IV. Kerusakan pada gusi atau jaringan lunak rongga mulut. 1. Laserasilaceration, merupakan suatu luka terbuka pada jaringan lunak yang
disebabkan oleh benda tajam seperti pisau atau pecahan luka. Luka tersebut berupa robeknya jaringan epitel dan subepitel.
2. Kontusiocontusio, yaitu luka memar yang biasanya disebabkan oleh pukulan benda tumpul dan menyebabkan terjadinya perdarahan pada daerah submukosa tanpa
disertai sobeknya daerah mukosa. 3. Luka abrasiabrasion, yaitu luka pada daerah superfisial yang disebabkan
karena gesekan atau goresan suatu benda, sehingga terdapat permukaan berdarah atau lecet.
A B C D E F G H
I J K L M N
Gambar 3. A. Infraksi infarction B. Fraktur enamel enamel fracture C. Fraktur enamel-dentin enamel-dentin fracture D. Fraktur enamel-
dentin-pulpa enamel-dentin-pulp fracture E. Fraktur makhkota- akar kompleks uncomplicated crown-root fracture F. Fraktur
makhkota-akar tidak kompleks complicated crown-root fracture G. Fraktur akar root fracture H. Fraktur alveolar alveolar
fracture I. Konkusi concussion J. Subluksasi subluxation K. Intrusi intrusion L. Ekstrusi extrusion M. Luksasi lateral
lateral luxation N. Avulsi avulsion
25
2.4 Penanganan Trauma Gigi
Penanganan trauma gigi yang tepat sangat berpengaruh pada vitalitas dan proses penyembuhan gigi serta jaringan sekitarnya. Penanganan trauma gigi itu meliputi 2 aspek
penting yaitu manajemen emerjensi dan perawatan pada gigi yang mengalami trauma. Bila terjadi trauma gigi anak di sekolah, guru sebagai orang terdekat seharusnya
mempunyai pengetahuan dan ketrampilan yang adekuat serta benar supaya dapat melakukan manajemen emerjensi pada anak secepat mungkin dan tidak memburukkan
hasil prognosis gigi anak.
18
Avsar A., mengatakan bahwa dari 98 anak yang disurvei, hanya 32 anak mendapatkan perawatan emerjensi dalam waktu 24 jam.
26
Langkah selanjutnya yang harus dilakukan setelah dilakukan manajemen emerjensi adalah anak
harus dibawa ke dokter untuk mendapatkan perawatan trauma yang optimal.
18
2.4.1 Manajemen Trauma Gigi Oleh Guru Sekolah Penelitian yang dilakukan di Christian Dental College and Hospital, Ludhiana,
India menemukan bahwa hanya 30 guru memiliki pengetahuan tentang berbagai hal mengenai pertolongan pertama, gigi patah, avulsi gigi dan, antara lain. Mayoritas guru
akademik tidak pernah mengikuti atau mendapat pelatihan pertolongan pertama sementara lebih dari 93 guru pendidikan jasmani belum pernah menerima pelatihan
manajemen trauma gigi.
27
Tabel di bawah menunjukkan bahwa pengetahuan guru sekolah mengenai manajemen trauma adalah rendah. Guru sekolah adalah orang yang
terdekat kepada anak apabila terjadinya suatu kejadian trauma di sekolah. Oleh sebab itu maka guru harus tahu tentang manajemen trauma gigi anak.
Tabel 2. Pengetahuan guru sekolah mengenai managemen trauma
28
Soal Responsi n
Ya Tidak
Apakah topik pertolongan pertama” termasuk dalam pelatihan guru?
95 14
Apakah anda mendapat pelatihan resmi dalam pertolongan pertama dengan menyertai kursus dengan sendiri ?
42 67
Apakah kursus “pertolongan pertama” meliputi topik ‘manajemen trauma dental’ ?
11 98
Apakah anda pernah mengikuti kursus ‘manajemen trauma dental’ ?
27 82
Anak dapat mengalami pendarahan, muntah dan pingsan setelah terjadi suatu kejadian trauma. Anak yang mengalami pendarahan, guru sekolah harus dapat
menghentikan pendarahan dengan cara memberikan tekanan pada luka dengan perban bersih. Jika dicurigai adanya fraktur pada gigi, tenangkan anak dengan perlahan.Jika
perdarahan terus tak terkendali segera menelpon orang tua anak dan membawa anak ke rumah sakit bila diperlukan dilakukan penjahitan.
29
Cedera kepala disertai hilang kesadaran, terjadi hanya 5 pada anak. Kebanyakan anak kehilangan kesadaran yang terjadi hanya dalam waktu singkat akan pulih dengan
perawatan yang dilakukan. Baringkan anak dalam posisi datar dan tinggikan kaki.Longgarkan pakaian di sekitar leher dan pinggang. Jika anak merasa lebih baik,
dipindahkan ke daerah yang tenang, dan ke ruangan isolasi untuk beristirahat. Jika siswa tidak sadar segera dibawa ke rumah sakit dan hubungi orang tuanya.
29
Anak yang memiliki setidaknya satu episode muntah setelah cedera kepala dalah kira-kira 10.Anak yang muntah setelah cedera kepala tidak selalu memiliki cedera otak
yang serius.Baringkan anak di tempat yang privasi dan berikan ruang yang cukup. Letakkan kain basah yang dingin ke wajah anak atau dahi.Berikan makanan atau obat-
obatan.Menawarkan minum cairan yang mengandung gula seperti teh manis, jika siswa haus. Biarkan istirahat sehingga bisa kembali ke keaadan seperti biasa, jika tidak
menelpon orang tuanya.
29
Semakin cepat gigi tersebut dirawat, semakin baik prognosisnya. Maka, guru sekolah harus tahu manajemenapabila terjadinya trauma gigi
pada anak di sekolah.
20
2.4.1.1 Manajemen Gigi Luksasi Gigi yang mengalami trauma klasifikasi luksasi mempunyai 3 tipe yaitu ekstrusi,
luksasi lateral dan intrusi.
30
1. Gigi ekstrusi : Gigi terdorong keluar sedikit dari soket di mana gigi terlihat panjang. Reposisi gigi ke dalam soket menggunakan tekanan jari. Menstabilkan gigi
dengan lembut dengan menggigit handuk atau sapu tangan. Segera ke dokter gigi. 2. Luksasi lateral : Gigi didorong kembali atau ditarik ke depan. Coba posisikan
gigi menggunakan tekanan jari. Anak mungkin memerlukan anestesi lokal untuk memposisikan gigi, jika demikian, stabilkan gigi dengan lembut dengan menggigit
handuk atau sapu tangan. Segera ke dokter gigi. 3. Gigi intrusi : Gigi terdorong masuk ke gusi di mana gigi terlihat pendek. Jangan
melakukan apa-apa dan tidak melakukan reposisi gigi. Segera ke dokter gigi.
2.4.1.2 Manajemen Gigi Fraktur Jika gigi fraktur, sisa gigi yang fraktur dicari dan simpan dan dibawa ke dokter
gigi. Bagian gigi yang tersisa distabilkan di mulut dengan menggigit handuk atau sapu tangan untuk mengontrol pendarahan.Jika rasa sakit terjadi, batasi kontak dengan
gigiyang lain, udara atau lidah. Jika terdapat keterlibatan pulpa, maka anak akan mempunyai keluhan terhadap rasa sakit. Anak harus segera dibawa ke dokter gigi
bersama dengan sisa gigi fraktur.
30
2.4.1.3 Manajemen Gigi Avulsi Gigi avulsi adalah terlepasnya gigi dari soketnya karena cedera yang tidak
disengaja atau pun disengaja, yang mengakibatkan hilangnya gigi yang sehat. Gigi yang hilang harus diambil dengan cara memegang pada mahkota atau bagian enamel gigi dan
tidak pada akar gigi. Jika gigi kotor atau terkontaminasi, harus dibilas dengan susu atau air dengan lembut. Jangan di simpan dalam air. Jika gigi diposisikan kembali waktu 5-30
menit setelah avulsi, ada kesempatan untuk penyembuhan berhasil dan gigi dapat dipertahankan. Batas waktu yang ideal disarankan adalah 20 menit atau kurang. Jika guru
sekolah mengetahui cara replantasi gigi dengan tepat, maka replantasi gigi harus segera dilakukan.Jika gigi tidak dapat direplantasi kembali dalam waktu 30 menit, gigi tersebut
harus disimpan dalam media penyimpanan yang sesuai dan datang ke praktek dokter gigi untuk perawatan.
30
2.4.1.3.1 Media Transportasi untuk Gigi Avulsi Penelitian Claudia M et. al.tentang media penyimpanan bagi gigi avulsi adalah
pemantauan tentang kemungkinan cara menyimpan gigi avulsi dan efektivitasnya dalam pemeliharaan vitalitas seluler.Terdapat banyak jenis media penyimpanan atau transportasi
untuk gigi avulsi antaranya adalah:
31
A. Air Kelapa Cocos nucifera pada umumnya dikenal sebagai Tree of Life, adalah minuman alami yang dihasilkan secara biologis dan dikemas kedap udara di dalam
buah kelapa. Komposisi elektrolit dari air kelapa menyerupai cairan intraseluler yang lebih erat dari plasma ekstraseluler. Zat utama yang terkandung dalam air kelapa antara
lain kalium, kalsium, dan magnesium, sedangkan natrium, klorida, dan fosfat, ditemukan dalam jumlah konsentrasi yang lebih rendah. Air kelapa merupakan cairan hipotonik
dibandingkan plasma, dan memiliki gravitasi spesifik sekitar 1,020 sebanding dengan plasma darah. Air kelapa memiliki osmolaritas tinggi karena adanya kandungan gula
didalamnya, terutama glukosa dan fruktosa, juga kaya akan banyak asam amino esensial antara lain lisin, sistin, fenilalanin, histidin, dan tryptophan. Air kelapa mudah diterima
oleh tubuhmanusia dan merupakan sarana yang aman untuk rehidrasi terutama pada pasien yang menderita defisiensi kalium. Air kelapa telah terbukti memiliki efektivitas
yang sebanding dengan cairan elektrolit komersial dalam memperpanjang waktu bertahan pada pasien sakit. Air kelapa juga unggul dalam melakukan pemeliharaan untuk
kelangsungan hidup sel-sel ligamen periodontal karena adanya berbagai nutrisi di dalamnya seperti protein, asam amino, vitamin, dan mineral.
32
B. Air liur Air liur dapat digunakan sebagai media penyimpanan untuk waktu singkat, namun
dapat merusak sel-sel ligamen periodontal jika dibiarkan dalam air liur selama lebih dari satu jam. Osmolalitas air liur adalah jauh lebih rendah daripada fisiologis60-70
mOsmkg, dengan demikian, meningkatkan efek kontaminasi bakteri. Satu-satunya keuntungan dari air liur sebagai media penyimpanan adalah ketersediaan.
31
C. Larutan saline Larutan saline menyediakan osmolalitas280 mOsmkg dan meskipun kompatibel
dengan sel-sel ligamen periodontal, tetapi tidak memiliki nutrisi penting seperti magnesium, kalsium dan glukosa yang diperlukan untuk kebutuhan metabolisme normal
dari sel-sel ligamen periodontal. Blomlof et. al., menyatakan bahwa larutan garam itu berbahaya bagi sel-sel ligamen periodontal pada gigi avulsi jika digunakan selama lebih
dari dua jam.
31
D. Gatorader Gatorader, menurut Harkacz et. al., tidak memadai menjadi sebuah media
penyimpanan gigi avulsi karena pH-nya sekitar 2,91 dan osmolalitas 407 mOsmkg. Menurut Chamorro et. al., ketika sel-sel yang terkena Gatorader, membran sel halus akan
rusak karena pH yang rendah, yang dapat menghambat sel untuk tumbuh. Berdasarkan osmolalitas, Gatorader adalah hipertonik, dapat membuat sel-sel kehilangan air.
