4. Keterampilan Menulis di Sekolah
Kegiatan menulis adalah mengungkapkan fakta-fakta, gagasan, sikap, pikiran, argumen, perasaan dengan jelas dan efektif kepada pembaca Keraf via
Pujiono, 2013: 53.
Tarigan 2008: 3 menyatakan bahwa menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak
langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain. Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif. Dalam kegiatan menulis ini, penulis haruslah
terampil memanfaatkan grafologi, struktur bahasa, dan kosakata. Keterampilan menulis ini tidak akan datang secara otomatis tetapi harus melalui latihan dan
praktik yang banyak dan teratur. Menulis adalah melahirkan pikiran atau perasaan dengan tulisan KBBI, 2008: 1497.
Jadi, menulis merupakan kegiatan mengungkapkan dan melahirkan
fakta- fakta, gagasan, sikap, pikiran, argumen, perasaan dengan jelas dan efektif kepada
pembaca dengan tulisan dan merupakan
suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka
dengan orang lain.
5. Pembelajaran Menulis di Sekolah
Pembelajaran menulis yang dilakukan di sekolah meliputi menulis sastra dan nonsastra. Pada penelitian ini, pembelajaran menulis sastra yang akan
diamati. Pembelajaran tersebut adalah menulis pantun dan dongeng. Berikut standar kompetensi dan kompetensi dasar menulis sastra di kelas VII.
Tabel 1. Pemetaan Standar Kompetensi SK dan Kompetensi Dasar KD kelas VII Semeseter 1
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
8. Mengekspresikan pikiran, perasaan dan pengalaman melalui pantun dan
dongeng. 8.1 Menulis pantun yang sesuai
dengan syarat pantun.
8.2 Menulis kembali dengan bahasa sendiri, dongeng yang pernah dibaca
atau didengar.
B. Penelitian yang Relevan
Hasil dari penelitian yang dilakukan oleh Nurvita Wulansari 2015 yang berjudul “Pelaksananaan Pembelajaran Bahasa Indonesia pada Kelas XI Agama di
Sekolah Inklusif MAN
Maguwoharjo Depok Sleman. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa: pertama, pelaksanaan pembelajaran Bahasa Indonesia kelas XI Agama di sekolah inklusif MAN Maguwoharjo sesuai dengan RPP, yang di
dalamnya memuat komponen pembelajaran. Komponen pembelajaran tersebut di antaranya tujuan pembelajaran, materibahan ajar, metode pembelajaran, media,
dan evaluasi. Pada dasarnya, pelaksanaan pembelajaran Bahasa Indonesia kelas XI Agama di sekolah inklusif MAN Maguwoharjo dengan sekolah umum
berbeda. Hal yang membedakan terdapat pada subjek belajar, metode pembelajaran, dan media pembelajaran yang digunakan. Kedua, hambatan yang
terjadi dalam pembelajaran Bahasa Indonesia kelas XI Agama di sekolah inklusif MAN Maguwoharjo di antaranya tidak tersedianya buku ajar braille untuk siswa
difabel tunanetra dan guru tidak menguasai huruf braille. Ketiga, upaya yang