Hubungan Economic Value Added (EVA) Dengan Laba Pada PT Dharma Bandar Mandala Cabang Medan

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

PROGRAM STRATA – 1 MEDAN

HUBUNGAN ECONOMIC VALUE ADDED (EVA) DENGAN

LABA PADA PT DHARMA BANDAR MANDALA CABANG

MEDAN

DRAFT SKRIPSI OLEH

DESI PERMATASARI LUBIS 040502047

DEPARTEMEN MANAJEMEN

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Universitas Sumatera Utara Medan


(2)

ABSTRAK

Desi Permatasari Lubis (2008), Hubungan Economic Value Added (EVA) Dengan Laba. Pembimbing Dr. Muslich Lutfi, SE, MBA, Ketua Departemen Manajemen Prof. Dr. Ritha F.Dalimunthe, SE, Msi, Penguji I Dr. Endang Sulistya Rini, SE, Msi, Penguji II Dr. Khaira Amalia F, SE, MBA,Ak.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan yang signifikan antara Economic Value Added (EVA) sebagai penciptaan nilai perusahaan dengan laba. Penelitian ini dilakukan pada PT. Dharma Bandar Mandala Cabang Medan periode tahun 2001 sampai 2005.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis korelasi pearson dan pengujian hipotesis dilakukan dengan pengujian signifikan adalah uji statistik-t. untuk melihat hubungan Economic Value Added (EVA) dengan laba dilakukan dengan menggunakan bantuan program software SPSS (Statistic Product and Service Solution) versi 12.00. Penelitian ini menggunakan data sekunder yaitu berupa laporan keuangan PT. Dharma Bandar Mandala Cabang Medan tahun 2001 sampai dengan tahun 2005.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Economic Value Added (EVA) memiliki hubungan yang positif dan signifikan dengan laba pada PT. Dharma Bandar Mandala Cabang Medan.


(3)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim Assalamu'alaikum Wr. Wb

Syukur alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT karena telah memberikan taufiq, hidayah dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “ Hubungan Economic Value Added (EVA) dengan laba pada PT. Dharma Bandar Mandala Cabang Medan. Shalawat bertangkaikan salam penulis hadiahkan kepada junjungan nabi besar Muhammad SAW. Penulisan skripsi ini dimaksudkan sebagai salah satu syarat untuk memenuhi gelar sarjana ekonomi pada fakultas ekonomi program reguler universitas sumatera utara.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis menyadari masih jauh dari kesempurnaan mengingat keterbatasan kemampuan dan pengetahuan penulis. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang diberikan yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini.

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang selama ini memberikan banyak bantuan, bimbingan, dukungan baik moril maupun materil, saran, doa kepada penulis selama penyelesaian skripsi ini, yaitu :

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec sebagai Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara

2. Ibu Prof. Dr. Ritha F.Dalimunthe, SE, M.Si sebagai Ketua jurusan Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara


(4)

3. Bapak Dr. Muslich Lutfi, SE, MBA sebagai Dosen Pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan kepada penulis. 4. Ibu Dr. Endang Sulistya Rini, SE, Msi sebagai Dosen penguji I dan Ibu Dr.

Khaira Amalia F, SE, MBA, Ak sebagai Dosen Pengiji II yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan kepada penulis.

5. Seluruh dosen dan Staff Fakultas Ekonomi yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan bantuan kepada penulis selama masa perkuliahan di Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

6. PT. Dharma Bandar Mandala Cabang Medan, khususnya Bapak Syaiful Bahri Yang telah membantu dalam memberikan data guna penyusunan skripsi ini. 7. Secara Khusus ku berikan terima kasihku yang terdalam dan tiada terhingga

kepada kedua orang tuaku yang kucintai karena Allah SWT, ayahanda Nikmatullah Lubis dan Ibunda Siti Julaeha yang telah membesarkan penulis dengan penuh kasih sayang serta memberikan dorongan moral dan materil sehingga penulis dapat menyelesaikan studi dan penulisan skripsi ini.

8. Buat kakak-kakakku dan saudara kembarku yang kusayangi, Neneng Erna Juwita Lubis, Ratna Juwita Lubis dan Devi Permatasari Lubis yang telah memberikan motivasi dan spirit buat penulis, serta abang iparku, Mulyadi yang juga telah banyak memberikan dukungan untuk penulis.

9. Buat teman-temanku, Laila, Heri, Maria, Lia, Dini, Liza, Tati. Dila, Hera, Ester, Especially for Eli sasmita, terima kasih atas segala bantuan dan dukungannya selama ini dan semua teman-teman stambuk 2004 yang ngak bisa di sebutin satu per satu thanks for all.


(5)

10. Buat Sefti alumni D-3 Akuntansi 2004 yang telah memberikan bantuan selama ini.

11. Buat Keponakan aku yang imut-imut. Naila Az-Zahra walaupun naila belum bisa memberikan dorongan moril secara langsung tapi kehadirannya menjadi penyejuk hati dan penyemangat jiwa bagi penulis.

Terima kasih untuk semua pihak yang sudah memberikan bantuan langsung maupun tidak langsung baik moril maupun materil. Penulis belum bisa membalas semua kebaikan, bantuan dan doa yang telah diberikan semua pihak demi terselesaikannya skripsi ini, hanya Allah SWT yang bisa membalas semuanya.

Akhir kata, semoga skripsi ini bisa berguna bagi para pembaca dalam menambah ilmu dan referensi untuk penelitian selanjutnya. Semoga Allah SWT selalu melimpahkan rahmatNya kepada kita semua dan semoga kita selalu berada dalam lindunganNya.

Medan, Juni 2008 Penulis


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

Abstrak ... i

Kata Pengantar ... ii

Daftar Isi ... v

Daftar Gambar... vii

Daftar Tabel ... viii

Daftar Grafik ... ix

BAB I : PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 5

1.3. Kerangka Konseptual ... 5

1.4. Hipotesis... 6

1.5. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7

1.6. Metode Penelitian ... 8

1.6.1. Batasan Operasional... 8

1.6.2. Defenisi Operasional... 8

1.6.3. Tempat dan Waktu Penelitian ... 11

1.6.4. Jenis Data ... 11

1.6.5. Teknik Pengumpulan Data... 11

1.6.6. Metode Analisis Data... 12

BAB II : URAIAN TEORITIS 2.1. Penelitian Terdahulu ... 16


(7)

2.2. Pengertian Economic Value Added (EVA) ... 16

2.3. Tujuan dan Manfaat konsep EVA... 20

2.4. Keunggulan dan Kelemahan Konsep EVA... 23

2.5. Metodologi Perhitungan Konsep EVA ... 25

2.6. Laba Akuntansi ... 28

2.7. Hubungan EVA dengan Laba ... 30

BAB III : GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 3.1. Sejarah Singkat Perusahaan ... 31

3.2. Struktur Organisasi ... 32

BAB IV : ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1. Analisa Deskriptif ... 37

4.1.1. Economic Value Added (EVA) ... 37

4.1.2. Laba... 47

4.2. Analisa Data Statistik dan Hubungan antara EVA Dengan Laba ... 48

4.3. Hasil Pengujian Statistik Dengan Menggunakan Uji Statistit-t ... 50

4.4. Implikasi Penelitian... 52

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 55

5.2. Saran... 55 DAFTAR PUSTAKA


(8)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1.1 : Kerangka Konseptual ... 6 Gambar 3.1 : Struktur Organisasi... 36


(9)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1 : Perkembangan laba operasi bersih setelah

pajak pada PT. Dharma Bandar Mandala Cabang Medan ... 4 Tabel 1.2 : Pedoman untuk memberikan interpretasi koefisien korelasi ... 13 Tabel 4.1 : Perhitungan NOPAT PT. Dharma Bandar

Mandala Cabang Medan Periode 2001-2005... 38 Tabel 4.2 : Perhitungan modal operasi PT. Dharma Bandar

Mandala Cabang Medan periode 2001-2005 ... 40 Tabel 4.3 : Biaya laba ditahan PT. Dharma Bandar

Mandala Cabang Medan periode 2001-2005 ... 42 Tabel 4.4 : Perhitungan biaya modal PT. Dharma Bandar

Mandala Cabang Medan periode 2001-2005 ... 43 Tabel 4.5 : Perhitungan EVA PT. Dharma Bandar

Mandala Cabang Medan periode 2001-2005 ... 45 Tabel 4.6 : Laba operasi bersih setelah pajak PT. Dharma

Bandar Mandala Cabang Medan periode 2001-2005... 47 Tabel 4.7 : Jumlah EVA dengan laba ... 49 Tabel 4.8 : Koefisien korelasi pearson dengan


(10)

DAFTAR GRAFIK

Halaman Grafik 4.1 : Pergerakan Economic Value Added (EVA) periode

tahun 2001 sampai dengan 2005 ... 46 Grafik 4.2 : Pergerakan laba operasi bersih setelah pajak


(11)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Tujuan perusahaan hanya untuk menghasilkan laba yang sebesar-besarnya sudah kurang relevan lagi di masa sekarang karena tanggung jawab perusahaan tidak hanya kepada pemilik saja. Tanggung jawab kepada seluruh stakeholder menjadi sangat penting sehingga hal ini menuntut perusahaan untuk menimbang semua strategi yang diambil dan dampaknya kepada stakeholder tersebut. Berdasarkan hal ini maka tujuan yang sesuai adalah memaksimalkan nilai suatu perusahaan. Nilai perusahaan dapat menunjukkan nilai aset yang dimiliki suatu perusahaan seperti surat-surat berharga. Saham merupakan salah satu surat berharga yang dikeluarkanoleh perusahaan. Tinggi rendahnya harga saham banyak dipengaruhi oleh kondisi emiten. Salah satu faktor yang mempengaruhi harga saham adalah kemampuan perusahaan membayar dividen.

Nilai perusahaan dapat dilihat dari besarnya kemampuan perusahaan membayar dividen. Besarnya dividen ini akan mempengaruhi harga sahamnya. Apabila dividen yang dibayar tinggi maka harga saham cendrung tinggi sehingga nilai perusahaan juga tinggi dan sebaliknya apabila dividen yang dibayar rendah maka harga saham juga rendah sehingga nilai perusahaan rendah. Kemampuan membayar dividen erat hubungannya dengan kemampuan perusahaan memperoleh laba. Jika perusahaan memperoleh laba yang besar, maka kemampuan membayar dividen juga besar. Oleh karena itu, dengan dividen yang besar akan meningkatkan nilai perusahaan. (Martono&Harjito,2001:2)


(12)

Salah satu alat analisis yang dapat digunakan untuk melihat nilai perusahaan adalah dengan metode Economic Value Added (EVA). Konsep EVA pertama kali dikembangkan oleh lembaga konsultan manajemen asal Amerika Serikat, Stern Steward Management Services pada pertengahan 1990 an. Konsep EVA tersebut merupakan metode manajemen keuangan untuk mengukur laba ekonomi dalam suatu perusahaan yang menyatakan bahwa kesejahteraan hanya dapat tercipta menakala perusahaan mampu memenuhi semua biaya operasi dan biaya modal yang diperlukan untuk mendukung operasi perusahaan. Penggunaan konsep EVA membuat perusahaan lebih memfokuskan perhatiannya pada penciptaan nilai tambah bagi pemilik perusahaan dari modal yang telah ditanamkan pemegang saham dalam operasi perusahaan. Oleh karenanya EVA merupakan selisih laba operasi setelah pajak (Net Operating Profit After Taxes) dengan biaya modal (Cost of Capital). Jadi EVA adalah suatu estimasi laba ekonomis yang sesungguhnya dari perusahaan dalam tahun berjalan yang menunjukkan sisa laba setelah semua biaya modal, termasuk modal ekuitas dikurangkan, sedangkan laba akuntansi ditentukan tanpa memperhitungkan modal ekuitas.

