hukum internasional. Sedangkan cakupannya adalah hak dan kewajiban serta cara-cara pemenuhannya dalam usahanya untuk memenuhi kebutuhannya, yaitu
bagi konsumen mulai dari usaha untuk mendapatkan kebutuhannya dari pelaku usaha, meliputi informasi, memilih harga sampai pada akibat-akibat yang timbul
karena penggunaan kebutuhan itu, misalnya untuk mendapatkan penggantian kerugian. Sedangkan bagi pelaku usaha meliputi kewajiban yang berkaitan
dengan produksi, penyimpanan, peredaran, dan perdagangan produk, serta akibat dari pemakaian produk itu.
Jika perlindungan konsumen diartikan sebagai segala upaya yang menjamin adanya kepastian pemenuhan hhak-hak konsumen sebagai wujud
perlindungan kepada konsumen, maka hukum perlindungan konsumen tiada lain adalah hukum yang mengatur upaya-upaya untuk menjamin terwujudnya
perlindungan hukum terhadap kepentingan konsumen. Dengan memadukan uraian diatas, hukum perlindungan dapat didefinisikan
19
: Keseluruhan peraturan hukum yang mengatur hak-hak dan
kewajiban-kewajiban konsumen dan produsen yang timbul dalam usahanya untuk memenuhi kebutuhannya, dan mengatur upaya-
upaya untuk menjamin terwujudnya perlindungan hukum terhadap kepentingan konsumen.
2.1.5 Dasar Hukum Perlindungan Konsumen
Sebagaimana telah dikemukakan diatas bahwa di Indonesia telah banyak dikeluarkan peraturan perundang-undangan mengenai perlindungan konsumen,
mulai dari tingkat undang-undang sampai pada peraturan-peraturan tingkat menteri dan peraturan instansi di bawahnya. Di antara peraturan perundang-
undnagan itu, ada yang dibuat sejak sebelum masa kemerdekaan dan kini masih
19
Ibid, H. 39.
berlaku setelah mengalami penyesuaian, perubahan, atau penambahan sesuai dengan kebutuhan.
Dalam Country Report delegasi Indonesia pada ASEAN Consumer Protection Seminar, yang diselenggarakan di Manila pada 30 September sampai 4
Oktober 1980, antara lain, dimuat lampiran perundang-undangan yang ada hubungannya dengan perlindungan konsumen, yaitu yang berhubungan dengan
barang dan jasa sebanyak 18 buah, pengawasan mutu dan keamanan barang sebanyak 14 buah, perdagangan sebanyak 8 buah, dan masalah lingkungan hidup
sebanyak 10 buah.
20
Sedangkan dalam Simposium Aspek-Aspek Hukum Masalah Perlindungan Konsumen pada tanggal 16-18 Oktober 1980 di Jakarta, R. Sianturi
menyebutkan sebanyak 119 buah peraturan di bidang kesehatan terdiri atas obat- obatan sebanyak 56 buah, makanan dan minuman sebanyak 15 buah, bidang
kosmetika dan alat kesehatan sebanyak 8 buah, dan jasa pelayanan kesehatan sebanyak 40 buah.
21
Setelah tahun 1980 tantu masih banyak lagi peraturan perundang- undangan yang berhubungan dengan perlindungan konsumen yang telah
dikeluarkan oleh pemerintah, terutama peraturan yang lebih rendah dari undang- undang, berkaitan dengan program deregulasi di segala bidang yang digalakkan
sejak tahun 1988. Namun, membuat peraturan perlindungan konsumen dalam satu undang-undang tersendiri barulah terealisasi melalui Undang-Undang Nomor
20
Permadi, 1986, Penerapan Peraturan Perundang-Undangan dan Manfaat bagi Kegiatan Perlindungan Konsumen, makalah pada Lokakarya Peningkatan Perlindungan Konsumen,
Departemen Perdagangan Republik Indonesia, 28-30 Juni 1986, H. 8.
21
R. Sianturi, 1980, Perlindungan Konsumen Dilihat dari Sudut Perundang-Undangan Kesehatan, makalah pada Simposium Aspek-Aspek Hukum Masalah Perlindungan Konsumen,
BPHN, 16-18 Oktober 1980, Binacipta, Jakarta, H. 48.
8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen UUPK, yang diundangkan pada tanggal 20 April 1999 dalam Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 42, dan
berlaku efektif satu tahun setelah diundangkan, yaitu sejak tanggal 20 April 2000. Sebelum undang-undang ini lahir, sekurang-kurangnya telah ada 2
Rancangan Undang-Undang RUU tentang Perlindungan Konsumen; 1 yang dipersiapkan oleh Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia YLKI dan 1 lagi
dipersiapkan oleh Tim Kerja Fakultas Hukum Universitas Indonesia dengan Departemen Perdagangan Republik Indonesia. Telah dilangsungkan pula
berbagai pertemuan ilmiah yang membahas dan mengkaji perlindungan hukum terhadap konsumen ini. Di tingkat undang-undang, sebelum berlakunya UUPK
tersebut, telah ada beberapa undang-undang yang secara tidak langsung bertujuan untuk melindungi konsumen dapat disebutkan sebagai berikut
22
: 1. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata KUHPerdata Staatsblad Tahun 1847
Nomor 23, Bagian HUkum Perikatan Buku III, khususnya mengenai wanprestasi Pasal 1236 dan seterusnya dan perbuatan melawan hukum
Pasal 1365 dan seterusnya;
2. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana KUHP; 3. Ordonansi tentang Barang Berbahaya, Stb. 1949-337;
4. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1961 tentang Barang; 5. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1962 tentang Hygiene untuk Usaha-Usaha
Umum; 6. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1965 tentang Pendaftaran Gedung;
7. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1966 tentang Hygiene; 8. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan
Daerah; 9. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal;
10. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan; 11. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1982 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok
Pengelolaan Lingkungan Hidup perubahan atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup;
12. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian; 13. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1985 tentang Ketenagalistrikan;
22
Janus Sidabalok, op.cit, H. 41.
14. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1987 tentang Kamar Dagang dan Industri; 15. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan;
16. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994 tentang Agreement Establishing the
World Trade
Organization Persetujuan
Pembentukan Organisasi
Perdagangan Dunia; 17. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas yang
diganti dengan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas;
18. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil yang sudah diganti dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro,
Kecil, dan Menengah; 19. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan yang sudah diganti
dengan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan; 20. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1997 tentang Perubahan atas Undang-
Undang Nomor 7 Tahun 1987 tentang Hak Cipta; 21. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1997 tentang Perubahan atas Undang-
Undang Nomor 6 Tahun 1989 tentang Paten; 22. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1997 tentang Perubahan atas Undang-
Undang Nomor 19 Tahun 1989 tentang Merek; 23. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1997 tentang Penyiaran;
24. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan dan dilengkapi dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang
Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial serta Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja;
25. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang- Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan;
26. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larang Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat;
27. Dan lain-lain. Peraturan perundang-undangan yang mengandung aspek perlindungan
konsumen itu dapat dikelompokkan kedalam empat bagian besar, yaitu bidang perindustrian, perdagangan, kesehatan, dan lingkungan hidup. Dengan
berlakunya Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen tersebut, maka ketentuan dalam perundang-undangan sebelumnya
masih dapat berlaku sejauh belum diatur yang baru menurut undang-undang tersebut atau jika tidak bertentangan dengan uindang-undang tersebut. Pasal 64
UUPK menyebutkan :
Segala ketentuan peraturan perundang-undangan yang bertujuan melindungi konsumen yang telah ada pada saat undang-undang ini
diundangkan, dinyatakan tetap berlaku sepanjang tidak diatur secara khusus danatau tidak bertentangan dengan ketentuan dalam
undang-undang ini.
Dengan demikian, UUPK ini dapat dijadikan sebagai payung umbrella act bagi perundang-undangan lain yang bertujuan untuk melindungi konsumen, baik yang
sudah ada maupun yang masih akan dibuat nanti.
2.2 Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen