Analisis Pengaruh Economic Value Added (EVA) danLikuiditas Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Industri Pertambangan yang Terdaftar di BEI

(1)

SKRIPSI

ANALISIS PENGARUH ECONOMIC VALUE ADDED (EVA)

DAN LIKUIDITAS TERHADAP RETURN SAHAM PADA

PERUSAHAAN INDUSTRI PERTAMBANGAN

YANG TERDAFTAR DI BEI

OLEH

PUTRI ZULFIRSTA TIARA 110503240

PROGRAM STUDI STRATA-I AKUNTANSI DEPARTEMEN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015


(2)

ANALISIS PENGARUH ECONOMIC VALUE ADDED (EVA) DAN LIKUIDITAS TERHADAP RETURN SAHAM PADA

PERUSAHAAN INDUSTRI PERTAMBANGAN YANG TERDAFTAR DI BEI

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh economic value added dan likuiditas terhadap return saham baik secara simultan maupun parsial pada perusahaan industri Pertambangan yang terdaftar di BEI. Populasi penelitian ini yaitu sebanyak 41 perusahaanyang merupakan perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sejak tahun 2009-2013. Sampel dipilih dengan menggunakan metode purposive sampling berjumlah 15 perusahaan.Data diolah menggunakan metode uji statistik regresi linier berganda. Hasil penelitian ini membuktikan variabel EVA dan rasio likuiditas CRsecara simultan berpengaruh terhadap return saham pada perusahaan Industri Pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia untuk periode 2009-2013. Secara parsial variabel EVA tidak berpengaruh terhadap return saham pada perusahaan Industri Pertambangan terdaftar di Bursa Efek Indonesia untuk periode 2009-2013. Secara parsial variabel rasio likuiditas dari CR berpengaruh terhadap return saham pada perusahaan Industri Pertambangan terdaftar di Bursa Efek Indonesia untuk periode 2009-2013.


(3)

ANALYSIS OF EFFECT OF ECONOMIC VALUE ADDED (EVA) AND LIQUIDITY TO RETURN IN STOCK MINING INDUSTRY

COMPANY LISTED IN BEI

ABSTRACT

The purpose of this study was to examine the effect of economic value added and liquidity on stock returns either simultaneously or partially in the Mining industry companies listed on the Stock Exchange. The population of this study as many as 41 companies which is a mining company listed on the Indonesia Stock Exchange since the year 2009-2013. The sample was selected using purposive sampling method totaling 15 companies. The data were processed using the method of multiple linear regression statistical test. The results of this study demonstrate variable CR EVA and liquidity ratios simultaneously affect the stock returns in the Mining Industry company listed in Indonesia Stock Exchange for the period 2009-2013. EVA partial variable has no effect on stock returns in the Mining Industry company listed in Indonesia Stock Exchange for the period 2009-2013. In partial liquidity ratio of CR effect on stock returns in the Mining Industry company listed in Indonesia Stock Exchange for the period 2009-2013.


(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkah dan rahmat -Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan penelitian dalam rangka penulisan skripsi yang berjudul “Analisis Pengaruh Economic Value Added (EVA) dan Likuiditas Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Industri Pertambangan yang Terdaftar di BEI”, memenuhi salah satu persyaratan untuk mendapatkan gelar sarjana ekonomi (SE) pada Program Studi Ilmu Akuntansi Universitas Sumatra Utara.

Dalam penyusunan dan penyelesaian skripsi ini peneliti telah banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis dengan sepenuh hati mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum., Mec. Ac., Ak., CA., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS., Ak., selaku Ketua Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Sumatera Utara

dan Bapak Drs. Hotmal Ja’far, M.M., Ak., selaku Sekretaris

Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si., Ak., selaku Ketua Program Studi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara dan Ibu Dra. Mutia Ismail, M.M., Ak., selaku Sekretaris Program Studi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Drs. Hasan Sakti Siregar, Msi., Ak., CA., selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan, arahan, motivasi dan masukan yang sangat bermanfaat dalam proses penyelesaian skripsi.


(5)

5. Bapak Drs. Rustam Msi.Ak., selaku dosen penguji yang telah membantu penulis melalui kritik dan saran yang diberikan demi kesempurnaan skripsi ini dan Bapak Firman Syarif Msi., Ak., selaku dosen pembanding yang telah membantu penulis melalui kritik dan saran yang diberikan demi kesempurnaan skripsi ini.

6. Teristimewa untuk orangtua penulis bapak Zulkifli Hasanuddin dan ibu Syarifah Fitri Wahyuni, juga kepada saudara penulis Adela Zulfirsta Azkiya. Terima kasih atas semua kasih sayang, kesabaran, motivasi, pengorbanan, bantuan serta semangat dan terutama doa kalian semua yang sangat berarti bagi penulis, khususnya dalam proses penyelesaian skripsi ini. Kepada sahabat penulis, Irfantri Alga, Maria Fransiska, Patricia Siagian, Henry Kosasih, Kesia Hutasoit, Nadila Falensia, Arinda Fauziah Silalahi, juga teman-teman angkatan 2011 terima kasih atas segala doa, semangat, saran dan bantuan yang telah diberikan selama ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini juga masih banyak terdapat kekurangan. Penulis mengharapkan kritik dan saran dalam penyempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, 17 Maret 2015


(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. PerumusanMasalah ... 6

1.3. Tujuan Penelitian ... 6

1.4. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Uraian Teoritis ... 8

2.1.1. Signaling Theory ... 8

2.1.2. Economic Value Added (EVA) ... 10

2.1.2.1. PengertianEVA ... 10

2.1.2.2. ManfaatEVA ... 12

2.1.2.3. KeunggulandanKelemahanEVA ... 13

2.1.2.4. PerhitunganEVA ... 15

2.3.2. Likuiditas ... 20

2.1.3.1. Pengertian Likuiditas ... 20

2.1.3.2. Jenis-JenisLikuiditas ... 21

2.1.3.3. Pengukuran Rasio Likuiditas ... 24

2.4.3. Return Saham ... 25

2.1.4.1. Pengertian Return Saham ... 25

2.1.4.2. Jenis-jenisReturn ... 26


(7)

2.1.4.4. FaktorMempengaruhiReturn Saham ... 28

2.2. ReiewPenelitianTerdahulu ... 30

2.3.Kerangka Konseptual ... 31

2.4.HipotesisPenelitian ... 33

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. JenisPenelitian... 34

3.2.Tempat dan WaktuPenelitian ... 34

3.3.DefinisiVariabel ... 34

3.4.Jenis Data danMetodePengumpulan Data ... 40

3.5. Populasi Penelitian ... 40

3.6. Teknik Pengumpulan Data ... 42

3.7. Metode Analisis Data ... 43

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian ... 48

4.1.1. Statistik Deskriptif... 48

4.1.2. UjiAsumsiKlasik ... 49

4.1.2.1UjiNormalitas ... 50

4.1.2.2. Uji Multikolonieritas Setelah Transformasi ... 55

4.1.2.3. Uji Heteroskedastisitas ... 56

4.1.2.4. Uji Autokolerasi ... 56

4.1.3.Pengujian Hipotesis ... 57

4.1.3.1 Uji Signifikansi Simultan ... 57

4.1.3.2. Uji SignifikansiParsial ... 58

4.1.3.3. Regresi Linier Berganda ... 60

4.1.3.4.KoefisienDeterminasi ... 61

4.2. Pembahasan Hasil Penelitian ... 62

4.2.1. Hasil Uji Simultan (F) ... 62

4.2.2. Hasil Uji Parsial (t) ... 63 4.2.2.1. PengaruhEconomic Value Added terhadap


(8)

Return saham ... 63 4.2.2.2. PengaruhCurrent Ratioterhadapreturn saham ... 64

BAB VKESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan ... 66 5.2. Keterbatasan ... 66 5.3. Saran ... 67


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Nilai Return Saham Beberapa Perusahaan Industri Pertambangan... 4

Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian Sebelumnya ... 30

Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel ... 39

Tabel 3.2 Penentuan Populasi Sasaran Penelitian ... 40

Tabel 3.3 Daftar Sampel Perusahaan ... 42

Tabel 4.1 Descriptive Statistics ... 48

Tebel 4.2 Uji Normalitas Data ... 50

Tebel 4.3 Bentuk Transformasi Data ... 51

Tebel 4.4 Uji Normalitas Data Setelah Transformasi ... 52

Tebel 4.5 Uji Multikolinieritas ... 55

Tebel 4.6 Autokolerasi ... 57

Tebel 4.7 Uji F ... 58

Tebel 4.8 Hasil Uji Statistik t ... 58

Tebel 4.9 Regresi Linier Berganda ... 60

Tebel 4.10 Koefisien Determinasi... 61

Tebel 4.11 Kriteria Pengujian Hipotesis Simultan ... 62

Tebel 4.12 Kriteria Pengujian Hipotesis Parsial ... 63

Tebel 4.13 Kriteria Pengujian Hipotesis Parsial ... 64


(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Konsep ... 31

Gambar 4.1 Grafik Histogram Setelah Transformasi ... 54

Gambar 4.2 Kurva PP-Plots Setelah Transformasi ... 54


(11)

ANALISIS PENGARUH ECONOMIC VALUE ADDED (EVA) DAN LIKUIDITAS TERHADAP RETURN SAHAM PADA

PERUSAHAAN INDUSTRI PERTAMBANGAN YANG TERDAFTAR DI BEI

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh economic value added dan likuiditas terhadap return saham baik secara simultan maupun parsial pada perusahaan industri Pertambangan yang terdaftar di BEI. Populasi penelitian ini yaitu sebanyak 41 perusahaanyang merupakan perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sejak tahun 2009-2013. Sampel dipilih dengan menggunakan metode purposive sampling berjumlah 15 perusahaan.Data diolah menggunakan metode uji statistik regresi linier berganda. Hasil penelitian ini membuktikan variabel EVA dan rasio likuiditas CRsecara simultan berpengaruh terhadap return saham pada perusahaan Industri Pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia untuk periode 2009-2013. Secara parsial variabel EVA tidak berpengaruh terhadap return saham pada perusahaan Industri Pertambangan terdaftar di Bursa Efek Indonesia untuk periode 2009-2013. Secara parsial variabel rasio likuiditas dari CR berpengaruh terhadap return saham pada perusahaan Industri Pertambangan terdaftar di Bursa Efek Indonesia untuk periode 2009-2013.


