Karakteristik Responden Pengetahuan Guru SD terhadap Informasi tentang Gigi dan Trauma Gigi

BAB 4 HASIL PENELITIAN

4.1 Karakteristik Responden

Penelitian ini dilakukan pada 80 orang responden di empat sekolah di dua kecamatan, terdiri dari 14 guru laki-laki 17,5 dan 66 82,5 guru perempuan. Distribusi data guru laki-laki dan perempuan tidak terdistribusi normal Tabel 5. Pada penelitian ini, 80 responden dikelompokkan dalam 4 klasifikasi usia, dan diperoleh guru usia 41 – 50 tahun merupakan responden yang paling besar sebanyak 30 guru 41,2 dan yang paling sedikit guru usia 31 – 40 tahun yaitu 9 orang 11,2. Distribusi masa kerja guru menjadi 6 klasifikasi dengan persentase yang paling besar adalah guru dengan masa kerja 21 tahun hingga 30 tahun sebanyak 23 guru 28,8 dan dijumpai tidak ada guru dengan masa kerja diatas 40 tahun. Mata pelajaran yang diajar oleh 80 guru dikelompokkan kepada 2 klasifikasi yaitu guru yang mengajar pendidikan jasmaniolahraga 2 guru 2,5 dan guru yang tidak mengajar pendidikan jasmaniolahraga 78 guru 97,5 Tabel 5. Tabel 5. Distribusi karakteristik guru SD Variabel Sampel n Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan 14 17.5 66 82.5 Usia tahun 21 – 30 ≥ 31 – 40 ≥ 41 – 50 ≥ 51 23 28,8 9 11,2 33 41,2 15 18,8 Masa kerja tahun 1 – 5 ≥ 6 – 10 ≥ 11 - 20 ≥ 21 – 30 ≥ 31 – 40 21 26,2 14 17,5 10 12,5 23 28,8 12 15,0 Guru : Bukan guru pendidikan jasmani olahraga OlahragaGuru BP 78 97,5 2 2,5

4.2 Pengetahuan Guru SD terhadap Informasi tentang Gigi dan Trauma Gigi

Kuesioner pada bagian II merupakan pertanyaan-pertanyaan mengenai informasi dasar tentang gigi dan trauma gigi dan diperoleh hasil : definisi trauma gigi yang hanya diketahui oleh 37 guru 46,2. Pada waktu pendidikan kesehatan mulut, hanya 11 guru 13,8 mengatakan trauma pernah diajarkan. Mengenai ketersediaan dokter gigiklinik kesehatan di sekolah, hanya 7 guru 8,8 menjawab bahwa seolahnya mempunyai klinik gigi yaitu SD Swasta Medan Sunggal. Tujuh puluh enam guru 95 tidak pernah mendapat latihan pertolongan pertamaemerjensi. Lima puluh enam guru 70menjawab pernah mendapatkan informasi tentang trauma pada gigi. Enam puluh delapan guru 85. Empat puluh sembilan guru 61,2 pernah mendapatkan kasus trauma gigi di lingkungan sekolah. Tabel 6. Distribusi pertanyaan mengenai informasi dasar tentang trauma gigi Pertanyaan Ya n Tidak n Mengerti arti trauma gigi 37 46,2 43 53,8 Pernah diajar trauma pada waktu pendidikan kesehatan mulut 11 13,8 69 86,2 Ada dokter gigiklinik kesehatan di sekolah 7 8,8 73 91,2 Pernah mendapat latihan pertolongan pertamaemerjensi 4 5 76 95 Pernah mendapatkan informasi tentang trauma pada gigi 56 70 24 30 Pernah mendapatkan anak mengalami trauma di lingkungan sekolah 49 61,2 31 38,8 Informasi tambahan lain yang ditanyakan kepada guru, diantaranya adalah bagaimana cara informasi tentang trauma gigi diperoleh, deskripsi tentang anatomi gigi, jenis trauma yang terjadi, tindakan guru terhadap trauma gigi, tindakan guru jika terjadi trauma gigi dan bagaimana menurut mereka trauma gigi tersebut. Sumber informasi mengenai trauma gigi diperoleh 56 guru 70 dari media, buku TV, radio, surat kabar yang merupakan sumber informasi. Guru yang pernah mendapatkan kasus trauma gigi anak di sekolah adalah sebanyak 49 dari 80 guru 61,2 dengan jenis trauma yang biasa terjadi adalah gigi goyang yang didapati oleh 21 guru 42,9. Respon tertinggi bagi tindakan oleh 49 guru tersebut terhadap trauma gigi yang pernah didapati adalah menelpon orang tua anak, 22 guru 44,9. Seterusnya, keseluruhan 80 guru ditanyakan tindakan yang akan dilakukan jika terjadi trauma gigi pada anak dan kebanyakan memberikan respon untuk menelpon orang tua anak, 56 guru 70. Trauma gigi itu merupakan hal yang tergantung kondisi anak, kadang harus segera adalah jawaban yang paling banyak dipilih oleh 40 guru 50. Hasil distribusinya dapat dilihat pada tabel 7 dibawah. Tabel 7. Distribusi pertanyaan mengenai informasi tambahan tentang trauma gigi Pertanyaan mengenai : Jumlah n Cara informasi trauma gigi diperoleh ceramah dari dokter gigi media, buku TV, Radio, Surat kabar pelatihan pertolongan pertama lain-lain 56 100 4 8,9 35 62,5 0 0,0 16 28,6 Jenis trauma yang pernah terjadi di sekolah patah fraktur goyang luksasi lepas avulsi tidak tahu 49 100 10 20,4 21 42,9 15 30,6 3 6,1 Tindakan guru terhadap trauma gigi dibiarkan saja menelpon orang tua anak membawa anak ke dokter gigi memberi obat anti sakit 49 100 7 14,3 22 44,9 9 18,4 11 22,4 Tindakan guru jika terjadi trauma gigi langsung ke dokter gigi tidak melakukan apa-apa menelpon orang tua anak tidak tahu 80 100 11 13,8 6 7,5 56 70 7 8,8 Trauma gigi itu merupakan hal emerjensi, harus ditanggulangi dengan segera hal yang wajar, penanggulangannya bisa ditunggu tergantung kondisi anak, kadang harus segera tidak tahu 80 100 18 22,5 16 20 40 50 6 7,5 Menurut hasil kuesioner 68 guru 85 mengetahui perbedaan gigi susu dan gigi permanen. Bila 68 guru tersebut ditanya tentang deskripsi anatomi gigi, ternyata hanya 53 guru 77,9 dapat menjawab pertanyaan dengan benar yaitu gigi susu lebih kecil, lebih putih, lebih pendek Tabel 8. Tabel. 8 Distribusi pertanyaan mengenai informasi tentang gigi Pertanyaan N Perbedaan antara gigi susu gigi permanen Ya Tidak 68 85 12 15 Deskripsi anatomi gigi Gigi susu lebih besar, lebih putih, lebih panjang Gigi permanen lebih kecil, lebih putih, lebih pendek Gigi susu lebih kecil, lebih putih, lebih pendek Gigi permanen lebih kecil, lebih kuning, lebih panjang 68 100 7 10,3 5 7,4 53 77,9 3 4,4 4.3 Hasil Analisis Statistik Pengetahuan Guru SD terhadap Manajemen Emerjensi Sebelum dan Setelah Penyuluhan Berdasarkan hasil keseluruhan kuesioner dari 80 guru, hasil skor sebelum penyuluhan, setelah penyuluhan dan perbedaan skor setelah penyuluhan dilakukan Tabel 9 10. Peningkatan yang terbanyak adalah skor 40, tetapi ada 1 guru yang mengalami kemunduran pengetahuan dikarenakan setelah penyuluhan guru menjawab lebih banyak salah pada satu pertanyaan. Perbedaan guru bagi setiap skor antara sebelum dan setelah penyuluhan juga diteliti yaitu skor 20 hingga 60 persen mengalami pengurangan setelah penyuluhan dan peningkatan jumlah guru mulai skor 70 persen ke atas setelah penyuluhan. Tabel 9. Hasil skor pengetahuan 80 guru sebelum dan setelah penyuluhan Sebelum N orang Setelah N orang Δ orang 20 2 20 -2 30 11 30 1 -10 40 25 40 -25 50 20 50 6 -14 60 11 60 3 -8 70 10 70 15 +5 80 80 27 +27 90 90 18 +18 100 1 100 10 +9 Jumlah 80 Jumlah 80 Tabel 10. Perbedaan skor 80 guru setelah penyuluhan Perbedaan skor N orang -10 1 7 10 3 20 13 30 15 40 30 50 8 60 70 3 Jumlah 80 Kriteria pengetahuan guru dibuat antara baik 80 - 100, sedang 40 - 79 dan buruk 0 - 39, sebelum dan setelah penyuluhan. Hasil penelitian diperoleh sebelum penyuluhan bagi kriteria baik adalah sebanyak 1 guru, 66 guru sedang dan 13 guru buruk. Setelah penyuluhan dilakukan, bagi kriteria baik sebanyak 55 guru, 24 guru sedang dan 1 guru buruk. Analisis statistik hubungan antara 80 guru dengan pengetahuan guru diuji mengunakan tes Wilcoxon. Hasil analisis statistik didapati bahwa adanya hubungan antara 80 guru dengan pengetahuan guru sebelum dan setelah penyuluhan dilakukan p=0.00 Tabel 11. Tabel 11. Hasil analisis statistik 80 guru sebelum dan setelah penyuluhan Kriteria skor Jumlah guru sebelum penyuluhan orang Jumlah guru setelah penyuluhan orang p Baik 1 55 0,00 Sedang 66 24 Buruk 13 1 Pengetahuan guru SD terhadap manajemen emerjensi sebelum dan setelah penyuluhan dievaluasi berdasarkan 10 soal yang ditanya pada bagian III kuesioner Lampiran yang mempunyai 1 jawaban benar dan jawaban lain yang salah dan 1 soal yang tidak mempunyai pilihan jawaban. Analisis statistik bagi pengetahuan guru diuji bagi setiap soal mengunakan tes Wilcoxon karena data tidak normal. Perilaku guru terhadap gigi anak retak ditanyakan dan direspon dengan benar oleh 62 guru 77,5 setelah penyuluhan p=0,00. Gigi depan anak berubah posisi, sebanyak 58 guru 72,5 respon dengan benar setelah penyuluhan dan masih ada 22 guru yang respon dengan salah p=0,24. Gigi anak yang patah adalah hanya 13 guru 16,2 yang menjawab dengan benar sebelum penyuluhan. Setelah penyuluhan, ada peningkatan sebanyak 53,8 setelah penyuluhan p=0,00. Gigi depan anak terlepas dari gusinya karena trauma, guru ditanyakan jika gigi anak perlu dirawat, 75 guru 93,8 merespon dengan benar setelah penyuluhan dengan peningkatan sebanyak 20 p=0,01. Perilaku guru terhadap gigi yang terlepas dijawab dengan benar setelah penyuluhan diberikan adalah sebanyak 51 guru 63,8 p=0,00. Gigi anak yang terlepas ditanyakan pula wadahnya, hanya 1 guru 1,3 memberikan respon benar. Setelah penyuluhan diberikan, sebanyak 74 guru 92,5 merespon dengan benar p= 0,00. Sebanyak 58 guru 72,5 memberikan respon benar akan perilaku terhadap anak yang pingsan setelah trauma p=0,11. Sebanyak 60 guru 75 memberikan jawaban benar setelah penyuluhan bagi perilaku yang akan diambil terhadap anak yang muntah setelah trauma p=0,12. Perilaku guru terhadap anak yang berdarah setelah trauma adalah sebanyak 70 guru 87,5 p=0,01. Anak harus dibawa berobat dan waktu untuk membawa anak ke dokter gigi dijawab dengan benar oleh 70 guru 87,5 setelah penyuluhan dengan peningkatan sebanyak 8 guru p=0,74. Soal terakhir tidak diberikan pilihan jawaban dan diminta guru memberikan jawabannya. Guru ditanyakan tempat anak dibawa berobat, jawaban yang diperoleh adalah klinik, rumah sakit dan dokter gigi. Sebanyak 38 guru 47,5 menjawab rumah sakit sebelum penyuluhan dan setelah penyuluhan, 61 guru 76,25 menjawab dokter gigi. Hasil distribusinya dapat dilihat dengan lebih terperinci pada tabel dibawah. Tabel 12. Distribusi hasil analisis statistik pengetahuan guru SD terhadap manajemen emerjensi sebelum dan setelah penyuluhan berdasarkan per pertanyaan Pertanyaan Rerata pengetahuan sebelum n Rerata pengetahuan setelah n p Perilaku guru terhadap gigi anak yang retak Benar Salah 39 48,8 41 51,2 62 77,5 18 22,5 0,00 