Alat ini akan dapat membantu para menejer perusahaan untuk mengetahui apakah perusahaannya telah memperoleh nilai atau belum meskipun sebenarnya perusahaan mendapat laba karena bisa saja kenaikan laba diikuti dengan kenaikkan biaya modal yang diperlukan untuk mendukung operasi sehingga EVA menurun. Oleh karena itu, pihak manajemen dituntut untuk mampu meningkatkan kemampuan dan profesionalismenya. Hal ini bertujuan agar manajemen perusahaan mampu mencapai tujuan perusahaan. Dalam mencapai


(13)

tujuan perusahaan pihak manajemen harus memperhatikan kinerja keuangan perusahaan yang menggambarkan kondisi keuangan dan perkembangan perusahaan dalam mencapai tingkat laba yang maksimum.

Laba yang maksimum dapat tercapai, apabila perusahaan memperoleh pendapatan yang maksimal dengan biaya yang dikeluarkan seminimal mungkin. Suatu kenaikkan laba mungkin merupakan hasil interaksi bermacam-macam faktor antara lain tingkat penjualan, biaya operasional, beban bunga maupun pajak. Kenaikkan laba juga disebabkan oleh kenaikkan modal yang diinvestasikan sehingga biaya modal tersebut juga meningkat. Laba bersih (net income) yang terdapat dalam laba akuntansi belum mencerminkan modal yang digunakan. Modal merupakan salah satu faktor dominan dalam kelangsungan usaha perusahaan.

PT Dharma Bandar Mandala Cabang Medan merupakan perusahaan jasa yang bergerak dalam pengangkutan produk-produk hasil pertanian, elektronik, perabot, hewan dan sebagainya. Sesuai dengan visi dari perusahaan ini yaitu ingin menjadi yang terdepan dalam memberikan jasa di bidangnya maka penciptaan nilai perusahaan harus diperhatikan oleh pihak manajemen agar tujuan dapat tercapai dan dapat bersaing di antara perusahaan yang sejenis. Jika perusahaan hanya memperhatikan tingkat laba yang diperoleh untuk mencapai tujuannya maka kemungkinan besar kegiatan operasional perusahaan menjadi kurang efektif dan efisien. Perusahaan ini memperoleh laba yang terus meningkat dalam lima tahun yaitu tahun 2001 – 2005. Berikut ini laba akuntansi PT Dharma Bandar Mandala Cabang Medan :


(14)

Tabel 1.1

Laba operasi setelah pajak PT. Dharma Bandar Mandala Cabang Medan Periode 2001 – 2005

(Dalam Rp)

Tahun Laba operasi Persentase Laba

operasi setelah pajak

2001 269.602.026 7,15%

2002 754.576.172 20,00%

2003 830.033.789 22,00%

2004 913.037.168 24,21%

2005 1.004.340.884 26,63%

Sumber : Laporan laba/rugi

Tabel 1.1 menunjukkan bahwa laba operasi setelah pajak perusahaan mengalami peningkatan laba. Peningkatan laba yang cukup tinggi terjadi pada tahun 2002 dari laba tahun 2001 sebesar 13%, sedangkan tahun 2003 sampai tahun 2005 peningkatan laba hanya sebesar 2% per tahunnya dari tahun sebelumnya. Berdasarkan teori yang telah dijelaskan maupun penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya oleh peneliti terdahulu, walaupun perusahaan secara akuntansi dinyatakan berlaba belum tentu memiliki nilai EVA yang positif karena di dalam metode EVA terdapat perhitungan biaya modal. Jika EVA positif berarti perusahaan berlaba secara ekonomi mampu menutupi semua komponen biaya yang dikeluarkan artinya perusahaan telah menciptakan nilai tambah dan sebaliknya apabila EVA negatif berarti perusahaan belum berlaba secara ekonomi, belum mampu menutupi semua komponen biaya yang dikeluarkan dan perusahaan belum dapat menciptakan nilai tambah.


(15)

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, maka diambil judul penelitian skripsi :

“Hubungan Economic Value Added (EVA) Dengan Laba Pada PT. Dharma Bandar Mandala Cabang Medan”.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka penulis merumuskan masalah :

“Apakah terdapat hubungan yang signifikan antara Economic Value Added (EVA) dengan laba pada PT. Dharma Bandar Mandala Cabang Medan”.

1.3. Kerangka Konseptual

Menurut Sartono (2001 : 103) formula EVA dapat ditulis sebagai berikut: EVA = Laba bersih setelah pajak (NOPAT) – Biaya modal setelah pajak yang

diperlukan untuk mendukung operasi

= EBIT (1-pajak perusahaan) – (modal operasi) (biaya modal setelah pajak) laba bersih operasi setelah pajak (NOPAT) yaitu sejumlah laba perusahaan yang akan dihasilkan jika perusahaan tersebut tidak memiliki utang dan tidak memiliki asset financial. Biaya modal adalah tingkat pengembalian yang harus dihasilkan oleh perusahaan atas investasi proyek untuk mempertahankan nilai pasar sahamnya. Modal operasi atau operating capital merupakan penjumlahan dari utang, saham preferen, dan saham biasa yang digunakan untuk mengadakan asset operasi bersih (net operating asset). Berikut ini gambar model kerangka konseptual yang menegaskan hubungan antara EVA dengan penciptaan


(16)

nilai tambah perusahaan. Laba merupakan konsep yang menghubungkan antara pendapatan yang diperoleh perusahaan dengan biaya-biaya yang harus ditanggung oleh perusahaan.

Menurut Warsono (2003:48), EVA adalah suatu estimasi laba ekonomis yang benar atas suatu bisnis selama tahun tertentu. Hal ini berbeda secara substansial jika dibandingkan dengan laba akuntansi, laba akuntansi terlihat pada laporan laba rugi perusahaan. EVA mempresentasikan pendapatan residual yang tersisa setelah biaya peluang (opportunity cost) dari semua modal yang ada. Ini tentu berbeda dengan laba akuntansi yang tidak memasukkan unsur biaya modal ekuitas.

Gambar 1.1 Kerangka konseptual

LABA Economic Value Added

(EVA)

Sumber : Sartono (diolah)

1.4. Hipotesis

Berdasarkan latar belakang masalah, perumusan masalah dan kerangka konseptual, maka hipotesis penelitian ini sebagai berikut:

“ Terdapat hubungan yang signifikan antara Economic Value Added (EVA) dengan Laba Pada PT. Dharma Bandar Mandala Cabang Medan.”


(17)

1.5. Tujuan dan manfaat Penelitian 1.5.1. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan yang signifikan antara Economic Value Added (EVA) sebagai penciptaan nilai perusahaan dengan laba yang diperoleh PT Dharma Bandar Mandala Cabang Medan.

1.5.2. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini antara lain : 1. Bagi peneliti

Penelitian ini membantu peneliti untuk lebih memahami dan mendalami masalah Economic Value Added dalam menilai penciptaan nilai tambah perusahaan yang di dasarkan atas kinerja keuangan perusahaan yang merupakan tolok ukur untuk menilai kemamapuan dan prestasi perusahaan. 2. Bagi perusahaan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi untuk penilaian prestasi atau nilai tambah perusahaan serta dapat digunakan untuk menyusun strategi usaha di masa yang akan datang dengan memperhitungkan nilai dari Economic Value Added serta dapat membantu pihak menajemen dalam pengambilan keputusan bagi perusahaan.

3. Bagi pihak lain

Dapat digunakan sebagai informasi mengenai penciptaan nilai tambah perusahaan berdasarkan konsep Economic Value Added serta sebagai referensi untuk mengadakan penelitian pada masa yang akan datang.


(18)

1.6. Metode Penelitian 1.6.1. Batasan Operasional

Batasan penelitian yang penulis tetapkan yaitu terbatas pada hubungan Economic Value Added (EVA) yaitu NOPAT, modal operasi, biaya modal setelah pajak dengan laba PT Dharma Bandar Mandala Cabang Medan. Hal ini diperlukan untuk menghindari ketidak akuratan data dalam membahas dan menganalisis permasalahan.

1.6.2. Defenisi Operasional

Defenisi operasional dan pengukuran variabel yang dimaksud dalam penelitian ini adalah :

a. Variabel terikat (dependen) yaitu laba

Menurut Sartono (2001 : 104), laba akuntansi dihitung tanpa mengurangkan biaya modal, laba akuntansi terlihat pada laporan laba rugi perusahaan.

b. Variabel bebas (independen) adalah variabel yang nilainya tidak tergantung pada variabel lain yaitu EVA

Menurut Sartono (2001 : 103), formula EVA sebagai berikut :

EVA = Laba bersih operasi setelah pajak (NOPAT) – Biaya modal setelah pajak yang diperlukan untuk mendukung operasi

= EBIT (1-pajak perusahaan) – (Modal operasi) (Biaya modal setelah pajak)


(19)

a. NOPAT (Net Operating Profit After Tax) merupakan sejumlah laba perusahaan yang akan dihasilkan jika perusahaan tersebut tidak memiliki utang dan tidak memiliki asset financial.

NOPAT didefenisikan sebagai berikut : NOPAT = EBIT (1-pajak perusahaan)

b. Modal operasi atau operating capital merupakan penjumlahan dari utang, saham preferen, dan saham biasa yang digunakan untuk pengadaan asset operasi bersih (Net Operating Asset) yaitu modal kerja operasi bersih ditambah investasi pabrik dan peralatan bersih.

c. Biaya modal saham biasa dan laba ditahan atau sering disatukan menjadi biaya modal sendiri (biaya ekuitas) atau disebut biaya modal saham biasa saja. Biaya ekuitas adalah pengembalian yang diinvestasikan investor untuk membuat investasi ekuitas di dalam perusahaan. Perusahaan yang menggunakan beberapa sumber modal maka biaya modal yang dihitung adalah biaya modal rata-rata tertimbang (Weighted Average Cost Of Capital disingkat WACC). (Martono & Harjito, 2001 : 202)

Menurut Tunggal (2001 : 29), rumus yang digunakan untuk mencari WACC adalah :

WACC =

equity debt

debt

+ × cost of debt (1-T) + debt equity equity

+ × cost of equity

Menurut Warsono (2003 : 146), ada tiga pendekatan untuk menghitung biaya laba ditahan yaitu :


(20)

1. Model Arus Diskonto Ks =

0 1 P D

+ g Keterangan :

Ks = Biaya laba ditahan

1

D = Dividen yang diharapkan pada tahun pertama

0

P = Harga pasar saham biasa perusahaan g = tingkat pertumbuhan dividen tahunan 2. CAPM (Capital Asset Pricing Model)

Ks = Rf + {(Rm – Rf) × } Keterangan :

Ks = Biaya laba ditahan

Rf = Tingkat pengembalian bebas risiko Rm = Tingkat pengembalian pasar

β = Pengukur risiko sistematis saham 3. Model Premi Risiko

Ks = Ki + Rp Keterangan :

Ks = Biaya laba ditahan Ki = Biaya utang setelah pajak Rp = Risk Premium/Premi risiko

Menurut Young & O'byrne (2001 : 161), premi risiko itu sama dengan suatu premi risiko pasar (market risk premium) yang mencerminkan harga yang dibayar oleh pasar saham untuk seluruh


(21)

investor ekuitas. Risiko pasar dapat dihitung dengan tingkat suku bunga SBI. Beta (risiko sistematis) pada perusahaan yang sahamnya tidak diperdagangkan pada public diabaikan.

1.6.3. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada PT Dharma Bandar Mandala Cabang Medan, waktu penelitian dimulai bulan oktober 2007 sampai dengan bulan februari 2008. 1.6.4. Jenis Data

Jenis data yang digunakan oleh penulis antara lain :

a. Data primer seperti informasi langsung mengenai perusahaan yang didapatkan melalui proses wawancara dengan pihak pimpinan.

b. data sekunder yaitu data yang bersumber dari penelitian kepustakaan (library research) yang dikumpulkan dari buku-buku, majalah-majalah, surat kabar dan tulisan-tulisan ilmiah lainnya. Data sekunder yang digunakan penulis sebagai berikut ;

a. Neraca Tahun 2001 – 2005

b. Laporan laba rugi tahun 2001 – 2005

c. Sejarah singkat, struktur organisasi besarta tugasnya

d. Data-data berupa buku-buku ilmiah, jurnal-jurnal dan artikel lainnya 1.6.5. Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan penulis dalam mengumpulkan data adalah sebagai berikut :

a. Teknik wawancara yaitu penulis melakukan komunikasi langsung melalui Tanya jawab dengan pihak yang terkait pada perusahaan untuk menanyakan


(22)

dan mempelajari dokumen-dokumen yang berhubungan dengan masalah yang akan diteliti.

b. Teknik dokumentasi, dilakukan dengan mengumpulkan laporan dokumen-dokumen, catatan-catatan dan informasi lainnya dari perusahaan.

1.6.6. Metode Analisis Data

a. Metode Analisis Deskriptif adalah metode penganalisisan yang dilakukan dengan cara menentukan data, mengumpulkan data dan menginterpretasikan data sehingga dapat memberikan gambaran masalah yang dihadapi.

b. Metode analisis korelasi Pearson (sugiyono, 2005:182)

Metode korelasi pearson atau sering disebut korelasi product moment merupakan indeks atau bilangan yang digunakan untuk mengukur keeratan hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat, dimana data yang diolah data interval atau data rasio.

Menghitung nilai koefisien korelasi pearson dapat dilakukan dengan menggunakan rumus berikut :

rx,y=

}

{

}

{

∑ ∑

− 2 2 2 2 ) ( . ) ( . ) )( ( . y y n x x n y x xy n dimana:

r = koefisien korelasi n = jumlah data

x.y = jumlah perkalian variabel x dan y x = jumlah nilai variabel x

y = jumlah nilai variabel y x = jumlah kuadrat variabel x 2


(23)

y = jumlah kuadrat variabel y 2

(x) = kuadrat dari perkalian variabel x 2 (y) = kuadrat dari perkalian variabel y 2

nilai koefisien korelasi pearson paling kecil -1 dan paling besar +1, nilai menjelaskan bahwa apabila suatu variabel naik maka akan menyebabkan kenaikan pada variabel yang lainnya dan sebaliknya. Koefisien negatif nilainya berada antara -1 sampai 0, nilai tersebut menjelaskan bahwa apabila suatu variabel naik maka variabel yang lainnya akan turun, dan sebaliknya.

Tabel 1.2

Pedoman untuk memberikan interpretasi Koefisien korelasi

Interval koefisien Tingkat hubungan 0,00 – 0,199 Sangat rendah

0,20 – 0,399 Rendah

0,40 – 0,599 Sedang

0,60 – 0,799 Kuat

0,80 – 1,000 Sangat kuat Sumber : Sugiyono (2005:183)


(24)

Pengujian Hipotesis Uji statistik t

Uji statistik t menunjukkan apakah secara individual variabel bebas (Xi) mempunyai hubungan yang signifikan terhadap variabel terikat (Y).

Pengujian signifikansinya menggunakan rumus : (Sugiyono, 2005:184) t =

2

1 2

r n r

− −

Dimana : t = nilai t hitung r = koefisien korelasi

n = banyaknya pasangan rank

Dalam pengujian ini digunakan hipotesis sebagai berikut : H0: t = 0

Artinya setiap variabel bebas (X) tidak mempunyai hubungan yang signifikan terhadap variabel terikat (Y).

H1: t 0 ≠

Artinya setiap variabel bebas (X) memiliki hubungan yang signifikan terhadap variabel terikat (Y).

Kriteria pengambilan keputusan :

Dapat dilihat dari hasil perhitungan melalui aplikasi program komputer program SPSS for windows versi 12.00 dengan ketentuan tingkat signifikansi :g = 1%

H0 diterima jika -ttabel ≤ thitung ≤ t pada g = 1% artinya H0 diterima dan

korelasinya tidak signifikan


(25)

H0 diterima jika -t > t > ttabel pada g = 1% artinya H ditolak dan korelasinya signifikan

tabel hitung 0

Menurut sugiyono (2005:185)

Pengujian signifikan korelasi product moment dapat langsung dikonsultasikan pada tabel r product moment dengan ketentuan bila r hitung lebih kecil dari tabel, maka H diterima, dan Ha ditolak. Namun sebaliknya bila r hitung lebih besar dari r tabel (rh> r tabel) maka Ha diterima.


(26)

BAB II

URAIAN TEORITIS

2.1 Penelitian Terdahulu

Hasil penelitian kandau (2007), yang berjudul “Analisis Penerapan Economic Value Added (EVA) Sebagai Alat Ukur Penilaian Kinerja Keuangan Pada PT. Telekomunikasi Indonesia,Tbk”, menyebutkan bahwa nilai EVA yang dihasilkan oleh perusahaan positif dan mengalami peningkatan setiap tahunnya, peningkatan nilai EVA yang diperoleh disebabkan NOPAT perusahaan yang juga terus meningkat dan sebaliknya cost of capital menurun.

Hasil penelitian Kholila (2006), yang berjudul “Analisis Economic Value Added (EVA) Sebagai Tolak Ukur Penciptaan Nilai Perusahaan Pada PT.Bridgestone Sumatra Rubber Dolok Merangir Serbelawan”, menyatakan bahwa nilai EVA yang dihasilkan oleh perusahaan bernilai negative pada tahun 2000-2005 hanya pada tahun 2003 saja nilai EVA positif, peningkatan laba akuntansi tidak diikuti dengan perolehan laba ekonomi yang baik.

2.2. Pengertian Economic Value Added (EVA)

Gagasan mengenai EVA telah lama ada. Pada tahun 1920-an, Alfred Stern melaksanakan sisitem seperti EVA (mengurangi biaya modal dari laba yang diperoleh) untuk divisi operasi general motors. Perusahaan Jepang Matsushita menciptakan sistem serupa pada tahun 1950-an. Pada zaman itu, orang menamainya dengan pendapatan residual (residual income) atau laba ekonomis (economic profit). Istilah EVA belum tercipta (Young & O Byrne,2001:94),


(27)

konsep EVA pertama kali diperkenalkan oleh Geoege bennet stewart, salah seorang managing partner dari sebuah perusahaan konsultan manajemen terkemuka yaitu Stern Stewart & Company yang berkantor pusat di New York, dalam bukunya yang berjudul “The Quest For Value” pada tahun 1980.

Perusahaan pertama yang sukses menerapkan EVA adalah The Coca Cola Company pada tahun 1990, yang merupakan klien Stern Stewart & Co. berkat penerapan EVA, perusahaan tersebut dapat meningkatkan efisiensi operasi, sehingga harga sahamnya membumbung tinggi dari US$ 3 menjadi US$ 42 atau naik sebesar 14 kali lipat. Tahun 1995 perusahaan SPX juga menerapkan EVA dan hasilnya cukup mengagumkan. Perusahaan yang sebelumnya mengalami kinerja buruk selama bertahun-tahun dengan laba rendah dan harga saham lesu, berubah menjadi pencipta nilai yang tinggi. Tahun 1996 perusahaan tersebut berhasil mencetak EVA sebesar US$ 27 juta, kemudian pada tahun 1998 EVA meningkat menjadi US$ 60 dan tahun 1999 naik lagi menjadi US$ 130. Perusahaan ini berhasil memperbaiki kinerjanya dengan menerapkan konsep EVA, dengan melakukan serangkaian tindakan yang seluruhnya memiliki satu tujuan yaitu menciptakan nilai pemegang saham.

Economic Value Added (EVA) banyak diterapkan oleh perusahaan di AS, beberapa diantaranya yaitu CSX, Briggs & Stratton, AT&T, dan Quaker Qats (Nasser,2003:25). Di Indonesia konsep EVA ini juga sudah diterapkan oleh beberapa perusahaan umtuk menilai kinerja manajemennya. Perusahaan yang pertama kali menerapkan EVA di Indonesia adalah PT. United Tractors,Tbk pada tahun 1996.


(28)

Defenisi EVA menurut Brigham & Houstan (2006:68), EVA adalah nilai yang ditambahkan oleh manajemen kepada pemegang saham selama satu tahun tertentu. EVA mencerminkan laba residu yang tersisa setelah biaya dari seluruh modal termasuk modal ekuitas dikurangkan. Hal ini senada dengan pendapat Endri (2005:157) yang mendefenisikan EVA sebagai sisa laba (residual income) setelah semua penyedia kapital diberi kompensasi yang sesuai dengan tingkat pengembalian yang dibutuhkan atau setelah semua biaya kapital yang digunakan untuk menghasilkan laba tersebut dibebankan. Menurut Warsono (2003:48), EVA adalah perbedaan antara laba operasi setelah dengan biaya modalnya. Jadi, EVA suatu estimasi laba ekonomis yang benar atas suatu bisnis selama tahun tertentu. Dalam menghitung EVA ada tiga variabel yang penting yaitu NOPAT (Net Operating Profit After Tax) atau laba setelah pajak, Coc (Cost Of Capital) atau biaya modal dan EVA atau nilai tambah ekonomis itu sandiri.

Perbedaan konsep ini dengan alat ukur lain berbasis akuntansi adalah pada EVA, laba telah dikurangkan dengan biaya modal. Sementara laba akuntansi hanya mengurangkan pendapatan dengan biaya operasional sehingga dengan metode EVA diperoleh laba ekonomis yaitu laba yang sebenarnya dari sebuah perusahaan setelah semua biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan laba dikurangkan. Defenisi laba ekonomis menurut Young & O Byrne (2001:95) adalah laba yang diperoleh dari suatu tindakan ekonomis bertentangan dengan perspektif akuntansi yang mensyaratkan sebuah perusahaan dapat menutup tidak hanya biaya operasi tetapi jugta seluruh biaya modal. Biaya modal ini meliputi tidak hanya elemen-elemen yang jelas, seperti pembayaran bunga kepada bankir dan pemegang obligasi, tetapi juga kesempatan biaya modal yang diinvestasikan


(29)

oleh pemegang saham perusahaan. Dengan demikian, perusahaan yang berlaba secara akuntansi belum tentu memiliki nilai EVA yang positif.

Dengan menerapkan konsep EVA, dapat dilihat berapa nilai tambah yang bisa dihasilkan oleh perusahaan setelah semua komponen biaya dikurangkan. Saat perusahaan berhasil menciptakan nilai tambah berarti kinerja keuangan perusahaan tersebut bagus.

Menurut Nasser (2003:28) ada 3 strategi menaikkan nilai economic value added (EVA) yaitu :

1. Strategi penciptaan nilai dengan mencapai pertumbuhan keuntungan (profitable growth). Hal ini bisa dicapai dengan menambah modal yang diinvestasikan pada proyek dengan tingkat pengembalian yang tinggi.

2. Strategi penciptaan nilai dengan meningkatkan efisiensi operasi (operating efficiency). Dalam hal ini meningkatkan keuntungan tanpa menggunakan tambahan modal.

3. Strategi penciptaan nilai dengan rasionalisasi dan keluar dari bisnis yang tidak menjanjikan (rationalize and exit unrewording business). Ini berarti menaik modal yang tidak produktif dan menarik modal dari aktivitas yang menghasilkan return yang rendah dan menghapus unit bisnis yang tidak menjanjikan hasil.

Semua strategi tersebut menuntut kepedulian dan kebijaksanaan manajemen dalam memilih investasi yang menguntungkan yaitu investasi dengan return yang optimum dan risiko yang minimum. Dengan demikian manajemen mampu menciptakan nilai tambah ekonomis bagi perusahaan.


(30)

2.3. Tujuan dan Manfaat Konsep Economic Value Added (EVA)

Menurut Abdullah (2003 : 142), dengan perhitungan EVA diharapkan akan mendapatkan hasil perhitungan nilai ekonomis perusahaan yang lebih realistis. Oleh karena itu, EVA dihitung berdasarkan perhitungan biaya modal (cost of capital) yang menggunakan nilai pasar berdasarkan kepentingan kreditur terutama para pemegang saham dan bukan berdasarkan nilai buku yang bersifat histories. Perhitungan EVA juga diharapkan dapat mendukung penyajian laporan keuangan sehingga akan mempermudah bagi para pengguna laporan keuangan.

Menurut Siddharta, seperti yang dikutip oleh Abdullah (2003:142) sedikitnya ada 4 manfaat yang dapat diperoleh dari penerapan EVA untuk menilai kinerja keuangan perusahaan :

1. penerapan model EVA sangat bermanfaat untuk digunakan sebagai pengukur kinerja perusahaan dimana fokus penilaian adalah penciptaan nilai (value creation).

2. penilaian kinerja keuangan dengan menggunakan pendekatan EVA menyebabkan perhatian manajemen sesuai dengan kepentingan pemegang saham. Dengan EVA para manajer akan berfikir dan bertindak seperti halnya pemegang saham yaitu memilih investasi yang memaksimmkan tingkat pengembalian dan meminimumkan tingkat biaya sehigga nilai perusahaan dapat di maksimalkan.

3. EVA mendorong perusahaan untuk lebih memperhatikan kebijaksanaan struktur modalnya.

4. EVA dapat digunakan untuk mengidentifikasikan proyek atau kegiatan yang memberikan pengembalian yang lebih tinggi dari pada biaya modalnya.


(31)

Kegiatan atau proyak yang memberikan nilai sekarang dari total EVA yang positif menunjukkan adanya penciptaan nilai dari proyek tersebut dan dengan demikian sebaiknya diambil, begitu pula sebaliknya.

Konsep EVA tidak hanya digunakan dalam penilaian suatu investasi saja, tetapi juga berperan dalam hal goal setting, capital budgeting, performance assessment, dan incentive compensation.

a. EVA dan Goal setting

Fokus perusahaan untuk mengejar laba sebesar-besarnya hanyalah tujuan jangka pendek saja. Tetapi tujuan maksimalisasi nilai EVA adalah untuk jangka panjang. Hal ini perlu dikomunikasikan sejak awal kepada manajemen, sehingga para manajer terhindar dari myopic behaviour dan menjadi lebih terfokus pada penciptaan nilai dan bukan mengejar laba besar. Lewat komunikasi ini dapat disatukan upaya untuk mendorong proses-proses yang menambah nilai dan mengurangi proses-proses yang tidak menambah nilai bagi perusahaan.

b. EVA dan Capital bugeting

Konsep EVA dalam hal investasi mempunyai prinsip yang sama dengan Net Present Value (NPV). Net Present Value juga dapat diperoleh dari jumlah nilai sekarang dari EVA yang dihasilkan oleh setiap proyak dimana biaya modal baru yang digunakan untuk membiayai sebuah proyek dikurangkandari perhitungan awal EVA. Pedoman EVA untuk capital budgeting adalah menerima proyek atau peluang investasi yang menghasilkan positive discounted EVA dan menolak proyek yang menghasilkan negative discounted EVA. Proyek dengan positive discounted EVA akan menambah nilai,


(32)

demikian sebaliknya proyek dengan negative discounted EVA akan merusak atau mengurangi nilai sebuah perusahaan.

c. EVA dan performance assessment

Pada suatu perusahaan, pemilik perusahaan akan menunjuk dan memberikan wewenang kepada manajemen untuk menjalankan operasi perusahaan sehari-hari. Manajemen cendrung mempunyai kontrol penuh atas segala strategi atau tindakan yang dilakukan meskipun masih ada campur tangan dari pemilik. Pemisahan antara kepemilikan dan kontrol ini menyebabkan terjadinya conflict of interest antara pemilik dan manajemen dimana manajemen cendrung menginginkan maksimalisasi nilai perusahaan untuk mengurangi atau memperkecil biaya yang timbul karena perbedaan kepentingan pemilik dengan manajemen, maka dibentuklah suatu sistem performance assessment yang memberikan insentif pada strategi atau tindakan manajemen yang menambah nilai, bukan sekedar laba yang tinggi, yang bisa saja terjadi karena penggunaan metode akuntansi yang berbeda. Pedoman yang digunakan untuk mengukur nilai tambah perusahaan adalah EVA.

d. EVA dan Incentive compensation

Pada perusahaan besar yang kepemikikannya tersebar ke banyak pemegang saham dan tujuan perusahaan adalah value building, sistem pemberian insentif atau penggajian seharusnya ditujukan untuk mendorong aktivitas yang menambah nili perusahaan yaitu insentif atau bonus diberikan. Pada individu yang strategi atau tindakannya menambah nilai perusahaan. Sistem kompensasi yang berpedoman pada pengukuran akuntansi mempunyai kelemahan yaitu karena adanya hubungan yang semu antara laba buku dan


(33)

kehidupan ekonomis suatu perusahaan. Manajemen akan mengambil tindakan atau strategi yang meningkatkan laba dan tentu akan meningkatkan gaji mereka, tetapi menumbuhkan nilai keseluruhan suatu perusahaan.

2.4. Keunggulan dan Kelemahan Konsep Economic Value Added (EVA) 2.4.1. Keunggulan Konsep EVA

Menurut Iramani & Febrian (2005 : 6), keunggulan yang dimiliki EVA diantaranya sebagai berikut :

a. EVA memfokuskan penilaian pada nilai tambah dengan memperhitungkan beban sebagai konsekuensi investasi

b. Konsep EVA adalah alat perusahaan dalam mengukur harapan yang dilihat dari segi ekonomis dalam pengukurannya yaitu dengan memperhatikan harapan penyandang dana secara adil dimana derajat keadilan dinyatakan dengan ukuran tertimbang dari struktur modal yang ada dan berpedoman pada nilai pasar bukan nilai buku

c. Perhitungan EVA dapat digunakan secara mandiri tanpa memerlukan data pembanding seperti standar industri atau data perusahaan lain sebagai konsep penilaian

d. Konsep EVA dapat digunakan sebagai dasar penilaian penberian bonus pada karyawan dengan divisi yang memberikan EVA lebih besar

e. Pengaplikasian EVA yang mudah menunjukkan bahwa konsep tersebut merupakan ukuran praktis, mudah dihitung dan mudah digunakan sehingga merupakan salah satu bahan pertimbangan dalam mempercepat pengambilan keputusan bisnis


(34)

2.4.2. Kelemahan Konsep EVA

Beberapa kelemahan konsep EVA antara lain :

a. Secara konseptual EVA memang lebih unggul daripada pengukuran tradisional akuntansi, namun secara praktis belum tentu dapat diterapkan dengan mudah

b. EVA dalah alat ukur semata dan tidak bisa berfungsi sebagai cara untuk mencapai sasaran perusahaan sehingga diperlukan suatau cara bisnis tertentu untuk mencapai sasaran perusahaan

c. Masih mengandung unsur keberuntungan yaitu naik turunnya EVA dapat dipengaruhi oleh gejolak di pasar modal

d. EVA hanya menggambarkan penciptaan nilai pada suatu tahun tertentu

e. EVA mendorong pengalokasian dana perusahaan untuk investasi dengan biaya modal yang rendah

2.5. Metodologi Perhitungan Economic Value Added Langkah-langkah perhitungan EVA sebagai berikut : a. NOPAT (Net Operating Profit After Taxes)

Pada perhitungan EVA, komponen pertama yang harus diketahui adalah NOPAT yang diperoleh perusahaan. Laba bersih operasi setelah pajak (NOPAT) yaitu sejumlah laba perusahaan yang akan dihasilkan jika perusahaan tersebut tidak memiliki utang dan tidak memiliki aset finansial. Menurut Sartono (2001:100)

NOPAT sama dengan Earnings Before Interest and Taxes (EBIT) dikali dengan selisih satu dengan pajak perusahaan.


(35)

NOPAT didefenisikan sebagai berikut : NOPAT = EBIT (1-pajak perusahaan)

b. Modal operasi atau operating capital merupakan penjumlahan dari utang, saham preferen, dan saham biasa yang digunakan untuk pengadaan asset operasi bersih (Net Operating Asset) yaitu modal kerja operasi bersih ditambah investasi pabrik dan peralatan bersih.

Menurut Sartono (2001:99)

Modal kerja operasi bersih sama dengan semua aset lancar yang tidak memberikan bunga dikurang semua utang lancar yang tidak mensyaratkan bunga.

Modal kerja operasi bersih di defenisikan sebagai berikut :

Modal kerja operasi bersih = (kas + piutang dagang + persediaan) – (utang dagang + akrual)

Total modal operasi sama dengan modal kerja operasi bersih di tambah aset tetap bersih atau investasi pabrik dan peralatan bersih.

Total modal operasi di defenisikan sebagai berikut :

Total modal operasi = modal kerja operasi bersih + aset tetap bersih

c. Biaya modal setelah pajak dapat dihitung berdarsarkan biaya untuk masing-masing sumber dana yang disebut biaya modal individual. Biaya modal individual tersebut dihitung satu per satu untuk tiap jenis modal. Namun, apabila perusahaan menggunakan beberapa sumber modal maka biaya modal yang dihitung adalah biaya modal rata-rata tertimbang (Weighted Average Cost Of Capital disingkat WACC). (Martono & Harjito, 2001 : 202)


(36)

Menurut Tunggal (2001 : 29), rumus yang digunakan untuk mencari WACC adalah :

WACC =

equity debt

debt

+ ×cost of debt (1-T) + debt equity equity

+ ×cost of equity Biaya modal yang digunakan, baik untuk perusahaan maupun proyek khusus adalah biaya modal rata-rata tertimbang ini mempunyai beberapa komponen : biaya utang (cost of debt), biaya saham preferen (cost of prefered stock), dan biaya ekuitas biasa (cost of common equity). Biaya modal saham biasa dan laba ditahan atau sering disatukan menjadi biaya modal sendiri (biaya ekuitas) atau disebut biaya modal saham biasa saja. Biaya hutang (cost of debt) adalah tingkat pengembalian yang dikehendaki karena adanya risiko kredit (credit risk) yaitu risiko perusahaan dalam memenuhi kewajiban pembayarab bunga dan pokok hutang. Biaya saham preferen (cost of prefered stock) yaitu biaya atas penggunaan dana yang digunakan untuk investasi yang dilakukan perusahaan yang berasal dari saham preferen. Biaya ekuitas (cost of equity) yaitu tingkat pengembalian yang dikehendaki investor karena adanya ketidakpastian tingkat laba.

Menurut Warsono (2003 : 146), ada tiga pendekatan untuk menghitung biaya laba ditahan ini nyaris sama dengan perhitungan biaya saham biasa. Dalam penerapannya mungkin saja menghasilkan laba ditahan yang berbeda karena menggunakan dasar dan asumsi yang berbeda. Maka dicarilah hasil perhitungan rata-ratanya :

a. Model Arus Diskonto Ks =

0 1 P D


(37)

Keterangan :

Ks = Biaya laba ditahan

1

D = Dividen yang diharapkan pada tahun pertama

0

P = Harga pasar saham biasa perusahaan g = Tingkat pertumbuhan dividen tahunan b. CAPM (Capital Asset Pricing Model)

Ks = Rf + {(Rm – Rf) × } Keterangan :

Ks = Biaya laba ditahan

Rf = Tingkat pengembalian bebas risiko Rm = Tingkat pengembalian pasar β = Pengukur risiko sistematis saham c. Model Premi Risiko

Ks = Ki + Rp Keterangan :

Ks = Biaya laba ditahan Ki = Biaya utang setelah pajak Rp = Risk Premium/Premi risiko

d. EVA = Laba bersih operasi setelah pajak (NOPAT) – Biaya modal setelah pajak yang diperlukan untuk mendukung operasi

= EBIT (1-pajak perusahaan) – (Modal operasi) (Biaya modal setelah pajak)

EVA didasarkan pada gagasan keuntungan ekonomis yang menyatakan bahwa kekayaan hanya diciptakan ketika perusahaan meliputi biaya operasional


(38)

dan biaya modal. Manajemen dapat melakukan banyak hal untuk menciptakan nilai tambah, tetapi pada prinsipnya EVA akan meningkat jika manajemen melakukan satu dari tiga hal berikut :

a. Meningkatkan laba operasi tanpa adanya tambahan modal

b. Menginvestasikan modal baru ke dalam project yang mendapat return lebih besar dari biaya modal yang ada

c. Menarik modal dari aktivitas-aktivitas usaha yang tidak menguntungkan

2.6. Laba Akuntansi

Laba akuntansi merupakan laba bersih perusahaan yang dilaporkan dalam laporan laba rugi. Laporan laba rugi adalah laporan keuangan yang menggambarkan hasil-hasil usaha yang dicapai selama periode tertentu. Laba rugi bersih adalah selisih antara pendapatan total dengan biaya atau pengeluaran total. Pendapatan mengukur aliran masuk aset bersih (setelah dikurangi utang) dari penjualan barang atau jasa. Pendapatan sssuatu perusahaan dibagi menjadi dua macam yaitu pendapatan operasional (sales revenue) dan pendapatan non operasional. Pendapatan operasional adalah pendapatan yang dihasilkan oleh kegiatan pokok perusahaan sedangkan pendapatan non operasional adalah pendapatan yang dihasilkan oleh kegiatan sampingan.

Laporan laba rugi dapat dilihat secara jelas hasil operasi perusahaan yang dipisahkan dengan hasil non operasinya karena bentuk suatu laporan laba rugi sederhana maka banyak pemilik perusahaan yang mengerti dan menggunakannya sebagai ukuran kinerja manajemen selama satu tahun. Pemilik perusahaanmerasa


(39)

puas jika perusahaan mendapat laba yang besar dan sebaliknya akan merasa kecewa jika perusahaan merugi.

Metode akuntansi yang digunakan dalam menyusun laporan laba rugi sangat mempengaruhi besar kecilnya laba yang dihasilkan. Perbedaan metode penilaian persediaan dan penyusutan aktva tetap antar periode akan menghasilkan laba yang berbeda pula. Pemilik perusahan sering kali tidak mempertimbangkan hal ini dalam mengukur keberhasilan operasi perusahaannya. Mereka cendrung untuk membandingkan laporan laba rugi antar periode untuk menentukan seberapa baik kinerja manajemennya. Jadi, dapat dipastikan bahwa earning atau laba bukan merupakan alat ukur yang dapat digunakan secara independen untuk mengevaluasi kinerja suatu manajemen. Salah satu kelemahan dari pengukuran akuntansi adalah hasil perhitungan berdasarkan buku. Dengan demikian nilainya tidak mencerminkan nilai yang ada di pasar.

Earnings growt atau pertumbuhan laba juga merupakan indikator kinerja yang menyesatkan karena pertumbuhan laba tidak mempertimbangkan esar kecilnya nilai tambah yang diciptakan dalam perusahaan. Sebagai contoh, dua perusahaan yang berbeda perusahaan x dan perusahaan y menghasilkan laba yang sama dan mempunyai pertumbuhan laba yang sama pula. Misalkan perusahaan x harus investasi lebih banyak modal dari pada perusahaan y untuk menjaga tingkat pertumbuhan labanya. Dalam hal ini perusahaan x cendrung untuk berinvestasi dalam segala bentuk asalkan pertumbuhan laba yang dihasilkan tetap. Tetapi perusahaan y menjadi unggul karena ditinjau dari penggunaan modalnya. Perusahaan y menggunakan modalnya untuk kegiatan operasional adalah lebih


(40)

efisien. Pertumbuhan tanpa komitmen terhadap perencanaan modal yang baik adalah awal dari jatuhnya perusahaan.

2.7 Hubungan EVA Terhadap Laba

Para ahli berpendapat bahwa EVA sebagai alat ukur operasional dari manajemen yang mencerminkan keberhasilan perusahaan dalam menciptakan nilai perusahaan. EVA yang positif berarti investasinya menghasilkan laba yang lebih besar dari pada total modalnya berarti telah terjadi pertambahan nilai (value added), sementara EVA yang negatif merupakan tanda bahwa telah terjadi pengurangan nilai meskipun sebenarnya perusahaan masih mendapatkan laba akuntansi. (Arifin, 2005: 57)


(41)

BAB III

GAMBARAN PERUSAHAAN

3.1 Sejarah Singkat Perusahaan dan Struktur Organisasi 3.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan

PT. Dharma Bandar Mandala sebagai perusahaan jasa yang bergerak dalam pengangkutan produk-produk hasil pertanian, elektronik, perabot, hewan dan sebagainya, berdiri pada tanggal 27 Januari 1999 didirikan di Jakarta oleh suroyo Ginodan Onky P. Soemarno, dalam perkembangannya pada tanggal 10 Juni 1999 perusahaan PT. Dharma Bandar Mandala membuka cabang di kota Medan dengan nama PT. Dharma Bandar Mandala Cabang Medan. Pendiri ini ditandai dengan keluarnya Surat Izin Usaha Nomor: C-13460 HT. 01. 01. Th 99 Tq Menteri Kehakiman Republik Indonesia serta Surat Izin Usaha Jasa Pengurusan Transportasi (SIUPOT) Nomor B. 89/AL. 003/KW.LX/99 dari Departemen Perhubungan. Dalam kegiatannya perusahaan PT. Darma Bandar Mandala Cabang Medan dalam kegiatannya berupa:

1 Kegiatan Usaha :

1.1 Pengiriman Cargo Udara (Potto port) sesuai dengan rute-rute yang dilalui pesawat Mandala Airlines.


(42)

2 Fasilitas Operasional

2.1 Gudang Cargo bandara Polonia 2.2 TD (Towing Derek)

2.3 Gerobak Cargo

2.4 Delivery Van (Mobil untuk pengiriman door to door) 3.1.2 Struktur Organisasi

Organisasi membantu dalam pemberian alat dengan nama orang-orang yang saling bekerjasama dengan cara yang efektif kearah pelaksanaan tujuan-tujuan tertentu serta akan mempersatukan orang-orang di dalam tugas yang saling berhubungan.

Organisasi tercipta akibat adanya sekelompok orang yang dapat bekerjasama untuk mencapai tujuan tertentu. Dimana sekelompok orang tersebut terdapat pimpinan yang memimpin agar terjadinya keharmonisan kerja.

Organisasi menciptakan suatu susunan dengan bagian yang diintegrasikan sedemikian rupa sehingga hubungan satu dengan yang lainnya di pengaruhi oleh hubungan dengan keseluruhan. Dengan demikian organisasi dapat dikatakan terdiri dari bagian pokok yaitu:

a. Bagian-bagian dan b. Hubungannya

Bagian-bagian yang dapat dipandang sebagai unit-unit pekerjaan atau pekerjaan yang perlu untuk melaksanakan seluruh pekerjaan dan berbagai orang yang ditugaskan pada pekerjaan-pekerjaan tersebut.


(43)

Organisasi dari setiap perusahaan berbeda antara satu perusahaan dengan perusahaan lainnya. Hal ini karena kebutuhan kondisi atau type daripada perusahaan tersebut juga berbeda. Oleh karena itu pada prinsipnya jenis organisasi yang dipakai harus disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan. Dalam menjalankan usahanya PT. Dharma Bandar Mandala Cabang Medan senantiasa mengaju pada kebijakan dan instruksi dari pimpinan perusahaan sesuai dengan struktur organisasi yang diterapkan seperti tertera di bawah ini:

a. Perabot kantor seperti kursi, meja, cash box, mesin tik, mesin faks, stabilizer, lemari, laci susun, filling cabinet mustang, rak sudut dan lain-lain.

b. Peralatan kantor seperti monitor ”GTC”, keybord, cpu II, amplifier, dan spiker, printer epson, printer HP deskjet, AC Toshiba, lemari besi C elite, file cabinet 4 laci, komputer pentium III, mesin tik operasional dan printer LQ.

c. Perabot gudang seperti gerobak barang ex Bouraq Airlines. d. Peralatan gudang seperti timbangan.


(44)

3.1.3 Uraian Tugas

a. Supervisor Keuangan dan Akuntansi Tugas dan Tanggungjawab:

a. Menyusun laporan keuangan

b. Membuat laporan penerimaan dan pengeluaran kas kecil cargo setiap bulan

c. Menyetor hasil penjualan harian ke Bank

d. Mencatat setiap transaksi yang berhubungan dengan penjualan cargo ke dalam voucher penerimaan Bank

e. Memeriksa laporan penjualan cargo harian

f. Membuat jurnal bukti pengeluaran dan Bank pemasukan ke dalam bukti voucher

g. Memeriksa jurnal bukti pengeluaran dan bank pemasukan ke dalam bukti voucher

h. Membuat jurnal memorial b. Administrsi Cargo

Tugas dan Tanggungjawab:

a. Menerima dan memeriksa setoran penjualan cargo harian b. Mengontrol pemakaian SMU Mandala/SMU Cargo Plus c. Membuat serah tarima SMU kepada agen

d. Membuat laporan penjualan bulanan

f. Bertanggungjawab atas penggunaan dana P Cash c. Supervisor Operasional


(45)

a. Monitor pergerakkan cargo di Bandara

b. Pengawasan terhadap cargo baik yang masuk maupun yang keluar c. Koordinasi dengan cengkareng

d. Memelihara hubungan dengan other airline dan pergudangan e. Menjaga hubungan dengan other airline dan pergudangan d. Shift Leader/Acceptance

Tugas dan Tanggungjawab:

a. Melakukan Security Chek sesuai fisik dengan memperhatikan kategori cargo berdasarkan jenisnya

b. Membuat PTI (Pemberitahuan Isi Gudang) c. Mengawasi pengawasan loading & Un-loading d. Memeriksa Report bila terjadi masalah di cargo e. In-bound & Out-bound Cargo

Tugas dan Tanggungjawab:

a. Men-check kembali jumlah sesuai manifest, SMU In-Bound maupun Out-Bound

b. Menginformasikan kedatangan cargo kepada consignee

c. Melaksanakan serah terima cargo kepada consignee dengan bukti SMU dan dicatat dengan bukti ekspedisi


(46)

SPV. OPERATION CARGO KEPALA CABANG

SPV. KEUANGAN/ AKUNTANSI

ADMINISTRASI CARGO

SHIF. LEADER

CARGO OUTBOUN CARGO

INBOUND

ACCEPTANCE

Sumber : PT. Dharma Bandar Mandala Cabang Medan

Gambar 3.1 Struktur Organisasi PT. Dharma Bandar Mandala Cabang Medan


(47)

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskriptif Variabel Penelitian 4.1.1. Economic Value Added (EVA)

Penulis terlebih dahulu menghitung variabel-variabel yang terdapat pada EVA berdasarkan laporan neraca dan laporan laba rugi PT Dharma Bandar Mandala Cabang Medan periode 2001-2005. sebelum melakukan analisis mengenai hubungan antara EVA dengan menghitung NOPAT, modal operasi dan biaya modal setelah pajak yang masing-masing dihitung mulai dari tahun 2001-2005.

1. Net Operating Profit After Taxes (NOPAT) NOPAT = EBIT (1-t)

Keterangan :

NOPAT = Net Operating Profit After Tax EBIT = Earnings Before Interest Tax t = Tax

Hasil perhitungan NOPAT yang diperoleh. PT. Dharma Bandar Mandala selama periode 2001-2005 dapat dilihat dari tabel 4.1 berikut ini :


(48)

Tabel 4.1.

Perhitungan NOPAT PT. Dharma Bandar Mandala Periode 2001 – 2005

(dalam Rp)

Komponen NOPAT 2001 2002 2003 2004 2005

EBIT .385.145.752 1.077.965.960 1.185.762.556 1.304.338.811 1.434.772.692

Pajak Perusahaan 30 % 30 % 30 % 30 % 30 %

(1-Pajak Perusahaan) 70 % 70 % 70 % 70 % 70 %

NOPAT 269.602.026 754.576.172 830.033.789 913.037.168 1.004.340.884 Sumber : Laporan laba rugi PT. Dharma Bandar Mandala


(49)

NOPAT adalah variabel penting yang harus dihitung untuk memperoleh nilai EVA perusahaan. Berdasarkan perhitungan pada tabel 4.1 dapat kita lihat bahwa NOPAT yang diperoleh PT Dharma Bandar Mandala meningkat setiap tahunnya. Peningkatan NOPAT yang cukup tinggi terjadi pada tahun 2002 yaitu sebesar Rp 754.576.172 dari NOPAT tahun 2001 yaitu sebesar Rp 269.602.026 atau mengalami kenaikan sebesar 13%. Kenaikan NOPAT disebabkan terjadinya kenaikan pada Earnings Before interest tax (EBIT) tahun 2002 menjadi Rp 1.077.965.960 dari tahun 2001dengan EBIT sebesar Rp 385.145.752. Kenaikan NOPAT ini paling utama disebabkan oleh tingkat pajak perusahaan yang besarnya tetap sama baik pada tahun 2001 maupun tahun 2002 yaitu sebesar 30%.

