Pembingkaian Berita Putusan Mahkamah Konstitusi Untuk Coblos Ulang Pilkada Surabaya (Studi Analisis Framing Tentang Berita Putusan Mahkamah Konstitusi Untuk Coblos Ulang Pilkada Surabaya Pada Surat Kabar Jawa Pos dan Surya edisi 1 s.d 6 Juli 2010.

(1)

(Studi Analisis Framing Tentang Berita Putusan Mahkamah

Konstitusi Untuk Coblos Ulang Pilkada Surabaya pada Surat Kabar

Jawa Pos dan Surya Edisi 1 s.d 6 Juli 2010)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh Gelar Sarjana Sosial pada FISIP UPN “Veteran” Jawa Timur

Disusun Oleh :

ZAINAL ARIFFIN ABDULLAH NPM 0643010266

YAYASAN KEJUANGAN PANGLIMA BESAR SUDIRMAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL "VETERAN" JAWA TIMUR FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

SURABAYA 2010


(2)

iii 

NPM : 0643010266

Program Studi : Ilmu Komunikasi

Fakultas : Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Telah diuji dan diseminarkan pada tanggal 15 Oktober 2010

PEMBIMBING TIM PENGUJI

Zainal Abidin A. M.Si, M.Ed 1. Juwito, S.Sos, M.Si

NPT. 3 730399 0170 1 NPT. 3 6704 95 0036 1

2. Drs. Saiffuddin Zuhri,M.Si

NPT. 3 7006 94 0035 1

3. Zainal Abidin A. M.Si, M.Ed

NPT. 3 730399 0170 1

KETUA PROGRAM STUDI

Juwito, S.Sos, M.Si NPT. 3 6704 95 0036 1


(3)

iii   

Allah SWT yang telah melimpahkan berkah, rahmat dan hidayah-Nya kepada peneliti. Sehingga peneliti dapat menyelesaikan Skripsi ini dengan judul “Pembingkaian Berita Putusan Mahkamah Konstitusi Untuk Coblos Ulang Pilkada Surabaya Pada Surat Kabar Jawa Pos dan Surya”, guna melengkapi syarat wajib tugas akhir dalam menempuh program Strata Satu jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

Dengan selesainya Skripsi ini peneliti sangat berterima kasih banyak

kepada bapak Zainal Abidin A. M.Si, M.Ed selaku dosen pembimbing yang

sangat baik dan sabar dalam membimbing peneliti. Juga peneliti ucapkan terima kasih pada semua pihak atas segala bantuan, petunjuk serta bimbingannya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Ucapan terima kasih ini peneliti sampaikan khususnya kepada :

1. Ibu Dra. Ec. Hj. Suparwati, M.Si selaku dekan FISIP UPN “Veteran” Jawa

Timur.

2. Bapak Juwito, S.Sos, M.Si selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi

atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk menyelesaikan proposal skripsi.

3. Kedua Orang Tua peneliti (Ibunda tercinta Rita Endang Rahayu dan Alm.

Ayahanda Djaman Abdullah) yang telah membesarkan dan membimbing dari kecil dengan penuh kasih sayang, tak lupa adik dan kakak penulis, dan

my special one Rina yang selalu menemani peneliti disaat susah dan senang.


(4)

iv   

5. Bapak Drs. Saiffuddin Zuhri,M.Si selaku Dosen Wali yang selalu

mendukung dan memperhatikan mahasiswa didiknya dengan baik dan sabar.

6. Dosen-dosen dan staff FISIP yang sangat membantu mendidik serta

memotivasi peneliti, Pak Tom, Pak Sungkono, Pak Hamim, Pak Kusnarto, Pak Didiek, Pak Condro, Bu Sumar, Pak Lukman, Pak Achsan dan masih banyak lagi.

7. Seluruh keluarga besar Ibunda tercinta dan Alm. Ayah peneliti yang telah

memberi semangat motivasi secara moril dan spirituil.

8. Sahabat-sahabatku yang “Freakz” (Dani, Totok, Yayan, Erwin, Topan,

Bayu, Gugun dan Awal) yang selalu membantu dan menemani penulis, walaupun membutuhkan rekonsiliasi.

9. Teman-teman Kampus yang selalu menjadi motivasi peneliti, Pijar, Kadir,

Dito, Kancil, Penceng, Topik, Kremy, Dewak, Antok, Wicak, Vina, Nino, Okim, Ronald, Reno, Arab, Oky dan masih banyak lainnya yang tidak bisa di sebutkan satu-satu.

Peneliti sadar bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu kritik dan saran membangun dari semua pihak sangat peneliti harapkan demi perbaikan-perbaikan selanjutnya. Akhirnya peneliti berharap semoga hasil skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Surabaya, Desember 2010


(5)

v   

JUDUL ... i

PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 10

1.3 Tujuan Penelitian ... 11

1.4 Manfaat Penelitian ... 11

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 12

2.1 Landasan Teori ... 12

2.1.1 Media Massa dan Politik ... 12

2.1.2 Media Massa Sebagai Agen Konstruksi Realitas ... 14

2.1.3 Ideologi Media ... 17

2.1.4 Analisis Framing ... 19

2.1.5 Konsep Analisis Framing Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki ... 21

2.2 Kerangka Berfikir ... 29

BAB III METODE PENELITIAN ... 31

3.1 Metode Penelitian ... 31


(6)

vi   

3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 36

3.6 Teknik Analisis Data ... 37

3.7 Langkah-Langkah Analisis Framing ... 37

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ………... 39

4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian ………... 39

4.1.1 Profil Perusahaan Jawa Pos ……….... 39

4.1.2 Kebijakan Redaksional Jawa Pos ………... 45

4.1.3 Profil Perusahaan Surya ………. 51

4.1.4 Kebijakan Redaksional Surya ……… 54

4.2 Pembahasan ………... 59

4.2.1 Berita tanggal 1 Juli 2010 ……….. 61

4.2.1.1 Frame Jawa Pos tanggal 1 Juli 2010 ………... 61

4.2.1.2 Frame Surya tanggal 1 Juli 2010 …………...………….. 68

4.2.1.3 Pembahasan Pemberitaan 1 Juli 2010 ………... 73

4.2.2 Berita tanggal 2 Juli 2010 ………... 76

4.2.2.1 Frame Jawa Pos tanggal 2 Juli 2010 …….………... 76

4.2.2.2 Frame Surya tanggal 2 Juli 2010 ……….……… 81

4.2.2.3 Pembahasan Pemberitaan 2 Juli 2010 ………... 86

4.2.3 Berita tanggal 4 Juli 2010 ………... 88

4.2.3.1 Frame Jawa Pos tanggal 4 Juli 2010 ………... 88

4.2.3.2 Frame Surya tanggal 4 Juli 2010 ………... 94


(7)

vii   

5.1 Kesimpulan ……….…...………. 105 5.2 Saran ……….………... 106 DAFTAR PUSTAKA


(8)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar. 2.1 Kerangka Framing Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki ... 28

Gambar. 2.2 Kerangka Berfikir Penelitian ... 30


(9)

Tabel 4. 2 Deskripsi Halaman Surat Kabar Surya ……….. 56

Tabel 4. 3 Korpus Penelitian ………... 60

Tabel 4. 4 Struktur Frame Jawa Pos tanggal 1 Juli 2010 ……… 67

Tabel 4. 5 Struktur Frame Surya tanggal I Juli 2010 ………...…….. 73

Tabel 4. 6 Struktur Frame Jawa Pos dan Surya tanggal 1 Juli 2010 ……...…… 75

Tabel 4. 7 Struktur Frame Jawa Pos tanggal 2 Juli 2010 ………...…. 80

Tabel 4. 8 Struktur Frame Surya tanggal 2 Juli 2010 ……….. 85

Tabel 4. 9 Struktur Frame Jawa Pos dan Surya tanggal 2 Juli 2010 ……...…… 87

Tabel 4. 10 Struktur frame Jawa Pos tanggal 4 Juli 2010 ……..………. 93

Tabel 4. 11 Struktur Frame Surya tanggal 4 Juli 2010 .………...… 98

Tabel 4. 12 Struktur Frame Jawa Pos dan Surya tanggal 4 Juli 2010 ……….. 101

Tabel 4. 13 Pembahasan Frame Keseluruhan Jawa Pos dan Surya ...……...… 104


(10)

Jawa Pos dan Surya edisi 1 s.d 6 Juli 2010)

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pembingkaian berita pada surat kabar Jawa Pos dan Surya dalam berita putusan Mahkamah Konstitusi untuk coblos ulang pilkada Surabaya.

Landasan teori yang dipakai dalam penelitian ini adalah Media Massa dan Politik, Media Massa Sebagai Agen Konstruksi Realitas, Ideologi Media dan Analisis Framing.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif, yang menggunakan analisis framing dari Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki. Korpus dari pemberitaan tersebut yaitu : berita-berita yang membahas tentang putusan Mahkamah Konstitusi untuk coblos ulang pilkada Surabaya pada surat kabar Jawa Pos dan Surya, 1-4 Juli 2010.

Hasil penelitian dari Jawa Pos, yaitu putusan Mahkamah Konstitusi tidak wajar dan lebih menguntungkan pasangan Arif Afandi dan Adies Kadir. Sedangkan pada Surya diperoleh hasil penelitian yaitu putusan Mahkamah Konstitusi tersebut wajar. Kata Kunci : Pembingkaian Berita Putusan Mahkamah Konstitusi, Jawa Pos, Surya.

ABSTRACT

Zainal Ariffin Abdullah. News framing of the Constitutional Court Decision For Re-Election in Surabaya (The Study of News Framing Analysis of The Decision of The Constitutional Court for Re-Election in Surabaya on Jawa Pos Newspaper and Surya Edition July 1 to 6, 2010)

The purpose of this study is to investigate the framing of news in newspapers

Jawa Pos and Surya in the news of the Constitutional Court for re-election in Surabaya. The theory used in this study is the Mass Media and Politics, Mass Media as Agent of Reality Construction, Ideology Media and Framing Analysis.

The method used in this research is a qualitative research method, which uses a framing analysis of Zhongdang Pan and Gerald M. Kosicki. The corpus of news that is: news stories that discuss the decision of the Constitutional Court for re-election in Surabaya on Jawa Pos and Surya newspaper, 1 to 4 July 2010.

The results of the Jawa Pos, the Constitutional Court ruling is not fair and more profitable partner Arif Afandi and Adies Kadir. While the Surya, the result of research that is the decision of the Constitutional Court is reasonable.


(11)

1.1. Latar Belakang Masalah

Ketika produk media massa sampai kepada masyarakat sesungguhnya merupakan hasil “rekonstruksi realita”. bahwa peristiwa yang disaksikan ataupun

dialami oleh reporter dan juru kamera maupun editor dan redaktur atau pemimpin

redaksi. Suatu proses yang cukup unik meskipun berlangsung begitu cepat. Ini yang disebut sebagai proses rekonstruksi atas realita (Pareno, 2005 : 4).

Media memiliki kemampuan dalam membeberkan suatu fakta bahkan membentuk opini masyarakat. Salah satu media yang secara gamblang dan lebih rinci dalam pemberitaannya adalah surat kabar. Assegaf mengatakan bahwa :

“Surat kabar adalah penerbitan yang berupa lembaran-lembaran yang berisi berita-berita karangan-karangan dan iklah yang dicetak dan terbit secara tetap dan periodik dan dijual untuk umum.” (Assegaf, 1991 : 140).

Berita dalam pandangan Fishman (Eriyanto, 2004 : 100) bukanlah refleksi atau distorsi dari realitas yang seakan berada diluar sana. Titik perhatian tentu saja bukan apakah berita merefleksikan realitas atau apakah berita distorsi atas realitas. Berita yang muncul di media massa merupakan hasil saringan dan kebijakan redaksi atas suatu peristiwa yang diliput dan disesuaikan dengan tujuan dan sikap dari media.


(12)

Tidak setiap informasi yang tidak memiliki nilai berita, menurut pandangan jurnalistik tidak layak untuk dimuat, disiarkan, atau ditayangkan di media massa. Hanya informasi yang memiliki nilai berita, atau memberi banyak manfaat kepada publik yang patut mendapat perhatian media. (Sumadiria, 2005 : 86).

Untuk membuat informasi menjadi lebih bermakna biasanya sebuah media cetak melakukan penonjolan-penonjolan terhadap suatu berita. Dalam pengambilan keputusan mengenai sisi mana yang ditonjolkan tentu melibatkan nilai dan ideologi para wartawan yang terlibat dalam proses produksi sebuah berita (Sobur, 2001 : 163).

