Terumbu Buatan dan Alat Bantu Pengumpul Ikan
                                                                                70
8.11.4  Negara –negara  harus  memastikan  agar  otoritas  yang  bertanggung
jawab  atas  pemeliharaan  catatan  dan  peta  kartografi  untuk keperluan navigasi, demikian pula otoritas lingkungan yang relevan,
dibertitahu  sebelum  terumbu  buatan  atau  alat  bantu  pengumpul ikan ditempatkan atau dipindahkan.
PASAL 9 PEMBANGUNAN AKUAKULTUR
9.1  Pengembangan  Akuakultur  yang  Bertanggung  Jawab,  Termasuk Perikanan Berbasis Kultur di Kawasan di Bawah Yuridiksi Nasional.
9.1.1  Negara –negara harus menetapkan, memelihara dan mengembangkan
kerangka  hukum  dan  administratif  yang  tepat  yang  memberikan kemudahan bagi pengembangan akuakultur yang bertanggung jawab
9.1.2  Negara –negara  harus  menggiatkan  pengembangan  dan  pengelolaan
akuakultur  yang  bertanggung  jawab  termasuk  suatu  evaluasi pendahuluan  menyangkut  pengaruh  pengembangan  akuakultur
terhadap  keaneka  ragaman  genetik  dan  keutuhan  ekosistem,  yang didasarkan pada informasi ilmiah terbaik yang tersedia.
9.1.3 Negara –negara harus menghasilkan dan memutakhirkan strategi dan
rencana  pengembangan  akuakultur  secara  teratur  bila  diperlukan, untuk  menjamin  bahwa  pengembangan  akuakultur  yang  secara
ekologis,  berkelanjutan  dan  memungkinkan  pemanfaatan  sumber daya  secara  rasional  dan  dimanfaatkan  secara  bersama  oleh
akuakultur dan kegiatan lainnya.
71
9.1.4  Negara –negara harus menjamin bahwa mata pencaharian komunitas
lokal  dan  akses  mereka  ke  daerah  penangkapan  dan  tidak dipengaruhi secara negatif oleh pengembangan akuakultur
9.1.5  Negara –negara  harus  menetapkan  prosedur  efektif  yang  khas  bagi
akuakultur  untuk  menyelenggarakan  pemantauan  dan  pengkajian lingkungan
yang sesuai
dengan maksud
meminimumkan konsekuensi  perubahan  ekologi  yang  merugikan  dan  konsekuensi
ekonomis  dan  sosial  yang  terkait  akibat  penyedotan  air,  tataguna lahan,  pembuangan  limbah  cair,  penggunaan  obat  dan  bahan  kimia,
dan kegiatan akuakultur lainnya.
9.2  Pengembangan  Akuakultur  yang  Bertanggung  Jawab  Termasuk Perikanan Berbasis Kultur di Dalam Ekosistem Akuatik Lintas Batas.
9.2.1  Negara –negara  harus  melindungi  ekosistem  akuatik  lintas  batas
dengan  mendukung  praktek  akuakultur  yang  bertanggung  jawab  di dalam  lingkup  yuridiksi  nasional  mereka  dan  dengan  bekerjasama
menggiatkan praktek akuakultur berkelanjutan. 9.2.2  Negara
–negara dengan menghormati Negara tetangga mereka sesuai hukum  internasional,  harus  menjamin  pemilihan  yang  bertanggung
jawab atas spesies, penempatan dan pengelolaan kegiatan akuakultur yang dapat mempengaruhi ekosistem akuatik lintas batas.
9.2.3  Jika  perlu,  negara  harus  berkonsultasi  dengan  Negara  tetangga mereka, jika perlu sebelum mengintroduksikan spesies bukan asli ke
dalam ekosistem akuatik lintas batas. 9.2.4  Negara
–negara  harus  menetapkan  mekanisme  yang  tepat,  seperti misalnya  basis  data  dan  jaringan  informasi  untuk  mengumpulkan,
membagi  dan  menyalurkan  data  yang  berkaitan  dengan  kegiatan
72
akuakultur  mereka  untuk  memberikan  kemudahan  kerjasama mengenai  perencanaan  pembangunan  akuakultur  pada  tingkat
nasional, subregional, regional, dan global. 9.2.5  Negara
–negara harus bekerjasama dalam pengembangan mekanisme yang sesuai, bila diperlukan, untuk memantau dampak dari masukan
yang digunakan dalam akuakultur.
9.3  Pemanfaatan  Sumberdaya  Genetik  Akuatik  Untuk  Akuakultur Termasuk Perikanan Berbasis Akuakultur.
9.3.1  Negara –negara  harus  melakukan  konservasi  keaneka-ragaman
genetik  dan  mempertahankan  keutuhan  komunitas  dan  ekosistem akuatik  dengan  cara  pengelolaan  yang  tepat.  Upaya  harus  dilakukan
terutama untuk meminimumkan pengaruh berbahaya dari introduksi spesies  bukan  asli  atau  stok  yang  secara  genetic  diubah  yang
digunakan  bagi  akuakulutur  termasuk  perikanan  berbasis  kultur  ke dalam  perairan,  teristimewa  bila  terdapat  suatu  potensi  nyata  bagi
penyebaran spesies bukan asli  atau stok yang secara genetik diubah tersebut ke dalam perairan di bawah yuridiksi negara lain demikian
pula perairan di bawah yuridiksi negara asal. Sejauh mungkin negara harus  mendorong  tindakan  untuk  meminimumkan  pengaruh
genetika,  penyakit  dan  lainnya  yang  merugikan  dari  lolosnya    ikan yang di budidayakan terhadap stok.
9.3.2  Negara –negara  harus  bekerjasama  dalam  elaborasi,  adopsi  dan
implementasi  kode  praktek  dan  prosedur  internasional  bagi introduksi dan pemindahan organisme akuatik.
9.3.3  Negara –negara  dalam  rangka  meminimumkan  resiko  penularan
penyakit  dan  pengaruh  lainnya  yang  merugikan  terhadap  stok  alam dan yang dibudidayakan harus mendorong adopsi praktek yang tepat
73
dalam  perbaikan  genetik  induk.  Introduksi  spesies  bukan  asli,  dan dalam produksi, penjualan dan pengangkutan telur, larva atau benih,
induk  dan  material  hidup  lainnya.  Negara  harus  memberikan kemudahan  penyiapan  dan  pelaksanaan  kode  praktek  dan  prosedur
nasional yang tepat ke arah maksud ini. 9.3.4  Negara
–negara harus menggiatkan penggunaan prosedur yang tepat bagi seleksi induk dan produksi telur, larva dan benih.
9.3.5  Negara –negara,  bilamana  perlu,  harus  menggiatkan  penelitian  dan
bilamana  layak,  pengembangan  teknik  akuakultur  untuk  melindungi spesies yang terancam punah, merehabilitasi dan meningkatkan stok,
dengan  memper-hatikan  keperluan  kritikal  untuk  melakukan konservasi keanekaragaman genetik dari spesies terancam punah.
                