(12)

ANALYSIS OF EFFECT OF ECONOMIC VALUE ADDED (EVA) AND LIQUIDITY TO RETURN IN STOCK MINING INDUSTRY

COMPANY LISTED IN BEI

ABSTRACT

The purpose of this study was to examine the effect of economic value added and liquidity on stock returns either simultaneously or partially in the Mining industry companies listed on the Stock Exchange. The population of this study as many as 41 companies which is a mining company listed on the Indonesia Stock Exchange since the year 2009-2013. The sample was selected using purposive sampling method totaling 15 companies. The data were processed using the method of multiple linear regression statistical test. The results of this study demonstrate variable CR EVA and liquidity ratios simultaneously affect the stock returns in the Mining Industry company listed in Indonesia Stock Exchange for the period 2009-2013. EVA partial variable has no effect on stock returns in the Mining Industry company listed in Indonesia Stock Exchange for the period 2009-2013. In partial liquidity ratio of CR effect on stock returns in the Mining Industry company listed in Indonesia Stock Exchange for the period 2009-2013.


(13)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Return saham merupakan hasil yang diperoleh dari investasi. Return dapat berupa return realisasi (realized return) dan return ekspektasi (expected return).

Return realisasi merupakan return yang telah terjadi. Return realisasi penting karena dapat digunakan sebagai salah satu pengukuran kinerja perusahaan serta sebagai dasar penentu return ekspektasi dan risiko masa yang akan datang. Return

ekspektasi adalah return yang diharapkan akan diperoleh investor dimasa yang akan datang. Berbeda dengan return realisasi yang sifatnya sudah terjadi, return

ekspektasi bersifat belum terjadi namun diharapkan akan terjadi (Jogianto, 2009:199).

Teori yang berkaitan dengan return saham adalah Signalling theory yang direspon oleh pasar. Signalling theory merupakan informasi penting bagi investor dan pelaku bisnis karena informasi pada hakekatnya menyajikan keterangan, catatan atau gambaran baik untuk keadaan masa lalu yang dihasilkan laporan keuangan, saat ini maupun keadaan masa yang akan datang bagi kelangsungan hidup suatu perusahaan dan bagaimana pasaran efeknya. Informasi yang lengkap, relevan, akurat dan tepat waktu sangat diperlukan oleh investor di pasar modal sebagai alat analisis untuk mengambil keputusan investasi. Informasi yang dipublikasikan sebagai suatu pengumuman akan memberikan signal bagi investor dalam pengambilan keputusan investasi. Jika pengumuman tersebut mengandung


(14)

nilai positif, maka diharapkan pasar akan bereaksi pada waktu pengumuman tersebut diterima oleh pasar (Jogiyanto, 2000: 392).

Return total yang akan diterima pemegang saham merupakan tingkat

kembalian investasi (return) yang merupakan penjumlahan dari dividend yield dan

capital gain. Dividend yield adalah tingkat kembalian yang diterima inevestor dalam bentuk tunai setiap akhir periode pembukuan. Harga pasar yang semakin tinggi menunjukan bahwa saham tersebut sangat diminati oleh investor karena dengan semakin tinggi harga saham akan menghasilkan capital gain yang semakin besar (Jogianto, 2009:200). Return memungkinkan investor untuk membandingkan keuntungan aktual ataupun keutungan yang diharapkan yang disediakan oleh berbagai investasi pada tingkat pengembalian yang diinginkan. Di sisi lain, return pun memiliki peran yang signifikan dalam menentukan nilai dari suatu investasi.

Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi return saham menurut Fahmi (2011: 87) adalah kondisi mikro dan makro ekonomi, kebijakan perusahaan dalam memutuskan ekspansi (perluasan), pergantian direksi secara tiba-tiba, kinerja keuangan seperti kinerja profitabilitas, likuiditas perusahaan yang terus mengalami penurunan, pencapaian nilai ekonomis perusahaan (EVA) yang positif akan dapat meningkatkan return saham dan resiko sistematis. Berdasarkan beberapa faktor yang mempengaruhi harga saham maka penelitian ini menggunakan EVA dan likuiditas yang mempengaruhi return saham.

Sunyoto (2011:216) mengatakan Economic Value Added (EVA) merupakan suatu cara untuk mengukur profitabilitas operasi yang sesungguhnya,


(15)

apakah sudah mampu memberikan nilai tambah atau belum terhadap perusahaan. Jika kinerja manajemen baik atau efektif dilihat dari nilai tambah, maka akan tercermin dalam peningkatan harga saham perusahaan. Oleh sebab itu apabila hasil dari pengukuran EVA positif, berarti ada nilai tambah bagi perusahaan, dan biasanya akan direspon oleh meningkatnya harga saham perusahaan sehingga tingkat pengembalian saham (harga saham) akan mengalami peningkatan atau perusahaan berhasil menciptakan nilai tambah perusahaan bagi investor. Sebaliknya jika EVA negatif berarti perusahaan mengalami penurunan kinerja yang biasanya akan direspon dengan penurunan harga saham perusahaan sehingga tingkat pengembalian saham (return saham) akan mengalami penurunan atau nilai perusahaan berkurang karena tingkat pengembalian yang dihasilkan lebih rendah dari yang diharapkan investor. Dengan demikian nilai EVA yang positif diharapkan akan memberikan pengaruh yang positif juga terhadap kenaikan tingkat pengembalian saham (return saham) tersebut.

Selain EVA faktor lainnya yang dapat mempengaruhi return saham adalah likuiditas yang diukur dari Current Ratio yang merupakan rasio yang mengukur perbandingan antara aktiva lancar dengan kewajiban lancarnya. Current Ratio

(CR) digunakan untuk menilai likuiditas suatu perusahaan. Semakin tinggi rasio ini, semakin baik kemampuan likuiditas perusahaan yang bersangkutan sehingga kemungkinan suatu perusahaan dalam kondisi baik akan semakin besar. Apabila hal tersebut terjadi maka hal tersebut akan berdampak pada meningkatnya keuntungan perusahaan. Dengan keuntungan yang tinggi maka harga saham juga tinggi yang dapat menghasilkan return saham yang tinggi pula(Wild, 2005:31).


(16)

Objek dalam penelitian ini adalah perusahaan – perusahaan industri pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Alasan menggunakan perusahaan industri pertambangan yaitu adanya persaingan yang tinggi antar perusahaan industri pertambangan sehingga berdampak pada kinerja EVA dan likuiditas yang mempengaruhi harga saham. Persaingan ini terlihat dari gencarnya perusahaan industri pertambangan dalam mengelola kekayaan alam Indonesia, seperti adanya kontrak-kontrak asing dengan Pemerintah Indonesia dalam hal eksplorasi. Selain itu terlihat juga adanya penurunan return saham perusahaan – perusahaan industri pertambangan sehingga perlu dianalisis lebih lanjut lagi. Berikut ini adalah beberapa perusahaan industri pertambangan di Bursa Efek Indonesia yang mengalami penurunan return saham terlihat pada tabel I.1.

Tabel I.1. Nilai Return Saham Beberapa Perusahaan Industri Pertambangan Periode tahun 2009 – 2012

NO PERUSAHAAN Return Saham

2009 2010 2011 2012

1 PT. Adora Energy Tbk 2,57 0,47 -0,31 0,03

2 PT. ATPK Resource Tbk 0,74 -0,17 -0,11 0,01

3 PT. Bayan Resource Tbk 5,01 2,19 0,00 -0,01

4 PT. Bumi Resource Tbk 1,66 0,25 -0,28 0,17

5 PT. Perdana Karya Perkasa Tbk -0,07 -0,44 0,05 0,24

6 PT. Petrosea Tbk 1,88 1,51 0,28 -0,96

7 PT. Resource Alam Indonesia Tbk 0,26 0,68 0,74 -0,62 8 PT. Tambang Batubara Bukit AsamTbk 1,50 0,33 -0,24 -0,13

9 PT. Elnusa Tbk 2,03 -0,08 -0,29 -0,25

10 PT. Energi Mega Persada Tbk 1,30 -0,36 0,44 -0,54 11 PT. Medco Energi Internasional Tbk 0,31 0,38 -0,28 -0,33 12 PT. Radiant Utama Interinsco Tbk -0,56 0,09 0,10 -0,11

13 PT. Aneka Tambang Tbk 1,02 0,11 -0,34 -0,20

14 PT. Timah Tbk 0,85 0,38 -0,39 -0,08

15 PT. Citatah Tbk 0,36 0,06 -0,01 -0,18


(17)

Berdasarkan data pada Tabel 1.1 dapat dilihat pergerakan return saham pada perusahaan industri pertambangan secara garis besar menunjukan hasil yang kurang baik dimana terjadi kecenderungan penurunan return saham dan bahkan sebagian perusahaan justru tidak mampu menghasilkan return saham yang positif selama kurun waktu 2009-2012. Masalah penurunan return saham terparah terjadi pada PT. Bayan Resource Tbk dimana tahun 2009 perolehan return saham sebesar 5,01 turun di tahun 2010 menjadi 2,19, begitu juga tahun 2011 turun menjadi 0 dan terparah pada tahun 2012 menjadi -0,01. PT. Petrosea Tbk pada tahun 2009 perolehan return saham sebesar 1,88 turun di tahun 2010 menjadi 1,51, begitu juga tahun 2011 turun menjadi 0,28 dan terparah pada tahun 2012 menjadi -0,96. PT. Tambang Batubara Bukit AsamTbk pada tahun 2009 perolehan

return saham sebesar 1,50 turun di tahun 2010 menjadi 0,33. Pada tahun 2011 dan 2012 perusahaan tidak mampu menghasilkan return saham positif dimana masing-masing sebesar -0,24 dan -0,13. PT. Elnusa Tbk pada tahun 2009 perolehan return saham sebesar 2,03 turun di tahun 2010 menjadi -0,08 begitu juga tahun 2011 dan 2012 return saham negatif sebesar -0,29 dan -0,25. PT. Timah Tbk pada tahun 2009 perolehan return saham sebesar 0,85 turun di tahun 2010 menjadi 0,38 begitu juga tahun 2011 dan 2012 return saham negatif sebesar -0,39 dan-0,08. PT. Citatatah Tbk pada tahun 2009 perolehan return saham sebesar 0,36 turun di tahun 2010 menjadi 0,06 begitu juga tahun 2011 dan 2012

return saham negatif sebesar -0,01 dan-0,18.

Penelitian Hidayat (2011) mampu membuktikan bahwa EVA berpengaruh terhadap return saham, sedangkan penelitian Pradhono (2004) membuktikan bahwa


(18)

EVA tidak mempengaruhi secara signifikan terhadap return saham. Kedeua hasil penelitian ini tentu saja memiliki kesimpulan yang berbeda sehingga perlu untuk dikaji kembali untuk membuktikan kedua hasil penelitian tersebut.

Berdasarkan fenomena tersebut menunjukkan bahwa return saham dari tahun ke tahun cenderung menurun. Hal ini di tentukan berbagai faktor yang mempengaruhi return saham diantaranya Economic Value Added (EVA) dan Likuiditas perusahaan, oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

mengenai “ Analisis Pengaruh Economic Value Added (EVA) dan Likuiditas Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Industri Pertambangan yang Terdaftar

di BEI “. Penelitian dilakukan dengan menggunakan data dari tahun 2009 sampai

2013.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah apakah economic value added dan likuiditas berpengaruh terhadap return saham baik secara simultan maupun parsial pada perusahaan industri Pertambangan yang terdaftar di BEI?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh economic value added dan likuiditas terhadap return saham baik secara simultan maupun parsial pada perusahaan industri Pertambangan yang terdaftar di BEI.


(19)

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian yang diharapkan dari penelitian. 1. Manfaat Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperluas pengetahuan dan wawasan khususnya mengenai pengaruh economic value added dan likuiditas terhadap

return saham.

2. Manfaat Bagi Akademis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah perbendaharaan karya ilmiah di lingkungan Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Manfaat Bagi Investor

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai bahan masukan bagi investor dalam mempertimbangkan pengambilan keputusan berkaitan dengan penanaman modal dalam saham, khususnya pada perusahaan industri pertambangan yang terdaftar di BEI.

4. Manfaat Bagi Peneliti Lain

Sebagai bahan referensi yang nantinya dapat memberikan perbandingan dalam mengadakan penelitian lebih lanjut dimasa yang akan datang.


(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uraian Teoritis 2.1.1. Signaling Theory

Signalling theory merupakan unsur penting bagi investor dan pelaku bisnis karena informasi pada hakekatnya menyajikan keterangan, catatan atau gambaran baik untuk keadaan masa lalu dari laporan keuangan, saat ini maupun keadaan masa yang akan datang bagi kelangsungan hidup suatu perusahaan dan bagaimana pasaran efeknya. Informasi yang lengkap, relevan, akurat dan tepat waktu sangat diperlukan oleh investor di pasar modal sebagai alat analisis untuk mengambil keputusan investasi. Informasi yang dipublikasikan sebagai suatu pengumuman akan memberikan signal bagi investor dalam pengambilan keputusan investasi. Jika pengumuman tersebut mengandung nilai positif, maka diharapkan pasar akan bereaksi pada waktu pengumuman tersebut diterima oleh pasar (Jogiyanto, 2009: 392).

Teori sinyal menjelaskan alasan perusahaan menyajikan informasi untuk pasar modal. Teori sinyal menunjukkan adanya asimetri informasi antara manajemen perusahaan dan pihak-pihak yang berkepentingan dengan informasi tersebut. Teori sinyal mengemukakan tentang bagaimana seharusnya perusahaan memberikan sinyal-sinyal pada pengguna laporan keuangan (Tandelilin, 2010:117).


(21)

Prinsip signaling theory adalah setiap tindakan mengandung informasi. Hal ini disebabkan karena adanya asymetric information. Asymmetric information

adalah kondisi dimana suatu pihak memiliki informasi yang lebih banyak daripada pihak lain. Misalnya, pihak manajemen perusahaan memiliki informasi yang lebih banyak dibandingkan dengan pihak investor di pasar modal. Tingkat asymetric information ini bervariasi dari sangat tinggi ke sangat rendah (Husnan, 2005:93).

Kualitas keputusan investor dipengaruhi oleh kualitas informasi yang diungkapkan perusahaan dalam laporan keuangan. Kualitas informasi tersebut bertujuan untuk mengurangi asimetri informasi yang timbul ketika manajer lebih mengetahui informasi internal dan prospek perusahaan di masa mendatang dibanding pihak eksternal perusahaan. Informasi yang berupa pemberian peringkat obligasi perusahaan yang dipublikasikan diharapkan dapat menjadi sinyal kondisi keuangan perusahaan tertentu dan menggambarkan kemungkinan yang terjadi terkait dengan utang yang dimiliki (Fahmi dkk, 2009:38).

Pengumuman informasi akuntansi memberikan signal bahwa perusahaan mempunyai prospek yang baik atau buruk di masa mendatang. Apabila informasi keuangan memiliki penilaian yang baik maka informasi yang diserap investor merupakan informasi yang baik (good news) sehingga investor tertarik untuk melakukan perdagangan saham, dengan demikian pasar akan bereaksi yang tercermin melalui perubahan dalam volume perdagangan saham. Apabila informasi keuangan yang disampaikan mengandung informasi buruk seperti penurunan kinerja maka informasi yang diserap investor merupakan informasi yang tidak baik (bad news) sehingga investor tidak tertarik untuk melakukan


(22)

perdagangan saham, dengan demikian hubungan antara publikasi informasi baik laporan keuangan, kondisi keuangan ataupun sosial politik terhadap fluktuasi volume perdagangan saham dapat dilihat dalam efisiensi pasar (Sharpe, 2005: 211).

Informasi yang dikeluarkan oleh perusahaan yang dapat menjadi signal bagi pihak di luar perusahaan, terutama bagi pihak investor adalah laporan tahunan. Informasi yang diungkapkan dalam laporan tahunan dapat berupa informasi akuntansi yaitu informasi yang berkaitan dengan laporan keuangan dan informasi non-akuntansi yaitu informasi yang tidak berkaitan dengan laporan keuangan. Laporan tahunan hendaknya memuat informasi yang relevan dan mengungkapkan informasi yang dianggap penting untuk diketahui oleh pengguna laporan baik pihak dalam maupun pihak luar. Semua investor memerlukan informasi untuk mengevaluasi risiko relatif setiap perusahaan sehingga dapat melakukan diversifikasi portofolio dan kombinasi investasi dengan preferensi risiko yang diinginkan. Jika suatu perusahaan ingin sahamnya dibeli oleh investor maka perusahaan harus melakukan pengungkapan laporan keuangan secara terbuka dan transparan (Harahap, 2006:37).

2.1.2. Economic Value Added (EVA) 2.1.2.1.Pengertian EVA

Pendekatan yang lebih baru dalam penilaian saham adalah dengan menghitung EVA suatu perusahaan. EVA adalah ukuran keberhasilan manajemen perusahaan dalam meningkatkan nilai tambah (value added) bagi perusahaan.


(23)

Asumsinya adalah jika kinerja manajemen baik/efektif (dilihat dari besarnya nilai tambah yang diberikan), maka akan tercermin pada peningkatan harga saham perusahaan (Tandelilin, 2010:324).

Metode EVA pertama kali dikembangkan oleh Stewart dan Stern seorang analisis keuangan dari perusahaan Stern Stewart dan Co pada tahun 1993. Di Indonesia metode tersebut dikenal dengan nama Nilai Tambah Ekonomi (NITAMI). EVA merupakan perbedaan di antara laba operasi setelah pajak dan total biaya modal, termasuk biaya ekuitas modal. EVA adalah suatu estimasi dari nilai yang diciptakan oleh manajemen selama tahun berjalan, dan secara substansial berbeda dari laba akuntansi karena tidak ada pembebanan akibat penggunaan ekuitas modal yang tercermin di dalam laba akuntansi (Brigham dan Houston, 2006:69).

Menurut Bodie, Kane, dan Marcus (2006:633) EVA adalah sebaran antara ROA dan biaya modal (cost of capital) dikalikan jumlah modal yang diinvestasikan dalam perusahaan. EVA mengukur nilai dolar dari selisih bagi hasil yang diperoleh perusahaan dengan biaya peluangnya. Pengertian lain menyatakan bahwa EVA didasarkan pada gagasan keuntungan ekonomis (juga dikenal sebagai penghasilan sisa atau residual income) yang menyatakan bahwa kekayaan hanya diciptakan ketika sebuah perusahaan meliputi biaya operasi dan biaya modal

(Young dan O’Byrne, 2001:17). Lebih lanjut lagi Young dan O’Byrne (2001:32)

menyatakan bahwa EVA merupakan laba ekonomis yang dapat dihitung untuk setiap kesatuan, termasuk divisi, departemen, lini produk, segmen bisnis secara geografis, dan sebagainya.


(24)

EVA atau ukuran nilai tambah ekonomis yang dihasilkan perusahaan sebagai akibat dari aktivitas atau strategi manajemen. EVA yang positif menandakan perusahaan berhasil menciptakan nilai bagi pemilik modal karena perusahaan mampu menghasilkan tingkat penghasilan yang melebihi tingkat biaya modalnya. Hal ini sejalan dengan tujuan untuk memaksimalkan nilai perusahaan. Sebaliknya EVA yang negatif menunjukkan bahwa nilai perusahaan menurun karena tingkat pengembalian lebih rendah daripada biaya modalnya.

2.1.2.2. Manfaat EVA

EVA sangat bermanfaat bagi penilaian kinerja perusahaan di mana fokus penilaian kinerja adalah pada penciptaan nilai (value creation). Penilaian kinerja dengan menggunakan pendekatan EVA menyebabkan perhatian manajemen sesuai dengan kepentingan pemegang saham. Dengan EVA, para manajer akan berpikir dan juga bertindak seperti halnya pemegang saham, yaitu memilih investasi yang memaksimumkan tingkat pengembalian dan meminimumkan tingkat biaya modal sehingga nilai perusahaan dapat dimaksimumkan.

EVA sebagai alat ukur kinerja dan nilai tambah perusahaan, memiliki beberapa manfaat yang dapat diperoleh perusahaan. Menurut Tunggal (2001) beberapa manfaat EVA dalam mengukur kinerja perusahaan antara lain:

1. EVA merupakan suatu ukuran kinerja perusahaan yang dapat berdiri sendiri sendiri tanpa memerlukan ukuran lain baik berupa perbandingan dengan menggunakan perusahaan sejenis atau menganalisis kecenderungan (trend),


(25)

2. hasil perhitungan EVA mendorong pengalokasian dana perusahaan untuk investasi dengan biaya modal yang rendah.

Selain manfaat yang telah dijelaskan diatas, EVA merupakan pengukuran yang sangat penting karena dapat digunakan sebagai signal terjadinya Financial Distress pada suatu perusahaan (Salmi dan Virtanen dalam Iramani dan Eri, 2005:4). Jika suatu perusahaan tidak dapat memperoleh profit di atas required of return, maka EVA akan menjadi negatif, dan hal ini merupakan warning akan terjadinya financial distress bagi perusahaan tersebut.

2.1.2.3.Keunggulan dan Kelemahan EVA

Menurut Iramani dan Erie (2005:6) Salah satu keunggulan EVA sebagai penilai kinerja perusahaan adalah dapat digunakan sebagai penciptaan nilai (value

creation). Keunggulan EVA yang lain adalah :

1. EVA memfokuskan penilaian pada nilai tambah dengan memperhitungkan beban sebagai konsekuensi investasi.

2. EVA merupakan alat perusahaan dalam mengukur harapan yang dilihat dari segi ekonomis dalam pengukurannya, yaitu dengan memperhatikan harapan penyandang dana secara adil dimana derajat keadilan dinyatakan dengan ukuran tertimbang dari struktur modal yang ada dan berpedoman pada nilai yang ada dan berpedoman pada nilai pasar dan bukan pada nilai buku.

3. Perhitungan EVA dapat dipergunakan secara mandiri tanpa memerlukan data pembanding seperti standar industri atau data perusahaan lain sebagai konsep penilaian.