Realitas yang disajikan secara menonjol atau mencolok mempunyai peluang besar untuk diperhatikan dan mempunyai khalayak dalam memahami realitas karena itu dalam praktiknya, framing dijalankan oleh media dengan menyeleksi isu tertentu dan mengabaikan isu lain, serta menonjolkan aspek isu tersebut dengan menggunakan berbagai strategi wacana (Sobur, 2001 : 164).

Dye dan Zeigler (1986 : 7-22) mengidentifikasikan fungsi politis media massa. Fungsi meliputi lima hal pokok : (a) fungsi pemberitaan, (b) interpretasi, (c) sosialisasi, (d) persuasi, dan (e) fungsi penganggendaan isu. Dalam hal ini, fungsi pemberitaan terutama pada aktivitas pokok media, yakni mengamati apa yang terjadi di masyarakat dan kemudian melaporkannya. Pertanyaan-pertanyaan yang biasa muncul berkenaan dengan fungsi pemberitaan ini adalah apa yang disebut berita, peristiwa mana yang harus diberitakan, siapa yang harus diberi


(13)

tempat dalam pemberitaan, dan frame (penonjolan substansi persoalan) apa yang harus dipilih berkenaan dengan peristiwa yang diberitakan.

Fungsi interpretasi berkenaan dengan peran media massa sebagai penafsir atas realitas dalam wujud informasi kepada publik. Media massa biasanya menempatkan suatu peristiwa dalam konteks tertentu, memilih frame pemberitaan, memilih sumber-sumber tertentu, baik dalam berita maupun dalam

talkshow, dan mengemukakan analisis dan interpretasi-interpretasi tertentu. Informasi inilah yang secara potensial menjadi rujukan khalayak dan mempengaruhi pengetahuan dan persepsi khalayak berkenaan dengan berbagai peristiwa atau isu yang diberitakan. semua ini dapat memiliki konsekuensi politis, baik pada publik secara luas, lebih-lebih pihak-pihak bergelut di dunia politik, seperti berbagai organisasi politik dan pemerintah. Dalam hal ini, fungsi interpretasi dapat dikatakan berkenaan dengan peran media dalam mendefinisikan, mengkonstruksi, dan mendekonstruksi realitas.

Fungsi sosialisasi menunjuk pada kiprah media massa menyebarluaskan dan membantu upaya pewarisan nilai-nilai dan norma-norma di dalam masyarakat. Fungsi persuasi media massa terutama saat kampanye dimaksudkan untuk meningkatkan popularitas dan dukungan publik terhadap partai atau kandidat tertentu. Fungsi agenda setting dapat diamati, misalnya ketika media massa memberikan bobot tertentu terhadap peristiwa atau isu yang diberitakan. Pemberian bobot ini bisa dilakukan dengan pemberian alokasi ruang atau waktu tertentu, penempatan berita pada halaman terntentu, ataupun penempatan urutan pemberitaan. Persoalan ataupun peristiwa yang diprioritaskan media massa


(14)

menjadi persoalan yang paling potensial diperbincangkan oleh publik (Pawito, 2009 : 95-98)

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan kajian analisis framing. Analisis framing adalah salah satu metode analisis teks yang berada dalam kategori penelitian konstruksionis. Paradigma ini memandang realitas kehidupan sosial bukan realitas yang natural, tetapi hasil dari konstruksi. Karenanya, konsentrasi analisis pada paradigma konstruksionis adalah menemukan bagaimana peristiwa atau realitas tersebut dikonstruksi, dengan cara apa konstruksi itu dibentuk (Eriyanto, 2004 : 37)

Analisis framing juga merupakan pendekatan untuk mengetahui bagaimana perspektif atau cara pandang yang digunakan oleh wartawan ketika menyeleksi isu dan menulis berita. Cara pandang atau perspektif itu pada akhirnya menentukan fakta apa yang diambil, bagian mana yang ditonjolkan dan dihilangkan dan hendak dibawa kemana berita tersebut (Eriyanto, 2004 :68)

Analisis framing merupakan salah satu model analisis alternatif yang bisa mengungkapkan rahasia dibalik perbedaan, bahkan pertentangan media dalam mengungkapkan fakta. Analisis framing membongkar bagaimana realitas dibingkai oleh media, akan dapat diketahui siapa mengendalikan siapa, mana kawan mana lawan, mana patron mana klien, siapa diuntungkan dan siapa dirugikan, siapa membentuk dan siapa dibentuk dan seterusnya (Eriyanto, 2004 : xv).


(15)

Dalam analisis framing tidak lepas tokoh-tokohnya, antara lain Murray Edelman, Robert N. Entman, William Gamson, Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki (Eriyanto, 2004 : xiv).

Dalam penelitian ini penulis menggunakan analisis framing milik Zhondang pan dan Gerald M. Kosicki. Prinsip analisis framing menyatakan bahwa terjadi proses seleksi isu dan fakta yang diberitakan oleh media. Fakta ini ditampilkan apa adanya, namun di beri bingkai (frame) sehingga menghasilkan konstruksi makna yang spesifik. Dalam hal ini biasanya media menyeleksi sumber berita, memanipulasi pernyataan dan mengedepankan perspektif tertentu sehingga suatu interpretasi menjadi lebih menyolok (noticeable) daripada interpretasi yang lain (Sobur, 2001 : 165).

Sedangkan proses framing itu sendiri dalam hal ini didefinisikan sebagai proses membuat suatu pesan lebih menonjol, menempatkan informasi lebih daripada yang lain. sehingga khalayak lebih tertuju pada pesan tersebut hal ini seperti yang dinyatakan oleh Pan dan Kosicki (Eriyanto, 2004 : 252).

Pan dan Kosicki merupakan salah satu alternatif dalam menganalisis teks media disamping analisis isi kuantitatif, dengan cara apa wartawan menonjolkan permaknaan mereka terhadap suatu peristiwa yaitu wartawan melihat dari strategi, kata, kalimat, lead, foto, grafik, dan hubungan antara kalimat (Eriyanto, 2004 : 254). Dalam pendekatan ini perangkat framing dibagi menjadi empat bagian

sturuktur besar. Pertama, struktur sintaksis, Kedua, struktur skrip, Ketiga, struktur


(16)

Pilkada Surabaya yang berlangsung pada tanggal 2 juni 2010 berakhir dengan kemenangan pasangan calon walikota dan wakil walikota Tri Rismaharini dan Bambang DH (Ridho). Namun pasangan Cawali dan Cawawali Arif Afandi dan Adies Kadir (Cacak) tidak puas akan hasil dari pemilihan tersebut sehingga tim Cacak menggugat hasil pemilihan tersebut kepada Mahkamah Konstitusi (MK), karena adanya kecurangan-kecurangan dari tim Ridho menjelang pemilihan.

Setelah melewati proses persidangan dengan menghadirkan kedua belah pihak, MK akhirnya memenangkan gugatan dari tim Cacak. MK memerintahkan Komisi Pemilihan Umum (KPU) Surabaya untuk mengadakan pencoblosan ulang di lima kecamatan dan dua kelurahan. MK juga meminta dilakukan perhitungan ulang surat suara di seluruh kotak suara, kecuali di wilayah tempat

dilangsungkannya pencoblosan ulang. (Jawapos, 1 Juli 2010)

Menanggapi putusan MK, surat kabar Jawa Pos dan Surya mempunyai

cara yang berbeda dalam mengkonstruksi atau membingkai berita tersebut, dikarenakan adanya perbedaan cara pandang wartawan dari masing-masing media dalam mempersepsikan suatu peristiwa. Perbedaan dari cara kedua harian tersebut dalam mengemas berita disebabkan adanya perbedaan kebijakan redaksi dan juga perbedaan visi dan misi dari masing-masing media. Manakala rekonstruksi realita itu sejalan dengan visi dan misi, akan diloloskan. Sebaliknya, jika tidak sejalan apalagi menghalangi, maka tidak akan diloloskan (Pareno, 2005 : 5).


(17)

Dalam perspektif Jawa Pos, putusan MK tersebut dinilai sebagai

keputusan yang mengejutkan. Bingkai Jawa Pos memaparkan tentang hal-hal

yang menjadi tuduhan dari kubu pemohon, yakni pasangan Cacak kepada MK.

Jawa Pos lebih memberitakan tentang kasus perdebatan tentang permasalahan yang menjadi pertimbangan MK dalam mengambil keputusan. MK hanya mengakui beberapa tuduhan yaitu, adanya perlibatan aparat pemerintah dalam pertemuan antara sejumlah camat dan lurah di Rumah Makan Mutiara. Selain itu, pemberian dana hibah dan bantuan yang dilakukan walikota Surabaya Bambang Dwi Hartono dalam masa kampanye dianggap seagai penyalahgunaan kewenangan. MK menganggap pembagian sarung, kaus, serta sejumlah uang

merupakan bentuk money politics. MK mengakui bahwa kepolisian tidak bisa

menindak lanjuti kasus tersbut lantaran kurangnya alat bukti. Namun, MK tetap

menganggap bahwa itu merupakan praktik money politics untuk memengaruhi

pemilih. Jawa Pos dalam Metropolis, memberitakan tentang bagaimana pihak

Ridho dalam menanggapi putusan MK tersebut. Pihak Ridho mereaksi tenang putusan MK tersebut, mereka sangat yakin, coblos ulang akan memperbesar dukungan warga. Sebab, kemenangan yang diraih dalam pilwali 2 Juni lalu murni

karena kehendak rakyat, bukan karena kecurangan atau money politics. Dari

semua fakta dan sumber berita yang dipilih oleh Jawa Pos lebih menempatkan

putusan oleh MK sebagai putusan yang janggal (Jawa Pos, 1 Juli 2010)

Dalam perspektif Surya, putusan MK tersebut tidak dinilai sebagai suatu

putusan yang janggal. Surya menjabarkan tentang berbagai berbagai hal yang


(18)

mobilisasi sebagian pegawai negeri sipil (PNS) yang dinyatakan dalam pertemuan di Rumah Makan Mutiara Surabaya, penggabungan 20 TPS di kelurahan Wiyung

serta tidak adanya penghitungan ulang semua surat coblos tembus. Bingkai Surya

memaparkan putusan tersebut dari segi MK, jadi pemberitaan berisi tentang jalannya sidang sampai ke fakta-fakta yang mendasari putusan MK. Pembaca di

bawa oleh Surya untuk memahami MK dalam mengambil keputusan untuk coblos

ulang. Dari semua fakta dan sumber berita yang dipilih oleh Surya lebih

menempatkan putusan oleh MK sebagai putusan yang wajar, karena banyak fakta

yang dipilih Surya sebagai landasan keluarnya putusan tersebut (Surya, 1 Juli

2010).

Pada penelitian ini penulis membingkai pemberitaan dari dua media cetak,

yaitu Jawa Pos dan Surya. Framing dapat dipandang sebagai penempatan

informasi-informasi dalam konteks yang khas sehingga isu tertentu mendapatkan alokasi lebih besar daripada isu yang lain. Framing juga menekankan pada penonjolan teks komunikasi, sehingga membuat informasi yang disajikan menjadi lebih menarik dan mudah diingat oleh masyarakat. penonjolan adalah proses membuat informasi menjadi lebih bermakna, lebih menarik, atau lebih diingat oleh khalayak. Framing adalah pendekatan untuk mengetahui bagaimana perspektif atau cara pandang yang digunakan oleh wartawan ketika menyeleksi isu dan menulis berita (Eriyanto, 2004 : 186-187).

Dipilihnya surat kabar Jawa Pos dan Surya sebagai subyek penelitian

dengan alasan bahwa keduanya merupakan pers umum, pers nasional yang sama-sama terbit dan yang paling berpengaruh di Surabaya, bahkan di Jawa Timur.


(19)

Serta mendapat pangsa pasar yang tersebar di Surabaya. Jawa Pos misalnya merupakan surat kabar regional terbesar di Jawa Timur yang terbit secara

nasional. Sedangkan Surya merupakan salah satu surat kabar dari group Kompas

yang termasuk dalam 10 surat kabar besar nasional dan menjadi surat kabar

terbesar kedua di Jawa Timur setelah Jawa Pos (www.surya.co.id). Kedua surat

kabar ini juga sama-sama menganggap berita pilkada Surabaya mempunyai nilai

berita (News Value) yang tinggi karena sesuai dengan pangsa pasar terbesar

mereka yaitu kota Surabaya.

