LATAR BELAKANG MASALAH PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

PTP Nusantara 4 merupakan suatu perusahaan milik BUMN yang bergerak dibidang pertanian seperti sawit, teh, dan coklat Perusahaan ini termasuk perusahaan besar di Sumatera Utara yang memiliki banyak lahan perkebunannya, Salah satu lahan PTP Nusantara 4 adalah Sidamanik. Lahan perkebunan di Sidamanik ini ditanami pohon teh dan di perkebunan ini memiliki banyak karyawan, namun para karyawannya tergolong dari beberapa bagian, seperti; karyawan pabrik, karyawan tehnik, karyawan bengkel, karyawan gudang dan karyawan central. Di Sidamanik ini terdapat, 32 tiga puluh dua karyawan yang berada di central kantor. Jam kerja karyawan di Sidamanik ini mulai dari pukul 07.00 WIB, kemudian adanya jam wolon istirahat mulai dari jam 09.30 WIB sampai jam 10.30 WIB kemudian masuk kembali ke kantor dari jam 10.45 WIB sampai jam 15.00 WIB jam pulang para karyawan kantor central. Pencapaian tujuan bisnis perusahaan sangat tergantung kepada karyawan yang merupakan asset yang sangat bernilai bagi perusahaan Dessler, 2002. Oleh karena itu perusahaan harus mengelola karyawan dengan optimal guna menghadapi tantangan global dan persaingan dari perusahaan lain. Salah satu elemen penting yang harus dijaga dan di responi oleh perusahaan dengan serius adalah semangat kerja karyawan Sukendar, 2004. Kosen 1993 juga mengatakan bahwa semangat kerja merupakan prediktor penting bagi karyawan untuk mampu mencapai tujuan bisnis perusahaan. Semangat kerja adalah sikap antusias yang ditandai secara khas dengan adanya kepercayaan diri, motivasi diri yang kuat untuk melaksanakan pekerjaan, kegembiraan Universitas Sumatera Utara dan sikap yang positif terhadap organisasi Chaplin, 1999. Senada dengan pernyataan diatas Carlaw, Carlaw, Deming dan Friedman 2002 menjelaskan bahwa semangat kerja adalah kondisi dimana karyawan bekerja dengan energik, antusias, dan kemauan yang tinggi untuk bekerja. Sementara menurut Davis 2000 berpendapat bahwa, semangat kerja adalah sikap positif individu terhadap organisasi maupun teman kerja lainnya yang ditunjukan oleh kemauan untuk bekerjasama dan melakukan pekerjaan lebih banyak dan lebih baik dan secara optimal sesuai dengan kepentingan dan tujuan perusahaan . Strauss dan Sayless 1999, mengatakan bahwa semangat kerja sebagai sikap partisipasi pekerja untuk mencapai tujuan organisasi yang harus dilakukan dengan dorongan yang kuat, antusias, dan bertanggung jawab terhadap organisasi perusahaan baik dimasa sekarang maupun di masa yang akan datang. Winardi 2004, mengklarifikasi bahwa semangat kerja dapat tercapai jika karyawan tidak mengalami konflik, memiliki perasaan yang tenang, penyesuaian diri yang baik dan keterlibatan ego dalam pekerjaan. Semangat kerja menuntut sikap kesediaan untuk menghasilkan produktivitas kerja yang lebih baik, antusias dalam melakukan kegiatan-kegiatan dalam kelompok sekerjanya guna mencapai tujuan organisasi. Menurut Kasali 1998, semangat kerja yang tinggi ditunjukan oleh karyawan yang bekerja dengan energik, antusias, kemauan yang tinggi untuk menyelesaikan pekerjaannya memiliki percaya diri, memeliki pemikiran bahwa pekerjaannya tersebut baik dan bermakna, bekerja dengan sepenuh hati meskipun kondisi kerjanya dibawah tekanan. Dipihak lain, semangat kerja yang rendah menunjukan adanya masalah dalam hubungannya dengan karyawan lain didalam perusahaan. Hal tersebut berdampak pada Universitas Sumatera Utara iklim kerja maupun respon karyawan terhadap aktivitas-aktivitas didalam perusahaan sastrohadiwiryo, 2002. Gipson 2003 juga menambahkan bahwa semangat kerja yang rendah ditandai oleh perasaan bosan, malas untuk melakukan pekerjaannya karyawan tidak bergairah untuk