikamar lantai dua yang tidak terkena sinar matahari, aku belajar, dan anjing itu tidur. Apakah anjing kecil memang selalu tidur selama itu? Waktu itu, tak terpikir apa pun olehku, tetapi saat ini barulah jadi pertanyaan bagiku. Di sebelahku yang sedang menghadap meja, sepertinya dia selalu menghabiskan waktunya dengan tidur.” Analisis: Cuplikan“Anjing yang menemaniku setiap hari selama masa menganggur satu tahun selepas sekolah karena tidak bisa masuk universitas. Di kamar lantai dua yang tidak terkena sinar matahari, aku belajar, dan anjing itu tidur”menunjukkan bahwa aktifitas Fujii sehari-hari hanya dihabiskan di dalam kamar. Fujii hanya sibuk berkonsentrasi menyelesaikan soal-soal tes ujian masuk Universitas. Fujii hanya ditemani oleh anjing kesayangannya Book. Fujii memang seorang pemuda yang cenderung tidak suka bersosialisasi. Ia hanya bersosialisasi dengan keluarganya saja. Ia lebih sering melakukan kegiatan didalam kamar. Sesekali Fujii keluar rumah untuk membaca buku diperpustakaan desa atau mengajak Book berjalan-jalan mengitari sungai desa dengan sepeda motor 2 tak miliknya. Dalam hal ini Fujii bisa dikatakan memiliki kecenderungan Hikikomori Orang yang suka menyendiri dan mengisolasi diri dari masyarakat sosial. Kecenderungan Hikikomori yang dialami Fujii tersebut dapat terjadi karena ia merasa tidak percaya terhadap lingkungan sekitarnya, Universitas Sumatera Utara sehingga ia memilih untuk mengisolasi diri terhadap masyarakat sosial. Tindakan dan keputusan untuk menarik diri dari lingkungan inilah yang menunjukkan bahwa Fujii sedang mengalami gejala depresi. Beckmengatakan bahwa pola pikir orang yang mengalami depresi ditandai dengan cara pandang yang negatif terhadap orang lain dan lingkungannya. Cara berfikir yang negatif dapat membuat seseorang berdistorsi secara negatif pula sehingga dapat mengakibatkan seseorang tersebut menarik kesimpulan tanpa bukti, seperti beranggapan bahwa “orang tidak suka berbicara dengan saya karena saya sangat membosankan” atau pemikiran seperti “saya akan menjadi malas belajar jika saya bergaul dengan teman-teman saya”. Dapat disimpulkan bahwa perilakuFujii tersebut mengacu pada bentuk distorsi kognitif, yaitu berfikiran negatif terhadap orang lain dan lingkungannya. Cuplikan 2 Hal. 154 “Dia berkata akan menelepon pada pukul sembilan, tetapi nyatanya telepon baru berdering setelah lewat pukul sebelas. Dia salah memperkirakan waktu. Hal seperti ini adalah hal yang sangat jarang terjadi. “Aku sudah memeriksakan diri, tapi.......” katanya ditelepon. “Tetap saja penyebabnya tidak diketahui. Jadi, aku akan melakukan pemeriksaan ulang pada hari Kamis.” “Pemeriksaan ulang?” “Iya.Kali ini aku yakin hasilnya akan keluar.” “Saat ini, apa ada yang terasa sakit?” “Tidak apa-apa,” katanya. Rasa sakitnya hilang setelah aku istirahat dua hari, nafsu makan pun normal. Jika nanti hasilnya keluar, akan kukabari.” “Terasa lesu tidak?” Universitas Sumatera Utara “Aku merasa jauh lebih baik.” “Aku terdiam, lalu dia berkata, “Kampung halamanku sangat nyaman.” Analisis: Cuplikan “Dia berkata akan menelepon pada pukul sembilan, tetapi nyatanya telepon baru berdering setelah lewat pukul sebelas. Dia salah memperkirakan waktu. Hal seperti ini adalah hal yang sangat jarang terjadi” menunjukkan bahwa ada kekhawatiran dan kegelisahan yang dirasakan Fujii terhadap Yoshimi. Fujii sangat mencemaskan Yoshimi yang saat itu terlambat menghubunginya, padahal Yoshimi yang Fujii kenal adalah sosok wanita yang sangat tepat waktu. Seperti yang kita ketahui bahwa Jepang adalah negara yang sangat menghargai waktu dan janji. Oleh karena itu, menjadi suatu hal yang sangat wajar apabila timbul berbagai pertanyaan jika seseorang terlambat meperkirakan waktunya. Kekhawatiran Fujii semakin bertambah saat Yoshimi akhirnya memberi kabar bahwa ia harus melakukan pemeriksaan kesehatan ulang untuk mengetahui penyakit yang dideritanya. Fujii benar-benar tidak menyangka bahwa penyakit yang diderita Yoshimi selama ini bukan sekedar sakit demam biasa. Pada umumnya gejala depresi dapat dikenali dari berbagai perasaan seperti sedih dan cemas yang menciptakan suasana hampa dan mati. Beck menggambarkan bahwa rasa sedih yang berlebihan, memperburuk keadaan serta memelihara kondisi kesedihan tersebut merupakan penyebab utama depresi. Archibald Hart juga mengatakan bahwa kehilangan merupakan faktor utama yang mendasari depresi, salah satunya ialah kehilangan sesuatu yang belum tentu hilang seperti kekhawatiran saat menunggu hasil tes kesehatan. Dari cuplikan di Universitas Sumatera Utara atas terlihat bahwa tokoh Fujii sangat mengkhawatirkan hasil tes kesehatan kekasihnya Yoshimi sehingga membuatnya merasa sedih dan bertanya-tanya. Dapat disimpulkan bahwa Fujii mulai mengalami gejala depresi diakibatkan oleh rasa cemas, takut, khawatir dan perasaan sedih berlebihan yang dialaminya. Cuplikan 3 Hal. 150 “Hari minggu pagi itu terasa agak dingin. Aku menghidupkan lampu ditempat kerja, lalu duduk didepan CAD, dan melanjutkan gambar perencanaan yang kemarin. Dihari libur seperti ini, tempat kerjaku terasa begitu tenang, hanya terdengar bunyi pena yang bergeser diatas kertas kerja.” Analisis: Cuplikan“Hari minggu pagi itu terasa agak dingin. Aku menghidupkan lampu ditempat kerja, lalu duduk didepan CAD, dan melanjutkan gambar perencanaan yang kemarin” menunjukkan bahwa kesibukan kantor yang menumpuk memaksa Fujii tetap bekerja di hari minggu. Tekanan pekerjaan yang harus dihadapi Fujii setiap hari tersebut semakin membuat Fujii merasa terbebani. Namun Fujii tetap berusaha bersikap profesional dalam menyelesaikan tanggung jawab pekerjaannya. Dalam sikap Fujii tersebut terlihat bahwa adakekhawatiran dan rasa tidak ingin kehilangan pekerjaan dalam diri Fujii sehingga ia terus berusaha menyelesaikan tugas kantornya yang menumpuk tersebut. Kekhawatiran akan kehilangan pekerjaan serta perasaan takut gagal dalam diri Fujii sangat wajar terjadi dalam karakter orang Jepang. Seperti yang kita ketahui bahwa orang Jepang sangat tekun dan bertanggungjawab dalam menjalankan kehidupannya. Orang Jepang akan merasa sangat malu apabila gagal dalam melakukan sesuatu. Karakter ini memang sudah mendarah daging dalam kehidupan masyarakat Universitas Sumatera Utara Jepang. Hal inilah yang memaksa Fujii untuk terus berusaha dan bekerja keras menyelesaikan tugas kantornya walaupun ia sedang cemas dan sedih memikirkan penyakit yang diderita kekasihnya. Depresi dapat dikenali melalui beberapa gejala, seperti perasaan yang berubah-ubah dan sulit dikendalikan. Berbagai perasaan seperti cemas, sendiri, sedih, dan marah. Beck juga menyebutkan beberapa gejala depresi, salah satunya ialah kehilangan perspektif dalam hidup, yaitu pandangan negatif terhadap hidup, pekerjaan, dan keluarga menjadi kabur.Kekhawatiran, fikiran negatif, serta tekanan pekerjaan yang dialami Fujii inilah yang kemudian membuat Fujii mulai merasa lelah dan stress sehingga memicu depresi dalam dirinya. Cuplikan 4 Hal. 159 “Sesaat setelah itu, aku dikejar pekerjaan untuk menghadapi pertemuan presentasi gambar. Aku menghadapi CAD, dan kugoreskan pena di atas kertas. Sesekali, kupejamkan mataku dengan kuat, lalu aku kembali berkonsentrasi