Perilaku guru terhadap gigi depan anak yang berubah posisi Benar Salah 34 57,5 46 42,5 58 72,5 22 27,5 0,24 Perilaku guru terhadap gigi anak yang patah Benar Salah 13 16,2 67 83,8 56 70,0 24 30,0 0,00 Jika anak perlu dirawat Benar Salah 59 73,8 21 26,2 75 93,8 5 6,2 0,01 Perilaku guru terhadap gigi depan anak yang terlepas dari gusinya Benar Salah 19 23,8 61 76,2 51 63,8 29 36,2 0,00 Wadah untuk gigi anak yang terlepas dari gusinya Benar Salah 1 1,2 79 98,8 74 92,5 6 7,5 0,00 Perilaku guru bila anak pingsan setelah terjadi trauma Benar Salah 46 57,5 34 42,5 58 72,5 22 27,5 0,11 Perilaku guru bila anak muntah setelah terjadi trauma Benar Salah 47 58,8 33 41,2 60 75,0 20 25,0 0,12 Perilaku guru bila anak berdarah setelah terjadi trauma Benar Salah 52 65,0 28 35,0 70 87,5 10 12,5 0,01 Kapan waktu untuk membawa anak ke dokter gigi Benar Salah 62 77,5 18 22,5 70 87,5 10 12,5 0,74 Tempat berobat Dokter gigi Klinik Rumah Sakit 19 23,75 23 28,75 38 47,5 61 76,25 5 6,25 14 17,5 0,00 p 0,05 4.4. Hasil Analisis Statistik Hubungan antara Karateristik Guru SD dengan Pengetahuan Manajemen Emerjensi Trauma Gigi Anak Sebelum dan SetelahPenyuluhan Hubungan antara karakteristik guru yaitu, jenis kelamin, usia, masa kerja dan mata pelajaran yang diajar dengan pengetahuan manajemen emerjensi sebelum dan setelah penyuluhan dievaluasi berdasarkan 10 soal yang ditanya pada bagian III di kuesioner Lampiran yang mempunyai 1 jawaban benar dan jawaban lain yang salah. Data pada penelitian ini adalah non-parametrik dan tidak seimbang. Analisis statistik hubungan antara jenis kelamin dan mata pelajaran yang diajar dengan pengetahuan guru diuji mengunakan tes Mann-Whitney. Analisis statistik hubungan antara usia dan masa kerja dengan pengetahuan guru diuji mengunakan tes Kruskal- Wallis. Berdasarkan tesMann-Whitneydan Kruskal-Wallis, secara statistik tidak ada hubungan antara jenis kelamin, masa kerja dan mata pelajaran yang diajar dengan pengetahuan guru SD. Namun, usia secara statistik terdapat hubungan dengan pengetahuan guru SD. Berdasarkan jenis kelamin, laki-laki mempunyai peningkatan pengetahuan yang lebih dari perempuan p=0,492. Karateristik usia pula didapati bahwa ada hubungan antara usia dengan pengetahuan guru dengan nilai p=0,04 dimana guru antara usia 31 hingga 40 tahun menunjukkan pengetahuan yang lebih setelah penyuluhan. Masa kerja guru ≥ 6 – 10 didapati yang mempunyai pengetahuan yang lebih p=0,140 dibandingkan dengan yang lain. Guru yang mengajar mata pelajaran olahragaguru BP mempunyai pengetahuan yang lebih p=0,166. Hasil analisis statistik karateristik dengan pengetahuan guru SD dapat dilihat pada tabel 13. Tabel 13. Hasil analisis statistik hubungan antara karakteristik dengan pengetahuan guru Karakteristik Jumlah orang Rerata pengetahuan sebelum Rerata pengetahuan setelah Selisih p Jenis kelamin Laki-laki Perempuan 14 66 5,14 4,71 8,14 7,88 3,00 3,17 0,492 Usia tahun 21 – 30 ≥ 31 – 40 ≥ 41 – 50 ≥ 51 – 60 23 9 33 15 4,74 4,00 5,06 4,73 8,04 8,89 7,70 7,67 3,26 4,89 2,64 2,94 0,04 Masa kerja tahun 1 – 5 ≥ 6 – 10 ≥ 11 – 20 ≥ 21 – 30 ≥ 31- 40 21 14 10 23 12 4,76 4,64 4,10 5,22 4,75 8,00 8,43 8,00 7,74 7,50 3,24 3,79 3,90 2,52 2,75 0,140 Mata Pelajaran Bukan pendidikan jasmaniolahraga OlahragaGuru BP 78 2 4,71 8,00 7,88 9,50 3,17 1,50 0,166 p 0,05

BAB 5 PEMBAHASAN