Peneliti melihat surat kabar Jawa Pos dalam memberitakan putusan MK

untuk coblos ulang sebagai suatu tindakan mendzalimi pasangan cawali dan

cawawali Tri Rismaharini dan Bambang DH. Jawa Pos dalam pemberitaannya

menganggap putusan MK tersebut karena adanya intervensi dari pejabat pemerintah, dan hampir semua pemberitaan memarjinalkan kubu Cacak dan

menguntungkan kubu Ridho sampai akhirnya tim Cacak mengadukan Jawa Pos

ke Dewan Pers karena dianggap tidak berimbang dalam pemberitaannya.

Sebaliknya Surya memberitakan putusan MK untuk coblos ulang sebagai tindakan

wajar dan malah disambut antusias oleh para calon peserta pilkada terutama Ridho dan Cacak.

Menurut model Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki berita dilihat terdiri dari berbagai simbol yang disusun lewat perangkat simbolik yang dipakai yang akan dikonstruksi dalam memori khalayak. Dengan kata lain tidak ada pesan atau stimuli obyektif, sebaliknya berita dilihat sebagai perangkat kode yang membutuhkan interpretasi makna. Teks berita tidak hadir begitu saja sebaliknya


(20)

teks berita dilihat sebagai teks yang dibentuk lewat struktur dan formasi tertentu, melibatkan proses produksi dan konsumsi dari suatu teks (Eriyanto, 2004 : 251). Dalam pendekatan ini perangkat framing dibagi menjadi empat bagian sturktur besar. pertama;; struktur sintaksis, kedua; struktur skrip, ketiga; struktur tematik, keempat; struktur retoris. Melalui perangkat framing itu dapat juga menjadi alat peneliti untuk memahami bagaimana media mengemas peristiwa. Wartawan dalam menonjolkan pemaknaan dan penafsiran pada suatu peristiwa dengan menggunakan strategi kata, kalimat, lead, hubungan antar kalimat, foto, grafik dan perangkat lain untuk membantu dirinya mengungkap pemaknaan mereka sehingga dapat dipahami oleh pembaca. Seperti halnya berita tentang putusan MK untuk coblos ulang pada Pilkada Surabaya, media menganggap bahwa peristiwa ini penting karena berita tersebut banyak menuai aksi pro dan kontra di berbagai kalangan masyarkat Surabaya.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka perumusan masalah yang akan diteliti adalah :

"Bagaimana pembingkaian berita putusan Mahkamah Konstistusi untuk


(21)

1.3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan "Untuk mengetahui pembingkaian berita putusan

Mahkamah Konstitusi untuk coblos ulang pilkada Surabaya pada surat kabar Jawa

Pos dan Surya"

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Kegunaan Teoritis

Untuk menambah kajian dalam bidang ilmu komunikasi terutama yang menggunakan metode kualitatif pada umumnya, dan analisis framing pada khususnya. Dengan melakukan penelitian ini diharapkan dapat memperoleh pengetahuan tentang strategi yang digunakan media dalam membingkai suatu realitas.

1.4.2. Kegunaan Praktis

1. Sebagai bahan evaluasi bagi pihak media dalam menyajikan berita dan sebagai referensi bagi pihak-pihak yang tertarik dalam kajian masalah yang sama.

2. Memberikan edukasi bagi masyarakat bahwa sesungguhnya berita tidaklah subyektif seperti pandangan umum. Diperlukan pandangan yang komprehensif untuk bisa menelaah isi berita dengan benar agar tidak terjadi kesalahpahaman di masyarakat yang bisa menyebabkan konflik.


(22)

2.1 Landasan Teori

2.1.1. Media Massa dan Politik

Media massa merupakan saluran komunikasi politik yang banyak digunakan untuk kepentingan-kepentingan politik. Hal ini karena sifat media massa yang dapat mengangkut pesan-pesan (informasi dan citra) secara masif dan menjangkau khalayak atau publik yang jauh, beragam, dan terpencar luas. Media massa hadir pada setiap peristiwa penting, mengamati, mencatat dan merekam, dan kemudian melaporkannya kepada publik dengan frame atau sudut pandang tertentu.

Publik juga menjadikan informasi yang diperoleh dari media massa sebagai rujukan bagi pemahaman dan interpretasi terhadap peristiwa-peristiwa penting. Informasi media kemudian membentuk persepsi, pendapat, sikap dan akhirnya tindakan publik. Dengan kata lain, publik menggantungkan pemenuhan kebutuhan informasi politik pada media massa, di sisi lain media massa juga diuntungkan dengan perkembangan politik karena media massa memperoleh bahan publikasi yang diminati oleh publik. Oleh sebab itulah, media massa tidak dapat lepas dari politik, dan begitu pula sebaliknya, politik tidak dapat lepas dari media massa (Pawito, 2009:91-92).


(23)

Dye dan Zeigler (1986:7-22) mengidentifikasikan fungsi politis media massa menjadi lima hal pokok yaitu :

1. Fungsi Pemberitaan

Fungsi pemberitaan terutama pada aktivitas pokok media, yakni mangamati apa yang terjadi di masyarakat dan kemudian melaporkannya. Fungsi ini menurut istilah Lasswell adalah fungsi pengawasan. Pertanyaan-pertanyaan yang biasa muncul berkenaan dengan fungsi pemberitaan ini adalah apa yang disebut berita, peristiwa mana yang harus diberitakan, siapa yang harus diberi tempat dalam pemberitaan.

2. Fungsi Interpretasi

Fungsi interpretasi berkenaan dengan peran media massa sebagi penafsir atas realitas dalam wujud informasi kepada publik. Media massa biasanya menempatkan suatu peristiwa dalam konteks tertentu, memilih frame pemberitaan, memilih sumber-sumber tertentu, baik dalam berita ataupun dalam

talkshow, dan mengemukakan analisis dan interpretasi-interpretasi tertentu.

3. Fungsi Sosialisasi

Fungsi sosialisasi menunjuk pada kiprah media massa menyebarluaskan dan membantu upaya pewarisan nilai-nilai dan norma-norma di dalam masyarakat. Hakekat dari fungsi sosialisasi adalah pendidikan kepada masyarakat luas mengenai nilai, keyakinan, sikap dan prilaku dan berkaitan dengan sistem politik.


(24)

4. Fungsi Persuasi

Fungsi persuasi media massa terlihat jelas terutama saat-saat diselenggarakan kampanye pemilihan. Persuasi ataupun propaganda disampaikan lebih dilatarbelakangi oleh kepentingan pihak penyampai persuasi, yakni partai politik atau kandidat, dan bukan kepentingan publik.

5. Fungi Agenda setting

Fungsi ini dapat diamati misalnya, ketika media massa memberikan bobot tertentu terhadap peristiwa atau isu yang diberitakan. Pemberian bobot ini bisa dilakukan dengan pemberian alokasi ruang atau waktu tertentu, penempatan berita pada halaman tertentu, ataupun penempatan urutan pemberitaan (Pawito, 2009:95-99).

2.1.2 Media Massa Sebagai Agen Konstruksi Realitas

Dalam buku Analisis Framing, Eriyanto menuliskan bahwa media massa

bukanlah sekedar alat untuk menyalurkan pesan saja, didalamnya ia juga subjek yang mengkostruksi realitas, lengkap dengan pandangan, bias, dan pemihakannya (Eriyanto, 2004:23). Disini berita dihasilkan bukan hanya menggambarkan realitas saja, tetapi juga merupakan hasil dari konstruksi media itu sendiri. Media massa dipandang sebagai agen konstruksi yang mendefinisikan realitas. Lewat berbagai instrumen yang dimilikinya, media ikut membentuk realitas yang tersaji


(25)

dalam pemberitaan. Karena itulah, fakta yang terkandung didalamnya sudah mengalami penyaringan dari media itu sendiri.

Dalam ungkapan Dennis McQuail, media massa merupakan filter yang menyaring sebagian pengalaman dan menyoroti pengalaman lainnya dan sekaligus kendala yang menghalangi kebenaran. Maka, makna suatu peristiwa, yang diproduksi dan disebarluaskan oleh surat kabar, sebenarnya adalah suatu konstruksi makna yang temporer, rentan, dan terkadang muskil (Eriyanto, 2004:xi-xii).

Dalam buku Politik Kuasa Media yang ditulis oleh Noam Chomsky

dijelaskan bahwa fakta di media massa hanyalah hasil dari rekonstruksi dan olahan para pekerja redaksi. Walaupun mereka telah bekerja dengan menerapkan teknik-teknik presisi, tetapi tetap saja kita tidak dapat mengatakan bahwa apa yang mereka tulis adalah fakta yang sebenarnya (Chomsky, 2006:5).

Dalam pemberitaan, media massa biasanya memberikan prioritas liputan mengenai peristiwa ataupun isu tertentu dan mengabaikan yang lain (agenda setting). Di samping ini, media massajuga memberikan penekanan pada substansi persoalan tertentu berkenaan dengan peristiwa atau isu tertentu dan mengabaikan substansi persoalan lain (framing). dengan kedua cara ini media massa mengkosntruksi dan mendekonstruksi realitas (Pawito, 2009:104).

Wartawan dari masing-masing media bisa jadi mempunyai pandangan dan konsepsi yang berbeda ketika melihat suatu realitas, dan hal itu dapat dilihat dari bagaimana para pekerja media ini mengkonstruksikan peristiwa tersebut, yang


(26)

diwujudkan dalam bentuk teks media. Dari anggapan itulah, maka sangat potensial terjadi peristiwa yang sama dikonstruksi berbeda antara media yang satu dengan media yang lainnya.

Meski demikian media massa tetap memiliki karakteristik, yaitu :

a. Bersifat melembaga

Pihak yang mengelola media terdiri dari banyak orang, yakni mulai dari pengumpulan, pengelolaan sampai pada penyajian informasi

b. Bersifat satu arah

Komunikasi yang dilakukan kurang memungkinkan terjadinya dialog

antara pengirim dan penerima. Jika terjadi feedback, biasanya memerlukan

waktu dan tertunda

c. Meluas dan serempak

Dapat mengatasi rintangan waktu dan jarak, karena ia memiliki kecepatan. Bergerak secara simultan, dimana informasi yang disampaikan diterima oleh banyak orang pada saat yang sama

d. Memakai peralatan teknis atau mekanis

Media yang digunakan untuk menyampaikan informasi seperti radio, televisi, surat kabar dan semacamnya


(27)

e. Bersifat terbuka

Pesannya dapat diterima oleh siapa saja dan dimana saja tanpa mengenal usia, jenis, dan suku bangsa (Cangara, 2000:134).

2.1.3 Ideologi Media

Ideologi diartikan sebagai kerangka berpikir yang dipakai oleh individu untuk melihat realitas dan bagaimana mereka menghadapinya. Ia berhubungan dengan konsepsi atau posisi seseorang dalam menafsirkan realitas (Sudibyo, 2001:12).

Penempatan sumber berita yang menonjol dibandingkan dengan sumber lain, menempatkan wawancara seorang tokoh lebih besar dari tokoh lain, liputan yang hanya satu sisi dan merugikan pihak lain, tidak berimbang dan secara nyata memihak satu kelompok, menurut pendekatan konstruksionis merupakan praktik jurnalisme yang wajar dan manusiawi dijalankan oleh wartawan. Pada titik inilah pendekatan konstruksionis memperkenalkan konsep "ideologi" (Sudibyo, 2001:54). Dengan konsep ini nantinya akan membantu menjelaskan bagaimana bisa hal-hal diatas menjadi praktik cermin ideologi dari media.

Pendekatan konstruksionis menegaskan berita sesungguhnya adalah hasil

dari konstruksi sosial yang selalu melibatkan pandangan, ideologi, nilai-nilai dari jurnalis atau media. Pada titik ini, ideologi jurnalis dan media bisa jadi


(28)

lebih menentukan bagaimana realitas dikonstruksi dari pada kaidah-kaidah baku praktik jurnalistik. Ideologi itulah yang membuat liputan media memihak satu pandangan, menempatkan pandangan satu lebih penting dibandingkan pandangan kelompok lain, dan sebagainya (Sudibyo, 2001:260).

Disini pemberitaan tertentu tidak dianggap sebagai bias atau distorsi tetapi semata sebagai akibat dari ideologi tertentu dari media tersebut. Kecenderungan atau ideologi itulah yang menentukan bagaimana fakta itu dipahami, fakta diambil dan yang mana dibuang. Semua proses ini dipandang sebagai konsekuensi dari ideologi, bukan sebagai bias atau kesalahan wartawan (Sudibyo, 2001:55-56).

Dalam mainstream ideologi profesi, disini media mengutamakan

objektifitas pemberitaan. Ada dua dimensi utama konsep objektivitas; pertama, "faktualitas" yaitu pengutamaan fakta dan pemisahan antara fakta dan opini. Kedua, "imparsialitas" yaitu fakta yang digunakan meproduksi suatu realitas simbolik, memang bisa terdiri atas informasi dan opini figur-figur terkait (Syahputra, 2006:ix).

Menurut Burn konsep profesionalisme media mencakup beberapa butir pengertian, yaitu menentang amatirisme dan campur tangan pihak luar, mempercayai penilaian tugas yang ditentukan oleh rekan seprofesi, serta mengupayakan pengamanan diri dari tekanan publik dan manajemen (McQuail, 2000:148).


(29)

2.1.4 Analisis Framing

Framing adalah metode untuk melihat bagaimana media membingkai realitas dan bagaimana yang sama diberitakan secara berbeda oleh media massa. Hal itu tergantung pada wartawan dalam melihat atau menafsirkan sebuah peristiwa.

Cara pandang atau perspektif itu pada akhirnya menentukan fakta apa yang diambil, bagian mana yang ditojolkan atau dihilangkan, dan hendak dibawa kemana berita tersebut. Framing, seperti dikatakan Todd Gitlin atau Edelman, adalah sebuah strategi bagaimana realitas atau dunia dibentuk dan disederhanakan sedemikian rupa untuk ditampilkan kepada khalayak pembaca (Eriyanto, 2002:68). Mereka menggunakan framing untuk melihat kecenderungan media mengkostruksi dan membingkai pesan. Sehingga jelas berdasarkan Gitilin dalam Eriyanto, dengan framing jurnalis memproses berbagai informasi yang tersedia dengan jalan mengemaskan sedemikian rupa dalam kategori kognitif tertentu dan disamping pada khalayak (Eriyanto, 2004:69).

Pada dasarnya, analisis framing merupakan versi terbaru dari pendekatan analisis wacana, khususnya untuk menganalisis teks media. Gagasan framing pertama kali dilontarkan oleh Beterson di tahun 1955. Mulanya frame dimaknai sebagai struktur konseptual atau perangkat kepercayaan yang mengorganisasikan pandangan politik, kebijakan dan wacana serta menyediakan kategori standar untuk mengapresiasikan realita. Lalu


(30)

dikembangkan lebih jauh oleh Goffman pada tahun 1974, yang mengandaikan frame sebagai kepingan prilaku yang membimbing individu dalam membaca realitas (Sobur, 2002:161).

Analisis framing dipakai untuk mengetahui bagaimana realitas dibingkai oleh media. Dengan demikian realitas sosial dipahami, dimaknai dan dikonstruksi dengan bentukan dan makna tertentu. Inilah sesungguhnya sebuah realitas. Bagaimana media membangun, menyuguhkan, mempertahankan suatu peristiwa kepada pembacanya (Eriyanto, 2004:vi).

Analisis framing secara sederhana dapat digambarkan sebagai analisis untuk mengetahui bagaimana realitas "di bingkai" oleh media, dengan melalui proses konstruksi. Di mana sebuah realitas sosial dimaknai dan dikonstruksi dengan makna tertentu, bagaimana media memahami realitas dengan cara apa realitas itu ditandai. Praktisnya, analisis framing digunakan untuk melihat bagaimana aspek tertentu ditonjolkan dan ditekankan oleh media (Eriyanto, 2004:3).

Secara umum ada dua frame, yaitu frame media dan frame individual. Perbedaan antara frame media dan individual ini dapat dilihat dari esensi framing itu sendiri. Frame tersebut secara umum memang terdiri dari struktur internal (bagaimana seseorang mempunyai skema tertentu atas realitas dan dapat kita kategorikan sebagai frame individual) dan perangkat yang melekat dalam wacana yang dapat kita kategorisasikan sebagai frame media (Eriyanto, 2004:290).


(31)

Menurut Tuchman yaitu "berita adalah jendela dunia" yang menjelaskan bahwa dengan berita kita dapat mengetahui keadaan, kondisi, kehidupan bahkan kegiatan di belahan dunia lain yang jauh berbeda dari tempat tinggal kita. Namun apa yang kita lihat, kita ketahui, dan kita rasakan mengenai dunia

tergantung pada jendela (frame/bingkai) yang kita pakai. Apakah jendela

tersebut besar atau kecil, berjeruji atau tidak, memungkinkan kita melihat secara bebas keluar atau terhalang dan sebagainya. Dalam berita, jendela itu yang kita sebut sebagai frame (Eriyanto, 2004:4).

2.1.5 Konsep Analisis Framing Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki

Analisis dalam penelitian ini menggunakan model Zhondang Pan dan Gerald M. Kosicki, dimana Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki (1993)

melalui tulisan mereka "Framing Analysis: An Approach ti News Discourse"

mengoperasionalisasikan empat dimensi struktural teks berita sebagai perangkat framing : sintaksis, skrip, tematik dan retoris. Keempat dimensi struktural ini membentuk semacam tema yang mempertautkan elemen-elemen semantik narasi berita dalam suatu koherensi global. Model ini berasumsi bahwa setiap berita mempunyai frame yang berfungsi sebagai pusat organisasi ide. Frame merupakan suatu ide yang dihubungkan dengan elemen yang berbeda dalam teks berita (kutipan sumber, latar informasi, pemakaian kata atau kalimat tertentu) kedalam teks secara keseluruhan. Frame berhubungan dengan makna. Bagaimana seseorang memaknai suatu peristiwa, dapat dilihat


(32)

dari perangkat tanda yang dimunculkan dalam teks. Dalam pendekatan ini framing dapat dibagi kedalam empat struktur besar, yaitu :

a. Struktur Sintaksis

Adalah susunan kata atau frase dalam kalimat, hal ini berhubungan dengan bagaimana wartawan menyusun peristiwa, pernyataan, opini, kutipan, pengamatan atas peristiwa ke dalam bentuk susunan kisah berita (Sobur, 2001:175). Dengan demikian, struktur sintaksis ini dapat diamati dari bagan/skema berita, antara lain :

- Headline

Merupakan aspek sintaksis dari wacana berita dengan tingkat kemenonjolan yang tinggi menunjukkan kecenderungan berita dan digunakan untuk menunjukkan bagaimana wartawan mengkonstruksi suatu isu (Eriyanto, 2004:257-258).

- Lead

Umumnya sebagai pengantar ringkasan apa yang ingin dikatakan sebelum masuk ke dalam isi berita secara lengkap (Eriyanto, 2001:232).

- Latar Informasi

Latar dapat menjadi alasan pembenar gagasan yang diajukan dalam suatu teks (Eriyanto, 2001:235).


(33)

- Pengutipan Sumber Berita

Hal ini dimaksudkan untuk membangun objektivitas (prinsip keseimbangan tidak memihak) (Eriyanto, 2001:259).

- Pernyataan

- Penutup

b. Struktur Skrip

Berhubungan dengan bagaimana wartawan mengisahkan atau menceritakan peristiwa ke dalam bentuk berita. Struktur ini melihat bagaimana strategi bercerita atau bertutur yang dipakai wartawan dalam mengemas peristiwa (Eriyanto, 2004:255). Bentuk umum dari skrip ini adalah pola 5W+1H, antara lain :

- Who : Siapa yang terlibat dalam peristiwa?

- What : Apa yang terjadi?

- Where : Dimana peristiwa itu terjadi?

- When : Kapan peristiwa itu terjadi?

- Why : Mengapa (apa yang menyebabkan) peristiwa itu terjadi?


(34)

c. Struktur Tematik

Berhubungan dengan bagaimana wartawan mengungkapkan pandangannya atas peristiwa ke dalam proposisi, keseluruhan (Eriyanto, 2004:255). Ada beberapa elemen dapat diamati dari perangkat tematik ini, antara lain adalah :

- Detail

Elemen wacana ini berhubungan dengan kontrol informasi yang ditampilkan oleh seseorang (komunikator). Komunikator akan menampilkan secara berlebihan informasi yang menguntungkan dirinya atau untuk mendapatkan citra yang baik. Sebaliknya, ia akan menampilkan informasi tersebut dalam jumlah yang sedikit atau bahkan jika perlu informasi itu tidak disampaikan kepada khalayak jika hal itu merugikan kedudukannya. Elemen detail merupakan strategi bagaimana wartawan mengekspresikan sikapnya dengan cara implisit (Eriyanto, 2001:238).

- Koherensi

Pertalian atau jalinan antar kata, proposisi atau kalimat yang menggambarkan fakta yang berbeda dapat dihubungkan dengan menggunakan koherensi. Sehingga fakta yang tidak berhubungan sekalipun dapat menjadi berhubungan. Ada beberapa macam koherensi. Pertama, koherensi sebab-akibat. Proposisi atau kalimat satu dipandang akibat atau sebab dari proposisi lain. Kedua, koherensi penjelas. Proposisi atau kalimat satu dilihat sebagai penjelas proposisi atau kalimat lain. Ketiga, koherensi pembeda. Proposisi


(35)

atau kalimat satu dipandang kebalikan atau lawan dari proposisi atau kalimat lain (Eriyanto, 2001:263).

- Bentuk Kalimat

Bentuk kalimat ini berhubungan dengan cara berpikir yang logis, yaitu kausalitas. Logika kausalitas ini jika diterjemahkan ke dalam bahasa menjadi susunan subyek (yang menerangkan) dan predikat (yang diterangkan). Bentuk kalimat bukan hanya persoalan teknis kebenaran tata bahasa, tetapi menentukan makna yang dibentuk oleh susunan kalimat (Sobur, 2001:81).

- Kata Ganti

Merupakan elemen untuk memanipulasi bahasa dengan menciptakan suatu

komunitas imajinatif. Kata ganti ini timbul untuk menghindari pengulangan kata (yang disebut antaseden) dalam kalimat-kalimat berikutnya. Kata ganti merupakan alat yang dipakai oleh komunikator untuk menunjukan dimana posisi seseorang dalam suatu wacana (Sobur, 2001:81-82).

d. Struktur Retoris

Gaya yang diungkapkan ketika seseorang berbicara atau menulis. Retoris, mempunyai fungsi persuasif, dan berhubungan erat dengan bagaimana pesan itu ingin disampaikan kepada khalayak (Sobur, 2001:84). Struktur ini berhubungan dengan bagaimana wartawan menekankan arti tertentu kedalam berntuk berita. Struktur retoris dari wacana berita menggambarkan pilihan gaya atau kata yang dipilih oleh wartawan untuk menekankan arti yang ingin


(36)

ditonjolkan oleh wartawan. Wartawan menggunakan perangkat retoris untuk membuat citra, meningkatkan gambaran yang diinginkan dari suatu berita. Struktur retoris juga menunjukkan kecenderungan bahwa apa yang disampaikan oleh wartawan merupakan suatu kebenaran (Eriyanto, 2004:264). Struktur retoris terdiri dari beberapa elemen, antara lain :

- Leksikon

elemen ini menandakan bagaimana seseorang melakukan pemilihan kata atas berbagai kemungkinan kata yang tersedia, pilihan kata yang dipakai tidak semata hanya karena kebetulan, tetapi juga secara ideologis menujukkan bagaimana pemaknaan seseorang terhadap fakta/realitas (Eriyanto, 2001:255).

- Grafis

Biasanya muncul lewat bagian tulisan yang dibuat lain dibandingkan tulisan lain. Pemakaian huruf tebal, huruf miring, pemakaian garis bawah, huruf yang dibuat dengan ukuran yang lebih besar. Termasuk di dalamnya adalah

pemakaian caption, raster, grafik gambar, dan tabel untuk mendukung arti

penting suatu pesan. Bagian-bagian yang ditonjolkan ini menekankan kepada khalayak pentingnya bagian tersebut, di mana ia menginginkan khalayak menaruh perhatian lebih pada bagian tersebut. Elemen grafis itu juga muncul dalam bentuk foto, gambar dan tabel untuk mendukung gagasan atau untuk bagian lain yang tidak ingin ditonjolkan (Eriyanto, 2001:258).


(37)

- Metafora

Merupakan suatu kiasan, ungkapan yang dimaksudkan sebagai ornament atau bumbu dari suatu teks. Pemakaian metafora tertentu dapat menjadi petunjuk utama untuk mengerti makna suatu teks. Metafora tertentu dipakai oleh komunikator secara strategis sebagai landasan berfikir, alasan pembenar atas pendapat/gagasan tertentu kepada publik (Eriyanto, 2001:259).

- Pengandaian (Presupposition)

Strategi lain yang dapat memberi citra tertentu ketika diterima khalayak. Elemen wacana pengandaian merupakan pernyataan yang digunakan untuk mendukung makna suatu teks. Pengandaian hadir dengan memberi pernyataan yang dipandang terpercaya dan karena tidak perlu dipertanyakan (Sobur, 2001:79).


(38)

Gambar 2.1

KERANGKA FRAMING ZHONGDANG PAN DAN GERALD M.KOSICKI

STRUKTUR  UNIT YANG DIAMATI 

SINTAKSIS  Cara wartawan  menyusun fakta 

  Headline, lead, latar 

informasi, kutipan  sumber, pernyataan, 

penutup  SKRIP 

Cara wartawan  mengisahkan fakta 

  5W+1H 

TEMATIK 

Cara wartawan menulis  fakta 

 

  Paragraph, proposisi,  kalimat, hubungan antar 

kalimat 

RETORIS  Cara wartawan  menekankan fakta 

  Kata, idiom, 

gambar/foto, grafik 

PERANGKAT FRAMING

1.  Skema berita 2.  Kelengkapan berita 3.  Detail  4.  Koherensi  5.  Bentuk kalimat  6.  Kata ganti  7.  Leksikon  8.  Grafis  9.  Metafora


(39)

2.2 Kerangka Berfikir

Penelitian ini didasarkan pada keberadaan media massa yang telah menjadi sumber informasi dominan, bukan saja bagi individu, tetapi juga bagi seluruh kelompok masyarakat untuk memperoleh gambaran tentang realitas sosial. Namun sebagai pembaca media surat kabar, media cetak lainnya seringkali dibuat bingung, kenapa peristiwa yang lain tidak diberitakan, kenapa kalau ada dua peristiwa yang sama, pada hari yang sama, media selalu menonjolkan pada salah satu berita, dan melupakan peristiwa yang lain. Padahal kedua-duanya sama pentingnya bagi masyarakat. Tidak mengherankan apabila setiap hari, bagaimana peristiwa yang sama dapat dikonstruksi berbeda oleh media

yang berbeda pula. Dalam hal ini surat kabar harian Jawa Pos dan Surya edisi

1 s.d 6 Juli 2010 mengemas pemberitaan tentang putusan Mahkamah Konstitusi untuk coblos ulang pada pilkada Surabaya.

Berita tidak mencerminkan realitas sosial yang direkamnya, bahkan bisa

memberikan realitas yang berbeda dengan realitas sosialnya. Seperti pada kedua surat kabar tersebut, masing-masing memiliki sudut pandang pemberitaan yang berbeda dalam pemberitaan kasus tersebut. Sehingga dengan menggunakan perangkat framing milik Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki, putusan Mahkamah konstitusi untuk coblos ulang dapat terlihat adanya konstruksi realitas.


(40)

Adapun diagram kerangka berpikir yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut :

Gambar 2.2

Kerangka Berfikir Penelitian

Konstruksi berita oleh media Analisis

Framing Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki Media massa,

surat kabar harian Jawa Pos dan Harian Surya Putusan

Mahkamah Konstitusi untuk coblos ulang Pilkada Surabaya


(41)

3.1 Metode Penelitian

Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, karena peneliti berlandaskan pada paradigm konstruktivis. Tujuan penelitian ini adalah untuk membuat dekriptif dan gambaran, tentang peristiwa yang terjadi. Selain itu mencoba untuk menangkap perspektif pemberitaan dalam kaitannya dengan bagaimana pemberitaan itu memperlihatkan orientasi sebuah media dengan cara tertentu dalam memperlakukan suatu realitas atau fakta. Peneliti menggunakan interpretasi subjektif dari peneliti sendiri tanpa mengabaikan data-data yang ada,

yaitu berita yang dimuat dalam surat kabar harian Jawa Pos dan Surya tentang

putusan Mahkamah Konstitusi untuk coblos ulang dalam pilkada Surabaya.

Penggunaan pendekatan kualitatif salah satu sebabnya karena metode ini lebih peka dan dapat menyesuaikan terhadap pola-pola nilai yang dihadapi, data yang dikumpulkan berupa kata-kata dan gambar yang kemudian peneliti memilih data tersebut (Moleong, 1990:6). Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah tipe penelitian deskriptif kualitatif. Tipe penelitian deskriptif kualitatif adalah suatu penelitian yang memberikan gambaran atau uraian atas suatu keadaan sejernih mungkin tanpa ada perlakuan terhadap objek yang diteliti (Kountur, 2003:53).


(42)

Peneliti ini menggunakan metode analisis framing model Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki. Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki melihat framing sebagai cara untuk mengetahui bagaimana suatu media mengemas berita dan

mengkonstruksi realitas melalui pemakaian strategis kata, kalimat, lead, hubungan

antarkalimat, foto, grafik, dan perangkat lain untuk membantu dirinya mengungkapkan pemaknaan mereka sehingga dapat dipahami oleh pembaca. Bahwa setiap berita mempunyai frame yang berfungsi sebagai pusat organisasi ide. Frame ini adalah suatu ide yang dihubungkan dengan elemen yang berbeda dalam teks berita (kutipan sumber, latar informasi, pemakaian kata atau kalimat tertentu) ke dalam teks secara keseluruhan. Frame berhubungan dengan makna. Bagaimana seseorang memaknai suatu peristiwa dapat dilihat dari perangkat tanda yang dimunculkan dalam teks (Eriyanto, 2004:254-255).

Model ini mengoperasionalisasikan empat dimensi structural teks berita sebagai perangkat framing: sintaksis, skrip, tematik, retoris. Keempat dimensi struktural ini membentuk semacam tema yang mempertautkan elemen-elemen semantic narasi berita dalam suatu koherensi global. Dalam pendekatan ini framing dibagi kedalam empat struktur besar, yaitu :

a. Struktur Sintaksis

Berhubungan dengan bagaimana media menyusun berita mengenai putusan Mahkamah Konstitusi untuk coblos ulang pilkada Surabaya. Struktur ini bisa diamati dari bagan/skema berita, antara lain : headline, lead, latar informasi, pengutipan sumber berita, pernyataan, penutup.


(43)

b. Struktur Skrip

Berhubungan dengan bagaimana strategi media ketika mengisahkan atau menceritakan putusan Mahkamah Konstitusi untuk coblos ulang pilkada Surabaya.

c. Struktur Tematik

Berhubungan dengan bagaimana media mengungkapkan pandangannya atas putusan Mahkamah Konstitusi untuk coblos ulang pilkada Surabaya ke dalam proposisi, kalimat atau hubungan antar kalimat yang membentuk teks secara keseluruhan.

d. Struktur Retoris

Struktur ini berkaitan dengan pemilihan gaya atau kata yang oleh media untuk menekankan yang ingin ditonjolkan oleh media dari putusan Mahkamah Konstitusi untuk coblos ulang pilkada Surabaya, hal ini dilakukan untuk membuat citra dan meningkatkan gambaran yang diinginkan dari peristiwa tersebut dengan melihat elemen-elemen dari struktur retoris seperti penggunaan leksikon, foto, metafora, pengandaian.

Sehingga peneliti akan menjelaskan bagaimana cara media membingkai atau mengkonstruksi berita-berita mengenai putusan Mahkamah Konstitusi untuk

coblos ulang pilkada Surabaya pada surat kabar harian Jawa Pos dan Surya, yang


(44)

3.1.1 Definisi Operasional

1. Putusan Mahkamah Konstitusi untuk coblos ulang pilkada Surabaya

Yang dimaksud dengan putusan Mahkamah Konstitusi untuk coblos ulang pilkada Surabaya adalah Mahkamah Konstitusi yang memberikan keputusan untuk memenangkan gugatan calon walikota dan calon wakil walikota Arif afandi dan Adies kadir untuk membatalkan hasil pilkada di Surabaya. Putusan Mahkamah Konstitusi tersebut juga memeritahkan kepada Komisi Pemilihan Umum Surabaya untuk mengadakan pencoblosan ulang di lima kecamatan dan dua kelurahan. Putusan Mahkamah Konstitusi juga meminta dilakukan perhitungan ulang surat suara di seluruh kotak suara, kecuali di wilayah tempat dilangsungkannya pencoblosan ulang. Penelitian ini akan dianalisis dengan menggunakan perangkat framing milik Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki.

2. Berita-berita di surat kabar harian Jawa Pos dan Surya

Suatu peristiwa yang ditulis oleh wartawan dari kedua surat kabar harian tersebut untuk disajikan dan disebarkan kepada khalayak banyak dengan ideologi masing-masing. Dalam penelitian ini adalah putusan Mahkamah Konstitusi untuk coblos ulang pilkada Surabaya.


(45)

3.2 Subyek dan Obyek Penelitian

Subyek dalam penelitian ini adalah surat kabar harian Jawa Pos dan Surya

edisi 1 s.d 6 Juli 2010. Sedangkan yang menjadi obyek dari penelitian ini adalah pemberitaan tentang putusan Mahkamah Konstitusi untuk coblos ulang pilkada Surabaya.

3.3 Unit Analisis

Unit analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah unit reference,

yaitu unit yang digunakan untuk menganalisis kalimat dan kata yang dimuat dalam teks berita putusan Mahkamah Konstitusi untuk coblos ulang pilkada

Surabaya pada surat kabar harian Jawa Pos dan Surya edisi 1 s.d 6 Juli 2010.

Analisis teks media dengan melihat hubungan antar kalimat, foto, grafik dan pendapat dari narasumber, untuk mengungkapkan pemaknaan terhadap

bingkai dan perspektif yang digunakan oleh media, Jawa Pos dan Surya dalam

melihat suatu peristiwa, yaitu mengenai berita putusan Mahkamah Konstitusi untuk coblos ulang pilkada Surabaya.

3.4 Korpus

Korpus atau sampel dalam penelitian kualitatif adalah sekumpulan bahan yang terbatas, yang ditentukan pada perkembangan oleh analisis dengan semacam


(46)

kesemenaan dan bersifat se-homogen mungkin. Sifat yang homogen ini diperlukan untuk memberikan harapan yang beralasan bahwa unsur-unsurnya dapat dianalisis sebagai keseluruhan (Kurniawan, 2001:70).

Korpus dalam penelitian ini adalah berita-berita tentang putusan Mahkamah Konstitusi untuk coblos ulang pilkada Surabaya. Korpus yang akan diteliti adalah sebagai berikut :

Korpus di Jawa Pos :

- 1 Juli 2010, "Yakin Dukungan Kian Besar"

- 2 Juli 2010, "Curiga Intervensi Elite Jakarta"

- 4 Juli 2010, "Giliran Warga Sukolilo Protes Coblos Ulang

Korpus di Surya :

- 1 Juli 2010, "PNS Tak Netral, Surabaya Coblos Ulang"

- 2 Juli 2010, "Anas Ngepos Sebulan di Surabaya"

- 4 Juli 2010, "MK : Jangankan Cawali, Presiden Pun Tak Berani"

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Data penelitian tentang putusan Mahkamah Konstitusi untuk coblos ulang

pilkada Surabaya yang dimuat pada surat kabar Jawa Pos dan Surya pada tanggal


(47)

mengidentifikasi isi berita, yang berpedoman pada analisis framing dari Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki. Dari data yang diperoleh sebagai hasil dari identifikasi tersebut untuk selanjutnya dianalisis untuk mengetahui bagaimana kedua media tersebut dalam mengemas berita putusan Mahkamah Konstitusi untuk coblos ulang pilkada Surabaya.

3.6 Teknik Analisis Data

Model analisis framing yang digunakan oleh peneliti adalah model yang dikembangkan oleh Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki. Konsep framing ini digunakan untuk menggambarkan proses seleksi dan menonjolkan aspek tertentu dari realitas oleh media massa. Framing memberikan tekanan lebih pada bagaimana teks komunikasi ditampilkan dan bagian mana yang ditonjolkan atau dianggap penting oleh pembuat teks (Eriyanto, 2004:186).

Dengan menggunakan model framing Zhondang Pan dan Gerald M. Kosicki bisa melihat berita dikonstruksi lebih rinci dengan menggunakan empat struktur, yaitu struktur sintaksis, struktur skrip, struktur tematik, struktur retoris.

