BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Para investor biasanya memfokuskan pada analisis profitabilitas sebelum melakukan investasi pada suatu perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan dituntut
harus selalu menjaga kondisi profitabilitasnya agar dapat stabil sehingga investor akan tertarik untuk berinvestasi pada perusahaan tersebut. Dengan profitabilitas
yang stabil perusahaan akan dapat menjaga kelangsungan usahanya, sebaliknya apabila perusahaan tidak mampu untuk menghasilkan profitabilitas yang
memuaskan maka perusahaan tidak akan mampu menjaga kelangsungan usahanya. Mengingat pentingnya profitabilitas bagi perusahaan maka perusahaan
dituntut untuk selalu meningkatkan efisiensi kerjanya sehingga dapat dicapai tujuan yang diharapkan oleh perusahaan yaitu memcapai profitabilitas yang
optimal. Cara untuk menilai profitabilitas perusahaan bermacam-macam. Dengan
adanya macam-macam cara dalam penilaian profitabilitas suatu perusahaan, maka tidaklah mengherankan kalau ada perusahaan yang berbeda-beda dalam cara
menghitung profitabilitasnya. Yang penting adalah profitabilitas mana yang akan dipergunakan sebagai alat pengukur efisiensi perusahaan yang bersangkutan.
Beberapa rasio yang dapat dipergunakan untuk mengukur profitabilitas adalah Profit Margin, Return on InvestmentReturn on asset dan Return on equity. Dalam
penelitian ini variable yang dipakai ialah return on investment ROI. Menurut Munawir 2007, 89, “Analisa ROI ini sudah merupakan tehnik analisa yang lazim
Universitas Sumatera Utara
digunakan oleh pimpinan perusahaan untuk mengukur efektivitas dari keseluruhan operasi perusahaan.” Dengan menggunakan rasio ini, akan dapat diketahui tingkat
efisiensi suatu perusahaan dalam memanfaatkan aktivanya untuk membiayai kegiatan operasional perusahaan. Rasio ini juga memberikan ukuran yang lebih
baik atas profitabilitas perusahaan karena menunjukkan efektifitas manajemen dalam menggunakan aktiva perusahaan untuk memperoleh pendapatan.
Salah satu faktor yang akan mempengaruhi ROI adalah modal kerja. Pengelolaan modal kerja yang tepat akan berpengaruh pada kegiatan operasional
perusahaan. Kegiatan operasional ini akan berpengaruh pada pendapatan yang akan diperoleh perusahaan. Pendapatan tersebut akan dikurangi dengan beban
pokok penjualan dan beban operasional atau beban lainnya sampai diperoleh laba atau rugi. Dengan kata lain, pengelolaan modal kerja ini berpengaruh pada
kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan profitabilitas. Singh 2010, menjelaskan bahwa “Working capital management is an
important component of management of corporate finance, since it directly influences firm’s profitability as well as liquidity in everyday activities.” Dalam
pendapat tersebut Singh menjelaskan bahwa manajemen modal kerja adalah suatu komponen penting dalam manajemen keuangan perusahaan, dan memberikan
pengaruh langsung pada profitabilitas dan likuiditas disetiap kegiatan setiap hari nya.
Mashady, Darminto dan Ahmad 2013 menjelaskan bahwa Modal kerja dibutuhkan oleh setiap perusahaan untuk membiayai kegiatan operasinya sehari-
hari, misalnya untuk memberikan persekot pembelian bahan mentah, membiayai
Universitas Sumatera Utara
upah gaji pegawai, dan lain – lain dimana uang atau dana yang dikeluarkan tersebut diharapkan dapat kembali lagi masuk dalam perusahaan dalam waktu
singkat melalui hasil penjualan produksinya. Modal kerja dalam perusahaan perlu ditelaah karena modal kerja penting bagi setiap perusahaan. Tanpa modal kerja
perusahaan tidak dapat melakukan kegiatan operasional sehari-hari. Karena hal tersebut diatas, maka modal kerja merupakan masalah pokok dan
topik penting yang perlu mendapat perhatian serius oleh perusahaan. Sehingga perusahaan dituntut untuk selalu meningkatkan efisiensi modal kerjanya dalam
rangka pencapaian tujuan yang diharapkan oleh perusahaan yaitu mencapai laba yang optimal. Salah satu ukuran laba yang optimal adalah ROI. Noor 2012
menjelaskan bahwa “Pengelolaan modal kerja merupakan hal yang sangat penting dalam
perusahaan, karena meliputi pengambilan keputusan mengenai jumlah dan komposisi aktiva lancar dan bagaimana membiayai aktiva ini. Perusahaan
yang tidak dapat memperhitungkan tingkat modal kerja yang memuaskan, maka perusahaan kemungkinan mengalami insolvency tak mampu
memenuhi kewajiban jatuh tempo dan bahkan mungkin terpaksa harus dilikuidasi. Aktiva lancar harus cukup besar untuk dapat menutup hutang
lancar sedemikian rupa, sehingga menggambarkan adanya tingkat keamanan margin safety yang memuaskan. Jika perusahaan menetapkan modal kerja
yang berlebih akan menyebabkan perusahaan overlikuid sehingga menimbulkan dana menganggur yang akan mengakibatkan inefisiensi
perusahaan, dan membuang kesempatan untuk memperoleh laba.”
Indikator adanya manajemen modal kerja yang baik adalah adanya efisiensi modal kerja. Efisiensi Modal Kerja adalah ketepatan cara usaha dan kerja dalam
menjalankan sesuatu yang tidak membuang waktu, tenaga, biaya dan kegunaan berkaitan penggunaan modal kerja yaitu mengupayakan agar modal kerja yang
tersedia tidak kelebihan dan tidak juga kekurangan.
Universitas Sumatera Utara
Nwankwo and Osho 2010, dikutip dari Ademola dalam European Journal of Accounting Auditing and Finance Research, 2014 menyatakan bahwa :
“Efficient working capital management involves the proper combination of current assets
and current liabilities of the business in order to keep the business going with less waste especially in terms of time, energy and goodwill.” Dalam pendapat tersebut
Nwankwo dan Osho menjelaskan bahwa manajemen efisiensi modal kerja melibatkan kombinasi yang baik antara asset lancar dan hutang lancar dalam
rangka menjaga keberlangsungan bisnis dengan tidak membuang waktu, tenaga dan goodwillbiaya.
Efisiensi modal kerja dapat dilihat dari perputaran modal kerja working capital turnover, perputaran piutang receivable turnover, dan perputaran
persediaaan inventory turnover. Dalam tulisan ini yang akan dijadikan sebagai ukuran terhadap efisiensi modal kerja adalah perputaran modal kerja working
capital turnover. Perputaran modal kerja dimulai dari saat kas diinvestasikan dalam komponen modal kerja sampai saat kembali menjadi kas. Semakin pendek
periode perputaran modal kerja sehingga perputaran modal kerja semakin tinggi maka perusahaan semakin efisien, yang pada akhirnya profitabilitas semakin
meningkat. Tetapi jika perputarannya semakin lambat, maka penggunaan modal kerja dalam perusahaan kurang efisien. Dalam penelitian ini variabel efisiensi
modal kerja diukur dengan melihat tingkat perputaran modal kerja working capital turnover.
Dalam penentuan kebijakan modal kerja yang efisien, perusahaan dihadapkan pada masalah adanya pertukaran trade off antara faktor likuiditas
Universitas Sumatera Utara
dan profitabilitas Van Horne, 2012:127. Jika perusahaan memutuskan menetapkan modal kerja dalam jumlah yang besar, kemungkinan tingkat likuiditas
akan terjaga namun kesempatan untuk memperoleh laba yang besar akan menurun yang pada akhirnya berdampak pada menurunnya profitabilitas. Sebaliknya jika
perusahaan ingin memaksimalkan profitabilitas, kemungkinan dapat mempengaruhi tingkat likuiditas perusahaan. Makin tinggi likuiditas, maka makin
baiklah posisi perusahaan di mata kreditur. Terdapat kemungkinan yang lebih besar bahwa perusahaan akan dapat membayar kewajibannya tepat pada
waktunya. Likuiditas adalah rasio yang memperhatikan hubungan aktiva lancar
terhadap kewajiban lancarnya. Nidya Afrinda 2013 menyatakan Apabila jumlah aktiva lancar terlalu kecil maka akan menimbulkan illikuid, sedangkan apabila
jumlah aktiva lancar terlalu besar akan berakibat timbulnya dana yang menganggur iddle cash, semua ini berpengaruh kepada jalannya operasi
perusahaan yang nantinya akan berpengaruh pada tingkat profitabilitas perusahaan. Likuiditas dapat dilihat dari Current Ratio, Cash Ratio dan Quick
Ratio. Dalam tulisan ini, yang akan dijadikan sebagai ukuran terhadap likuiditas adalah Quick Ratio.
Faktor lain yang mempengaruhi ROI adalah sumber dana perusahaan. Nugroho 2011 menjelaskan bahwa selain masalah tersebut di atas perusahaan
juga dihadapkan pada masalah penentuan sumber dana. Pemenuhan kebutuhan dana suatu perusahaan dapat dipenuhi dari sumber internal perusahaan, yaitu
dengan mengusahakan penarikan modal melalui penjualan saham kepada
Universitas Sumatera Utara
masyarakat atau laba ditahan yang tidak dibagi dan digunakan kembali sebagai modal. Pemenuhan kebutuhan dana perusahaan dapat juga dipenuhi dari sumber
eksternal yaitu dengan meminjam dana kepada pihak kreditur seperti bank, lembaga keuangan bukan bank, atau dapat pula perusahaan menerbitkan obligasi
untuk ditawarkan kepada masyarakat. Pemenuhan sumber dana melalui utang pinjaman akan mempengaruhi
tingkat leverage atau solvabilitas perusahaan, karena solvabilitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa jauh perusahaan menggunakan utang.
Jika perusahaan menggunakan lebih banyak hutang dibanding modal sendiri maka tingkat solvabilitas akan menurun karena beban bunga yang harus ditanggung
juga meningkat. Hal ini akan berdampak terhadap menurunnya profitabilitas. Solvabilitas dapat dilihat dari Debt to Equity Ratio dan Debt to Total Assets Ratio.
Dalam tulisan ini, yang akan dijadikan sebagai ukuran terhadap solvabilitas adalah Debt to Total Assets Ratio.
Pada dasarnya, jika perusahaan meningkatkan jumlah utang sebagai sumber dananya hal tersebut dapat meningkatkan risiko keuangan. Jika perusahaan tidak
dapat mengelola dana yang diperoleh dari utang secara produktif, hal tersebut dapat memberikan pengaruh negatif dan berdampak terhadap menurunnya
profitabilitas perusahaan. Sebaliknya jika utang tersebut dapat dikelola dengan baik dan digunakan untuk proyek investasi yang produktif, hal tersebut dapat
memberikan pengaruh yang positif dan berdampak terhadap peningkatan profitabilitas perusahaan. Fachrudin 2011 juga menjelaskan bahwa “Penggunaan
hutang dalam investasi sebagai tambahan untuk mendanai aktiva perusahaan
Universitas Sumatera Utara
diharapkan dapat meningkatkan keuntungan yang akan diperoleh perusahaan, karena aktiva perusahaan digunakan untuk menghasilkan laba.”
Dari beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, terdapat perbedaan hasil penelitian. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Aris Setia
Noor 2012, yang bertujuan menganalisis pengaruh efisiensi modal kerja, likuiditas dan solvabilitas terhadap profitabilitas pada industri barang konsumsi
menunjukkan hasil secara parsial efisiensi modal kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap profitabilitas. Secara parsial likuiditas tidak berpengaruh
berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas. Secara parsial solvabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas. Secara simultan efisiensi modal
kerja, likuiditas dan solvabilitas tidak berpengaruh terhadap profitabilitas. Sedangkan menurut hasil penelitian Difky, Darminto dan Ahmad 2013 yang
bertujuan melihat pengaruh WCT Working Capital Turnover, CR Current Ratio dan DTA Debt to Total Assets terhadap ROI pada perusahaan farmasi
yang menyatakan bahwa Variabel WCT, CR, DTA secara simultan signifikan pengaruhnya terhadap ROI dan hanya variable WCT yang berpengaruh secara
parsial terhadap ROI. Variabel CR dan DTA secara parisal tidak berpengaruh signifikan terhadap ROI.