(26)

4. Konsep EVA dapat digunakan sebagai dasar penilaian pemberian bonus pada karyawan terutama pada divisi yang memberikan EVA lebih sehingga dapat dikatakan bahwa EVA menjalankan stakeholders satisfaction concepts.

5. Pengaplikasian EVA yang mudah menunjukkan bahwa konsep tersebut merupakan ukuran praktis, mudah dihitung dan mudah digunakan sehingga merupakan salah satu bahan pertimbangan dalam mempercepat pengambilan keputusan bisnis.

EVA sebagai ukuran kinerja juga mempunyai beberapa keterbatasan antara lain (Naser, 2003):

1. Sebagai ukuran kinerja masa lampau EVA tidak mampu memprediksi dampak strategi yang kini diterapkan untuk masa depan perusahaan. 2. Sifat pengukurannya merupakan potret jangka pendek, sehingga

manajemen cenderung enggan berinvestasi jangka panjang, karena bisa mengakibatkan penurunan nilai EVA dalam periode yang bersangkutan. Hal ini bisa mengakibatkan turunnya daya saing perusahaan di masa depan.

3. EVA mengakibatkan kinerja non keuangan yang sebenarnya bisa meningkatkan kinerja keuntungan. Tanpa balanced scorecard, strategi

value based management memang dapat menurunkan biaya dan

meningkatkan intensitas aktiva tetapi akan kehilangan kesempatan menciptakan tambahan nilai, yaitu strategi pertumbuhan pendapatan


(27)

jangka panjang melalui investasi pelanggan, inovasi, perbaikan proses, teknologi informasi dan kemampuan karyawan.

4. Tidak cocok diterapkan pada industri tertentu. Penggunaan EVA untuk mengevaluasi kinerja keuangan mungkin tidak tepat untuk beberapa perusahaan, misalkan perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi pada sektor teknologi.

5. Memerlukan tambahan biaya. Penggunaan EVA mungkin akan meningkatkan auditing fees dan bisa menimbulkan potential litigation costs.

2.1.2.4. Perhitungan EVA

Menurut Valez (dalam Iramani dan Erie, 2005:4) ada beberapa pendekatan yang dapat digunakan untuk mengukur EVA, tergantung dari struktur modal dari perusahaan. Apabila dalam struktur modalnya perusahaan hanya menggunakan modal sendiri, secara matematis EVA dapat ditentukan sebagai berikut:

EVA = NOPAT – (i x E) Keterangan:

NOPAT = Net Operating Profit After Taxes

ie = Opportunity cost of equity

E = Total Equity

Namun apabila dalam struktur modal perusahaan terdiri dari hutang dan modal sendiri, secara matematis EVA dapat dirumuskan sebagai berikut:


(28)

Keterangan :

NOPAT = Net Operating Profit After Taxes

WACC = Weighted Average Cost of Capital

TA = Total Asset (Total modal yang diinvestasikan)

Interpretasi dari hasil perhitungan EVA adalah sebagai berikut :

1. Jika EVA > 0 hal ini menunjukkan terjadi nilai tambah ekonomis bagi perusahaan.

2. Jika EVA < 0 hal ini menunjukkan tidak terjadi nilai tambah ekonomis bagi perusahaan.

3. Jika EVA = 0 hal ini menunjukkan posisi impas karena laba telah digunakan untuk membayar kewajiban kepada penyandang dana baik kreditur maupun pemegang saham.

Menurut Young & O’Byrne (2001: 39), EVA sama dengan selisih antara

laba operasi perusahaan setelah pajak (NOPAT) dengan biaya modal. Biaya modal sama dengan yang diinvestasikan perusahaan (juga disebut modal atau modal yang dipakai) dikalikan dengan biaya modal rata-rata tertimbang (WACC).

EVA = NOPAT – (WACC x Modal yang diinvestasikan) Adapun penjelasan untuk masing-masing komponen sebagai berikut: 1. Net Operating Profit After Tax (NOPAT)

Net Operating Profit After Taxes (NOPAT) atau laba operasi bersih setelah pajak merupakan sejumlah laba perusahaan yang akan dihasilkan jika perusahaan tersebut tidak memiliki utang dan tidak memiliki asset


(29)

financial. NOPAT dapat dihitung dengan menggunakan rumus (Sartono, 2001:100).

NOPAT = EBIT (1- Tarif Pajak)

Faktor yang non operasional dan laba rugi luar biasa, seperti laba/rugi dari penghentian unit usaha serta beberapa akun laba/rugi lain-lain yang sama sekali tidak berhubungan dengan kegiatan operasional rutin perusahaan dan tidak ada keterangan yang jelas dalam catatan laporan keuangan perusahaan, tidak diikutsertakan dalam perhitungan NOPAT.

2. Weighted Average Cost of Capital (WACC)

Weighted Average Cost of Capital (WACC) atau biaya modal rata-rata tertimbang adalah biaya ekuitas dan biaya hutang masing-masing dikalikan dengan persentase ekuitas dan hutang dalam struktur modal. WACC dapat dihitung dengan menggunakan rumus (Prawironegoro dan Ari, 2008:35):

Debt equity

WACC = --- x Cost of Debt (1-T) + --- x Cost of Equity

debt + equity debt + equity

Atau :

Rumus untuk menghitung WACC adalah (Brigham dan Houston, 2006:484) :

WACC = Wd.Kd (1-T) + Wp.Kp + Ws.Ks Keterangan:

WACC : Weighted Average Cost of Capital (Biaya Modal Rata-rata Tertimbang) Wd : Persentase hutang dari modal


(30)

Kd : Biaya hutang

Kp : Biaya saham preferen

Ws : Persentase saham biasa atau laba ditahan dari modal Ks : Biaya laba ditahan

T : Tarif Pajak

WACC dihitung dengan mengetahui hal-hal sebagai berikut : 1. Wd adalah persentase hutang dalam struktur modal

2. We adalah persentase ekuitas dalam struktur modal 3. Kd adalah biaya hutang (cost of debt)

4. Tingkat pajak

5. Ke adalah biaya modal sendiri atau biaya ekuitas (cost of equity) 6. Total investasi

Menurut Young dan O’Byrne (2001:148) biaya modal (cost of capital) adalah biaya kesempatan yaitu tingkat dari pengembalian yang diharapkan oleh penyedia dana, jika modal itu diinvestasikan ke tempat lainnya dalam suatu proyek, aktiva atau perusahaan dengan risiko yang sebanding. Biaya modal terdiri dari biaya pendanaan dengan utang (cost of debt financing) yaitu biaya bunga setelah pajak yang berkaitan dengan peminjaman uang. Biaya pendanaan dengan ekuitas (cost of equity financing) adalah tingkat pengembalian modal yang diharapkan (baik berupa deviden maupun peningkatan harga pasar dan investasi) yang digunakan untuk menarik investor agar mau memberikan modal ekuitas.

Biaya hutang adalah tingkat sebelum pajak yang dibayar perusahaan kepada pemberi pinjamannya (Young & O’Byrne, 2001 :150). Tingkat pajak


(31)

korporasi penting untuk tujuan WACC karena pembayaran bunga adalah dapat memotong pajak. Biaya hutang dapat di hitung menggunakan rumus (Pradhono dan Yulius (2005):

Biaya Hutang(Kd) =

Biaya bunga tahunan Total hutang jangka panjang

Biaya ekuitas adalah pengembalian yang diminta investor untuk membuat investasi ekuitas dalam perusahaan. Setiap investor menginginkan pengembalian yang setinggi mungkin, yang sudah jelas tidak memberikan pedoman kongkrit apapun untuk memperkirakan biaya ekuitas. Model yang paling popular untuk tujuan ini disebut model penetapan harga aktiva modal (capital asset pricing

model/CAPM).

Dengan menggunakan CAPM, biaya ekuitas akan dihitung dengan

menggunakan rumus (Young dan O’Byrne, 2001:151) : E (R) = Rf + [ Beta x ( E(Rm)– Rf)]

Dimana E(R) adalah harapan pengembalian dari aktiva berisiko manapun, Rf adalah pengembalian atas suatu aktiva bebas risiko (seperti obligasi pemerintah). Beta adalah pengukuran dari risiko dan E(Rm) adalah harapan pengembalian atas pasar saham.

3. Modal yang Diinvestasikan

Modal yang diinvestasikan merupakan jumlah seluruh keuangan perusahaanterlepas dari kewajiban jangka pendek, pasiva tidak menanggung bunga ( noninterest bearing liabilities) seperti hutang, upah yang akan jatuh tempo (accrued wages), dan pajak yang akan jatuh tempo (accrued taxes) Young


(32)

pemegang saham ditambah dengan hutang jangka pendek dan seluruh hutang jangka panjang.

Modal yang diinvestasikan = utang jangka pendek + utang jangka panjang + kewajiban jangka panjang lainnya + ekuitas pemegang saham.

2.1.3. Likuiditas

2.1.3.1.Pengertian Likuiditas

Likuiditas menunjukkan kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya yang harus segera dipenuhi, atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan pada saat ditagih. Likuiditas juga dapat dikatakan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban-kewajibannya yang segera harus dipenuhi kurang dari satu tahun. Rasio likuiditas yaitu rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menyelesaikan kewajiban jangka pendeknya. Rasio ini dapat dihitung dari sumber informasi tentang modal kerja yaitu pada pos aktiva lancar dan hutang lancar (Munawir, 2004:27).

Rasio likuiditas mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansial jangka pendek yang akan jatuh tempo dengan tepat waktu. Perusahaan dalam keadaan likuid berarti mampu memenuhi kewajiban keuangan tepat pada waktunya, dan perusahaan dikatakan mampu memenuhi kewajiban keuangan tepat waktu apabila perusahaan memiliki alat pembayaran ataupun aktiva lancar yang lebih besar dari hutang lancar (jangka pendek). Sedangkan


(33)

perusahaan dalam keadaan illikuid berarti perusahaan tersebut tidak dapat segera memenuhi kewajiban keuangan pada saat ditagih (Husnan, 2005:41).

Rasio lancar digunakan untuk menilai likuiditas suatu perusahaan. Semakin tinggi rasio ini, semakin baik kemampuan likuiditas perusahaan yang bersangkutan sehingga kemungkinan suatu perusahaan dalam kondisi baik akan semakin besar. Apabila hal tersebut terjadi maka hal tersebut akan berdampak pada meningkatnya keuntungan perusahaan. Dengan keuntungan yang tinggi maka tingkat pengembalian (return) saham juga tinggi (Sawir, 2005:32).

2.1.3.2. Jenis-Jenis Likuiditas a. Current Ratio

Current ratio merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan

dalam membayar kewajiban jangka pendek atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara keseluruhan. Rasio ini dapat pula mengukur tingkat keamanan (margin of safety) suatu perusahaan atau kemampuan perusahaan dalam membayar hutangnya. Selain itu, current ratio juga dapat menunjukkan sejauh mana tagihan jangka pendek dari para kreditor dapat dipenuhi dengan aktiva yang diharapkan akan dikonversikan menjadi kas dalam waktu dekat (Munawir, 2004:27).

Rumus current ratio yang mengacu pada Gibson (2011, h224), dinyatakan sebagai berikut:


(34)

Semakin tinggi nilai current ratio, maka akan semakin baik posisi pemberi pinjaman, sebaliknya current ratio yang rendah menunjukkan tingkat likuiditas perusahaan yang bermasalah. Current ratio berbentuk kali (x). Mengacu pada pendapat Munawir (2004:27), nilai current ratio yang memuaskan bagi suatu perusahaan adalah 200% atau 2 kali, akan tetapi nilai rasio sebesar 200% dapat menjadi titik tolak untuk mengadakan analisa lebih lanjut. Hal ini dikarenakan

current ratio yang tinggi belum menjamin hutang perusahaan dapat dibayar, misalnya:

 Jumlah persediaan yang relatif tinggi dibandingkan taksiran tingkat

penjualan sehingga tingkat perputaran persediaan rendah dan menunjukkan adanya over investment dalam persediaan tersebut.

 Saldo piutang yang besar memungkinkan sulit untuk ditagih.

 Rasio lancar yang terlalu tinggi kemungkinan menunjukkan kelebihan

uang kas atau aktiva lancar lainnya dibandingkan dengan kebutuhan saat ini.

Gibson (2011:224) menyatakan “the guideline for the minimum current

ratio has been 2,00”. Gibson juga menambahkan perusahaan yang tidak berhasil mempertahankan current ratio di atas 2,00 mengindikasikan penurunan likuiditas dan dapat pula mengindikasikan pengendalian yang kurang baik atas kas, piutang dan persediaan untuk menutupi kewajiban lancarnya. Apabila hal ini terjadi maka akan dapat menyulitkan perusahaan dalammenjalankan aktivitas operasionalnya.


(35)

b. Acid-Test Ratio

Acid-Test Ratio sering juga disebut sebagai quick ratio, dimana rasio ini merupakan ukuran kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban-kewajibannya dengan tidak memperhitungkan persediaan, karena persediaan memerlukan waktu yang relatif lama untuk dikonversi menjadi uang kas, walaupun pada kenyataannya persediaan mungkin lebih likuid daripada piutang. Nilai current ratio yang tinggi tetapi quick ratio nya rendah menunjukkan adanya investasi yang sangat besar dalam persediaan. Rasio ini berbentuk kali (x), semakin cepat rasio ini berputar semakin baik bagi perusahaan.

Rumus acid-test ratio yang mengacu pada Gibson (2011:225), adalah sebagai berikut:

x 100%

Semakin tinggi Acid-test ratio menunjukkan semakin tinggi tingkat likuiditas perusahaan. Akan tetapi, jika rasio ini terlalu tinggi maka hal ini tidak terlalu baik karena mengindikasikan adanya praktek manajemen yang kurang baik. Acid-test yang bernilai 2 kali menunjukkan bahwa perusahaan cukup melunasi kewajiban lancar dengan membayar setengah dari aset lancar tanpa persediaan yang dimiliki, sedangkan rasio yang bernilai kurang dari 1 kali mengindikasikan terdapat kewajiban lancar yang tidak terbayarkan meskipun seluruh aset lancar tanpa persediaan telah dikonversi menjadi kas.

Menurut Gibson (2011:225) angka 1,00 atau 1 kali dianggap cukup aman. Sependapat dengan Prihadi, Gibson (2011:226) menyatakan “the guideline for the


(36)

minimum acid-test ratio was 1,00”. Angka ini merupakan angka minimum yang

perlu dipertahankan oleh perusahaan agar perusahaan tidak mengalami ketidakmampuan dalam membayar hutang-hutang jangka pendeknya. Perusahaan yang memiliki rasio cepat yang tinggi akan terhindar dari ancaman likuidasi.

2.1.3.3.Pengukuran Rasio Likuiditas

Pengukuran rasio likuiditas adalah menggunakan Current Ratio yaitu perbandingan antara aktiva lancar dengan hutang lancar. Aktiva lancar terdiri dari kas, persediaan, piutang dan investasi jangka pendek, sedangkan hutang lancar terdiri dari hutang dagang yang jatuh tempo kurang dari satu tahun. Indikator likuiditas(Munawir, 2004:27) adalah :

x 100%

Rasio lancar yang terlalu tinggi menunjukan kelebihan uang kas atau aktiva lancar lainnya dibandingkan dengan yang dibutuhkan sekarang atau tingkat likuiditas yang rendah daripada aktiva lancar dan sebaliknya. Perusahaan haruslah jeli dalam menilai kondisi likuiditas keuangannya. Likuiditas yang terlalu tinggi juga tidak akan menguntungkan bagi perusahaan karena adanya aset lancar yang tidak produktif, sebaliknya perusahaan juga jangan sampai memiliki likuiditas yang rendah karena akan menyulitkan perusahaan dalam menjalankan aktivitas operasionalnya.


(37)

2.1.4.Return Saham

2.1.3.1.Pengertian Return Saham

Return merupakan laba atas suatu investasi yang biasanya dinyatakan sebagai tarif persentase tahunan (Fakhruddin, 2008:169). Fahmi dan Yovi (2009:151) mengatakan return adalah keuntungan yang diperoleh oleh perusahaan, individu dan institusi dari hasil kebijakan investasi yang dilakukannya. Semakin tinggi return saham maka semakin baik investasi yang dilakukan karena dapat menghasilkan keuntungan, sebaliknya semakin rendah

return saham atau bahkan negatif maka semakin buruk hasil investasi yang dilakukan.

Return saham adalah pendapatan yang dinyatakan dalam persentase dari modal awal investasi. Pendapatan investasi dalam saham meliputi keuntungan jual beli saham, di mana jika untung disebut capital gain dan jika rugi disebut capital loss (Samsul, 2006:291). Return saham yang diperoleh dari kegiatan investasi yang berupa dividen bukanlah hal yang mudah untuk diprediksi, karena kebijakan dividen merupakan kebijakan yang sulit bagi manajemen perusahaan. Keputusan mengenai dividen terkadang dikaitkan dengan keputusan pendanaan dan keputusan investasinya, dividen setiap periodenya sesuai dengan fluktuasi dalam jumlah kesempatan investasi yang dapat diterima yang tersedia bagi perusahaan tersebut.

Return dapat terdiri dari return realisasi yang sudah terjadi atau return


(38)

Menurut Jogiyanto (2009:199) ada 2 (dua) cara untuk memperoleh tingkat keuntungan, yaitu: return realisasi dan return ekspektasi.

1. Return realisasi

Tingkat keuntungan yang diperoleh dari selisih harga jual dan harga beli.

Return ini merupakan return yang sesungguhnya terjadi (return realisasi).

Return realisasi penting digunakan sebagai salah satu pengukuran kinerja dari sebuah perusahaan yang dihitung berdasarkan data historis.

2. Return historis

Return historis atau yang sering disebut juga sebagai tingkat keuntungan saham yang diperoleh dari investasi saham ekspektasi.

2.1.3.2.Jenis-jenis Return

Menurut Jogiyanto (2009:199-214), jenis return ada dua yaitu return

realisasi dan return ekspektasi. 1. Return realisasi

Return realisasi merupakan return yang telah terjadi. Return realisasi dihitung berdasarkan data historis. Pentingya return ini karena digunakan indikator kinerja atau keberhasilan perusahaan. Return realisasi (realized return) merupakan return yang telah terjadi. Return realisasi dihitung berdasarkan data historis. Return historis ini juga berguna sebagai dasar penentuan return ekspektasi (expected return) dan resiko di masa datang. Ekspektasi biasanya digunakan sebagai dasar analisa teknikal yaitu menggunakan pola pergerakan harga saham masa lalu untuk memprediksi harga saham di masa datang


(39)

2. Return Ekspektasi

Return Ekspektasi adalah return yang diharapkan akan diperoleh oleh investor di masa mendatang dan return ekspektasi sifatnya belum terjadi.

Return ini dapat dihitung dengan mengalikan masing-masing hasil masa depan (outcome) dengan probabilitas kejadiannya dan menjumlah semua produk perkalian tersebut.

Jogianto (2009: 200) mengemukakan beberapa pengukuran return realisasi yang banyak digunakan adalah return total, relatif return, kumulatif return, dan

return disesuaikan. Rata-rata dari return dapat dihitung berdasarkan aritmatika (arithmetic mean) atau rata-rata geometrik (geometric mean). Perhitungan ini menggunakan data harga saham historis yaitu pergerakan harga saham dari awal pengamatan sampai akhir pengamatan.

2.1.3.3. Pengukuran Return Saham

Berdasarkan pengertian return, bahwa return suatu saham adalah hasil yang diperoleh dari investasi dengan cara menghitung selisih harga saham periode berjalan dengan periode sebelumnya dengan mengabaikan dividen, maka dapat ditulis rumus: (Samsul, 2006:291)

Ri =

Pt– P t-1 P t-1 Dimana:

Ri = Return saham

Pt = Harga saham pada periode t P t-1 = Harga saham pada periode t-1


(40)

2.1.3.4.Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Return Saham

Kinerja keuangan merupakan faktor penentu naik turunnya return saham. Semakin baik kinerja emiten maka semakin besar pengaruhnya terhadap kenaikan

return saham, begitu pula sebaliknya. Kinerja keuangan dapat di ukur dari nilai tambah ekonomis (EVA) dan likuiditas perusahaan (CR). Untuk itu perusahaan harus dapat meningkatkan kinerja keuangannya agar dapat meningkatkan return

saham.

Menurut Asnawi dan Wijaya, (2005:95) kinerja keuangan keuangan yang secara langsung mempengaruhi return saham dikelompokkan yaitu rasio likuiditas, rasio solvabilitas, rasio aktivitas, rasio profitabilitas, rasio pasar dan

economic value added (EVA).

1. Rasio likuiditas, yang menyatakan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajibannya dalam jangka waktu pendek. Rasio ini terbagi menjadi Current ratio, quick ratio, dan net working capital. Semakin tinggi rasio ini semakin baik return saham yang akan diterima investor. 2. Rasio solvabilitas, menunjukkan kemampuan perusahaan dalam

memenuhi kewajiban jangka panjang, dimana rasio ini terbagi menjadi menjadi debt ratio, debt to equity ratio, long term debt to equity ratio, long term debt to capitalization ratio, times interest earned, cash flow interest coverage, cash flow to net income, dan cash return sales. Semakin tinggi rasio ini semakin rendah return saham yang akan diterima investor.

3. Rasio aktivitas, menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memanfaatkan harta yang dimilikinya, terbagi menjadi total asset


(41)

turnover, fixed asset turnover, account receivable turnover, inventory turnover, average collection period, dan day’s sales in inventory. Semakin tinggi rasio ini semakin baik return saham yang akan diterima investor. 4. Rasio profitabilitas, menunjukkan kemampuan dari perusahan dalam

menghasilkan keuntungan, terbagi menjadi gross profit margin, net profit margin, operating return on assets, return on equity dan operating ratio.

Semakin tinggi rasio ini semakin baik return saham yang akan diterima investor.

5. Rasio pasar, menunjukkan informasi yang penting perusahaan dan diungkapkan dalam basis per saham, terbagi menjadi dividend yield, devidend per share, earning per share, devidend payout ratio, price earning ratio, book value per share, dan price to book value. Semakin tinggi rasio ini semakin baik return saham yang akan diterima investor. 6. EVA merupakan suatu cara untuk mengukur profitabilitas operasi yang

sesungguhnya, apakah sudah mampu memberikan nilai tambah atau belum terhadap perusahaan. Jika kinerja manajemen baik atau efektif dilihat dari nilai tambah, maka akan tercermin dalam peningkatan harga saham perusahaan. EVA yang positif akan dapat meningkatkan harga saham, begitu juga profitabilitas meningkat akan dapat meningkatkan harga saham.


(42)

2.2. Review Penelitian Terdahulu

Berikut ini dikemukakan penelitian-penelitian terdahulu tentang pengaruh EVA, dan likuiditas terhadap return saham pada tabel 2.1.

Tabel 2.1

Ringkasan Penelitian Sebelumnya NO Peneliti dan

Tahun

Variabel Penelitian Hasil Penelitian

1 Hidayat (2011)

-Economic Value Added (EVA),

-Market Value Added (MVA)

-Debt to Equity Ratio (DER)

Return saham

Hasil penelitiannya secara parsial EVA berpengaruh terhadap return saham, dengan perolehan nilai probabilitas sebesar 0,022. Variabel Market Value Added (MVA) dan Debt to Equity Ratio (DER) secara parsial tidak berpengaruh terhadap return saham. Semakin tinggi EVA maka semakin tinggi pula return sahamnya.

2

Pradhono (2004)

-EVA,

-Residual income, -earnings,

-arus kas, -return saham.

Variabel EVA tidak mempengaruhi secara signifikan terhadap return saham, namun pengaruhnya positif. Semakin tinggi EVA maka semakin tinggi pula return sahamnya

3 Rosy

(2008)

- pertumbuhan aset - kebjakan dividen - rasio likuiditas - rasio keuntungan - tingkat utang - PER

- EPS

- Return Saham

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara parsial tidak terdapat pengaruh antara Economic Value Added (EVA) terhadap return saham, sedangkan Market Value Added (MVA) dengan harga saham terdapat pengaruh secara parsial.

4 Mardiyanto (2013)

- EVA - MVA - return saham

Nilai Tambah Ekonomis (EVA) dan Nilai Tambah Pasar (MVA) berpengaruh terhadap return

saham.

5 Laksana (2000)

- EVA

- return saham

Hsil penelitiannya membuktikan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara EVA dengan return saham, kenaikan dan penurunan EVA tidak dapat dihubungkan secara langsung dengan kenaikan atau penurunan return saham

6 Ulupui (2007)

- CR - ROA - ATO - DTE

- return saham

Hasil penelitiannya membuktikan bahwa CR dan ROA berpengaruh signifikan terhadap return saham, sedangkan ATO dan DTE tidak berpengaruh signifikan.


(43)

Berdasarkan beberapa penelitian terdahulu dapat diketahui adanya perbedaan-perbedaan hasil penelitian berkaitan dengan pengaruh EVA terhadap

return saham. Hasil penelitian Hidayat (2011) dan Mardiyanto (2013)

membuktikan EVA berpengaruh terhadap return saham, sedangkan hasil penelitian Pradhono (2004), Rosy (2008) dan Laksana (2000) membuktikan EVA tidak mempengaruhi secara signifikan terhadap return saham. Kedua hasil penelitian yang berbeda inilah yang memotivasi peneliti untuk meneliti kembali dengan originalitas dari penelitian Hidayat (2011). Perbedaanya adalah pada penelitian sekarang hanya menggunakan dua variabel bebas yaitu EVA dan likuiditas. Objek penelitian juga berbeda dimana sebelumnya hanya menggunakan satu objek perusahaan saja maka pada penelitian sekarang menggunakan objek yang berbeda yaitu perusahaan-perusahaan pertambangan di BEI yang berjumlah 15 perusahaan.

2.3. Kerangka Konseptual

Berdasarkan rumusan masalah dan teori yang ada maka penelitian ini dapat digambarkan kedalam skema kerangka konseptual yang dapat dilihat pada Gambar 2.1

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual EVA

Return Saham


(44)

Return memiliki peran yang signifikan dalam menentukan nilai dari suatu investasi. Suharli (2005) menyebutkan bahwa return dapat menjadi indikator untuk meningkatkan wealth para investor termasuk didalamnya para pemegang saham. EVA adalah suatu cara untuk mengukur profitabilitas operasi yang sesungguhnya. EVA mengukur nilai tambah dalam suatu periode tertentu. Nilai tambah ini tercipta apabila perusahaan memperoleh keuntungan (profit) di atas

cost of capital perusahaan. Penelitian mengenai EVA pernah diteliti oleh Resmi (2002), hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa EVA tidak berpengaruh terhadap return saham. Penelitian yang serupa pernah diteliti juga oleh Tinneke (2007) dan Husniawati (2008) penelitian mereka menunjukkan bahwa variabel EVA berpengaruh terhadap return saham.

Perusahaan yang memiliki likuiditas baik maka memungkinkan pembayaran deviden dengan lebih baik pula (Michelle & Megawati,2005). Dari sudut pandang pemberi pinjaman terdapat anggapan bahwa semakin tinggi nilai rasio lancar, maka semakin baik posisi pemberi pinjaman. Hal ini juga dapat dilihat dari sudut pandang investor, dimana semakin tinggi nilai rasio lancar akan memberikan perlindungan terhadap kemungkinan kerugian drastis bila terjadi kegagalan perusahaan. Kelebihan aktiva lancar yang besar atas kewajiban lancar tampaknya membantu melindingi klaim, karena persediaan dapat dicairkan dengan pelelangan atau karena tidak terdapat banyak masalah dalam penagihan piutang usaha.

Semakin tinggi tingkat likuiditas maka akan semakin besar pula kemampuan perusahaan untuk membayar deviden sehingga menghasilkan return


(45)

positif dan dapat meningkatkan harga saham (Wild, 2005:27). CR digunakan untuk menilai likuiditas suatu perusahaan. Semakin tinggi rasio ini, semakin baik kemampuan likuiditas perusahaan yang bersangkutan sehingga kemungkinan suatu perusahaan dalam kondisi baik akan semakin besar. Apabila hal tersebut terjadi maka hal tersebut akan berdampak pada meningkatnya keuntungan perusahaan. Dengan keuntungan yang tinggi maka tingkat pengembalian (return) saham juga tinggi (Michelle & Megawati,2005).

2.2 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan uraian kerangka pemikiran yang telah dikemukakan sebelumnya, hipotesis penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

“Economic Value Added (EVA) dan likuiditas (CR) berpengaruh terhadap Return

Saham baik secara simultan maupun parsial pada perusahaan industri


(46)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian asosiatif kausal. Menurut Umar (2003 : 30) penelitian asosiatif kausal adalah penelitian yang bertujuan untuk menganalisis hubungan antara satu variabel dengan variable lainya atau bagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel lain. Variabel Independen (X) dalam penelitian ini adalah Economic Value Added dan rasio likuiditas untuk kemudian diuji dan dianalisis pengaruhnya terhadap return saham (Y) sebagai variabel dependen dalam penelitian ini.

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada perusahaan industri pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indoensia dengan melakukan browsing pada situs www.idx.co.id. Sedangkan waktu penelitian dilaksanakan mulai dari November 2014 sampai Maret 2014.

3.3 Defenisi Variabel

Terdapat tiga variabel dalam penelitian ini yaitu dua variabel bebas dan satu variabel terikat. Variabel bebasnya adalah Economic Value Added dan Rasio Likuiditas (Current Ratio). Variabel terikatnya adalah return saham.

a. Variabel bebas (independent variabel) adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya


(47)

variabel dependen (Sugiono, 2009:59). Variabel independen dalam penelitian ini ada 2 yaitu:

1. Economi Value Added (X1)

Economi Value Added (EVA) adalah merupakan laba ekonomis yang dapat dihitung untuk setiap kesatuan, termasuk divisi, departemen, lini produk, segmen bisnis secara geografis, dan sebagainya (Young dan

O’Byrne, 2001:32).

Langkah-langkah menghitung EVA : Menghitung biaya hutang (Kd)

Kd = Biaya bunga tahunan Total hutang jangka panjang Kd = Kd (1-T)

Keterangan :

Kd = biaya hutang setelah pajak T = tarif pajak yang dikenakan Menghitung biaya modal sendiri (Ke)

Menggunakan pendekatan discounted cash flow model, di mana

dividend yield ditambahkan dengan tingkat pertumbuhan yang

diharapkan. Formulanya adalah : Ke = Dividend Yield + g

Dividend Yield + (plowback ratio x r) Divident Yield + [(1-Dividen Payout) x r ]


(48)

Keterangan :

Ke = Biaya modal sendiri

g = Tingkat pertumbuhan yang diharapkan (grouwth) r = Tingkat pengembalian (return)

Menghitung struktur permodalan dari neraca

Struktur permodalan yang dipakai adalah proporsi hutang dan proporsi modal sendiri dalam bentuk persentase dari jumlah hutang dan modal sendiri (jumlah pasiva).

Proporsi hutang (WD) diperoleh dengan:

WD = D

X 100 % (D+E)

Proporsi ekuitas (WE) diperoleh dengan:

WE = E

X 100 % (D+E)

Menghitung NOPAT NOPAT = EAT + IAT Keterangan :

NOPAT = Laba operasi setelah pajak (Net Operating After Tax) EAT = Laba bersih (Earnings After Tax)

IAT = Interst After Tax

Menghitung tingkat pengembalian (r)

Perhitungan tingkat pengembalian (r) adalah dengan menggunakan pendekatan laba bersih operasi setelah pajak (NOPAT) dibagi dengan proporsi modal yang diinvestasikan.


(49)

r = NOPAT

Capital

Keterangan :

NOPAT = Laba operasi setelah pajak (Net Operating After Tax) Capital = Modal Saham

Menghitung biaya modal rata-rata tertimbang (WACC)

Penghitungan biaya modal rata-rata tertimbang (WACC) menggunakan pendekatan WACC.

WACC = (kd x Wd) + (Ke x We) Keterangan:

Kd = Biaya hutang setelah pajak Ke = Biaya modal sendiri Wd = Proporsi hutang We = Proporsi modal sendiri Menghitung EVA

EVA = NOPAT – (C x Capital) Keterangan:

EVA : Economi Value Added

NOPAT : Laba bersih setelah pajak

C : Biaya modal rata-rata tertimbang (WACC) Capital : Modal (Ekuitas dan hutang)


(50)

2. Rasio Likuiditas (X2)

Rasio likuiditas mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansial jangka pendek yang akan jatuh tempo dengan tepat waktu. Pengukuran likuiditas menggunakan Current ratio yaitu rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara keseluruhan

x 100% Ketarangan:

Current Ratio = Rasio Likuiditas

Current Assets = Aktiva Lancar Perusahaan

Current Liabilities = Kewajiban Lancar Perusahaan

b. Variabel terikat (dependent variabel) adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiono, 2009:59). Variabel dependen dalam penelitian ini ada 1 yaitu Return

Saham (Y) yang merupakanpendapatan yang dinyatakan dalam persentase dari modal awal investasi. Pendapatan investasi dalam saham meliputi keuntungan jual beli saham, di mana jika untung disebut capital gain dan jika rugi disebut capital loss (Samsul, 2006:291).

Ri =

Pt– P t-1 P t-1


(51)

Ketarangan:

Ri = Return saham

Pt = Harga saham pada periode t P t-1 = Harga saham pada periode t-1

Untuk memperjelas indikator dan alat ukur yang digunakan untuk masing-masing variabel tersebut dapat dilihat pada Tabel 3.3.

Tabel 3.3

Operasionalisasi Variabel

No Variabel Definisi Indikator Skala

1. Economi

Value Added

(X1)

Merupakan laba ekonomis yang dapat dihitung untuk setiap kesatuan, termasuk divisi, departemen, lini produk, segmen bisnis secara geografis, dan sebagainya

EVA = NOPAT (C*xCapital)

Rasio

2. Rasio Likuiditas

(X2)

Merupakan kemampuan

perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansial jangka pendek yang akan jatuh tempo dengan tepatwaktu

TCA

CR= x 100 % TCL

Rasio

3. Return

Saham (Y)

pendapatan yang dinyatakan dalam persentase dari modal awal investasi. Pendapatan investasi dalam saham meliputi keuntungan jual beli saham, di mana jika untung disebut capital gain dan jika rugi disebut capital loss

Ri =

Pt– P t-1 P t-1

Rasio


(52)

3.4. Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data 3.4.1. Jenis Data

Jenis data yang digunakan adalah data kuantitatif yaitu jenis data yang berupa angka-angka yang dapat dihitung dan diinterprestasikan untuk menarik sebuah kesimpulan.

3.4.2. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data menggunakan meteode dokumentasi yaitu data yang telah dikumpulkan oleh pihak lain atau lembaga pengumpul data dan dipublikasikan kepada masyarakat pengguna data (Kuncoro, 2003: 127). Data dokumentasi disajikan antara lain dalam bentuk tabel-tabel atau diagram-diagram. Data sekunder dapat diperoleh dari berbagai literatur, situs internet, buku-buku dan catatan yang berkaitan erat dengan masalah yang sedang diteliti.

3.5. Populasi Penelitian

Menurut Sugiono (2009: 115) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan industri pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2009 sampai dengan 2013 berdasarkan Indonesian Capital Market Directory yaitu sebanyak 41 perusahaan. Daftar populasi dapat dilihat pada Lampiran 1.

Sampel merupakan bagian dari jumlah data karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Untuk menentukan ukuran sampel digunakan metode Purposive


(53)

Sampling, dimana metode ini untuk mendapatkan unit sampel berdasarkan kriteria tertentu yaitu :

1. Perusahaan Pertambangan yang terdaftar di BEI tahun 2009 – 2013

2. Perusahaan mempublikasikan laporan kinerja keuangannya tahun 2009 – 2013.

3. Perusahaan memiliki laba (tidak mengalami kerugian) selama tahun 2009

– 2013

Tabel 3-2

Penentuan Populasi Sasaran Penelitian

Keterangan Kriteria

Perusahaan Pertambangan yang terdaftar di BEI Perusahaan yang tidak terdaftar di BEI dari tahun 2008 – 2013

Perusahaan tidak mempublikasikan laporan kinerja keuangannya tahun 2008 – 2013

Perusahaan yang tidak memiliki laba (mengalami kerugian) selama tahun 2008 – 2013

41

(21)

(0)

(5) Sampel yang digunakan 15 Sumber : Kriteria Sampel Perusahaan Pertambangan di BEI

Setelah dilakukan metode purposive sampling maka diperoleh sampel sebanyak 15 perusahaan dari 41 perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI. Untuk itu sampel penelitian ini adalah berjumlah 15 perusahaan sebagai berikut :


(54)

Tabel 3-3

Daftar Sampel Perusahaan

NO PERUSAHAAN

1 PT. Adora Energy Tbk 2 PT. ATPK Resource Tbk 3 PT. Bayan Resource Tbk 4 PT. Bumi Resource Tbk

5 PT. Perdana Karya Perkasa Tbk 6 PT. Petrosea Tbk

7 PT. Resource Alam Indonesia Tbk 8 PT. Tambang Batubara Bukit AsamTbk 9 PT. Elnusa Tbk

10 PT. Energi Mega Persada Tbk 11 PT. Medco Energi Internasional Tbk 12 PT. Radiant Utama Interinsco Tbk 13 PT. Aneka Tambang Tbk

14 PT. Timah Tbk 15 PT. Citatah Tbk

Sumber : hasil penarikan sampel

3.6. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik dokumentasi. Data yang digunakan adalah data sekunder yang diperoleh dari situs Bursa Efek Indonesia berupa laporan keuangan perusahaan industri pertambangan periode 2008-2013 dan data harga saham yang terdiri dari :

1. Data laporan keuangan yang menjadi sampel selama periode penelitian. 2. Data harga saham penutupan akhir tahun 2008-2013.

3. Data EVA dan likuiditas diperoleh dari perhitungan data masing-masing laporan keuangan industri pertambangan periode 2008-2013.


(55)

3.7. Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan adalah regresi linier berganda (multiple linier regression method) dengan menggunakan regresi data panel. Suliyanto (2011:231) mengatakan regresi data panel dengan asumsi intercept dan koefesien slope konstan sepanjang waktu. Asumsi ini merupakan yang paling sederhana dengan mengabaikan dimensi waktu dan ruang, langsung melakukan regresi Ordinary Least Square (OLS). Seluruh analisis dilakukan dengan bantuan

Software SPSS (Statistical Package Social Science) versi 17.

3.7.1. Pengujian Asumsi Klasik

Persamaan regresi Ordinary Least Square (OLS) harus bersifat BLUE (Best Linier Unbiased Estimator), artinya pengambilan keputusan melalui uji t tidak boleh bias. Syarat asumsi klasik yang harus dipenuhi model regresi berganda sebelum data tersebut dianalisis adalah uji Normalitas, Multikolinieritas, Autokorelasi dan Heteroskedastisitas.

3.7.1.1. Uji Normalitas

Uji Normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah distribusi sebuah data mengikuti atau mendekati distribusi normal, yakni distribusi data dengan bentuk lonceng dan distribusi data tersebut tidak menceng ke kiri atau menceng ke kanan. Untuk menguji apakah sampel penelitian merupakan jenis distribusi normal maka digunakan pengujian Kolmogorov-Smirnov Goodness of Fit Test terhadap masing-masing variabel. Fungsi pengujian suatu data dikategorikan sebagai distribusi normal atau tidak adalah sebagai alat membuat kesimpulan populasi berdasarkan


(56)

data sampel Tingkat signifikasi (α) yang digunakan adalah 5% dengan kriteria

pengujian sebagai berikut (Santoso, 2007:392) :

• Jika Probabilitas > 0.05, maka distribusi normal • Jika Probabilitas < 0.05, maka distribusi tidak normal 3.7.1.2. Uji Multikolinieritas

Multikolinieritas berarti adanya hubungan linier yang sempurna atau pasti di antara beberapa atau semua variabel yang menjelaskan dari model regresi. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinearitas dapat dilakukan dengan melihat toleransi variabel dan Variante Inflation Factor (VIF) dengan membandingkan sebagai berikut (Ghozali, 2005:96):

• Jika VIF < 10 dan Tolerance > 0,10 maka tidak terjadi multikolinearitas • Jika VIF > 10 dan Tolerance < 0,10 maka terjadi multikolinearitas 3.7.1.3. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk melihat apakah dalam suatu model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lain atau munculnya data dipengaruhi oleh data sebelumnya. Metode yang sering digunakan untuk menguji ada tidaknya autokorelasi adalah dengan uji statistik d dari Durbin-Watson. (Ghozali, 2005:32).


(57)

- Apabila nilai Durbin-Watson (DW-test) terletak antara 0 dan batas bawah

Lower Bound (DL), berarti ada autokorelasi positif.

- Apabila nilai Durbin-Watson (DW-test) terletak antara DL dan batas atas atau

Uper Bound (DU), berarti kita tidak dapat memutuskan apakah terjadi

autokorelasi positif atau tidak.

- Apabila nilai Durbin-Watson (DW-test) terletak antara 4-DL dan 4, berarti ada autokorelasi negatif.

- Apabila nilai Durbin-Watson (DW-test) terletak antara 4-DU dan 4-DL, berarti kita tidak dapat memutuskan apakah terjadi autokorelasi negatif atau tidak.

3.7.1.4. Uji Heteroskedastisitas

Uji Heteroskedastisitas pengujian mengenai sama atau tidak varians dari residual satu pengamatan kepengamatan yang lain. Pengujiannya menggunakan grafik plots dengan menggunakan uji glestjer. Terjadi homoskedastisitas jika pada scatterplot titik-titik hasil pengolahan data antara Zpred dan Sresid menyebar dibawah maupun diatas titik origin (angka 0) pada sumbu Y dan tidak mempunyai pola yang teratur. Terjadi heteroskedastisitas jika pada scatterplot titik-titiknya mempunyai pola yang teratur baik menyempit, melebar maupun bergelombang-gelombang (Ghozali, 2005:125).


(58)

3.7.2. Pengujian Hipotesis

3.7.2.1. Persamaa Regresi Linier Berganda

Persamaan regresi linier berganda dilakukan untuk mengetahui arah hubungan dari setiap variabel bebas terhadap variabl terikatnya. Berdasarkan spesifikasi model regresi berganda maka model persamaan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Y = α + β1 X1+ β2 X2 + e

Dimana :

Y : Return Saham

α : Koefisien Konstanta

β1- β2 : Koefisien Regresi

X1 : EVA

X2 : CR

e : Error term

3.7.2.2. Uji F (F-test)

Untuk menguji signifikansi pengaruh dimensi variabel bebas secara serempak terhadap variabel terikat dilakukan dengan uji-F. Bentuk pengujiannya adalah sebagai berikut :

a. Ho : b1, b2 = 0 (tidak terdapat pengaruh yang signifikan secara serempak dari seluruh variabel bebas terhadap variabel terikat).

b. Ha : b1, b2  0 (terdapat pengaruh yang signifikan secara serempak dari seluruh variabel bebas terhadap variabel terikat).

Untuk mengetahui apakah hipotesis yang diajukan diterima atau ditolak dilakukan dengan cara membandingkan nilai F hitung dengan F tabel pada tingkat


(59)

kepercayaan 95 % ( = 0,05). Jika nilai Fhitung > Ftabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima sedangkan jika nilai Fhitung  Ftabel maka Ho diterima dan Ha ditolak.

3.7.2.3. Uji t (t-test)

Uji t adalah untuk menguji hipotesis secara parsial antara masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat. Bentuk pengujiannya adalah sebagai berikut :

a. Ho : b1, b2 = 0 (tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat).

b. Ha : b1, b2  0 (terdapat pengaruh yang signifikan dari masing-masing dimensi bebas terhadap variabel terikat).

Untuk mengetahui apakah hipotesis yang diajukan diterima atau ditolak dilakukan dengan cara membandingkan nilai t hitung dengan t tabel pada tingkat kepercayaan 95 % ( = 0,05). Jika nilai thitung > ttabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima sedangkan jika nilai thitung  ttabel maka Ho diterima dan Ha ditolak.

3.7.3. Uji Koefisien Determinasi (R2)

Uji koefisien determinasi dilakukan untuk mengukur seberapa besar kemampuan variabel bebas dapat menjelaskan variabel terikat. Semakin besar nilai koefisien determinasi, maka semakin baik kemampuan varian dan variabel bebas menerangkan variabel terikat.


(60)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian

4.1.1. Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif digunakan untuk memberikan gambaran umum tentang data penelitian yang dijadikan sampel yang digunakan dalam penelitian. Statistik deskriptif pada penelitian ini difokuskan kepada nilai minimum, maksimum, rata-rata dan standar deviasi ditunjukkan Tabel 4.1:

Tabel 4.1 Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean

Std. Deviation EVA 75 -13856884.10 12609814.33 196831.23 3755906.29

Likuiditas 75 .13 1064.20 222.51 175.51

Return Saham 75 -.97 5.35 0.25 0.97

Valid N

(listwise) 75

Sumber: Hasil Penelitian, 2014 (Data Diolah)

Berdasarkan hasil deskriptif pada Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa data yang akan digunakan dalam penelitian ini sangat bervariasi dengan kisaran yang sangat lebar. Hal ini mengindikasikan bahwa data penelitian ini memiliki kemungkinan memiliki distribusi yang tidak normal.

Tabel 4.1. menunjukkan nilai rata-rata Economic Value Added (EVA) perusahaan Industri Pertambangan yang terdaftar di BEI tahun 2009-2013 adalah sebesar RP. 196.831,23. Nilai Economic Value Added minimum adalah sebesar – Rp. 13.856.884,10 dan nilai maksimum yakni sebesar Rp. 12.609.814,33. Standar


(61)

deviasi sebesar Rp. 3.755.906,29 menunjukan penyebaran data sangat jauh (heterogen).

Tabel 4.1. menunjukkan nilai rata-rata likuiditas dari Current Ratio (CR) perusahaan Industri Pertambangan yang terdaftar di BEI tahun 2009-2013 adalah sebesar 222,51%. Nilai likuiditas dari Current Ratio (CR) minimum adalah sebesar 0,13% dan nilai maksimum yakni sebesar 1.064,20%. Standar deviasi sebesar 175,51% menunjukan penyebaran data sangat jauh (heterogen).

Tabel 4.1. menunjukkan nilai rata-rata return saham perusahaan Industri Pertambangan yang terdaftar di BEI tahun 2009-2013 adalah sebesar 0.25. Nilai

return saham minimum adalah sebesar -0.97 dan nilai maksimum yakni sebesar 5.35. Standar deviasi sebesar 0.97 menunjukan penyebaran data sangat jauh (heterogen).

4.1.2. Uji Asumsi Klasik

Pengujian asumsi klasik diperlukan untuk mengetahui apakah hasil estimasi regresi yang dilakukan benar-benar bebas dari adanya gejala heteroskedastisitas, gejala multikolonieritas, dan gejala autokorelasi. Model regresi akan dapat dijadikan estimasi yang tidak bias jika telah memenuhi persyaratan BLUE (Best Linear Unbiased Estimator) yakni tidak terdapat heteroskedastisitas, tidak terdapat multikolonieritas dan tidak terdapat autokolerasi.


(62)

4.1.2.1 Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah variabel dependen dan independen yang digunakan dalam penelitian mempunyai ditribusi normal atau tidak. Model regresi yang layak adalah model yang mempunyai distribusi normal. Pengujian normalitas data dalam penelitian ini menggunakan uji statistik non parametik Kolmogorov-Smirnov (K-S), yaitu untuk mengetahui apakah data sudah terdistribusi secara normal atau tidak. Hasil dari uji normalitas dengan menggunakan tes kolmogorov-smirnov (K-S) adalah seperti yang terlihat pada Tabel 4.2 berikut :

Tabel 4.2. Uji Normalitas Data One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

EVA Likuiditas Return Saham

N 75 75 75

Normal Parametersa Mean 1.9683E5 222.5085 .2549 Std. Deviation 3.75591E

6

1.75509E

2 .97004 Most Extreme

Differences

Absolute .245 .205 .204

Positive .162 .205 .204

Negative -.245 -.146 -.152

Kolmogorov-Smirnov Z 2.126 1.773 1.763

Asymp. Sig. (2-tailed) .000 .004 .004

Sumber Data : SPSS 16 (diolah Peneliti, 2015)

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa variabel EVA memiliki angka signifikan sebesar 0,000 < 0,05 menunjukan data tidak berdistribusi normal, likuiditas (CR) memiliki angka signifikan sebesar 0,004 < 0,05 menunjukan data tidak berdistribusi normal dan return saham memiliki angka signifikan sebesar 0,004 < 0,05 menunjukan data tidak berdistribusi normal.


(1)

(2)

Model

Unstandardized Coefficients Collinearity Statistics

B Std. Error Tolerance VIF

1 (Constant) .601 .192

EVA.sqrt -2.343E-5 .000 .971 1.030

Likuiditas.sqrt .032 .012 .971 1.030

a. Dependent Variable: Return Saham

Regression

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .392a .153 .109 .38340 2.079

a. Predictors: (Constant), Likuiditas.sqrt, EVA.sqrt


(3)

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 1.011 2 .506 3.440 .042a

Residual 5.586 38 .147

Total 6.597 40

a. Predictors: (Constant), Likuiditas.sqrt, EVA.sqrt

b. Dependent Variable: return.sqrt

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) .601 .192 3.134 .003

EVA.sqrt -0.000023 .000 -.052 -.342 .734 .971 1.030

Likuiditas.sqrt .032 .012 .397 2.621 .013 .971 1.030


(4)

No Tahun Perusahaan

(CR)

1

2009

Adora Energy tbk

198,06%

2010 176,06%

2011 166,52%

2012 157,23%

2013 177,19%

2

2009

ATPK Resource Tbk

205,73%

2010 250,24%

2011 282,39%

2012 194,76%

2013 173,51%

3

2009

Bayan Resource Tbk

491,23%

2010 579,05%

2011 463,25%

2012 492,37%

2013 286,59%

4

2009

Bumi Resource Tbk

153,39%

2010 160,43%

2011 124,59%

2012 137%

2013 159,74%

5

2009

Perdana Karya Perkasa Tbk

47,19%

2010 61,28%

2011 63,36%

2012 67,08%

2013 68,82%

6

2009

Petrosea Tbk

0,13%

2010 103,65%

2011 93,53%%

2012 131,54%

2013 155,47%

7

2009

Resource Alam Indonesia Tbk

205,73%

2010 250,24%

2011 282,39%

2012 194,76%

2013 173,51%

8 2009 Tambang Batubara Bukit AsamTbk

491,23%


(5)

2011 463,25%

2012 492,37%

2013 286,59%

9

2009

Elmusa Tbk

153,39%

2010 160,43%

2011 124,59%

2012 137%

2013 159,74%

10

2009

Energi Mega Persada Tbk

47,19%

2010 61,28%

2011 63,36%

2012 67,08%

2013 68,82%

11

2009

Medco Energi Internasional Tbk

155,4%

2010 204,24%

2011 160,52%

2012 264,86%

2013 200,33%

12

2009

Radiant Utama Interinsco Tbk

217,39%

2010 149,53%

2011 107,7%

2012 107,84%

2013 111,8%

13

2009

Aneka Tambang Tbk

727,31%

2010 381,77%

2011 1064,23%

2012 251,42%

2013 183,64%

14

2009

Timah Tbk

294,13%

2010 323,67%

2011 325,7%

2012 112,91%

2013 107,9%

15

2009

Citatatah Tbk

97,9%

2010 113,17%

2011 111,87%

2012 409,42%


(6)

Dokumen yang terkait

Pengaruh Profitability Ratio dan Economic Value Added Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2007 – 2012

2 97 96

Pengaruh Economic Value Added dan Rasio Profitabilitas terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Jasa yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

2 67 80

Analisis Pengaruh Economic Value Added, Profitabilitas, dan Independensi Dewan Komisaris terhadap Return Saham pada Perusahaan Real Estate dan Property yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

1 70 117

Pengaruh Economic Value Added ( EVA), Market Value Added (MVA) Dan Rasio Profitabilitas Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Tambang Yang Terdaftar Di BEI

4 65 80

Analisis Pengaruh Economic Value Added, Market Value Added dan Rasio Profitabilitas Terhadap Return Saham Perusahaan Manufaktur Industri Makanan dan Minuman yang Terdaftar di BEI

2 74 84

Analisis Pengaruh Economic Value Added (EVA) Terhadap Market Value Added (MVA) Pada Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Dasar Dan Kimia Yang Terdaftar Di Bei Tahun 2011 - 2012

0 73 84

Analisis Pengaruh Economic Value Added (EVA) Dan Rasio Profitabilitas Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Jasa Yang Terdaftar Di Bersa Efek Indonesia (BEI)

1 32 98

Pengaruh Economic Value Added, Earnings Per Share, Return On Assets, Arus Kas Operasi Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Consummer Goods yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

1 42 98

Pengaruh Economic Value Added, Market Value Added, dan Rasio Profitabilitas Perusahaan Terhadap Return Saham Perusahaan yang Terdaftar Di BEI.

0 41 97

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Analisis Pengaruh Economic Value Added (EVA) danLikuiditas Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Industri Pertambangan yang Terdaftar di BEI

0 0 7