3.7 Langkah-Langkah Analisis Framing

Peneliti akan menguraikan semua berita yang memuat tentang putusan

Mahkamah Konstitusi pada surat kabar harian Jawa Pos dan Surya sebagai


(48)

1. Pertama, peneliti mengumpulkan semua berita yang memuat tentang putusan

Mahkamah Konstitusi pada surat kabar harian Jawa Pos tanggal 1,2,3,4,5 dan 6

Juli 2010 dan Surya tanggal 1,2,3,4,5 dan 6 Juli 2010. Kemudian peneliti

menentukan korpus yang akan diteliti yaitu pada surat kabar harian Jawa Pos

tanggal 1,2 dan 4 Juli 2010 dan Surya tanggal 1,2 dan 4 Juli 2010, lalu peneliti

membuat kerangka framing model Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki.

2. Kedua, peneliti menganalisis semua pemberitaan tersebut dan membuat

interpretasi terhadap berita tersebut berdasarkan empat struktur besar milik Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki, yaitu :

- Struktur Sintaksis

- Struktur Skrip

- Struktur Tematik


(49)

4. 1. Gambaran Umum Obyek Penelitian

4. 1. 1. Profil Perusahaan Jawa Pos

Surat kabar Jawa Pos pertama kali diterbitkan pada tanggal 1 Juli 1949

oleh perusahaan bersama PT. Jawa Pos Concern Ltd. Berlokasi di Jalan Kembang Jepun 166-169. Pendirinya adalah seorang WNI keturunan dengan kelahiran bangsa yang bernama The Chung Shen alias Soeseno Tedjo. Sebagai perintis

berdirinya Jawa Pos, Soeseno Tedjo mulanya bekerja di kantor film Surabaya.

Soeseno Tedjo bertugas untuk menghubungi surat kabar agar pemuatan iklan filmnya lancar dan dari situ, ia mengetahui bahwa memiliki surat kabar ternyata

menguntungkan maka pada tanggal 1 Juli 1949 surat kabar dengan nama Jawa

Pos didirikan. Surat kabar saat itu dikenal sebagai harian melayu Tionghoa

dengan pimpinan redaksi pertama yang bernama Goh Tjing Hok. Selanjutnya sejak tahun 1951 pemimpin redaksiya adalah Thio Oen Sik. Keduanya dikenal sebagai orang-orang republiken yang tak pernah goyah. Pada saat itu The Chung Sen dikenal sebagai raja Koran karena memiliki tiga buah surat kabar yang diterbitkan dengan tiga bahasa yang berbeda. Surat kabar yang berbahasa

Indonesia bernama Java Post, yang berbahasa Tionghoa bernama Huo Chiau Shin

Wan, sedangkan De Vrije Pers adalah terbitan bahasa Belanda. Pada tahun 1962


(50)

harian De Vrije pers dilarang terbit berkenaan dengan peristiwa Trikora untuk merebut Irian Jaya dari tangan Belanda. Sebagai gantinya diterbitkan surat kabar

yang berbahasa Inggris dengan nama Indonesia Daily News pada tahun 1981

terpaksa berhenti karena minimnya iklan. Sedangkan meletusnya G 30 S/PKI pada

tahun 1965 menyebabkan pelarangan terbit pada harian Huo Chau Shin Wan.

Maka sejak tahun 1981 Jawa Pos yang tetap bertahan untuk terbit dengan oplah

yang sangat minim dan memprihatinkan hanya 10.000 eksemplar.

Pada awal terbitnya Jawa Pos memiliki ciri utama terbit pada pagi hari

dengan menampilkan berita-berita umum. Terbitan Jawa Pos pertama kali dicetak

di percetakan Aqil di jalan Kiai Haji Mas Mansyur Surabaya dengan oplah 100

eksemplar. Semenjak 1 April 1954 Jawa Pos dicetak di percetakan Vrije pers di

jalan Kaliasin 52 Surabaya, dan selanjutnya dari tahun ke tahun oplahnya mengalami peningkatan.

Tercatat pada tahun 1954-1957 dengan oplah sebesar 4000 eksemplar dan mulai tahun 1958-1964 oplahnya mencapai 10.000 eksemplar. Karena perubahan

ejaan pada tahun 1958 Java Post berganti menjadi Djawa Pos dan mulai tahun

1961 berubah menjadi Jawa Pos. Pada periode 1971-1981 oplah tercatat pada

10.000 eksemplar, namun pada tahun 1982 terjadi penurunan oplah ke 6.700 eksemplar dengan jumlah pendistribusian 2.000 eksemplar pada kota Surabaya dan sisanya pada kota lain. Penurunan terjadi karena sistem manajemen yang semakin kacau, tiadanya penerus yang mengelola usaha tersebut serta kemajuan teknologi percetakan yang tidak terkejar. The Chung Sen alias Soeseno Tedjo sebagai pemilik perusahaan menerima tawaran untuk menjual mayoritas dari


(51)

sahamnya pada PT. Grafoto Pers (penerbit TEMPO) pada tanggal 1 April 1982. Pada tanggal itu juga Dahlan Iskan ditunjuk sebagai Pimpinan Utama dan Pimred oleh Dirut PT. Grafiti Pers Bapak Eric Samola, SH untuk membenahi kondisi PT.

Java Post Concern Ltd. Hanya dengan waktu dua tahun oplah Jawa Pos mencapai

250.000 eksemplar, dan semenjak itulah perkembangan Jawa Pos semakin

menakjubkan dan menjadi surat kabar terbesar yang terbit di Surabaya. Pada tahun 1999 oplahnya meningkat lagi menjadi 320.000 eksemplar.

Pada tanggal 2 Mei 1985 sesuai dengan kata Notaris Liem Shen Hwa, SH No. 8 pasal 4 menyatakan nama PT. Java Post Concern LTD diganti dengan nama PT. Jawa Pos dan sesuai dengan surat MENPEN No. 1/Per1/Menpen/84 mengenai SIUPP, khususnya pemilikan saham maka 20% dari saham harus dimiliki karyawan untuk menciptakan rasa saling memiliki.

Meskipun telah terjadi perubahan kepemilikan Jawa Pos tidak merubah

secara esensial isi pemberitaannya yang menyajikan berita-berita umum. Berita-berita umum ini meliputi peristiwa nasional yang menyangkut peristiwa ekonomi, politik, hukum, sosial dan budaya, pemeritah, olahraga, disamping pemberitaan peristiwa yang terjadi di daerah Jawa Timur dan Indonesia Timur.

Melejitnya oplah Jawa Pos ini, tidak lepas dari perjuangan dan

kepopuleran Jawa Pos mengubah budaya masyarakat Surabaya pada khususnya

dan pada masyarakat Jawa Timur pada umumnya. Waktu itu budaya masyarakat

membaca Koran adalah sore hari. Ketika Jawa Pos mempelopori terbit pagi,


(52)

Banyak agen dan loper yang tidak mau menjual Jawa Pos, bahkan di titipi saja

agen dan loper menolak. Manajemen Jawa Pos lantas memutar otak kalau tidak

ada loper Koran dan agen, lewat apa Koran ini dipasarkan? Akhirya ditemukan cara lain : istri-istri atau keluarga wartawan diminta menjadi agen atau loper Koran termasuk istri dari Dahlan Iskan sendiri, sebab kendala utama adalah di pemasaran. Kedua, menambah income keluarga wartawan waktu itu gaji

wartawan masih kecil, dengan cara ini keluarga Jawa Pos akan menambah

pendapatan. Ketiga, memberikan kebanggaan kepada keluarga karyawan Koran

Jawa Pos atas usaha suamiya dan kelak dikemudian hari beberapa istri atau

keluarga wartawan ini menjadi agen besar Koran Jawa Pos. Perjuangan dan

kepeloporan ini ternyata membuahkan hasil termasuk perubahan mendasar

keredaksian. Warga Surabaya utamanya lebih memilih Koran Jawa Pos dan pada

tahun 1985 oplah Jawa Pos telah menembus angka 250.000 eksemplar

perharinya.

Jawa Pos sanggup mengalahkan tiras penerbitan-penerbitan lain yang telah berada di Surabaya sejak lama dan bahkan mendominasi pasar Surabaya

seperti Surabaya Pos. Banyak strategi yang dilakukan Jawa Pos untuk mencapai

kondisi seperti ini diantaranya dengan ingin menjadi surat kabar yang melakukan hal-hal baru pertama kalinya di Indonesia seperti terbit 24 halaman perhari, menjadi surat kabar pertama yang terbit di hari libur nasional serta muncul dengan ukuran kecil tanpa mengurangi isi ketika krisis moneter terjadi di Indonesia.

Salah satu hal yang benar-benar membuat kelompok Jawa Pos menjadi


(53)

News Networking), JPNN ini dibentuk sebagai salah satu sarana untuk menampung berita dari seluruh daerah di Indonesia dan untuk keperluan sumber berita berbagai media cetak yang berada dalam satu naungan dengan kelompok

Jawa Pos. Hal ini menyebabkan berita di satu daerah di luar Surabaya tidak perlu dikerjakan layoutnya di Surabaya dan berita tersebut dapat dikerjakan di kota bersangkutan lalu hasilnya dikirimkan ke JPNN untuk diambil oleh redaksi yang ada di Surabaya. Saat ini dimana masanya media online sedang berkembang,

Jawa Pos juga tidak mau ketinggalan untuk ikut berpartisipasi dengan

memberikan fasilitas Jawa Pos yang bisa diakses melalui internet dengan alamat

situs : www.jawapos.co.id.

Ketika dalam waktu singkat Jawa Pos mampu menembus oplah di atas

100.000 eksemplar yang semula dianggap sebagai mimpi akhirnya Jawa Pos

“bermimpi” lagi dengan ambisi menembus oplah 1.000.000 eksemplar. Berbagai upaya dilakukan baik dari redaksi pemasaran maupun lainnya untuk menembus

angka itu, ternyata sulit. Jawa Pos bertahan dengan oplah 400.000 eksemplar.

Manajemen lantas memutar otak agar sumber daya dan yang dimiliki tetap optimal. Lantas muncullah ide ekspansi yakni membuat Koran-koran di daerah-daerah di Indonesia. Ide tersebut muncul dari Dahlan Iskan usai studi di Amerika. Di Negara maju, setiap kota mempunyai satu Koran dari kenyataan itu ia berasumsi bahwa di kota-kota besar di Indonesia bisa didirikan Koran di berbagai daerah di Indonesia. Ada yang menghidupkan usaha Koran yang mau gulung tikar atau tinggal SIUPPnya saja. Ada yang kerjasama dan banyak diantaranya yang


(54)

Berhasil di satu kota dilakukan di kota lain gagal, di satu kota dicoba di

kota lain dan April 2001 anak perusahaan Jawa Pos sudah mencapai 99 group.

Koran-koran yang dahulu menjadi anak perusahaan Jawa Pos kini juga

mendirikan Koran-koran, majalah atau tabloid-tabloid yang menjadi cucu dari

Jawa Pos.

Beberapa media dikelola oleh Jawa Pos di berbagai daerah di Indonesia

diantaranya adalah Suara Indonesia yang telah berganti nama menjadi Radar

Surabaya, Dharma nyata, Manuntung, Ackhya, Fajar, Riau Pos, Menado Pos,

Suara Nusa, Memorandum, Karya Dharma, Bhirawa, Mercusuar, Cendrawasih Pos, Kompetisi, Komputek, Agrobis, Liberty, Mentari, Oposisi, Gugat, Posmo,

Harian Rakyat Merdeka, Amanat, Demokrat, Harian Duta Masyarakat Baru. Media itu bisa berupa bantuan modal, baik berupa uang maupun mesin cetak ataupun sumber daya manusia.

Kini hampir di seluruh propinsi Indonesia terdapat Jawa Pos group terkecuali di Aceh dan NTT. Bisnisnya tidak hanya Koran namun juga percetakan, pabrik kertas, Real Estate, Hotel, bursa sampai travel agen. Ini semua berada di atas tangan Dahlan Iskan. Bagaimana mimpi oplah satu juta? Dahlan pun bilang “kita sudah mencapainya, kalau seluruh oplah Jawa Pos Group dikumpulkan”.