Pada tahun 2003-2005 NOPAT perusahaan juga mengalami kenaikan, namun kenaikan ini hanya sebesar 2%. Kenaikan NOPAT ini juga disebabkan oleh terjadinya kenaikan EBIT dari tahun 2003 sebesar Rp 1.185.762.556 menjadi Rp 1.304.338.811 di tahun 2004 dan kenaikan EBIT Rp 1.304.338.811 menjadi Rp 1.434.772.692 di tahun 2005 dengan tingkat pajak perusahaan yang besarnya 30% dari tahun 2003 hingga tahun 2005. 2. Biaya Modal Setelah Pajak Yang diperlukan Untuk Mendukung Operasi

2.1. Modal Operasi

Modal operasi = Modal kerja bersih + Aset tetap bersih

Hasil perhitungan modal operasi yang diperoleh PT Dharma Bandar Mandala selama periode 2001-2005 dapat dilihat dari tabel 4.2 berikut ini :


(50)

Tabel 4.2

Perhitungan Model Operasi PT. Dharma Bandar Mandala Periode 2001 – 2005

(dalam Rp) Komponen Modal

Operasi

2001 2002 2003 2004 2005

Kas 132.187.707 106.215.053 245.609.418 115.638.642 135.464.466 Piutang Usaha 146.822.496 196.940.350 150.986.486 183.962.624 190.708.454 Uang Muka 213.857.078 192.078.633 205.745.297 38.601.982 39.546.892 Hutang Usaha (58.939.330) (83.069.601) (.399.896.419) (482.695.219) (566.656.144) Hutang Pajak (213.169.397) (215.093.830) (218.096.103) (232.621.098) (262.556.045) Modal Kerja Operasi 220.758.554 197.070.605 ( 24.348.679) (377.113.069) (463.492.377)

Bersih

Aset tetap Bersih 42.146.612 125.907.593 311.821.264 42.518.102 59.277.482 Total Modal Operasi 262.905.166 322.978.198 336.169.443 (334.594.967) (404.214.895)


(51)

Modal operasi PT Dharma Bandar Mandala mengalami fluktuasi. Modal operasi tersebut mengalami peninkatan yang dapat dilihat pada tahun 2001-2002 dan tahun 2002-2003 yang disebabkan karena meningkatnya jumlah aset tetap bersih yaitu pada tahun 2002 menjadi Rp 125.907.593 dari tahun 2001 dengan aset tetap sebesar Rp 42.146.612 atau mengalami kenaikan sebesar Rp 83.760.981 sedangkan pada tahun 2003 menjadi Rp 311.821.264 dari tahun 2002 dengan aset tetap sebesar Rp 125.907.593 atau mengalami kenaikan sebesar Rp 185.913.671. Namun, untuk periode 2003-2004 dan 2004-2005 modal operasi ini mengalami penurunan. Penurunan modal operasi disebabkan menurunnya modal kerja operasi bersih tahun 2004 menjadi –Rp 377.113.069 dari tahun 2003 dengan modal kerja operasi bersih sebesar Rp 24.348.679 atau mengalami penurunan sebesar –Rp 352.764.390 sedangkan pada tahun 2005 modal kerja operasi bersih menjadi –Rp 463.492.377 dari tahun 2004 dengan modal kerja operasi bersih sebesar –Rp 377.113.069 atau mengalami penurunan sebesar –Rp 86.379.308.

Lebih jauh, penurunan modal operasi juga disebabkan terjadinya penurunan pada aset tetap (fixed asset) tahun 2004 menjadi Rp 42.518.102 dari tahun 2003 dengan fixed asset sebesar Rp 311.821.264 atau menurun sebesar Rp 269.303.162 sedangkan pada tahun 2005 aset tetap mengalami sedikit peningkatan dari tahun 2004. Namun kenaikan aset tetap tersebut tidak dapat menutupi kekurangan modal kerja operasi bersih dimana perbedaan tersebut sangat riskan sekali.


(52)

Biaya laba diyahan merupakan sebagian dari laba tahunan yang diinvestasikan kembali dalam usaha selain dibayarkan dalam kas dividen.

Tabel 4.3

Biaya Laba Ditahan PT Dharma Bandar Mandala Periode 2001-2005

Tahun 2001 2002 2003 2004 2005

Suku bunga SBI 16.62% 15.22% 10.1% 7.44% 9.03% Sumber : B.I

www.bi.go.id

Biaya modal laba ditahan pada tabel 4.3 memiliki arti bahwa biaya modal laba ditahan yang dihitung berdasarkan tingkat suku bunga SBI yang paling tinggi adalah pada tahun 2001 yaitu sebesar 16.62% dan yang paling rendah adalah pada tahun 2004 yaitu sebesar 7.44%. Secara teoritis perusahaan yang menggunakan laba untuk reinvestasi harus memperoleh keuntungan minimal sebesar tingkat keuntungan jika pemegang saham menginvestasikan dananya ke dalam perusahaan dengan tingkat risiko yang sama artinya semakin besar tingkat risiko yang dihadapi investor maka semakin besar return yang diharapkan sebaliknya semakin kecil tingkat risiko yang dihadapi investor maka semakin kecil return yang diharapkan.


(53)

Tabel 4.4.

Perhitungan Biaya Modal PT. Dharma Bandar Mandala Periode 2001 – 2005

(dalam Rp) Komponen Biaya

Modal

2001 2002 2003 2004 2005

Modal Operasi 262.905.166 322.978.198 336.169.943 (334.594.967) (404.214.895) Biaya Laba Ditahan 16,62 % 15,22 % 10,1 % 7,44 % 9,03 % Jumlah Biaya

Modal

43.694.839 49.157.282 33.953.164 ( 24.893.866) (36.500.605)


(54)

Biaya modal setelah pajak yang diperlukan untuk mendukung operasi perusahaan pada tahun 2001 sebesar Rp 43.694.839 dan pada tahun 2002 sebesar Rp 49.157.282. Besarnya biaya modal tahun 2002 disebabkan oleh besarnya modal operasi yaitu Rp 70.073.032 lebih besar dibanding modal operasi tahun 2001. Selain itu, biaya laba ditahan pada tahun 2001 lebih besar dari pada biaya laba ditahan tahun 2002. Pada tahun 2003 biaya modal sebesar Rp 33.953.164 mengalami penurunan dari tahun 2002 sebesar Rp 49.157.282 atau sebesar Rp15.204.118. Hal ini disebabkan oleh modal operasi tahun 2003 lebih besar dari pada tahun 2002 yaitu sebesar Rp 13.191.745 dengan biaya laba ditahan yang juga menurun menjadi 10.1% tahun 2003 dari tahun 2002 dengan biaya laba ditahan sebesar 15.22%. Pada tahun 2003-2005 biaya modal juga mengalami penurunan yang disebabkan karena menurunnya modal operasi tahun 2003-2005. Selain itu, penurunan tersebut juga dipengaruhi oleh tingkat suku bunga SBI yang mengalami penurunan pada tahun 2004 menjadi 7.44% dari tahun 2003 dengan tingkat suku bunga SBI mengalami sedikit kenaikan pada tahun 2005 menjadi 9.03% dari tahun 2004 sebesar 7.44%.

3. Economic Value Added (EVA) EVA = NOPAT – Biaya modal Keterangan :

NOPAT = Net Operating Profit After Tax

Biaya modal = keseluruhan biaya modal setelah pajak yang diperlukan untuk mendukung operasi perusahaan.


(55)

Tabel 4.5.

Perhitungan Economic Value Added (EVA) PT. Dharma Bandar Mandala

Periode 2001 – 2005 (dalam Rp) Komponen

NOPAT

2001 2002 2003 2004 2005

NOPAT 269.602.026 754.576.172 830.033.789 913.037.168 1.004.340.884 Modal Operasi 262.905.166 322.978.198 322.978.198 (334.594.967) (404.214.895)

Biaya Laba Ditahan 16,62% 15,22% 10,1% 7,44% 9,03%

Biaya Modal 43.694.839 49.157.282 33.953.164 ( 24.893.866) ( 36.500.605) EVA 225.907.187 705.418.890 796.080.625 888.143.302 967.840.279

Sumber : 1. Laporan neraca PT. Dharma Bandar Mandala 2. Laporan laba rugi PT. Dharma Bandar Mandala


(56)

Pada Tabel 4.5 menunjukkan bahwa diperoleh nilai EVA perusahaan selama 5 tahun berturut-turut dan dapat kita lihat selama periode 2001-2005 nilai EVA perusahaan positif dan selalu meningkat.

PT Dharma Bandar Mandala selama periode penelitian ini berhasil mencetak nilai EVA yang positif. Hal ini berarti perusahaan telah mampu menutupi semua biaya yang dikeluarkan dalam usaha memperoleh laba, bahkan perusahaan berhasil menciptakan nilai tambah ekonomis yang semakin meningkat setiap tahunnya. Kemampuan menciptakan EVA positif ini mencerminkan kinerja keuangan bagus karena manajemen telah menggunakan modalnya dengan baik.

Untuk lebih jelas lagi bagaimana pergerakan dari pada economic value added (EVA) ini dari tahun ke tahun maka penulis menyajikan pergerakan tersebut dalam bentuk grafik ini :

0 200000000 400000000 600000000 800000000 1000000000 1200000000

2001 2002 2003 2004 2005

EVA

Sumber : Tabel 4.5

Grafik 4.1 : Pergerakan economic value added (EVA) periode tahun 2001 s/d 2005

Berdasarkan laporan keuangan maka pada gambar 4.2 dapat dilihat economic value added (EVA) mengalami kenaikan yaitu pada tahun 2001-2005, kenaikan EVA pada PT. Dharma Bandar Mandala Cabang Medan mencerminkan kinerja keuangan yang baik pada perusahaan tersebut.


(57)

4.1.2. Laba

Laba yang digunakan dalam penelitian ini adalah laba bersih perusahaan. Adapun laba bersih PT Dharma Bandar Mandala berdasarkan laporan keuangan perusahaan selama 5 tahun (2001-2005) sebagai berikut :

Tabel 4.6

Laba operasi bersih setelah pajak PT Dharma Bandar Mandala Cabang Medan

Periode 2001 – 2005 (Dalam Rp) Tahun Laba operasi setelah

pajak

Persentase Laba operasi setelah pajak

2001 269.602.026 7,15%

2002 754.576.172 20,00%

2003 830.033.789 22,00%

2004 913.037.168 24,21%

2005 1.004.340.884 26,63%

Sumber : Laporan laba/rugi

Pada Tabel 4.6 menunjukkan bahwa laba operasi setelah pajak perusahaan mengalami peningkatan. Nilai tertinggi dari peningkatan laba terjadi pada tahun 2002 dari laba tahun 2001 yaitu sebesar 13%. Kenaikan laba setelah pajak atau laba bersih tersebut disebabkan karena meningkatnya pendapatan bersih perusahaan tahun 2002 menjadi Rp 1.928.560.109 dari tahun 2001 dengan pendapatan bersih sebesar Rp 952.110.969. Kenaikan laba juga disebabkan terjadinya kenaikan pada laba kotor perusahaan dari Rp 651.155.603 menjadi Rp 1.597.509.206 di tahun 2002.


(58)

Pada tahun 2002-2005 peningkatan laba hanya sebesar 2% per tahunnya. Hal ini disebabkan karena kenaikan pada pendapatan bersih dan laba kotor juga meningkat hanya 2% per tahunnya yaitu tahun2002-2005.

Untuk lebih jelas lagi bagaimana pergerakan dari pada laba operasi bersih setelah pajak dari tahun ke tahun maka penulis menyajikan pergerakan laba operasi bersih setelah pajak dalam bentuk grafik berikut ini :

0 200000000 400000000 600000000 800000000 1000000000 1200000000

2001 2002 2003 2004 2005

Laba Operasi Bersih Setelah Pajak

Sumber : Tabel 4.6

Grafik 4.2: Pergerakan Laba operasi bersih setelah pajak periode tahun 2001 s/d 2005

Berdasarkan laporan keuangan maka pada gambar 4.2 dapat dilihat laba operasi bersih setelah pajak cendrung mengalami peningkatan yaitu pada tahun 2001-2005, kenaikan yang cukup tinggi terjadi pada tahun 2001-2002 yaitu sebesar 13% sedangkan pada tahun 2002-2005 kenaikan hanya sebesar 2%.

