2.1.4 Analisis Framing
Framing adalah metode untuk melihat bagaimana media membingkai realitas dan bagaimana yang sama diberitakan secara berbeda oleh media
massa. Hal itu tergantung pada wartawan dalam melihat atau menafsirkan sebuah peristiwa.
Cara pandang atau perspektif itu pada akhirnya menentukan fakta apa yang diambil, bagian mana yang ditojolkan atau dihilangkan, dan hendak
dibawa kemana berita tersebut. Framing, seperti dikatakan Todd Gitlin atau Edelman, adalah sebuah strategi bagaimana realitas atau dunia dibentuk dan
disederhanakan sedemikian rupa untuk ditampilkan kepada khalayak pembaca Eriyanto, 2002:68. Mereka menggunakan framing untuk melihat
kecenderungan media mengkostruksi dan membingkai pesan. Sehingga jelas berdasarkan Gitilin dalam Eriyanto, dengan framing jurnalis memproses
berbagai informasi yang tersedia dengan jalan mengemaskan sedemikian rupa dalam kategori kognitif tertentu dan disamping pada khalayak Eriyanto,
2004:69. Pada dasarnya, analisis framing merupakan versi terbaru dari pendekatan
analisis wacana, khususnya untuk menganalisis teks media. Gagasan framing pertama kali dilontarkan oleh Beterson di tahun 1955. Mulanya frame
dimaknai sebagai struktur konseptual atau perangkat kepercayaan yang mengorganisasikan pandangan politik, kebijakan dan wacana serta
menyediakan kategori standar untuk mengapresiasikan realita. Lalu
dikembangkan lebih jauh oleh Goffman pada tahun 1974, yang mengandaikan frame sebagai kepingan prilaku yang membimbing individu dalam membaca
realitas Sobur, 2002:161. Analisis framing dipakai untuk mengetahui bagaimana realitas dibingkai
oleh media. Dengan demikian realitas sosial dipahami, dimaknai dan dikonstruksi dengan bentukan dan makna tertentu. Inilah sesungguhnya
sebuah realitas. Bagaimana media membangun, menyuguhkan, mempertahankan suatu peristiwa kepada pembacanya Eriyanto, 2004:vi.
Analisis framing secara sederhana dapat digambarkan sebagai analisis untuk mengetahui bagaimana realitas di bingkai oleh media, dengan melalui
proses konstruksi. Di mana sebuah realitas sosial dimaknai dan dikonstruksi dengan makna tertentu, bagaimana media memahami realitas dengan cara apa
realitas itu ditandai. Praktisnya, analisis framing digunakan untuk melihat bagaimana aspek tertentu ditonjolkan dan ditekankan oleh media Eriyanto,
2004:3. Secara umum ada dua frame, yaitu frame media dan frame individual.
Perbedaan antara frame media dan individual ini dapat dilihat dari esensi framing itu sendiri. Frame tersebut secara umum memang terdiri dari struktur
internal bagaimana seseorang mempunyai skema tertentu atas realitas dan dapat kita kategorikan sebagai frame individual dan perangkat yang melekat
dalam wacana yang dapat kita kategorisasikan sebagai frame media Eriyanto, 2004:290.
Menurut Tuchman yaitu berita adalah jendela dunia yang menjelaskan bahwa dengan berita kita dapat mengetahui keadaan, kondisi, kehidupan
bahkan kegiatan di belahan dunia lain yang jauh berbeda dari tempat tinggal kita. Namun apa yang kita lihat, kita ketahui, dan kita rasakan mengenai dunia
tergantung pada jendela framebingkai yang kita pakai. Apakah jendela tersebut besar atau kecil, berjeruji atau tidak, memungkinkan kita melihat
secara bebas keluar atau terhalang dan sebagainya. Dalam berita, jendela itu yang kita sebut sebagai frame Eriyanto, 2004:4.
2.1.5 Konsep Analisis Framing Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki