Pewarnaan hematoksilin-eosin Pewarnaan imunohistokimia

Pewarnaan dilakukan dengan tujuan mempertajam dan memperjelas berbagai elemen jaringan, terutama sel-selnya, sehingga dapat dibedakan dan ditelaah dengan mikroskop. Tanpa pewarnaan, jaringan akan transparan sehingga sukar untuk melakukan penelaahan melalui mikroskop. Pewarnaan akan memperjelas rinci suatu jaringan sehingga mudah untuk dipelajari.

1. Pewarnaan hematoksilin-eosin

Pewarnaan hematoksilin-eosin merupakan salah satu teknik pewarnaan ganda. Dalam pewarnaan ganda, umumnya pewarna yang digunakan satu bersifat asam sedangkan yang lain bersifat basa. Paduan sifat demikian adalah menyebabkan bagian-bagian jaringan yang bersifat asidolitik dan basolitik dapat ditonjolkan. Hematoksilin selalu digunakan lebih dahulu, dan baru setelah melalui proses diferensiasi, maka barulah eosin digunakan. Pertukaran tempat keduanya tampaknya akan menimbulkan kesukaran, karena pewarna hematoksilin akan mewarnai jauh lebih cepat daripada pewarna paduannya yang umum berperan sebagai counterstain yang intensitas pewarnannya dapat diatur tanpa mempengaruhi pewarnaan hematoksilin.

2. Pewarnaan imunohistokimia

Imunohistokimia adalah metode pewarnaan jaringan yang merupakan gabungan dari tiga cabang ilmu, yaitu imunologi karena prinsip pewarnaan ini adalah ikatan antara antigen dan antibodi, histologi karena menyangkut penggunaan preparat dengan ketebalan mikro yang pengamatannya dilakukan dengan mikroskop cahaya, dan ketiga adalah kimia karena pewarnaan dilakukan berdasarkan reaksi kimia. Manfaat dari teknik imunohistokimia adalah untuk mempelajari distribusi enzim yang spesifik serta mendeteksi keberadaan komponen sel, serta biomakromolekul seperti protein, karbohidrat dan enzim termasuk antioksidan Griffith dan Hoppeler, 1986. Proses pengamatan, deteksi dan identifikasi dilakukan dengan menggunakan bantuan mikroskop cahaya, terhadap kompleks antigen- antibodi yang telah dilabel sebelumnya. Menurut Kuhlmann 1984, substansi yang cocok untuk melabel kompleks antigen-antibodi tersebut adalah yang dapat memberi reaksi warna yang tegas, yaitu kromogen. Kromogen yang digunakan dalam metode imunohistokimia pada penelitian ini adalah DAB diaminobenzidine yang menghasilkan kromoganin berupa endapan coklat. Kromoganin tersebut akan timbul dengan adanya substrat H 2 O 2 dan peroksidase. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah polymer peroxidase . Metode ini merupakan salah satu metode dari teknik imunohistokimia yang menggunakan dua antibodi, yaitu antibodi primer antibodi monoklonal terhadap insulin dan antibodi sekunder yang telah dikonjugasi dengan peroxidase. Kelebihan metode ini adalah penggunaan antibodi sekunder Dako Envision Peroxidase yang telah dikonjugasikan peroxidase sehingga bereaksi dengan berbagai jenis antibodi monoklonal yang disekresi oleh beberapa jenis hewan.

H. TIKUS Sprague-Dawley