31
E. Putih telur Khademi et. al.membandingkan susu dan putih telur sebagai media untuk
menyimpan gigi avulsi, dan hasilnya menunjukkan bahwa gigi disimpan dalam putih telur selama 6 hingga 10 jam lebih baik daripada yang disimpan dalam susu. Osmolalitas
putih telur adalah antara 251 dan 298 mOsmkg. Sousa et. al., telah menganalisis secara mikroskopis bahwa ligamen periodontal pada yang gigi diekstraksi melekat kembali
setelah satu jam dari waktu extra-alveolar, dibandingkan dengan susu, putih telur dan air liur buatan. Hasil gigi disimpan dalam susu dan putih telur adalah serupa dari segi faktor
serat kolagen dan jumlah sel dibandingkan air liur buatan memiliki hasil lebih rendah. Berdasarkan penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa putih telur bisa menjadi medium
yang sempurna untuk menyimpan gigi avulsi.
31
F. Susu The American Association of Endodontics menunjukkan susu sebagai bahan untuk
gigi avulsi, untuk vitalitas ligamen periodontal selular manusia. Susu secara signifikan lebih baik daripada larutan lain untuk sifat fisiologisnya, termasuk pH dan osmolalitas
yang kompatibel dengan sel dari ligamen periodontal, maka dapat menjadi bebas dari bakteri,tetapi penting bahwa gigi diletakkan dalam susu dalam 20 menit pertama setelah
avulsi. Hasil yang menguntungkan dengan menggunakan susu sebagai media penyimpanan atau transportasi karena adanya zat-zat gizi seperti aminoacids, karbohidrat
dan vitamin. Pasturasisusu bertanggung jawab untuk mengurangi jumlah bakteri dan zat bakteriostatik, juga untuk kehadiran aktif enzim, yang dapat membahayakan fibroblas
dari ligamen periodontal. Blomlof et. al., Trope dan Friedman merekomendasikan susu sebagai media
penyimpanan yang sangat baik untuk 6 jam, namun, susu tidak dapat menghidupkan kembali sel-sel mati. Gigi avulsi yang dibiarkan dan kemudian dimasukkan ke dalam
susu sebelum replantasi mungkin tidak dapat di replantasi karena gigi menjadi tidak vital.
31
G. Hank’s Balanced Salt SolutionHBSS adalah larutan garam standar yang banyak digunakan dalam penelitian biomedis untuk mendukung pertumbuhan berbagai
jenis sel. Larutan ini adalah non-toksik, melainkan biokompatibel dengan sel ligamen periodontal, pH seimbang sebesar 7,2 dan memiliki osmolalitas 320 mOsmkg. Hal ini
terdiri dari 8 gL natrium klorida, 0,4 gL dari D-glukosa, 0,4 gL kalium klorida, 0,35 gL natrium bikarbonat, 0,09 gL natrium fosfat, 0,14 gL kalium fosfat; 0,14 gL kalsium
klorida, 0,1 gL magnesium klorida dan 0,1 gL magnesium sulfat Industri Biologi, Beit Haemek.
31
Penelitian Krasner juga sesuai dengan penelitian Claudia M, HBSS adalah larutan terbaik untuk menyimpan gigi avulsi.Ini tidak memerlukan pendinginan dan dapat
disimpan di rak selama 2 tahun dan telah direkomendasikan dan berhasil digunakan sebagai media penyimpanan oleh dokter dan peneliti. HBSS merupakan bahan yang
efektif dalam menjaga sel ligamen periodontal gigi avulsi kemudian memperbaharui sel ligamen periodontal yang kurang vitalitasnya dan mempertahankan tingkat keberhasilan
unggul jika gigi yang avulsi direndam di dalamnya selama 30 menit. Ashkenazi et. al. juga setuju dengan Hank’s Balanced Salt Solutionadalah media yang paling efektif untuk
menjaga vitalitas, mitogenisitas dan clonogenic kapasitas sel ligamen periodontal sampai 24 jam pada 4
◦ C, bila dibandingkan dengan media kultur media Eagle ditambah dengan 15 serum janin anak sapi dan solusi antibiotik. [ 100 UI mLPenisilin, Gentamisin
50 μgmL dan 0,3 mg mL Fungizone]. Hank’s Balanced Salt Solutiontersedia secara
komersial dengan osmolalitas dan pH yang ideal.