pada halaman gambar. Pokoknya, aku akan fokus pada hal-hal yang ada di depan mata. Ketika aku merasa gelisah, aku berjalan berkeliling. Kujauhkan mataku dari gambar,lalu aku berdiri, berjalan melewati ruangan CAD, melalui Divisi Teknologi, dan melewati ruang laboratorium. Aku berjalan hingga ujung gedung F dengan lagak sedang mencari seseorang, kemudian kembali. Melakukan hal itu pun masih belum cukup, sehingga aku menyeberangi lorong. Aku masuk ke bangunan pabrik, menyeberangi areal pabrik, lalu mencuci tangan dan muka di toilet yang belum pernah kumasuki sebelumnya. Gambar perencanaan itu sedikit demi sedikit selesai. Setiap hari aku bekerja hingga jadwal kereta terakhir; membeli makanan di minimarket; tidur setelah minum bir.” Universitas Sumatera Utara Analisis: Cuplikan “Aku menghadapi CAD, dan kugoreskan pena di atas kertas. Sesekali, kupejamkan mataku dengan kuat, lalu aku kembali berkonsentrasi pada halaman gambar. Pokoknya, aku akan fokus pada hal-hal yang ada di depan mata. Ketika aku merasa gelisah, aku berjalan berkeliling” menunjukkan bahwa beban dan tanggungjawab pekerjaan memaksa Fujii untuk tetap berkonsentrasi dalam menyelesaikantugas-tugas kantornya meski ia sedang mencemaskan keadaan Yoshimi. Perasaan tidak ingin gagal dalam menjalankan tugas serta tanggungjawab untuk menyelesaikan pekerjaan kantor tepat waktu juga memaksa Fujii harus fokussehingga Fujii mulai merasa cemas terhadap dirinya sendiri. Masyarakat Jepang adalah orang-orang yang sangat tekun dan profesional dalam mengerjakan sesuatu. Orang Jepang akan melakukan segala hal untuk memenuhi janjinya atau dalam hal ini Fujii berusaha keras untuk fokus menyelesaikan dan memenuhi janji deadline tugas kantornya. Beban pekerjaan yang menumpuk serta kekhawatiran terhadap yoshimi juga membuat Fujii merasa cemas, lelah, dan tertekan. Beck mengatakan bahwa perasaan yang berubah-ubah dan sulit dikendalikan merupakan gejala depresi. Berkurangnya kemampuan untuk berfikir dan berkonsentrasi, serta perasaan lelah atau kehilangan kekuatan hampir setiap hari juga merupakan gejala depresi.Sejalan dengan Beck, Hadi jugamengatakan bahwa penyebab depresi diantaranya ialah reaksi terhadap stress, 85 depresi ditimbulkan oleh stress dalam hidup. Terlalu lelah dan capek karena pengurasan tenaga baik secara fisik maupun emosi juga dapat menyebabkan depresi. Perasaan Universitas Sumatera Utara tertekan, khawatir, dan kelelahan yang dialami Fujii tersebut membuat ia merasa stress dan memicu depresi dalam dirinya. Cuplikan 5 Hal. 164-165 “Hari senin CT, hari kamis MRI. Gadis itu mengikuti pemeriksaan tersebut. Hasilnya, ternyata dugaan tumornya mengganas semakin kuat. Hasil nilai penanda kanker pun melebihi nilai normal. ‘Segera kita siapkan untuk operasi ya’, kata sang dokter. Penjelasannya berhenti sejenak di situ. Aku menggenggam gagang telepon, aku menggoreskan pulpen diatas kertas. Sambil bertarung dengan perasaan, darah diseluruh tubuhku seperti berkumpul ke permukaan wajah, aku menggenggam gagang telepon dengan kencang. Diseberang gagang telepon, terdengar bunyi dia sedang menelan sesuatu. “Lalu,” katanya, “aku akan diopname minggu depan.” Ketika aku menjatuhkan pandanganku ke bawah, ada lima lembar memo. Tertulis di memo itu bahwa dia masuk rumah sakit hari Selasa minggu depan, operasinya akan dilakukan pada minggu berikutnya hari Kamis. Operasi.Aku kembali menggenggam gagang telepon. “Berarti ada kemungkinan tumor itu membaik, kan?” Aku tahu bahwa suaraku sedang bergetar. “Iya,” katanya dengan suara pelan.” Analisis : Pada cuplikan “Hasilnya, ternyata dugaan tumornya