(55)

4. 1. 2. Kebijakan Redaksional Jawa Pos

Dalam menulis berita Jawa Pos terlebih dahulu melewati penyeleksian

dengan melihat situasi, kondisi, toleransi, pandangan dan jangkauan, pemuatan berita tergantung dari bobot berita tersebut. Secara tidak langsung bahwa berita yang besar atau yang mendapat perhatian masyarakat banyak dan sedang menjadi isu pembicaraan masyarakat akan mendapatkan porsi yang lebih banyak untuk

dimuat dan diulas dari berbagai aspek oleh Jawa Pos. Hal itu dilakukan Jawa Pos

untuk memenuhi keingintahuan masyarakat akan informasi-informasi yang

dibutuhkan. Jawa Pos mempunyai keinginan untuk memberikan kepuasan

informasi kepada masyarakat, untuk itu pada halaman pertama Jawa Pos

menyajikan satu tema berita dengan berbagai ulasan dari berbagai aspek atau sudut pandang.

Dibidang keredaksian kepopuleran Jawa Pos adalah membuat berita besar,

dibesarkan dengan cara judul-judul berita pada Jawa Pos dibuat dalam ukuran

besar menjadi empat lima kolom bahkan memenuhi seluruh kolom. Pemberitaan

Jawa Pos pun ber-angel-angel sehingga pembaca mendapatkan informasi dalam

berbagai perspektif. Tidak kalah radikalnya Jawa Pos mempelopori penulisan

feature yang berisi berita-berita unik dan human interest.

Menurut Jawa Pos dibutuhkan kemampuan untuk menyajikan fakta yang

sama sekaligus mengaduk-aduk emosi pembaca, semua itu tergantung dari cara reporter dalam mencari berita, menemukan sumber berita yang tepat sesuai dengan kriteria seperti kredibilitas, kompetensitas narasumber, serta kemampuan


(56)

menuliskannya kedalam sebuah teks berita. Selanjutnya adalah kemampuan redaktur dalam kesanggupan menyeleksi dan mengedit berita yang layak muat.

Begitulah proses sebuah berita dalam institusi Jawa Pos. Selain itu Jawa Pos juga

mengalami perubahan dalam halaman sambungan, dari halaman satu ke halaman

yang lain. Di Jawa Pos, sambungannya diberi judul lagi, hal ini dimaksudkan

untuk memudahkan pembaca mencari sambungan berita tersebut. Hal ini

merupakan kebijaksanaan dari layout Jawa Pos.

Pemuatan halaman Metropolis disebabkan sebagian besar pasar Jawa Pos

ada di Surabaya. Metropolis juga memuat berita-berita yang sedang berkembang

di masyarakat Surabaya. Yang dimaksud dengan berita Surabaya oleh Jawa Pos

adalah berita yang tempat kejadiannya di kota Surabaya. Namun jika pokok bahasannya terlalu mannasional maka berita itu bukan disebut sebagai berita Surabaya.

Pengaruh berita Surabaya bagi Jawa Pos sangat besar sekali. Dalam

mengejar berita, terdapat kerjasama antara wartawan dan redaktur berita. Bisa jadi satu berita diliput karena perintah redaktur atau inisiatif wartawan sendiri yang menganggap bahwa peristiwa tersebut memang layak muat, cara mendapatkan

berita yang dilakukan Jawa Pos adalah dengan menempatkan wartawan di pos

masing-masing. Ada pos kriminal, pos pemda, pos hamkam, dan lain-lain.

Pemberitaan Jawa Pos berkenaan dengan peristiwa sangatlah fleksibel, baik yang

sifatnya terencana (momentum) dan dapat juga peristiwa yang bersifat mendadak. Dalam memperkuat fakta pemberitaanya disertakan pula berbagai narasumber, para pakar serta pihak-pihak terkait dengan cara investigasi langsung. Setiap hari


(57)

Jawa Pos ada rapat perencanaan yang selalu mengevaluasi apa yang telah dikerjakan, juga menentukan apa yang diberitakan besok atau tentang kelanjutan berita sebelumnya.

Sampai dengan tahun 1985, Jawa Pos terbit dengan 16 halaman dan

ditambah suplemenronce setiap hari senin, rabu, dan sabtu. Pada perkembangan

selanjutnya, pada awal tahun 1996, Jawa Pos terbit 20 halaman. Untuk menarik

minat pembaca dan memenangkan persaingan atas ketatnya kompetisi antar

lembaga media, maka Jawa Pos melakukan berbagai terobosan termasuk

diantaranya terbit 24 halaman tiap harinya. Bahkan sekarang telah mencapai 44

halaman. Secara garis besar Jawa Pos terbagi atas tiga sesi, antara lain :

Koran I (bagian umum) memuat liputan-liputan utama mengenai peristiwa nasional maupun internasional. Koran II (olahraga) memuat berita olah raga dan hiburan. Koran III (Metropolis) memuat berita-berita tentang kota Surabaya, Sidoarjo dan Gresik.

Tabel 4.1 : Deskripsi Halaman Surat Kabar Jawa Pos

Koran I (Bagian Utama)

Mulai halaman 1-16

Halaman 1

Memuat berita-berita utama yang bernilai berita tinggi dan menyangkut kepentingan nasional ditambah dengan


(58)

kolom feature.

Halaman 2 Memuat berita-berita politik

Halaman 3 Memuat berita-berita utama Jawa Pos

Halaman 4 Memuat Jati diri, opini, surat pembaca,

gagasan dan keredaksian

Halaman 5-6 Memuat berita-berita ekonomi bisnis

Halaman 7 Memuat berita-berita internasional

Halaman 8-9 Memuat berita-berita laporan khusus

Halaman 10 Memuat berita-berita nusantara

Halaman 11 Memuat berita-berita komunikasi bisnis

Halaman 12-13 Memuat berita-berita daerah Jawa

Timur selain Surabaya

Halaman 14 Memuat berita-berita show&selebriti

Halaman 15 Memuat berita-berita sambungan dari

halaman 1

Halamn 16 Berisi tentang sosok dan sisi lain

Koran II (Bagian Olahraga)

Mulai halaman 17-28

Halaman 17-19 Memuat berita-berita seputar peristiwa

sepak bola internasional

Halaman 20-21 Memuat berita-berita seputar sepak


(59)

Halaman 22-23

Memuat berbagai iklan komersil (iklan jitu) yang dimuat secara rutin, terutama hari sabtu, antara lain mengenai lowongan pekerjaan, jual beli kendaraan dan rumah, serta aneka kebutuhan.

Halaman 24-26 Memuat tentang berita olahraga seputar

Jawa Timur (Arena Jatim)

Halaman 27

Memuat berita-berita tentang olahraga baik internasional maupun nasional selain sepak bola (Total Sport)

Halaman 28 Memuat tentang berita-berita seputar

basket (NBL Indonesia)

Koran III (Metropolis)

Mulai Halaman 29-44

Halaman 29

Berisi berita-berita seputar daerah Surabaya, beserta feature yang berkaitan dengan kejadian di wilayah regional Surabaya

Halaman 30 Memuat tentang peristiwa-peristiwa

yang berkaitan dengan Surabaya

Halaman 31 Memuat tentang berita-berita di

wilayah Surabaya selatan

Halaman 32 Memuat tentang berita-berita di


(60)

Halaman 33 Memuat berita-berita di wilayah Surabaya barat

Halaman 34 Memuat berita-berita di wilayah

Surabaya timur

Halaman 35

Halaman “Deteksi” berisi tentang berbagai kehidupan muda-mudi Surabaya dan tanggapan mereka dengan memanfaatkan metode polling

Halaman 36-38

Memuat tentang gaya (De-style, mainan (Toys), informasi kartun dan komik (anime&manga), belanja dan gaya (Shop&style), pengetahuan (Science), informasi kesehatan (Visite), dan hidup sehat (Life)

Halaman 39 Memuat tentang komunikasi bisnis

Halaman 40 Memuat halaman ruang publik, kolom,

dan opini mahasiswa

Halaman 41 Memuat berita-berita di daerah Sidoarjo

Halaman 42 Memuat berita-berita di daerah Gresik

Halaman 43 Berisi berita-berita sambungan dari

halaman 29

Halaman 44

Memuat tentang berita, festival seni dan budaya, kekeluargaan (Family) dan solusi-solusi dari tokoh-tokoh di Surabaya


(61)

4. 1. 3 Profil Perusahaan Surya

Surat kabar Surya diterbitkan pertama kali oleh PT. Antara Surya Jaya

yang bergerak dibidang penerbitan dan percetakan yang tergabung dalam group penerbitan pos kota Jakarta. PT. Antara Surya Jaya berdiri atas prakarsa Ivan Harsono di Surabaya 24 Oktober 1983.

PT. Antara Surya Jaya selain menerima order cetak juga menerbitkan surat kabar berlogo “Surya” yang diterbitkan setiap seminggu sekali. Dengan konsentrasi pemasarannya meliputi daerah Jawa Timur dan Indonesia bagian timur. Surat kabar mingguan ini memiliki kantor sekaligus divisi percetakan dalam satu lokasi yang bertempat di jalan KH. Abdul Karim 37-39 Kecamatan Rungkut Menanggal Surabaya.

Pada tanggal 10 November 1989 Surya mengubah pola terbitnya menjadi

surat kabar harian. Perbedaan surat kabar mingguan dan harian ditandai dengan

perubahan logo Surya yang semula berwarna dasar merah dengan warna putih

pada tulisannya berubah menjadi warna dasar hitam pada tulisannya. Untuk memperluas daerah pemasaran kemudian dilakukan kerja sama dengan kelompok Kompas Gramedia (KKG) Jakarta. Kegiatan operasional baik divisi penerbitan

dan divisi bisnis harian pagi Surya pindah kantor ke Jalan Basuki Rahmat 93-95

Surabaya.

Seiring dengan perkembangan masyarakat dan pasar yang menuntut

informasi secara aktual dan cepat, surat kabar Surya selalu membenahi diri


(62)

tampilan penyajian, bahasa, jenis rubrik yang ditampilkan, teknik penulisan serta

pemasaran. Harian Surya juga mengubah segmen pembacanya yang sebelumnya

bersegmen masyarakat menegah bawah menjadi menengah atas.

Surya mendapatkan surat ijin usaha penerbitan pers dari menteri penerangan pada tanggal 8 Juni 1986, yakni (SIUP) SK MENPEN No. 202/SK/MENPENA/A7/1986. Untuk menjelaskan fungsi-fungsi pers sebagai acuan dan dasar nilai yang perlu dihayati bersama oleh para jurnalisnya. Harian

Surya mengikrarkan visi dalam kebijakan keredaksionalan. Visi tersebut adalah “Manusia dan kemanusiaan serta mencoba dan permasalahannya berikut aspirasi dan hasratnya” . Visi dalam keredaksionalan ini berperan sebagai acuan dan nilai dasar yang dihayati bersama para jurnalisnya.

Dengan kemajuan dan perkembangan surat kabar Surya yang sedemikian

pesat, disamping kebijakan manajemen dan sirkulasi menyebabkan PT. Antara Surya Jaya pindah ke jalan Raya Margorejo Indah Blok D-108 Surabaya, pada tanggal 15 Maret 1997. Lokasi baru ini merupakan lokasi yang strategis untuk mendistribusikan surat kabar serta dilihat dari segi ekonomi lebih menguntungkan karena lebih dekat dengan PT. Antara Jaya, sehingga memudahkan dalam hal pengiriman plat Koran yang siap cetak.

Berdasarkan data yang terhimpun rata-rata tiras harian Surya dari tahun

1990 sampai dengan 2000 yaitu 110.000 eksemplar per hari, wilayah pemasaran di Jawa Timur dan Indonesia bagian Timur. Dengan perincian 90.235 eksemplar perhari pada kota Surabaya, pada kota Malang 24.131 eksemplar per hari, Jember


(63)

16.200 per hari, Kediri 13.375 eksemplar per hari, Madiun 9.750 eksemplar per hari, Solo 5.623 eksemplar per hari, kota-kota lain sebanyak 20.697 eksemplar per hari.

Sejak Mei 2002 tiras surat kabar Surya sudah mencapai 310.000 eksemplar

per hari. Peningkatan pemasaran ini membuktikan bahwa isi dan gaya penyajian

yang dipilih harian Surya bisa diterima masyarakat Jawa Timur khususnya

masyarakat kota Surabaya. Sejak bulan Mei 2001 kepemilikan saham yang dimiliki oleh kelompok Kompas Gramedia dan Pos kota, sekarang kepemilikannya dimiliki sepenuhnya oleh kelompok Kompas Gramedia (KKG), (Litbang Surya, 2004).

Sebagai usaha meningkatkan kualitas harian Surya mulai dengan

pembenahan gaya penyajian dan penambahan dan perubahan rubrik. Pembenahan di meja redaksi ikut serta pada bagian bisnis, antara lain bagian sirkulasi yang agresif membuka jaringan baris di daerah potensial dengan menerjukan ratusan pemasar. Begitu pula dengan bagian iklan dan promosi yang terus meningkat

dengan kerjasama dengan dengan induk Kompas.

Wujud lain dari keberhasilan surat kabar Surya sebagai produsen informasi

terlihat dari berdirinya media lain seperti :

1. Tabloid Hoplaa pada tanggal 22 Februari 1994

2. Tabloid Bangkit terbit pada tanggal 1 Oktober 1998 dibawah naungan PT. Bangkit Jaya yang awalnya setiap hari kamis kini berubah setiap hari senin


(64)

3. Harian Naga Surya (Loing Yang RI Bao) pada tanggal 1 maret 2000 dibawah naungan PT. Naga Mas Gemilang Mandiri

4. Majalah Warta Darmo pada Maret 2000 yang terbit setiap bulan

5. Majalah Fun terbit pada April 2000 yang terbit setiap awal bulan

6. Majalah Morp yang terbit pada tanggal 24 Agustus 2000 yang terbit setiap

dua minggu sekali setiap hari senin

4. 1. 4. Kebijakan Redaksional Surya

Untuk meningkatkan mutu pemberitaan, Surya menggunakan visi dengan

mengacu pada lima pedoman yang dipegang teguh, antara lain :

1. Lebih kritis dalam setiap perkembangan

2. Kontrol sosial yang lebih menonjol

3. Penyajian isi berita yang lebih jernih dan tidak terkontaminasi dengan

kepentingan lain

4. Surya selalu berpegang teguh pada kode etik jurnalistik

5. Surya lebih inovatif dalam menyajikan berita

Dalam menyajikan berita Surya selalu menyajikan informasi-informasi

yang aktual dan terpercaya. Berita yang dihadirkan Surya adalah berita-berita


(65)

melakukan pembenahan diri dalam menyajikan berita yang terbaik bagi khalayak pembaca. Hal ini terbukti dengan adanya pembenahan pada penampilan surat

kabar Surya. Sejak April 2006, Surya membenahi diri dengan merubah halaman

pemberitaan tanpa mengurangi sedikitpun kualitas pemberitaan.

Tiga seksi yang ada dalam pemberitaan Surya yaitu Nasional, Kota dan

Sport, yang kini hadir semakin padat. Pada rubrik Nasional, berita-berita yang disajikan bertambah satu halaman lagi dengan munculnya rubrik nasional dihalaman delapan, dimana sebelumnya pada halaman tersebut terdapat rubrik Jawa Timur yang berisikan berita-berita seputar Jawa Timur. Rubrik internasional

pada awalnya tampil dengan warna hitam putih, kini tampil cerah dengan full

color.

Pada seksi Sport Surya juga melakukan pembenahan diri. Di rubrik sport

tersebut ada tiga halaman rubrik baru yaitu : Football Mundial, Welfutball dan multi sport. Football mundial dan weltfutball dipersembahkan untuk para penggemar bola mancanegara. Bagi khalayak yang gemar akan sepak bola

nasional, Surya menghadirkan satu halaman fullcolor sepak bola nasional yang

berisi kiprah tim-tim divisi utama dan divisi satu. Sedangkan untuk memantau

perkembangan sepak bola lokal, Surya menyajikan di halaman 13 yang

sebelumnya pemberitaan ini berada dihalaman 21. Surya juga menghadirkan

pemberitaan tentang semua cabang olahraga melalui rubrik multi sport yang hadir dihalaman 16 yang pada pemberitaan lama rubrik ini berada di halaman 26.


(1)

Dalam pemberitaanya Surya lebih mengambil tentang proses keluarnya putusan Mahkamah Konstitusi serta pertimbangan-pertimbangan Mahkamah Konstitusi dalam mengambil keputusan tersebut. Surya juga memberitakan tentang sambutan secara antusias dari kubu yang bersaing yaitu kubu Arif dan Adies Kadir serta kubu Risma dan Bambang DH. Pemberitaan juga berisi tentang tanggapan Mahkamah Konstitusi terhadap penilaian pihak-pihak yang menganggap putusan itu memihak pasangan Arif Afandi dan Adies Kadir.

Penekanan pemberitaan Surya lebih pada kubu yang bersaing serta tanggapan Mahkamah Konstitusi terhadap peniliain putusan tersebut. Penekanan juga ada pada pertimbangan-pertimbangan keluarnya putusan Mahkamah Konstitusi dan tanggapan Mahkamah Konstitusi terhadap sengketa pilwali Surabaya. Penekanan lain juga pada penggunaan Leksikon, PNS “tak netral”, grafis foto persidangan serta grafis kutipan ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD tentang penilaian pihak-pihak tentang putusan tersebut.


(2)

104   

Tabel 4. 13 : Pembahasan Frame Keseluruhan Jawa Pos dan Surya

Dalam Kerangka Framing Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki

Struktur Jawa Pos Surya

Frame

Putusan Mahkamah Konstitusi merupakan keputusan yang tidak wajar dan memihak pasangan Arif-Adies.

Putusan Mahkamah Konstitusi untuk coblos ulang merupakan putusan yang wajar dan netral.

Sintaksis

Perspektif pemberitaan pada kubu Risma dan Bambang DH. Banyak pihak yang menilai putusan Mahkamah Konstitusi tidak wajar dan membela pasangan Arif-Adies

Proses keluarnya putusan Mahkamah Konstitusi serta sambutan secara antusias dari kubu yang bersaing dan tanggapan Mahkamah Konstitusi terhadap penilaian pihak-pihak yang menganggap putusan itu memihak salah satu pasangan.

Skrip

Penjabaran pada kejanggalan-kejanggalan putusan Mahkamah Konstitusi untuk coblos ulang.

Penekanan pada kubu yang bersaing serta tanggapan Mahkamah Konstitusi terhadap peniliain putusan tersebut.

Tematik

Putusan Mahkamah Konstitusi yang janggal menuai aksi protes dari masyarakat Surabaya.

Pertimbangan-pertimbangan keluarnya putusan Mahkamah Konstitusi dan tanggapan Mahkamah Konstitusi terhadap sengketa pilwali Surabaya.

Retoris

Penggunaan leksikon “meminta” serta penggunaan grafis poin-poin kejanggalan untuk menjelaskan putusan Mahkamah Konstitusi tidak wajar

Leksikon, PNS “tak netral”, grafis foto persidangan serta grafis kutipan ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD tentang penilaian pihak-pihak tentang putusan tersebut.


(3)

5. 1 Kesimpulan

Dari data-data yang telah ditampilkan pada bab 4, yakni hasil dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan :

Pembingkaian surat kabar Jawa Pos tentang putusan Mahkamah Konstitusi untuk coblos ulang pilkada Surabaya lebih menekankan bahwa putusan Mahkamah Konstitusi itu tidak wajar dan membela pasangan cawali Arif Afandi dan Adies Kadir. Jawa Pos dalam pemberitaannya menggunakan perspektif pasangan cawali Risma dan Bambang dalam menanggapi putusan Mahkamah Konstitusi tersebut. Jawa Pos memberitakan bahwa Mahkamah Konstitusi tidak independen dan mendapat intervensi dari elit Jakarta, yaitu para pengusung pasangan cawali Arif Afandi dan Adies Kadir.

Pembingkaian surat kabar Surya tentang putusan Mahkamah Konstitusi tersebut memberitakan bahwa putusan tersebut wajar dan tidak membela salah satu pasangan, layaknya Jawa Pos yang memihak pasangan cawali Risma dan Bambang DH. Surya lebih memberitakan tentang pertimbangan-pertimbangan Mahkamah Konstitusi dalam mengeluarkan putusan tersebut. Surya juga memberitakan tentang tanggapan Mahkamah Konstitusi atas protes dari pihak-pihak yang dirugikan atas putusan tersebut.


(4)

106   

5. 2 Saran

Dari hasil kesimpulan di atas dapat diketahui bahwa proses pemberitaan di media massa tak terkecuali surat kabar, seringkali dipengaruhi berbagai kepentingan diantaranya kepentingan ekonomi dan politik media tersebut. Hal ini terlihat dari condongnya pemberitaan surat kabar terhadap salah satu pihak yang berakibat kurang berimbangnya pengutipan sumber berita. Media juga sering menonjolkan satu isu dan cenderung mengemasnya dengan bahasa yang bombastis atau terkesan membesar-besarkan. Bahkan tidak jarang menunjukkan keberpihakannya dengan menyembunyikan atau menyampaikan secara implisit informasi-informasi yang harus diketahui oleh masyarakat.

Sebagai salah satu sarana masyarakat mencari informasi, surat kabar seharusnya tidak melibatkan kepentingan apapun, baik politis dan ekonomis media, dalam penyajian beritanya. Sehingga kedepannya surat kabar dalam pemberitaannya lebih berimbang dan tidak memihak.

Bagi penelitian selanjutnya, disarankan bagi peneliti agar memilih perangkat framing yang tepat dalam membingkai suatu berita. Seperti penelitian ini, karena berita-berita yang ada setelah dianalisis dapat masuk ke perangkat framing Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki.


(5)

Assegaf, Dja’far, 1991, Jurnalistik Massa Kini, Jakarta : Shalia Indonesia.

Cangara, Hafied, 2000, Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta : PT. Rajagrafindo Persada.

Chomsky, Noam, 2006. Politik Kuasa Media, Yogyakarta : Pinus Book Publisher. Eriyanto, 2001, Analisis Wacana, Yogyakarta : LKiS.

Eriyanto, 2004, Analisis Framing Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media, Yogyakarta : LKiS.

Kountur, Ronny, 2003, Metode Penelitian untuk Penelitian Skripsi dan Tesis, Jakarta : PPM.

Kurniawan, 2001, Semiologi Roland Barthes, Magelang : Yayasan Indonesiantara. Mc Quail, Dennis, 1989, Teori Komunikasi Massa, Jakarta : Erlangga.

Moeloeng, 1990, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung : Remaja Rosda Karya. Pareno, Sam Abede, 2005, Media Massa Antara Realitas dan Mimpi, Surabaya :

Papyrus.

Pawito, 2009, Komunikasi Politik Media Massa dan Kampanye Pemilihan, Yogyakarta : Jalasutra.

Sobur, Alex, 2001, Analisis Teks Media Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana,

Analisis Semiotik, dan Analisis Framing, Bandung : Remaja Rosdakarya.


(6)

xi   

Sudibyo, Agus, 1999, Analisis Berita Pers Orde Baru, Yogyakarta : Bigraf Publishing.

Sumadiria, AS Haris, 2005, Jurnalistik Indonesia Menulis Berita dan Feature

Panduan Praktis Jurnalis Profesional, Bandung : Simbiosa.

Media :

Jawa Pos, Edisi 1 Juli 2010 Jawa Pos, Edisi 2 Juli 2010 Jawa Pos, Edisi 4 Juli 2010 Surya, Edisi 1 Juli 2010 Surya, Edisi 2 Juli 2010 Surya, Edisi 4 Juli 2010

Non Buku :

Laksmi, Arini, 2010, Pembingkaian Berita Bailout Century (Studi Analisis Framing Tentang Bailout Century Pada Sidang Paripurna DPR pada

Surat Kabar Jawa Pos dan Kompas). Laporan Skripsi Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Jurusan Ilmu Komunikasi.


Dokumen yang terkait

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

PENILAIAN MASYARAKAT TENTANG FILM LASKAR PELANGI Studi Pada Penonton Film Laskar Pelangi Di Studio 21 Malang Town Squere

17 165 2

APRESIASI IBU RUMAH TANGGA TERHADAP TAYANGAN CERIWIS DI TRANS TV (Studi Pada Ibu Rumah Tangga RW 6 Kelurahan Lemah Putro Sidoarjo)

8 209 2

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

MOTIF MAHASISWA BANYUMASAN MENYAKSIKAN TAYANGAN POJOK KAMPUNG DI JAWA POS TELEVISI (JTV)Studi Pada Anggota Paguyuban Mahasiswa Banyumasan di Malang

20 244 2

PERANAN ELIT INFORMAL DALAM PENGEMBANGAN HOME INDUSTRI TAPE (Studi di Desa Sumber Kalong Kecamatan Wonosari Kabupaten Bondowoso)

38 240 2

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25