31
H. Viaspan Belzer VW-CSS, Du Pont Farmasi, Wilmington, DE, Amerika Serikat adalah sarana yang digunakan untuk transportasi organ yang akandicangkokkan
dan telah sangat efektif untuk menyimpan gigi avulsi. ViaSpan memiliki osmolalitas 320 mOsm kg, yang memungkinkan pertumbuhan sel dengan baik. PH-nya sekitar 7,4 pada
suhu kamar, ideal untuk pertumbuhan sel. ViaSpan adalah media penyimpanan terbaik dan setelah 18 jam, masih ada 37,6 dari sel-sel hidup. Ashkenazi et. al. telah
mengevaluasi efektivitas 6 media penyimpanan yang berbeda untuk gigi avulsi yaitu, medium kultur, medium Eagle, susu, Hank’s Balanced Salt Solution, ViaSpan dan
conditioned mediumuntuk pengamatan fibroblas dari ligamen periodontal. Kapasitas klonogenik dari sel-sel yang disimpan di ViaSpan selama 8 jam adalah lebih tinggi
dibandingkan dengan Hank’s Balanced Salt Solutiondan susu. ViaSpan adalah yang paling efektif dalam menjaga vitalitas dan mitogenisitas. Biaya ViaSpantinggi USD 300
per liter, tanggal vitalitas yang singkat beberapa bulan dan kesulitan untuk menemukan
hanya beberapa toko obat dan rumah sakit memilikinya, menjadikan sulit untuk digunakan sebagai media penyimpanan.
31
2.4.1.4 Manajemen Laserasi Jaringan Lunak Laserasi jaringan lunak sering terjadi pada bibir dan gingiva. Semua jenis trauma
gigi sering disertai dengan cedera jaringan lunak, termasuk perdarahan, bengkak, dan luka.Dampak frontal
trauma yang terkena oleh bibir atas dapat
mengakibatkanperpindahan gigi dari soketnya serta laserasi pada bibir dan gusi. Manajemen emerjensi adalah untuk memberikan tekanan dengan kasa steril atau kain
steril untuk mengontrol perdarahan dan kemudian segera membawa anak ke dokter gigi.
30
2.4.2 Perawatan oleh Dokter Gigi Perawatan yang dilakukan oleh dokter gigi harus berdasarkan pada diagnosis yang
tepat.
18
Pengobatan trauma gigi bervariasi, tergantung pada cedera tertentu yang terlibat misalnya, fraktur, avulsi atau luksasi.
33
Tujuan pengobatan untuk trauma gigi adalah mengembalikan gigi dan fungsi gigi sebelum trauma terjadi. Fungsi normal dikembalikan jika ada sebelum peristiwa trauma
dengan melakukan reposisi gigi jika terjadi reposisi, dan bagi trauma patah tulang memerlukan perawatan patah tulang serta posisi yang tepat dari jaringan lunak
periodontal.
34
2.4.2.1 Perawatan gigi dan jaringan sekitarnya A. Infraksi enamel Enamel infarction
Infraksi adalah fraktur inkomplit tanpa hilangnya substansi gigi dan garis fraktur berujung pada enamel dentinal junction. Garis infraksi akan terlihat jelas dengan
menggunakan cahaya langsung dengan arah paralel terhadap sumbu panjang gigi. Perawatan khusus tidak diperlukan pada kasus ini dan pasien hanya disarankan untuk
kontrol rutin untuk pemeriksaan gigi.
18
B. Konkusi Concussion Pada kasus ini biasanya tidak memerlukan tindakan perawatan. Kondisi gigi
diperhatikan selama minimal 1 tahun. Instruksi pasien makan makanan lembut selama 1
minggu. Prognosis gigi tergantung pada pada kebersihan mulut yang baik. Anak harus menyikat dengan sikat lembut dan berkumur dengan klorheksidin 0,1 yang bermanfaat
untuk mencegah akumulasi plak dan debris. Tidak ada follow-up. Kontrol klinis dan radiografi pada 4 minggu, 6-8 minggu dan 1 tahun.
35
C. Subluksasi Subluxation Pada gigi sulung dianjurkan membersihkan daerah luka dan orang tua di sarankan
memberikan makanan lunak beberapa hari. Kegoyangan akan berkurang dalam 1-2 minggu.
35
Pada gigi permanen, splin fleksibel dilakukan untuk menstabilkan gigi dan pasien mengggunakannya selama 2 minggu. Pasien diberikan intruksi agar makan makanan
lembut selama 1 minggu. Penyembuhan yang baik setelah cedera pada gigi dan jaringan mulut yang tergantung pada kebersihan mulut yang baik. Menyikat dengan menggunakan
sikat gigi lembut dan berkumur dengan klorheksidin 0,1 dianjurkan untuk mencegah akumulasi plak dan debris. Kontrol klinis dan radiografi pada 4 minggu, 6-8 minggu dan
1 tahun. Jika respon pulpa normal, tidak perlu dilakukan kontrol lebih lanjut.
35
D. Extrusi Extrusion Perawatan ekstruksi bagi gigi sulung adalah pencabutan. Prinsip perawatan gigi
permanen adalah dilakukan reposisi dan fiksasi. Langkah –langkah sebagai berikut :
18
- Lakukan anestesi lokal. - Reposisi gigi dengan menggunakan jari dengan perlahan dan tekanan
ringan sampai batas insisal sama dengan gigi kontralateral. - Periksa posisi dengan membuat foto Röntgen.
- Lakukan stabilisasi dengan menggunakan splin. - Pertahankan splin selama 2-3 minggu.
E. Luksasi lateral Lateral luxation Pada gigi sulung, luksasi ke arah palatal akan menyebabkan akar bergeser ke arah
bukal, sehingga tidak terjadi gangguan pada benih gigi permanen di bawahnya. Perawatan terbaik adalah dengan mengevaluasi gigi tersebut. Gigi akan kembali pada
posisi semula dalam waktu 1-2 bulan oleh karena tekanan lidah. Luksasi mahkota ke arah
bukal pula lebih baik dilakukan pencabutan oleh karena akar akan mengarah ke palatal sehingga benih gigi permanen di bawahnya.
Pada gigi permanen terjadi luksasi ke arah palatal, bukal, mesial atau distal. Arah bukal merupakan keadaan yang paling sering terjadi. Pada beberapa kasus sering terjadi
bony lock sehingga reposisi sulit dilakukan.
18
F. Intrusi Intrusion Pada gigi sulung yang mengalami intrusi ke arah palatal, perawatan terbaik adalah
ekstraksi. Apabila intrusi ke arah bukal dilakukan evaluasi karena gigi akan erupsi kembali ke arah semula. Orang tua dianjurkan untuk membersihkan daerah trauma
dengan menggunakan cairan khlorhexidin 0,1. Daerah trauma rawan terjadi infeksi terutama pada 2-3 minggu pertama selama proses erupsi. Apabila tanda-tanda inflamasi
terlihat pada periode ini maka perawatan terbaik adalah ekstraksi. Waktu yang diperlukan untuk erupsi kembali umumnya antara 2-6 bulan. Bila erupsi kembali gagal terjadi akan
timbul ankilosis dan pada kasus ini ektraksi adalah pilihan yang terbaik. Perawatan intrusi adalah sebagai berikut:
Reposisi segera
melalui tindakan
pembedahan merupakan
tindakan berisikokarena
dapat menyebabkan
resorpsi akar
eksternal dan
hilangnya jaringanpendukung marginal. Reposisi secara bedah hendaknya dihindari apabila
gigimasuk ke dalam dasar hidung atau keluar dari jaringan lunak vestibulum. Beberapa kasus gigi intrusi dapat dikembalikan ke posisi semula melalui perwatan
ortodontik dan erupsi kembali secara spontan. Pemilihan teknik perawatanbergantung pada tingkat keparahan intrusi dan kemungkinan terjadinya resorpsieksternal. Perawatan
endodontik dapat mulai dilakukan setelah 2-3 minggukemudian. Apabila erupsi kembali spontan dirasakan cukup memakan waktu lama makadipertimbangkan untuk dilakukan
dengan menggunakan alat-alat ortodontik.