mengganas semakin kuat. Hasil nilai penanda kanker pun melebihi nilai normal. ‘Segera kita siapkan untuk operasi ya’, kata sang dokter. Penjelasannya berhenti sejenak di situ. Aku menggenggam gagang telepon, aku menggoreskan pulpen diatas kertas. Sambil bertarung dengan perasaan, darah diseluruh tubuhku seperti berkumpul ke Universitas Sumatera Utara permukaan wajah, aku menggenggam gagang telepon dengan kencang” terlihat bahwa Fujii merasa terkejut dan sedih saat mendengar penjelasan Yoshimi mengenai penyakit yang dideritanya. Kekhawatiran yang selama ini dirasakannya akhirnya terjawab sudah, kekasih yang sangat dicintainya ternyata terkena penyakit kanker sel indung telur stadium IIIC. Gejala depresi pada umumnya dapat dikenali dari berbagai perasaan seperti putus asa, kehilangan harapan, sedih, cemas, dan rasa bersalah yang sering muncul menciptakan suasana hampa dan mati. Jonatan Trisna menyimpulkan bahwa depresi adalah suatu perasaan sendu atau sedih yang biasanya disertai dengan diperlambatnya gerak dan fungsi tubuh. Mulai dari perasaan murung sedikit sampai pada keadaan tak berdaya. Dari cuplikan diatas tergambar perasaan sedih yang dialami Fujii yang merasa darah diseluruh tubuhnya seperti berkumpul ke permukaan wajahnya dan membuatnya mulai merasa depresi. Aaron Beck juga mengatakan bahwa seseorang yang mempunyai pandangan negatif terhadap dirinya lebih mudah terkena depresi.Salah satu teori kognisi depresi Beck menjelaskan bahwa Distorsi merupakan bagian yang menyebabkan depresi. Distorsi, misalnya menarik kesimpulan tanpa ada bukti. Dalam hal ini terlihat bahwa Fujii takut kalau penyakit Yoshimi tidak dapat disembuhkan. Ada perasaan “Apakah penyakit Yoshimi tersebut bisa disembuhkan?” Sehingga bisa dikatakan bahwa Fujii seakan menarik kesimpulan sendiri tanpa ada bukti sebelum ia akhirnya bertanya kepada Yoshimi dan Yoshimi mengatakan bahwa penyakitnya masih bisa disembuhkan. Perasaan sendu, sedikit tak berdaya, menarik kesimpulan tanpa bukti, serta rasa khawatir Universitas Sumatera Utara yang berlebihan yang dialami Fujii tersebut telah menunjukkan bahwa Fujiimengalami gejala depresi. Cuplikan 6 Hal. 172 – 173 “Kata-kata yang muncul dalam lembar data itu menusuk dadaku. Tidak adil. Penyakitnya terlalu tak adil. Hal-hal yang harus dilawannya. Hal-hal yang harus diterimanya. Apakah dia bisa bertahan menghadapi sesuatu sebesar itu? Apakah aku bisa terus menopangnya... Aku berguman di tengah pikiranku yang terus berputar-putar pesimistis.” Analisis: Dari cuplikan diatas terlihat sangat jelas bahwa Fujii merasa sangat terpukul dan cemas akan situasi yang harus ia hadapi bersama pacarnya. Terlihat juga bahwa Fujii seakan sangat sulit untuk menerima kenyataan hidupnya. Fujii merasa penyakit yang diderita Yoshimi begitu berat dan tidak adil. Perasaannya menjadi tak karuan. Perasaan sedih, kecewa, dan tak berdayayang dialami Fujii tersebut merupakan pemicu timbulnya depresi. Teori kognisi depresi Aaron Beck menghubungkan pengembangan depresi dengan adopsi dari cara berfikir yang terdistorsi secara negatif di awal kehidupannya. Konsep ini dikenal dengan istilah ‘segi tiga kognitif dari depresi’ cognitive triad of depression. Aspek dari segi tiga tersebut adalah pandangan negatif tentang diri sendiri, pandangan negatif terhadap lingkungan dan pandangan negatif terhadap masa depan. Salah satu distorsi kognitif yang diasosiasikan dengan depresi adalah sikap tergesa-gesa dalam membuat kesimpulan, membentuk interpretasi negatif mengenai suatu peristiwa meskipun kurang bukti. Membuat kesimpulan yang tergesa-gesa terhadap dirinya sendiri Universitas Sumatera Utara seperti berfikir pesimistis inilah yang menunjukkan bahwa Fujii sedang mengalami gejala depresi. Cuplikan 7 Hal. 177 “Saya minta maaf,” kataku. “Saya seharusnya menyadarinya lebih cepat. Padahal kami tinggal bersama, tapi saya tidak bisa meyadarinya, sungguh saya sangat menyesal.” “Yaa mau bagaimana lagi. Tidak ada gejala yang terlihat, jadi ya tidak bisa apa-apa. Bukan salah Fujii-kun.” Analisis: Pada cuplikan “Saya minta maaf,” kataku. “Saya seharusnya menyadarinya lebih cepat. Padahal kami tinggal bersama, tapi saya tidak bisa meyadarinya, sungguh saya sangat menyesal” terlihat bahwa Fujii merasa bersalah dan menyesal karena tidak menyadari bahwa Yoshimi sedang menderita suatu penyakit yang serius. Fujii meminta maaf kepada ayah Yoshimi, ia merasa sangat ceroboh dan tidak bisa menjaga Yoshimi padahal mereka hidup bersama- sama dalam satu apartemen. Dalam hal ini, terlihat bahwa Fujii mulai melakukan personalisasi, yaitu kecenderungan untuk mengkonsumsi bahwa diri kita bertanggung jawab atas masalah dan perilaku orang lain. Fujii juga terkesan memberi label bahwa dirinya tidak layak. Sikap Fujii tersebut merupakan jenis distorsi kognitif yang merupakan gejala depresi. Teori Kognisi Aaron Beck juga menjelaskan salah satu bagian yang menyebabkan depresi yaitu “Pikiran”. Pikiran, misalnya “Saya gagal menjaga pacar saya” atau “Saya gagal sebagai pacar”. Pemikiran dan perasaan gagal menjaga Yoshimi selama menjalani hidup bersamanya inilah yang membuat Fujii Universitas Sumatera Utara merasa sedih dan kecewa pada dirinya sendiri sehingga menyebabkan Fujii mengalami depresi. Hal ini wajar terjadi mengingat bahwa orang Jepang akan merasa sangat malu dan tertekan apabila melakukan kesalahan ataupun gagal dalam melakukan sesuatu. Cuplikan 8 Hal. 224 – 225 “Aku kembali ke kamar, lalu menggantung pakaian upacara kematian di gantungan baju. Aku akan melakukan perjalanan panjang, pikirku. Tetapi hal seperti itu tidak mungkin sesuai dengan kematiannya. Pada akhirnya, aku tidak melakukan apa-apa, hanya minum bir seperti ini. Selama 100 hari, aku minum hingga mabuk setiap malam, dan hanya mengeluarkan air mata.” Analisis : Dari cuplikan “Aku akan melakukan perjalanan panjang,pikirku. Tetapi hal seperti itu tidak mungkin sesuai dengan kematiannya. Pada akhirnya, aku tidak melakukan apa-apa, hanya minum bir seperti ini. Selama 100 hari, aku minum hingga mabuk setiap malam, dan hanya mengeluarkan air mata” terlihat jelas bahwa Fujii merasa hancur dan sangat kecewa atas peristiwa meninggalnya Yoshimi. Fujii merasa terpukul hingga membuatnya tak berdaya. Setiap ia mengingat Yoshimi, ia akan menangis dan mabuk-mabukan. Masyarakat Jepang memang sangat dekat dengan bir ataupun SakeBir tradisional Jepang. Apabilamerasa stress, penat, ataupun dilanda masalah, kebanyakan orang Jepang akan pergi mabuk-mabukan dengan bir ataupun Sake. Beck mengatakan bahwa rasa sedih yang berlebihan, memperburuk keadaan, serta memelihara kondisi kesedihan tersebut merupakan penyebab utama depresi. Rasa sedih akibat kehilangan merupakan salah satu faktor utama Universitas Sumatera Utara penyebab depresi. Enos D. Martin menyebutkan salah satu penyebab depresi ialah Normal Grief Reaction rasa sedih sebagai reaksi normal atas suatu ‘kehilangan’. Jenis ini juga disebut depresi exogenous depresi raktif. Depresi ini terjadi karena faktor dari dalam dirinya umumnya sebagai reaksi dari ‘kehilangan’ sesuatu atau seseorang, misalnya pension, kematian seseorang yang sangat dikasihi.Stuart Gail W juga menambahkan bahwa salah satu sumber utama