4. Makna leksikon deiksis persona yang ditemukan dalam komik
Marsupilami 3 Mars le noir
karya Franquin. Setiap konteks ujaran memiliki makna atau inferensi secara implisit dan eksplisit.
C. Batasan Masalah
Tidak semua permasalahan akan dibahas dalam penelitian ini. Supaya kajiannya lebih fokus maka dilakukan pembatasan masalah. Masalah-masalah
yang akan dibahas adalah sebagai berikut : 1.
Bentuk leksikon deiksis persona yang terdapat dalam komik
Marsupilami 3 Mars le noir
karya Franquin. 2.
Peran deiksis persona yang terdapat dalam komik
Marsupilami 3 Mars le noir
karya Franquin.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada identifikasi masalah serta pembatasan masalah di atas maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
1. Bentuk leksikon deiksis persona apa sajakah yang terdapat dalam komik
Marsupilami 3 Mars le noir
karya Franquin? 2.
Bagaianakah peran deiksis persona yang terdapat dalam komik
Marsupilami 3 Mars le noir
karya Franquin ?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mendeskripsikan bentuk-bentuk leksikon deiksis persona yang terdapat
dalam komik
Marsupilami 3 Mars le noir
karya Franquin. 2.
Mendeskripsikan peran deiksis persona yang terdapat dalam komik
Marsupilami 3 Mars le noir
karya Franquin.
F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat. Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini meliputi :
1. Bagi pembelajar bahasa Prancis, penelitian ini dapat memberikan masukan
dalam pemahaman leksikon-leksikon deiksis persona bahasa Prancis. 2.
Bagi para pengajar, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam ketrampilan membaca.
3. Bagi peneliti, hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai acuan untuk
penelitian selanjutnya mengenai deiksis persona.
7
BAB II KAJIAN TEORI
A. PRAGMATIK
Pragmatik dan semantik merupakan dua ilmu yang sama-sama mengkaji tentang makna. Perbedaan yang terlihat antara semantik dan pragmatik terdapat pada
definisi berikut. Pragmatik adalah telaah mengenai segala aspek makna yang tercakup di dalam teori semantik. Sedangkan semantik adalah makna kalimat yang lebih
menekankan pada tuturan Purwo, 1990 : 16. Dengan demikian, semantik mempelajari tentang makna kata atau kalimat, sedangkan pragmatik mempelajari
makna yang terikat konteks. George Yule 1996 : 3 menyatakan bahwa pragmatik adalah studi tentang
makna yang disampaikan oleh penutur atau penulis kepada mitra tutur atau pembaca. Studi pragmatik melibatkan penafsiran tentang apa yang dimaksudkan penutur dalam
konteks khusus dan bagaimana konteks tersebut berpengaruh terhadap apa yang diucapkan. Penutur perlu mempertimbangkan bagaimana cara untuk mengatur apa
yang ingin mereka katakan sesuai dengan orang yang diajak bicara, di mana, kapan, dan dalam keadaan apa.
Levinson 1983 dalam bukunya yang berjudul
Pragmatics
, memberikan beberapa batasan tentang pragmatik. Beberapa batasan yang dikemukakan Levinson
antara lain mengatakan bahwa pragmatik adalah kajian hubungan antara bahasa dan
konteks yang mendasari penjelasan pengertian bahasa. Dalam batasan ini berarti untuk memahami pemakaian bahasa kita dituntut memahami pula konteks yang
melingkupi pemakaian bahasa tersebut. Batasan lain yang dikemukakan Levinson mengatakan bahwa pragmatik adalah kajian tentang kemampuan pemakai bahasa
untuk mengaitkan kalimat-kalimat dengan konteks yang sesuai bagi kalimat-kalimat itu.
Berdasarkan beberapa asumsi para ahli, secara garis besar definisi pragmatik tidak dapat terlepas dari bahasa dan konteks. Oleh karena itu, dapat disimpulkan
bahwa pragmatik merupakan cabang linguistik yang mempelajari makna pemakaian sebuah bahasa oleh penutur kepada mitra tutur yang sesuai dengan konteks dan situasi
berbahasanya. Pemilihan kosa kata dalam tindak bahasa benar-benar memperhatikan konteks serta situasi yang melatar belakanginya.
Konteks merupakan salah satu sarana pemerjelas suatu maksud. Sarana tersebut berupa bagian ekspresi yang dapat mendukung kejelasan suatu maksud dan
berupa situasi yang berhubungan dengan suatu kejadian. Maksud sebuah peristiwa tutur dapat dilihat dari makna bahasa yang diwujudkan melalui fitur-fitur semantik
yang digunakan untuk menjelaskan makna sebuah leksikon. Sedangkan, Situasi suatu kejadian berhubungan dengan komponen tutur. Konteks dalam sebuah peristiwa tutur
dapat dijelaskan melalui komponen tutur. Hymes via Sumarsono, 2009 : 334-335 merumuskan delapan komponen tutur yang selanjutnya disingkat dengan akronim