mampu mempraktekkan dalam bukti nyata bahwa mereka benar-benar memiliki minat dalam mengikuti kegiatan kepramukaan. Oleh sebab itu, maka siswa harus
menumbuhkan aspek demi aspek minat mengikuti kegiatan kepramukaan. Mulai dari memberikan perhatian terhadap minat mengikuti kegiatan kepramukaan,
ketertarikan terhadap minat kegiatan kepramukaan, menimbulkan keinginan untuk senantiasa mengikuti kegiatan kepramukaan mempunyai rasa keyakinan dalam
mengikuti kegiatan kepramukaan dan menunjukkan dalam tindakan action. Untuk mewujudkan semua itu, dalam penelitian ini peneliti menggunakan
layanan bimbingan kelompk. Menurut Mugiarso 2007: 66 layanan bimbingan kelompok yaitu “dimana siswa diajak bersama-sama mengemukakan pendapat
tentang topik-topik yang dibicarakan dan mengembangkan bersama permasalahan yang dibicarakan pada kelompok, sehingga terjadi komunikasi antara individu di
kelompoknya kemudian siswa dapat mengembangkan sikap dan tindakan yang diinginkan dapat terungkap di kelompok”. Topik-topik yang dibahas dalam hal ini
adalah pengembangan dari aspek-aspek dalam minat mengikuti kegiatan kepramukaan. Hal ini dimaksudkan, agar pada setiap pertemuan terjadi
peningkatan pada setiap aspeknya.
2.5 Paradigma Teori
Menurut Jefkins 1997: 242 aspek-aspek dalam minat mengikuti kegiatan kepramukaan yang merupakan sebuah kerangka tindakan meliputi, mendapatkan
perhatian attention, mempertahankan minat interest, menimbulkan keinginan desire, keyakinan coviction dan memperoleh perlakuan action. Sedangkan
tahap-tahap dalam bimbingan kelompok meliputi tahap pembentukan, peralihan, kegiatan dan pengakhiran Prayitno, 1995: 40. Maka paradigma teori yang dapat
dibentuk adalah:
2.6 Indikator
Berdasarkan paradigma teori yang telah di buat, maka indikator minat mengikuti kegiatan kepramukaan adalah:
1. Perhatian attention
Yaitu pemusatan pengamatan dari individu pada satu atau lebih pada obyek yang menurut individu cukup menarik Jefkins 1997: 242 pendapat tersebut
diatas mengatakan bahwa perhatian erat hubungannya dengan pemusatan terhadap sesuatu. Bila individu mempunyai perhatian terhadap sesuau objek, maka
terhadap objek tersebut timbul minat spontan dan secara otomatis minat tersebut akan muncul.
Bimbingan Kelompok: 1.
Pembentukan 2.
Peralihan 3.
Kegiatan 4.
Pengakhiran
X
Minat Kepramukaan: 1.
Attention 2.
Interest 3.
Desire 4.
Conviction 5.
Action
Y
2. Ketertarikan minat interest
Menurut Winkell 1983: 30, minat adalah sebagai kecenderungan yang menetap dalam diri subyek untuk merasa tertarik pada bidang atau hal tertentu dan
merasa senang berkecimpung di dalam bidang tersebut. Jadi yang dimaksud dengan mempertahankanketertarikan minat adalah mempertahankan apa yang
menjadi kecenderungan hatinya serta apa yang membuat dirinya tertarik. Maka dalam hal ini ada 2 aspek yang mendominasi, yaitu:
a Kecenderungan Hati Yang Tinggi
Kecenderungan hati yang tinggi yang dimaksudkan disini adalah dorongan yang tinggi dari hati untuk senantiasa mengikuti kegiatan kepramukaan.
b Ketertarikan Yang Kuat
“tertarik dapat diartikan suka atau senang, tetapi individu tersebut belum melakukan aktivitas atau sesuatu hal yang menarik baginya” Dari pendapat
tersebut di atas dapat diketahui bahwa rasa senang yang kuat terhadap sesuatu hal atau objek merupakan kegiatan awal dari individu untuk meminati sesuatu hal.
3. Menimbulkan keinginan desire
Yaitu dorongan untuk mengetahui secara lebih mendalam tentang obyek tersebut. Dalam KBBI menyatakan bahwa keinginan adalah sesuatu tambahan
atas kebutuhan yang diharapkan dapat dipenuhi sehingga manusia tersebut merasa lebih puas. Namun bila keinginan tidak terpenuhi maka sesungguhnya
kesejahteraannya tidak berkurang. Bila seseorang memiliki keinginan terhadap kegiatan kepramukaan yang tinggi maka dia akan merasa bahwa kegiatan
kepramukaan adalah bagian dari kebutuhan hidupnya. Oleh sebab itu, ia akan tergerak untuk selalu mengikutinya.
4. Menyakini conviction
Aspek ini muncul setelah individu mempunyai iformasi yang cukup terhadap suatu obyek sehingga merasa tertarik dengan obyek tersebut.
5. Memperoleh perlakuan action
Yaitu setelah adanya keputusan kemudian berupaya untuk mewujudkan perilaku yang diharapkan.
2.7 Hipotesis