depresistress yang dapat mencetuskan gangguan alam perasaan adalah kehilangan keterikatan, yang nyata atau yang dibayangkan, termasuk kehilangan cinta, seseorang, fungsi fisik, kedudukan, atau harga diri. Karena elemen aktual dan simbolisis terdapat pada konsep kehilangan, persepsi pasien merupakan hal yang sangat penting. Berangkat dari teori-teori tersebut maka dapat disimpulkan bahwa tokoh Fujii mengalami depresi dikarenakan rasa sedih dan kecewa atas kehilangan kekasih yang sangat dicintainya. Cuplikan 9 Hal. 230 “Aku marah terhadap asumsi dan kertidaksempurnaan kehidupan. Aku marah terhadap asumsi dan ketidaksempurnaan kehidupan. Aku marah terhadap kontradiksi sepenuhnya dari suatu sistem yang disebut dengan kehidupan. Jika begitu, ada makna apa dalam kehidupannya? Apa makna yang ada dalam kehidupanku yang berharap untuk hidup bersamanya? Aku ingin bertanya pada seseorang. Kepalaku kembali berputar-putar. Dalam keadaan seperti tidak sadarkan diri, aku lalu tertidur.” Analisis : Dari cuplikan “Aku marah terhadap asumsi dan kertidaksempurnaan kehidupan. Aku marah terhadap asumsi dan ketidaksempurnaan kehidupan. Aku Universitas Sumatera Utara marah terhadap kontradiksi sepenuhnya dari suatu sistem yang disebut dengan kehidupan” terlihat jelas bahwa Fujii merasa sangat kecewa terhadap takdir kehidupan yang digariskan kepadanya. Beck mengatakan bahwa perasaan yang berubah-ubah dan sulit dikendalikan, seperti putus asa, kehilangan harapan, memperburuk keadaan, rasa sedih yang berlebihan, cemas, rasa bersalah, apatis, marah dan sering muncul tak menentu dan menciptakan suasana hampa dan mati merupakan faktor penyebab depresi. Archibald Hart juga menyebutkan bahwa kehilangan merupakan faktor yang menyebabkan depresi, seperti kehilangan abstrak yaitu kehilangan harga diri, kasih sayang, harapan atau ambisi, dan kehilangan suatu yang konkrit misalnya rumah, mobil, orang atau bahkan binatang kesayangan. Fujii yang telah kehilangan kekasih yang disayanginya, juga harus kehilangan ambisi dan harapan yang pernah dirancangnya bersama Yoshimi. Hal inilah yang membuat Fujii marah dan kecewa pada takdir hidupnya, ia belum bisa menerima kenyataan. Harapannya untuk menikahi Yoshimi berakhir sudah. Rasa sedih, marah, dan putus asa membuat fikirannya menjadi kacau. Teori Kognisi Aaron Beck menjelaskan tiga bagian yang menyebabkan depresi, yaitu : 1. Pikiran, dalam hal ini misalnya Fujii memiliki perasaan “Saya gagal menjaga pacar saya”. 2. Harapan, dalam hal ini misalnya Fujii meiliki anggapan“Apakah hidup saya bisa bahagia tanpa Yoshimi?”. Universitas Sumatera Utara 3. Distorsi, menarik kesimpulan tanpa ada bukti, dalam hal ini misalnya Fujii beranggapan “Hidup saya akan menjadi hampa dan membosankan setelah ditinggal Yoshimi”. Berdasarkan teori dan penjelasan diatas, makadapat disimpulkan bahwa Fujii sedang menderita penyakit psikologis berupa depresi. Cuplikan 10 Hal. 229 “Sejak penyakitnya diketahui, sebenarnya apa yang telah kulakukan? Sesuatu yang bisa kulakukan yang notabene bukan seorang dokter, ternyata tidak ada. Ketika dia mengatakan ingin sembuh, aku hanya berkata ‘tidak apa-apa’. ‘Tidak apa-apa, pasti tidak apa-apa’, aku hanya terus mengulanginya seperti orang bodoh. Sebenarnya, apanya yang tidak apa-apa? pikirku. Karena dia ada apa- apalah, makanya aku menangis. Jika ada waktu untuk mengatakan hal itu, lebih baik ikut menangis saja bersamanya. Menangis saja, dengan niat untuk mati bersamanya. Padahal dengan begitu, barangkali bisa mengurangi separuh kesedihannya....” Analisis: Dari cuplikan “Sejak penyakitnya diketahui, sebenarnya apa