menyelesaikan pekerjaannya dan bermalas-malasan ketika sampai dilingkungan kerjanya. Keadaan tersebut akan menimbulkan masalah ditempat kerja seperti menarik diri dari linkungan kerja, ssering datang terlambat ke tempat kerja dan pulang lebih awal daripada waktu yang telah ditentukan. Menurut Pattanayak 2002, beberapa faktor yang mempengaruhi semangat kerja karyawan adalah a. perasaan kebersamaan, b. kejelasan tujuan yang diraih, c. pengharapan akan keberhasilan terhadap tujuan yang diinginkan, d. rasa kerjasama dalam penjalankan tugas, e. pemimpin yang memberikan dukungan dan dorongan. Menurut Pulat 1992, faktor lain yang disinyalir juga mempengaruhi semangat karyawan adalah lingkungan kerja. Pulat 1992 juga menegaskan bahwa salah satu lingkungan kerja yang dapat mempengaruhi semangat kerja karyawan adalah kebisingan. Menurut Bell 1998, kebisingan adalah suara-suara yang tidak diinginkan. Suara- suara yang tidak diinginkan ini akan berinteraksi dengan fungsi psikologis individu sehingga kebisingan memberikan dampak kepada individu yang termanifestasi dalam beragam hal, seperti timbulnya gangguan dan distraksi pemikiran individu, frustasi dan menganggu performa seseorang dalam bekerja. Bell juga mengatakan bahwa kebisingan mempengaruhi konsentrasi individu dimana kebisingan tersebut akan menggangu seorang individu ketika melakukan pekerjaannya. Dalam kondisi yang bising maka tenaga pikiran Universitas Sumatera Utara yang dibutuhkan menjadi lebih besar sehingga untuk melakukan pekerjaan yang sederhanapun individu tersebut mudah lelah. Pulat 1998, memperkuat pendapat Bell yang telah dijelaskan diparagraf sebelumnya. Menurut Pulat bahwa kebisingan mempengaruhi struktur alaram sensitive pada otak, sehingga pengaruh kebisingan ini mengaktifasi fungsi alaram otak, sehingga seluruh kesadaran akan terganggu. Hal ini akan mengakibatkan gangguan kewaspadaan dalam bekerja dan terjadinya gangguan tidur. Selain itu Pulat juga mengatakan bahwa kebisingan mempengaruhi pusat otonom otak manusia dan menghasilkan pengaruh negatif. Menurut Pulat 1998, hal tersebut diatas diyakini akan mempengaruhi bagaimana seorang karyawan menyikapi pekerjaan, lingkungan kerja bahkan organisasi perusahaan, sehingga hal tersebut juga mempengaruhi semangat kerja karyawan. Selain itu Pulat juga menegaskan bahwa kebisingan lingkungan akan mengganggu komunikasi di tempat kerja. Hal yang sama Bell juga menegaskan bahwa kebisingan menyebabkan timbulnya gangguan dalam berkomunikasi dilingkungan kerja, karena kebisingan dapat menyebabkan kesalahan dalam mengartikan pesan. Kondisi yang demikian akan mengganggu ketidaknyamanan pada karyawan untuk melakukan tugas- tugas dilingkungan pekerja. Daruis, Deros dan Noor 2008 mengatakan bahwa ketidaknyamanan akan memepengaruhi motivasi dan antusiasme dari individu yang semakin rendah. Hal ini merupakan indikator dari semangat kerja yang rendah juga. Broadbent dan Jerison Pulat 1998 mengatakan bahwa kebisingan dapat menganggu aktifitas mental. Bahkan kebisingan yang lebih tinggi lebih dari 90db dapat merusak kinerja mental. Pulat juga menambahkan bahwa kebisingan akan mempengaruhi emosi dan mood seseorang dimana kebisingan dapat menyebabkan ketidaknyamanan Universitas Sumatera Utara mood dan ketegangan emosi bahkan Pulat juga menegaskan bahwa kebisingan mempengaruhi sikap seseorang terhadap lingkungan kerjanya yakni akan memandang lingkungan kerja tersebut sebagai sesuatu yang tidak menyenangkan dan merupakan beban mental bagi individu tersebut. Howard dan Welbourn, meyakini bahwa hal tersebut dapat menurunkan semangat kerja karyawan. Oleh sebab itulah peneliti tertarik untuk meneliti “Pengaruh Kebisingan Terhadap Semangat Kerja Karyawan”.

B. RUMUSAN MASALAH