4.2. Analisis Data Statistik dan Hubungan antara Economic Value Added dengan Laba

Analisis data statistik dan hubungan antara economic value added dengan laba adalah menggambarkan hubungan antara variabel X dan Y yang dapat dicari dengan menggunakan koefisien korelasi pearson. Berikut ini adalah hasil analisis statistik antara economic value added dengan laba yang


(59)

menggunakan analisis koefisien korelasi pearson pada PT. Dharma Bandar Mandala Cabang Medan.

Analisis perhitungan pearson :

Tabel 4.7

Jumlah Economic Value Added (EVA) dan Laba Tahun EVA X 100.000.000 (X) LABA X 100.000.000 (Y)

X 2 Y 2 X.Y

2001 2,25907187 2,69602026 5,103405714 7,268525242 6,09050353

2002 7,05418890 7,54576172 49,76158104 56,93851994 53,22922857

2003 7,96080625 8,30033789 63,37443615 68,89560909 66,07738175

2004 8,88143302 9,13037168 78,87985249 83,36368701 81,09078452

2005 9,67840279 10,04340884 93,67148057 100,8700611 97,20415614 Jumlah 35,83390283 37,71590039 290,790756 317,3364024 303,6920545

Sumber : PT. Dharma Bandar Mandala Cabang Medan, diolah Untuk rumus pearson :

r =

}

{

}

{

∑ ∑

− 2 2 2

2 ( ) . ( )

. ) )( ( . y y n x x n y x xy n r =

}

{

}

{

5(290,790756) 1284,068592 5(317,3364024) 1422,489142 ) 71590039 , 37 )( 83390283 , 35 ( ) 6920545 , 303 ( 5 − − − r = 93659 , 27893 952363 , 166 r = 0147796 , 167 952363 , 166


(60)

Dari hasil perhitungan statistik diatas bahwa koefisien korelasi peason dari economic value added adalah 0,9996, hal ini menunjukkan bahwa economic value added memiliki hubungan yang positif (searah) dengan laba pada PT. Dharma Bandar Mandala Cabang Medan, artinya jika economic value added (EVA) mengalami peningkatan maka laba perusahaan juga mengalami peningkatan dan sebaliknya.

Untuk melihat hasil dari perhitungan koefisien korelasi pearson dapat disajikan dengan menggunakan Statistic Product and Service Solution (SPSS) versi 12.00, dimana hasil dari perhitungan manual maupun melalui SPSS tetap sama. Berikut dapat dilihat tampilan SPSS dari koefisien korelasi pearson.

Tabel 4.8

Koefisien korelasi pearson dengan menggunakan SPSS Versi 12.00

EVA Laba Operasi

Seteleh pajak EVA Pearson Correlation

Sig. (2-tailed) N

1

5

1.000 ** .000

5

Laba operasi Pearson Correlation Setelah pajak Sig. (2-tailed) N 1.000** .000

5

1

5 **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

4.3. Hasil pengujian statistik dengan menggunakan uji statistik-t

Uji statistik-t dilakukan untuk menguji apakah variabel X secara individual mempunyai hubungan yang signifikan atau tidak dengan variabel Y. Saat ini akan dilakukan uji statistik-t apakah economic value added (EVA) mempunyai hubungan yang signifikan atau tidak dengan laba. Dari perhitungan


(61)

koefisien korelasi pearson dengan economic value added (EVA) diperoleh r = 0,9996 dengan demikian dapat dihitung statistik-t nya :

t = 2 1 2 r n r − − t = 2 9996 , 0 1 2 5 9996 , 0 − − t = 0282 , 0 7313 , 1

t = 61,2

hasil perhitungan uji-t diatas menunjukkan bahwa nilai dari uji-t adalah sebesar 61,2, sedangkan ttabel pada g = 1% dengan derajat kebebasan (df) = n-2 = 5-2 adalah sebesar 5,841 dengan demikian karena -t (-5,841) > t (61,2) > t (5,841) maka H ditolak artinya bahwa hubungan antara Economic value added (EVA) dengan laba mempunyai hubungan yang positif dan hubungan tersebut signifikan.

tabel hitung

tabel 0

Uji signifikansi korelasi product moment secara praktis, yang tidak perlu dihitung, tetapi langsung dikonsultasikan pada tabel r product moment, untuk n = 5 dengan taraf kesalahan 1%, maka harga r tabel = 0,959. ketentuan bila r hitung lebih kecil dari tabel, maka H0 diterima dan H ditolak. Namun, sebaliknya bila r hitung lebih besar dari r tabel (rh > r tabel) maka H diterima. Ternyata rh (0,9996) lebih besar dari r tabel (0,959). Dengan demikian koefisien korelasi 0,9996 itu signifikansi.

a


(62)

4.4. Implikasi Penelitian

Melalui pengujian yang sudah dilakukan dapat diketahui bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara economic value added (EVA) dengan laba yang dihasilkan perusahaan. Hal ini dapat dilihat dari hasil pengujian statistik dengan menggunakan uji statistik-t terbukti berhubungan signifikan secara statistik pada

g= 1%. Selain itu hubungan yang dihasilkan antara economic value added (EVA) dengan laba yaitu memiliki hubungan yang positif (searah). Ini berarti perusahaan dapat menggunakan variabel-variabel ini dalam meningkatkan nilai perusahaan.

Economic value added (EVA) merupakan sisa laba setelah semua penyedia kapital diberi kompensasi yang sesuai dengan tingkat pengembalian yang dibutuhkan untuk menghasilkan laba tersebut dibebankan. Dalam menghitung EVA ada tiga komponen yang penting yaitu NOPAT (Net Operating Profit After Tax), biaya modal dan modal operasi perusahaan. (Sartono, 2001:103). Biaya modal ini meliputi tidak hanya elemen-elemen yang jelas seperti pembayaran bunga kepada bankir dan pemegang obligasi tetapi juga kesempatan biaya modal yang diinvestasikan oleh pemegang saham perusahaan.

Dengan menerapkan konsep EVA, dapat dilihat berapa nilai tambah yang bisa dihasilkan oleh perusahaan setelah semua komponen biaya dikurangkan. Saat perusahaan berhasil menciptakan nilai tambah berarti kinerja keuangan perusahaan tersebut bagus. Salah satu strategi untuk menaikkan nilai EVA adalah strategi penciptaan nilai dengan mencapai pertumbuhan keuntungan (profitable growth), hal ini dapat dicapai dengan menambah modal yang diinvestasikan pada proyek dengan tingkat pengembalian yang tinggi. Dengan


(63)

meningkatnya nilai perusahaan maka pertumbuhan laba perusahaan juga akan dapat semakin meningkat dan sebaliknya.

EVA sebagai salah satu alat/metode yang dapat dijadikan patokan dari kinerja keuangan perusahaan. Hubungan yang signifikan menunujukkan arti bahwa manajemen perusahaan secara keseluruhan cendrung memperhatikan tingkat laba yang akan diperoleh karena laba salah satu komponen yang harus ada dalam menilai suatu perusahaan sudah memiliki nilai atau belum. Signifikannya hubungan economic value added (EVA) dengan laba karena kedua variabel ini memiliki peran yang sangat penting untuk mengukur harapan-harapan para stakeholder perusahaan khususnya para penyandang dana.

Pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa variabel EVA memiliki hubungan positif signifikan dengan laba. Secara deskriptif dari hasil penelitian, ternyata PT.Dharma Bandar Mandala memiliki nilai EVA yang positif dan meningkat setiap tahunnya disebabkan karena NOPAT perusahaan yang juga terus meningkat dengan biaya laba ditahan yang sebagian besar menurun.

Secara deskriptif hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat Kandau (2007) yang menyatakan bahwa peningkatan nilai EVA yang diperoleh disebabkan NOPAT perusahaan yang juga terus meningkat dan sebaliknya cost of capital menurun. Hal ini terbukti bahwa nilai EVA yang positif dan meningkat dari tahun ke tahun pada PT.Dharma Bandar Mandala Cabang Medan.

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan Kholila (2006) yang menyatakan bahwa peningkatan laba akuntansi tidak diikuti dengan perolehan laba ekonomi yang baik, hal ini terjadi karena penggunaan biaya modal perusahaan yang tinggi karena ternyata hasil penelitian ini


(64)

membuktikan bahwa peningkatan laba akuntansi di ikuti dengan nilai EVA yang positif.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian-penelitian terdahulu yaitu pada penelitian ini bukan hanya melihat secara deskriptif apakah perusahaan memperoleh nilai EVA positif atau negatif. Namun, lebih jauh lagi peneliti ingin melihat hubungan antara EVA dengan laba yaitu apakah hubungan terebut positif atau negatif dan signifikan atau tidak signifikan. Ternyata pada pengujian yang telah dilakukan dapat dilihat bahwa variabel EVA memiliki hubungan yang positif ini dapat dilihat dari perolehan analisis perhitungan koefisien korelasi pearson dimana hasil penelitian menunjukkan r = 0,9996. Pengujian ini juga telah membuktikan bahwa hubungan antara EVA dengan laba memiliki hubungan yang signifikan ini dapat dilihat dari hasil output SPSS Versi 12.00 yang menunjukkan bahwa hubungan tersebut signifikan.


(65)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Kesimpulan dari hasil analisis hubungan economic value added (EVA) dengan laba pada PT. Dharma Bandar Mandala Cabang Medan yaitu :

Pengujian hipotesis terhadap economic value added (EVA) membuktikan bahwa economic value added (EVA) mempunyai hubungan yang positif (searah) terhadap laba dan hubungan tersebut signifikan. Oleh karena itu, hipotesis yang diajukan penulis dapat diterima.

5.2. Saran

Saran peneliti terhadap PT. Dharma Bandar Mandala Cabang Medan selanjutnya adalah sebagai berikut :

1. Bagi perusahaan yaitu PT.Dharma Bandar Mandala Cabang Medan

Berdasarkan penelitian ini, perusahaan dapat menggunakan variabel EVA untuk dapat lebih menekan biaya-biaya modal yang digunakan agar laba yang diperoleh perusahaan dapat dipertahankan atau bahkan lebih ditingkatkan sehingga nilai perusahaan dapat dicapai.

2. Bagi peneliti selanjutnya yang berminat untuk meneliti economic value added (EVA) dengan laba disarankan agar melakukan penelitian dengan menambah variabel-variabel yang lain agar hubungannya bisa lebih jelas terlihat dan cari perusahaan yang sahamnya dijual di pasar (go public).


(66)

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Faisal M. Manajemen Perbankan, edisi pertama. Malang : UMM Press, 2003.

Arifin, Zaenal. Teori Keuangan dan Pasar Modal. Yogyakarta :Ekonisia, 2005. Brigham Eugene F. Houstan Joel F. Manajemen Keuangan, buku satu, edisi

kedelapan. Jakarta : Erlangga, 2001.

Endri. Analisis Pengaruh EVA Terhadap MVA Pada 10 Perusahaan Go Public Yang Sahamnya Tergolong Blue Chips di Bursa Efek Jakarta (BEJ). Media Ekonomi, volume 11 No.2, Hal : 155-170. 2005.

Iramani, Rr. Febrian Erie. Financial Value Added : Suatu Paradigma dalam Pengukuran Kinerja dan Nilai Tambah Perusahaan. Jurnal Akuntansi dan Keuangan. 7(1). 1 – 10.2005.

Kandau, Lidia. Analisis Penerapan Economic Value Added (EVA) sebagai Alat Ukur Penilaian Kinerja Keuangan Pada PT.Telekomunikasi Indonesia,Tbk. Skripsi Univesitas Sumatera Utara.2007.

Kholila, Ummi. Analisis Economic Value Added (EVA) Sebagai Tolak Ukur Penciptaan Nilai Perusahaan Pada PT.Bridgestone Sumatra Rubber Estate Dolok Merangir Serbelawan. Skripsi Universitas Sumatera Utara. 2006.

Martono dan Agus Harjito. Manajemen Keuangan, edisi pertama. Yogyakarta : Ekonisia, 2001.

Nasser, Etty M. Pengukuran Kinerja Perusahaan Dengan Metode EVA dan MVA. Media Riset Akuntansi, Auditing dan Informasi, volume 3 No.1, hal : 24-42.2003.

Sartono, Agus R. Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi, edisi keempat. Yogyakarta : BPFE UGM, 2001.

Situmorang, Syafrizal Helmi. Analisis Data Penelitian (Menggunakan Program SPSS), terbitan pertama. Medan: USU Press, 2008.

Sugiyono. Metode Penelitian Bisnis, cetakan kelima. Bandung : CV Alfabeta, 2004.

Tunggal, Amin Widjaja. Memahami Konsep EVA dan Value Based Management (UBM). Jakarta : Harvarindo, 2001.


(67)

Utomo, Lisa Linawati. Economic Value Added Sebagai Ukuran Keberhasilan Kinerja Manajemen Perusahaan. Jurnal Akuntansi dan Keuangan 1(1). 28 – 42. 1999.

Warsono. Manajemen Keuangan Perusahaan, edisi ketiga. Malang : Banyumedia Publising, 2003.

Young, David S. O′bryne, Stephen F. Economic Value Added dan Manajemen Berdasarkan Nilai. Jakarta : PT Salemba Empat, 2001.


(68)

LAMPIRAN 2

Tingkat Suku Bunga Bank Indonesia

Bulan 2001 2002 2003 2004 2005 Januari 14.74% 17.22% 12.8% 8.05% 7.42% Februari 14.74% 16.89% 12.5% 7.64% 7.42%

Maret 15.58% 16.82% 11.58% 7.42% 7.43%

April 16.09% 16.67% 11.24% 7.33% 7.6%

Mei 16.33% 16.03% 10.8% 7.32% 7.88%

Juni 16.65% 15.15% 9.9% 7.33% 8%

Juli 17.17% 17.86% 9.2% 7.36% 8.5%

Agustus 17.67% 14.64% 9% 7.37% 8.75%

September 17.57% 13.64% 8.73% 7.38% 10%

Oktober 17.58% 13.07% 8.53% 7.4% 11%

Nopember 17.60% 13.08% 8.47% 7.41% 12.25%

Desember 17.62% 13.00% 8.39% 7.43% 12.75%


(69)

LAMPIRAN 3

Hasil perhitungan economic value added (EVA) dan laba perusahaan dari tahun 2001 sampai 2005 dapat dihitung sebagai berikut :

1. EVA

a. NOPAT (Net Operating Profit After Tax) NOPAT = EBIT (1-pajak perusahaan)

2001 = Rp 385.145.752 (1-30%) = Rp 269.602.026 2002 = Rp 1.077.965.960 (1-30%) = Rp 754.576.172 2003 = Rp 1.304.338.811 (1-30%) = Rp 830.033.789 2004 = Rp 1.304.338.811 (1-30%) = Rp 913.037.168 2005 = Rp 1.434.772.692 (1-30%) = Rp 1.004.340.884 b. Modal operasi

Modal operasi = modal kerja operasi bersih + aset tetap bersih 2001 = Rp 220.758.554 + Rp 42.146.612 = Rp 262.905.166 2002 = Rp 197.070.605 + Rp 125.907.593 = Rp 322.978.198 2003 = Rp 24.348.679 + Rp 311.821.254 = Rp 336.169.943 2004 = (Rp 377.133.069) + Rp 42.518.102 = (Rp 334.594.967) 2005 = (Rp 436.492.377) + Rp 59.277.482 = (Rp 404.214.895) c. Biaya laba ditahan

2001 = 16.62% 2002 = 15.22% 2003 = 10.1% 2004 = 7.44%


(70)

2005 = 9.03%

d. Biaya modal setelah pajak yang diperlukan untuk mendukung operasi perusahaan

2001 = Rp 262.905.166 × 16.62% = Rp 43.694.839 2002 = Rp 322.978.198 × 15.22% = Rp 49.157.282 2003 = Rp 336.169.943 × 10.1% = Rp 33.953.164 2004 = (Rp 334.594.967) × 7.44% = (Rp 24.893.866) 2005 = (Rp 404.214.895) × 9.03% = (Rp 36.500.605) e. EVA

EVA = NOPAT – Biaya modal setelah pajak yang diperlukan untuk mendukung operasi perusahaan

2001 = Rp 269.602.026 – Rp 43.694.839 = Rp 225.907.187 2002 = Rp 754.576.172 – Rp 49.157.282 = Rp 705.418.890 2003 = Rp 830.033.789 – Rp 33.953.164 = Rp 796.080.625 2004 = Rp 913.037.168 – (Rp 24.893.866) = Rp 888.143.302 2005 = Rp 1.004.340.884 – (Rp 36.500.605) = Rp 967.840.279 2. Laba

Laba operasi bersih setelah pajak diperoleh dari laporan laba rugi 2001 = Rp 269.602.026

2002 = Rp 754.576.172 2003 = Rp 830.033.789 2004 = Rp 913.037.168 2005 = Rp 1.004.340.884


(71)

(1)

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Faisal M. Manajemen Perbankan, edisi pertama. Malang : UMM Press, 2003.

Arifin, Zaenal. Teori Keuangan dan Pasar Modal. Yogyakarta :Ekonisia, 2005. Brigham Eugene F. Houstan Joel F. Manajemen Keuangan, buku satu, edisi

kedelapan. Jakarta : Erlangga, 2001.

Endri. Analisis Pengaruh EVA Terhadap MVA Pada 10 Perusahaan Go Public Yang Sahamnya Tergolong Blue Chips di Bursa Efek Jakarta (BEJ).

Media Ekonomi, volume 11 No.2, Hal : 155-170. 2005.

Iramani, Rr. Febrian Erie. Financial Value Added : Suatu Paradigma dalam Pengukuran Kinerja dan Nilai Tambah Perusahaan. Jurnal Akuntansi dan Keuangan. 7(1). 1 – 10.2005.

Kandau, Lidia. Analisis Penerapan Economic Value Added (EVA) sebagai Alat Ukur Penilaian Kinerja Keuangan Pada PT.Telekomunikasi Indonesia,Tbk. Skripsi Univesitas Sumatera Utara.2007.

Kholila, Ummi. Analisis Economic Value Added (EVA) Sebagai Tolak Ukur Penciptaan Nilai Perusahaan Pada PT.Bridgestone Sumatra Rubber Estate Dolok Merangir Serbelawan. Skripsi Universitas Sumatera Utara. 2006.

Martono dan Agus Harjito. Manajemen Keuangan, edisi pertama. Yogyakarta : Ekonisia, 2001.

Nasser, Etty M. Pengukuran Kinerja Perusahaan Dengan Metode EVA dan MVA.

Media Riset Akuntansi, Auditing dan Informasi, volume 3 No.1, hal : 24-42.2003.

Sartono, Agus R. Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi, edisi keempat. Yogyakarta : BPFE UGM, 2001.

Situmorang, Syafrizal Helmi. Analisis Data Penelitian (Menggunakan Program SPSS), terbitan pertama. Medan: USU Press, 2008.

Sugiyono. Metode Penelitian Bisnis, cetakan kelima. Bandung : CV Alfabeta, 2004.

Tunggal, Amin Widjaja. Memahami Konsep EVA dan Value Based


(2)

Utomo, Lisa Linawati. Economic Value Added Sebagai Ukuran Keberhasilan Kinerja Manajemen Perusahaan. Jurnal Akuntansi dan Keuangan 1(1). 28 – 42. 1999.

Warsono. Manajemen Keuangan Perusahaan, edisi ketiga. Malang :

Banyumedia Publising, 2003.

Young, David S. O′bryne, Stephen F. Economic Value Added dan Manajemen Berdasarkan Nilai. Jakarta : PT Salemba Empat, 2001.

www.bi.go.id

Desi Permatasari Lubis : Hubungan Economic Value Added (EVA) Dengan Laba Pada PT Dharma..., 2008 USU Repository © 2009


(3)

LAMPIRAN 2

Tingkat Suku Bunga Bank Indonesia

Bulan 2001 2002 2003 2004 2005 Januari 14.74% 17.22% 12.8% 8.05% 7.42% Februari 14.74% 16.89% 12.5% 7.64% 7.42%

Maret 15.58% 16.82% 11.58% 7.42% 7.43%

April 16.09% 16.67% 11.24% 7.33% 7.6%

Mei 16.33% 16.03% 10.8% 7.32% 7.88%

Juni 16.65% 15.15% 9.9% 7.33% 8%

Juli 17.17% 17.86% 9.2% 7.36% 8.5%

Agustus 17.67% 14.64% 9% 7.37% 8.75%

September 17.57% 13.64% 8.73% 7.38% 10%

Oktober 17.58% 13.07% 8.53% 7.4% 11%

Nopember 17.60% 13.08% 8.47% 7.41% 12.25%

Desember 17.62% 13.00% 8.39% 7.43% 12.75%


(4)

LAMPIRAN 3

Hasil perhitungan economic value added (EVA) dan laba perusahaan dari tahun 2001 sampai 2005 dapat dihitung sebagai berikut :

1. EVA

a. NOPAT (Net Operating Profit After Tax) NOPAT = EBIT (1-pajak perusahaan)

2001 = Rp 385.145.752 (1-30%) = Rp 269.602.026 2002 = Rp 1.077.965.960 (1-30%) = Rp 754.576.172 2003 = Rp 1.304.338.811 (1-30%) = Rp 830.033.789 2004 = Rp 1.304.338.811 (1-30%) = Rp 913.037.168 2005 = Rp 1.434.772.692 (1-30%) = Rp 1.004.340.884 b. Modal operasi

Modal operasi = modal kerja operasi bersih + aset tetap bersih 2001 = Rp 220.758.554 + Rp 42.146.612 = Rp 262.905.166 2002 = Rp 197.070.605 + Rp 125.907.593 = Rp 322.978.198 2003 = Rp 24.348.679 + Rp 311.821.254 = Rp 336.169.943 2004 = (Rp 377.133.069) + Rp 42.518.102 = (Rp 334.594.967) 2005 = (Rp 436.492.377) + Rp 59.277.482 = (Rp 404.214.895) c. Biaya laba ditahan

2001 = 16.62% 2002 = 15.22% 2003 = 10.1% 2004 = 7.44%

Desi Permatasari Lubis : Hubungan Economic Value Added (EVA) Dengan Laba Pada PT Dharma..., 2008 USU Repository © 2009


(5)

2005 = 9.03%

d. Biaya modal setelah pajak yang diperlukan untuk mendukung operasi perusahaan

2001 = Rp 262.905.166 × 16.62% = Rp 43.694.839 2002 = Rp 322.978.198 × 15.22% = Rp 49.157.282 2003 = Rp 336.169.943 × 10.1% = Rp 33.953.164 2004 = (Rp 334.594.967) × 7.44% = (Rp 24.893.866) 2005 = (Rp 404.214.895) × 9.03% = (Rp 36.500.605) e. EVA

EVA = NOPAT – Biaya modal setelah pajak yang diperlukan untuk mendukung operasi perusahaan

2001 = Rp 269.602.026 – Rp 43.694.839 = Rp 225.907.187 2002 = Rp 754.576.172 – Rp 49.157.282 = Rp 705.418.890 2003 = Rp 830.033.789 – Rp 33.953.164 = Rp 796.080.625 2004 = Rp 913.037.168 – (Rp 24.893.866) = Rp 888.143.302 2005 = Rp 1.004.340.884 – (Rp 36.500.605) = Rp 967.840.279 2. Laba

Laba operasi bersih setelah pajak diperoleh dari laporan laba rugi 2001 = Rp 269.602.026

2002 = Rp 754.576.172 2003 = Rp 830.033.789 2004 = Rp 913.037.168 2005 = Rp 1.004.340.884


(6)

Desi Permatasari Lubis : Hubungan Economic Value Added (EVA) Dengan Laba Pada PT Dharma..., 2008 USU Repository © 2009