18
G. Avulsi Avulsion Pada gigi sulung yang mengalami avulsi, replantasi merupakan kontraindikasioleh
karena koagulum yang terbentuk akan mengganggu benih gigi permanen. Cara-cara replantasi gigi di ruang praktek:
18
- Lakukan anestesi lokal.
- Bilas gigi perlahan-lahan dengan NaCl fisiologis menggunakan syringe. - Soket diirigasi menggunakan cairan NaCl fisiologis.
- Letakkan gigi perlahan-lahan dengan tekanan jari. - Apabila fragmen tulang alveolar menghalangi replantasi maka lepaskan
kembali gigi dan tempatkan pada NaCl fisiologis. Kembalikan tulang pada posisinya dan ulangi kembali replantasi.
- Pembuatan foto Röntgen dilakukan untuk pemeriksaan posisi, apakah posisi sudahbenar.
- Stabilisasi gigi menggunakan splint. Berikan antibiotika selama 4-5 hari. - Pemberian profilaksis tetanus bila gigi avulsi telah berkontak dengansesuatu.
- Pasien diinstruksikan untuk berkumur menggunakan klorheksidin 0,1 sehari 2 kali selama 1 minggu.
- Lepaskan splint setelah 1-2 minggu. - Perawatan saluran akar dipertimbangkan bila adanya kelainan pada pulpa.
Pertimbangan perawatan saluran akar pada gigi yang mengalami avulsi :
18
- Perawatan saluran akar dapat dilakukan setelah 7-10 hari kemudian atau setelah splin dilepas.
- Saluran akar diisi pasta kalsium hidroksida untuk sementara. - Pada gigi dengan foramen apikal yang masih terbuka kemungkinan akan
terjadi revaskularisasi pada pulpa sehingga perawatan saluran akar hendak ditundakan. - Apabila pada foto Röntgen terlihat tanda-tanda nekrosis pulpa dan adanya
gambaran radiolusen di daerah apikal dengan atau tanpa disertai resorpsi akar eksternal maka perawatan saluran akar harus segera dilakukan.
- Pada gigi dengan apeks belum tertutup dianjurkan untuk dilakukan pembuatan foto Röntgen setiap 2 minggu sekali sampai terlihat pulpa tidak nekrosis dan
penutupan apeks terjadi. H. Fraktur enamel Enamel fracture
Pada gigi sulung, penambalan dengan menggunakan semen glass ionomer atau kompomer. Pada gigi permanen, fraktur ini akan tampak sedikit bagian enamel hilang.
Tidak semua fraktur enamel dilakukan penambalan oleh karena pada beberapa kasus
batas sudut fraktur memberikan gambaran yang baik sehingga hanya dilakukan penyesuaian pada gigi kontralateral agar tampak simetris.
18
I. Faktur enamel-dentinEnamel-dentin fracture Penambalan dengan menggunakan semen glass ionomer atau kompomer pada
trauma gigi sulung. Fraktur enamel-dentin akan mengakibatkan terbukanya tubuli dentin sehingga dapat masuknya toksin bakteri yang berakibat inflamasi pulpa sehingga perlu
dilakukan beberapa tindakan agar nekrosis pulpa tidak terjadi.
18
J. Fraktur enamel-dentin pulpaEnamel-dentin-pulp fracture Pada anak dengan gigi sulung yang mempunyai apeks terbuka, sangat penting
untuk mempertahankan vitalitas pulpa dengan pulpa kapping atau pulpotomi parsial dalam rangka untuk mengamankan perkembangan akar lebih lanjut.Perawatan ini juga
merupakan terapi pilihan pada pasien dengan apeks tertutup. Komponen kalsium hidroksida dan MTA adalah bahan yang cocok untuk prosedur tersebut.
Pada anak dengan gigi permanen yang mempunyai apeks tertutup dan terkait trauma luksasi dengan adanya perubahan posisi, perawatan saluran akar biasanya
merupakan pengobatan pilihan.Tindakan lanjut seperti kontrol berkala yang meliputi pemeriksaan klinis dan radiografi pada 6-8 minggu dan 1 tahun perlu dilakukan.
35
K. Fraktur mahkota-akar Crown-root fracture Perawatan terbaik bagi gigi sulung adalah ekstraksi, karena umumnya kamar
pulpa akan terbuka dan keberhasilan kurang memuaskan. Perawatan fraktur mahkota akar dilakukan pada gigi yang masih biasa dilakukan restorasi. Bila bagian akar masih cukup
panjang maka dapatdilakukan prosedur seperti di bawah ini: - Menghilangkan fragmen dan melekatkan gingiva kembali. Fragmen
mahkota dibuang dan gingiva dibiarkan untuk melekat pada dentin yang terbuka. Setelah beberapa minggu gigi dapat direstorasi sampai batas gingiva.
- Menghilangkan fragmen dan melakukan exsposure surgery pada fraktur subgingiva. Setelah fragmen mahkota dibuang maka fraktur subgingiva hendaknya
dilebarkan melalui tindakan gingivektomi dan atau alveolektomi. Bila gusi telah terlihat menutup maka gigi direstorasi dengan post retained crown.
- Menghilangkan fragmen dan orthodontic surgical
- Pada mulanya dilakukan dengan stabilisasi fragmen mahkota pada gigi sebelahnya. Kunjungan berikutnya dilakukan ekstirpasi pulpa dan pengisian saluran
akar. Bila telah selesai maka fragmen mahkota dibuang dan dilakukan ekstrusi kira-kira 0,5 mm agar tidak terjadi relaps. Setelah itu dilakukan gingivektomi pada permukaan
bukal dan gigi siap untuk direstorasi. - Menghilangkan fragmen dan surgical extrusion
Fragmen mahkota dilepaskan kemudian dengan menggunakan bein dan tang ekstraksi gigi kembalikan ke posis sejajar dengan garisinsisal. Stabilisasi fragmen akar
dilakukan dengan melakukan penjahitan atau splin non rigid.Kemudian lakukan ekstirpasi pulpa tanpa diisi dengan gutta perca setelah itu tutupdengan tambalan
sementara. Setelah 4 minggu perawatan endodontik diselesaikandan kira-kira 4-5 minggu kemudian lakukan restorasi tetap.
18
L. Fraktur akar Root fracture Gigi yang mengalami fraktur akar umumnya akan terjadi ekstrusi
fragmenmahkota atau bergesernya mahkota ke arah palatal, oleh karena itu makaperawatan yang dilakukan harus meliputi reposisi fragmen mahkota segera
danstabilisasi.
18
M. Fraktur alveolarAlveolar fracture Perawatan yang dilakukan adalah manual reposisi atau dengan reposisi
menggunakan tang bagi segmen yang mengalami disposisi. Kemudian, segmen distabilkan dengan splin selama 4 minggu. Perawatan selanjutnya adalah melepaskan
splin dan kontrol berkala dengan radiografi setelah 4 minggu. Pemeriksaan kontrol berkala dilakukan setelah 6-8 minggu, 4 bulan, 6 bulan, 1 tahun dan selama 5 tahun.
35
N. Fraktur rahang Jaw fracture Perawatan yang dilakukan adalah dengan reposisi manual atau reposisi dengan
menggunakan tang bagi segmen yang mengalami disposisi. Tulang yang patah distabilkan dengan menggunakan splin untuk imobilisasi intermaksila selama 4 minggu.
Pengobatan alternatiflain dengan reposisi secara bedah dan dilakukan stabilisasi dengan menggunakan plating reduksi terbuka. Pada kasus ini splin intermaksilaris dapat
dihindari. Perawatan selanjutnya adalah melepaskan splin dan kontrol berkala dilakukan
dengan radiografi setelah 4 minggu.Pemeriksaan kontrol klinis dan radiografi setelah 6-8 minggu, 4 bulan, 6 bulan, 1 tahun dan selama 5 tahun.
35
2.5 Pencegahan