Menurut penelitian yang dilakukan Azlan Syam 2013 yang bertujuan menganalisis variabel yang sama pada Industri barang konsumsi menyatakan
bahwa secara parsial Working Capital Turnover WCT memiliki pengaruh yang sangat signifikan terhadap return on investment ROI, secara parsial current ratio
CR memiliki pengaruh yang signifikan terhadap return on investmen ROI,
Universitas Sumatera Utara
secara parsial debt to equity ratio DER berpengaruh signifikan terhadap return on investment ROI, efisiensi modal kerja, likuiditas Current Ratio dan
solvabilitas Debt to Equity Ratio secara serempak berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas Return on Investment. Sedangkan menurut Ima Hernawati
2007 yang bertujuan menganalisis pengaruh variabel yang sama pada Industri barang konsumsi menyatakan secara parsial efisiensi modal kerja berpengaruh
positf dan signifikan terhadap profitabilitas, namun likuiditas dan solvabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas.
Menurut Setyo Budi Nugroho 2011 yang juga bertujuan melihat pengaruh dari variabel yang sama pada PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk menyatkan
bahwa efisiensi modal kerja, likuiditas dan solvabilitas secara bersama-sama tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap profitabilitas. Secara parsial,
efisiensi modal kerja, likuiditas dan solvabilitas tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap profitabilitas.
Dengan adanya perbedaan hasil penelitian atau perbedaan fenomena yang dilakukan peneliti terdahulu, sehingga saya mencoba untuk menguji kembali
variabel yang sebelumnya pernah diteliti. Penelitian ini ialah replikasi dari penelitian yang dilakukan oleh Ima Hernawati 2007. Saya menggunakan
variabel penelitian yang hamper sama dengan yang digunakan dalam penelitian oleh Ima Hernawati. Perbedaannya ialah Ima Hernawati menggunakan ukuran
Current Ratio dalam menghitung likuiditas, dan saya menggunakan Quick Ratio dalam menghitung likuiditas. Selain itu Ima Hernawati melakukan penelitian
terhadap Industri Barang Konsumsi di BEJ periode tahun 2002 – 2005 dan saya
Universitas Sumatera Utara
melakukan penelitian terhadap Perusahaan Properti dan Real Estate yang terdaftar di BEI periode tahun 2009 – 2013.
Properti dan real estate merupakan salah satu alternatif investasi yang diminati investor. Industri properti dan real estate merupakan industri dengan
prospek yang cukup baik mengingat semakin pesatnya pertambahan produk dan pertambahan pendapatan masyarakat sehingga mendorong peningkatan
permintaan dan penawaran tempat tinggal. Selain itu fakta bahwa harga tanah yang cenderung naik dari tahun ke tahun dikarenakan jumlah tanah terbatas akan
meningkatkan jumlah permintaan karena semakin bertambahnya jumlah penduduk.
Perusahaan properti dan real estate merupakan salah satu sektor industri yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia BEI. Perkembangan industri properti dan
real estate begitu pesat saat ini dan akan semakin besar di masa yang akan datang. Hal ini disebabkan oleh semakin meningkatnya jumlah penduduk sedangkan
supply tanah bersifat tetap. Diawal tahun 1968, industri properti dan real estate mulai bermunculan dan mulai tahun 80-an, industri properti dan real estate sudah
mulai terdaftar di BEI. Hal ini terlihat dengan semakin banyaknya pembangunan di sektor perumahaan, apartemen, pusat-pusat perbelanjaan mall and trade
center, gedung-gedung perkantoran dan lain – lain. Adapun jumlah perusahaan properti dan real estate yang terdaftar di BEI pada saat ini tahun 2014 berjumlah
49 perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
Motivasi peneliti dalam penelitian ini adalah ingin melihat bagaimana pengaruh efisiensi modal kerja dalam hal ini Working Capital Turnover WTC,
Likuiditas Quick Ratio, Solvabilitas DAR, terhadap Return on Investment. Berdasarkan fenomena dan uraian di atas serta adanya ketidakkonsistenan
hasil penelitian, membuat peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan
judul “Analisis Pengaruh Efisiensi Modal Kerja, Likuiditas dan Solvabilitas Terhadap
Return On Investment ROI Pada Perusahaan Properti dan Real Estate Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2009 – 2013”.
1.2 Perumusan Masalah