yang telah kulakukan? Sesuatu yang bisa kulakukan yang notabene bukan seorang dokter, ternyata tidak ada. Ketika dia mengatakan ingin sembuh, aku hanya berkata ‘tidak apa-apa’. ‘Tidak apa-apa, pasti tidak apa-apa’, aku hanya terus mengulanginya seperti orang bodoh. Sebenarnya, apanya yang tidak apa-apa? pikirku. Karena dia ada apa-apalah, makanya aku menangis” terlihat ada kekecewaan dan penyesalan dalam diri Fujii. Namun takdir sudah terjadi, penyesalan tidak akan mampu menghidupkan Yoshimi kembali. Fujii tidak bisa Universitas Sumatera Utara menahan kesedihannya hingga timbul pemikiran ingin ikut mati bersama Yoshimi. Fujii memandang dan menganggap dirinya kurang baik, tidak layak dan tidak berharga sehingga mengkibatkan stress dan depresi. Fujii beranggapan bahwa ia tidak melakukan apa-apa saat Yoshimi sedang berjuang melawan penyakitnya. Padahal kenyataannya ia sudah melakukan segala upaya dan usaha yang ia bisa. Fujii bahkan bolak-balik dari kantor ke rumah sakit untuk bergantian menjaga Yoshimi, padahal pekerjaan kantornya sedang menumpuk. Dalam hal ini terlihat bahwa Fujii mulai membesar-besarkan suatu kesalahannya dan mengecilkan suatu kebaikannya. Fujii juga mulai memberi label negatif pada diri sendiri. Perasaan dan pemikiran Fujii tersebut merupakan gejala yang menunjukkan Fujii sedang mengalami stress yang kemudian mengacu terjadinya depresi. Beck mengatakan bahwa seseorang yang mempunyai pandangan negatif terhadap diri sendiri, dunia, masa depan akan lebih mudah terkena depresi daripada orang yang mempunyai pandangan lebih positif. Cuplikan 11 Hal. 245 – 246 “Aku menatap lubang yang sudah cukup dalam itu, lalu kuletakkan sekop. Aku menaruh jasad Book di dasar lubang, lalu menambahkan piring makan dan bola mainan di sampingnya. Kemudian, aku menyatukan kedua tanganku untuk berdoa, ‘semoga kau tenang’. Aku memikirkan waktu satu tahun yang kuhabiskan bersama Book. Dia adalah sosok yang manis dengan kening yang bulat.” Analisis : Dari cuplikan “Kemudian, aku menyatukan kedua tanganku untuk berdoa, ‘semoga kau tenang’. Aku memikirkan waktu satu tahun yang kuhabiskan bersama Book. Dia adalah sosok yang manis dengan kening yang bulat” tampak Universitas Sumatera Utara kesedihan yang dialami Fujii. Belum hilang rasa sedih atas kehilangan Yoshimi kekasihnya, Fujii harus menerima kenyataan bahwa anjing kesayangannya Book yang selama ini menderita banyak penyakit, pada akhirnya mengalami kematian juga. Fujii remaja yang memilih untuk mengisolasi diri dari masyarakat sosial dan hanya melakukan segala kegiatannya sendiri, mulai merasa hidupnya lebih berwarna saat ia menemukan sosok Book di parkiran perpustakaan desanya. Mulai saat itu, Book selalu menemani Fujii belajar mengerjakan soal-soal latihan masuk universitas. Kini Fujii harus menerima kematian Book. Fujii merasa sangat kehilangan sosok Book yang selalu menemaninya setiap hari selama setahun semasa ia masih di desa tersebut. Beck mengatakan bahwa rasa sedih yang berlebihan serta memelihara kondisi kesedihan tersebut merupakan faktor utama yang menyebabkan seseorang mengalami depresi.Enos D. Martin juga menyebutkan bahwa rasa sedih merupakan reaksi normal dari suatu kehilangan Normal Grief Reaction.Depresi ini terjadi karena faktor dari dalam diri yang umumnya sebagai reaksi kehilangan sesuatu atau seseorang yang disayang. Dalam hal ini Fujii mengalami peristiwa kehilangan orang dan binatang yang disayang. Maka dapat disimpulkan bahwa Fujii sedang mengalami beban psikologis berupa depresi. Universitas Sumatera Utara

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN