20
Dengan demikian pemakai tidak akan mencari buku dengan cara mmengacak- acak rak secara sembarangan.
2. Kemungkinan banyak buku yang hilang. Buku hilang juga merupakan salah
satu resiko dari sistem pelayanan terbuka. Untuk itu perlu pengawasan yang baik terutama di pintu keluar. Untuk mengurangi penyobekan halaman buku,
maka perlu di lakukan monitoring oleh petugas atau pustakawan. Beberapa perpustakaan besar sering menempatkan kamera pengontrol atau cermin
cembung sebagai cermin pengawas pada tempat-tempat yang di perkirakan akan terjadi penyobekan. Penyediaan mesin fotokopi yang dekat dengan
ruang koleksi juga perlu dipertimbangkan, khususnya apabila di perpustakaan tersebut banyak koleksi yang tidak di pinjamkan. Dengan penyediaan mesin
fotokopi tersebut kemudahan mendapatkan salinan buku dapat di peroleh oleh pengguna sehingga mengurangi keinginan untuk melakukan penyobekan atau
pencurian oleh pemakai perpustakaan. 3.
Memerlukan ruangan yang lebih luas untuk jajaran koleksi agar lalu lintas atau mobilitas pemakai lebih leluasa
Berdasarkan uraian di atas dapat di tarik kesimpulan bahwa, sistem layanan terbuka merupakan sistem yang memberikan kebebasan kepada pengguna
untutk mencari dan mengambil sendiri koleksi yang di kehendaki dari jajaran koleksi. Namun sistem layanan terbuka membutuhkan keamanan yang lebih baik
karena kemungkinan buku hilang relatif lebih besar.
2.2.2 Sistem Pelayanan Tertutup Close Accsess
Kebalikan dari sistem pelayanan terbuka adalah sistem pelayanan tertutup dimana pengunjung tidak boleh masuk ke ruangan koleksi, tetapi koleksi yang di
butuhkan harus diambilkan oleh petugas. Penelusuranpencarian koleksi harus melalui katalog. Petugas selain mencatat peminjaman dan pengembalian, juga
mengembilkan dan mengembalikan koleksi ke rak. Sistem pelayanan tertutup ini mempunyai beberapa kelebihan dan
kelemahan seperti:
a. Kelebihannya
Adapun kelebihan dari pelayanan tertutup adalah:
21
1. Susunan dan letak buku lebih teratur dan terpelihara. Hal ini karena hanya
petugas yang tentunya sudah terampil dalam menyusun buku yang menyimpan dan mengambil buku ke rak.
2. Tidak perlu ada petugas khusus untuk mengawasi pengguna. Dengan
demikian keamanan koleksi dapat terjaga dengan sendirinya dikutip oleh pijiastuti Ramdan 2009
b. Kekurangannya
Adapun kekurangan dari pelayanan tertutup adalah : 1.
kebebasan melihat buku tidak ada, harus dicari melalui katalog. Artinya pemakai perpustakaan tidak dapat melakukan browsing atau pemilihan
sendiri koleksi yang di butuhkannya di rak. Karena untuk mencari koleksi pemakai tergantung kepada katalog perpustakaan, maka katalog perpustakaan
harus betul-betul baik dan dapat diandalkan reliable. 2.
Meihat dari katalog kadang-kadang mengesalkan, karena dalam catalog ada, tetapi bukunya sering tidak ada, dan harus memilih lagi sampai berulang-
ulang. 3.
Petugas harus mengabilkan dan mengembalikan buku. Inilah resiko penerapan sistem pelayanan tertutup. Karena itu di perlukan petugas yang
cukup banyak di bagian pelayanan. Kadang-kadang faktor manusia yaitu kelelahan perlu di perhitungkan dalam melayani pemakai. Kadang-kadang,
jika petugas lelah dalam melayani, petugas cenderung kurang teliti dalam mencari koleksi yang di butuhkan pengguna sehingga buku yang seharusnya
ditemukan di rak dikatakan tidak ada kepada pengguna. Untuk menghindari hal ini pada perpustakaan yang jumalah pemakainya besar, perlu di lakukan
pergiiliran tugas shifft. Dengan demikian petugas bisa secara bergiliran beristirahat.
4. Katalog harus lengkap. Seperti sudah dijelaskan, karena pemakai
perpustakaan sepenuhnya tergantung kepada katalog perpustakaan untuk mencari kebutuhan informasinya, maka katalog tersebut harus lengkap dan
dappat diandalkan Ramdan, 2009
22
2.3 Strategi Pustakawan 2.3.1 Pengertian Strategi
Sebelum membicarakan tentang strategi pustakawan, terlebih dahulu kita akan melihat pengertian dari strategi. Pengertian strategi telah banyak
didefinisikan oleh beberapa ahli, yang intinya menyatakan bahwa strategi adalah suatu alat yang digunakan untuk mencapai tujuan. Strategi dapat dikatakan
sebagai suatu tindakan penyesuaian untuk mengadakan reaksi terhadap situasi lingkungan tertentu yang dapat dianggap penting, dimana tindakan penyesuaian
tersebut dilakukan secara sadar berdasarkan pertimbangan yang wajar. Strategi dirumuskan sedemikian rupa sehingga jelas apa yang sedang dan akan
dilaksanakan perusahaan demi mencapai tujuan yang ingin dicapai. Menurut Hamel dan Prahalad pengertian strategi adalah tindakan yang
bersifat incremental senantiasa meningkat dan terus-menerus, serta dilakukan berdasarkan sudut pandang tentang apa yang diharapkan oleh para pelanggan di
masa depan. Dengan demikian, strategi hampir dimulai dari apa yang terjadi dan bukan dimulai dari apa yang terjadi.
2.3.2 Pengertian Pustakawan
Pustakawan tentunya bertautan erat dengan kata pustaka. Jadi bila akan didefenisikan, maka pustakawan adalah orang yang pekerejaannya atau profesinya
terkait erat dengan dunia pustaka atau bahan pustaka. Bahan pustaka dapat berupa buku, majalah, surat kabar, bahna pandang-dengar, dan multi media. Dalam
bahasa Inggris pustakawan disebut sebagai “librarian” yang juga terkait denan kata “library”. Dalam perkembangan selanjutnya, istilah pustakawan diperkaya
lagi dengan istilah-istilah lain, meskipun hakikat pekerjaannya sama, yaitu sama- sama mengelola informasi, diantaranya pakar informasi, pakar dokumentasi,
pialang informasi, manager pengetahuan, dan sebagainya. Menurut IPI dalam Hermawan 2006; 45 Pustakawan adalah seorang
yang melaksanakan kegiatan perpustakaan dengan jalan memberikan pelayanan kepada masyarakat sesusai dengan tugas lembaga induknya berdasarkan ilmu
pengetahuan, dokumentasi dan informasi yang dimilikinya melalui pendidikan.
23
Menurut Undang-undang R.I No.43 tahun 2007 tentang perpustakaan Pasal 1 ayat 8 dalam Hasugian 2009; 137 bahwa Pustakawan adalah seseorang
yang memiliki kompetensi yang di peroleh melalui pendidikan danatau pelatihan kepustakawanan serta mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk melaksanakan
pengelolaan dan pelayanan. Dari uraian di atas jelas terlihat bahwa pustakawan adalah seseorang yang
memiliki kompetensi melalui pendidikan yang berkarya secara profesional dibidang perpustakaan dan mempunyai tanggung jawab dalam pengelolaan dan
pelayanan.
2.3.3 Tugas Pokok Pustakawan
Untuk memenuhi persyaratan jabatan fungsional dan promosi untuk jabatan yang lebih tinggi masing-masing jenjang jabatan pustakawan memiliki
tugas pokok yang harus dilakukan. Menurut Hermawan 2006; 50 tugas pokok pustakawan adalah tugas
kepustakawanan yang wajib dilakukan oleh setiap pustakawan sesuai dengan jenjang jabatannya. Tugas pokok pustakawan adalah sebagai berikut:
A. Tugas Pokok Pustakawan Tingkat Terampil
Menurut Hermawan 2006; 51 Pustakawan tingkat terampil mempunyai tugas pokok yang meliputi:
1. Pengorganisasian dan pendayahgunaan koleksi bahan pustakasumber
informasi, kegiatannya : a.
Pengembangan koleksi adalah kegiatan yang ditujukan untuk menjaga agar koleksi perpustakaan tetap mutakhir dan sesuai dengan kebutuhan
pemakai. b.
Pengelolaan bahan pustakakoleksi adalah kegiatan mendeskripsikan bahan pustaka dan menyiapkan sarana temu kembali informasi.
c. Penyimpana dan melestarikan bahan pustaka adalah kegiatan menjaga
penempatan koleksi perpustakaan yang ditujukan untuk memudahkan penemuan kembali, memperkecil kerusakan dan memperpanjang usia
bahan pustaka.
24
d. Pelayanan informasi adalah memberikan bantuan dan jasa informasi
kepada pemakai perpustakaan yang terdiri dari layanan sirkulasi, perpustakaan keliling, layanan pandang dengar, penyajian bahan
pustaka, layanan rujukan, penelusuran literatur, bimbingan membaca, bimbingan pemakai perpustakaan, membina kelompok pembaca,
menyebarkan informasi terbaru atau kilat, penyebaran informasi terseleksi, membuat analisa keputusan, bercerita kepada anak-anak,
dan statistik. 2.
Pemasyarakatan perpustakaan, dokumentasi dan informasi, kegiatannya: a.
Penyuluhan; Penyuluhan terdiri dari dua jenis kegiatan, yaitu penyuluhan kegunaan dan pemanfaatan perpustakaan, dokumentasi
dan informasi adalah pemberian keterangan atau penjelasan kepada masyarakat pemakai tentang manfaat dan penggunaan
perpustakaan, dokumentasi dan informasi sehingga mereka lebih mengenal perpustakaan dan terdorong untuk memanfaatannya.
b. Publisitas adalah menyebarluaskan informasi tentang kegiatan
perpustakaan, dokumentasi dan informasi kepada masyarakat luas melalui media cetak dan elektronik seperti: artikel, brosur, flim,
slide, situs-web dan lain-lain. c.
Pameran adalah kegiatan mempertunjukkan kepada masyarakat tentang aktivitas, hasil kegiatan, dan kemampuan sumber informasi
perpustakaan, dokumentasi dan informasi disertai pemberian keterangan penjelasan dengan mempergunakan bahan peraga.
B. Tugas Pokok Pustakawan Tingkat Ahli
Pustakawan Tingkat Ahli mempunyai tugas pokok sebagai berikut:
1. Pengorganisasian dan pendayagunaan koleksi bahan pustakasumber
informasi, kegiatannya: a.
Pengembangan koleksi, adalah kegiatan yang ditujukan untuk menjaga agar koleksi perpustakaan tetap mutakhir dan sesuai dengan kebutuhan
pemakai, meliputi kegiatan: membuat desiderata, melakukan survei minat poemakai, meregistrasi bahan pustaka, menyeleksi bahan
pustaka, mengevaluasi dan menyiangi koleksi.
25
b. Pengelolaan bahan pustakakoleksi, adalah kegiatan mendeskripsikan
bahan pustaka dan menyiapkan sarana temu kembali informasi, meliputi kegiatan katalogisasi deskripsi, klasifikasi, penetapan tajuk
subyek serta pengelolaan data bibliografinya. c.
Penyimpanan dan pelestarian bahan pustaka, adalah kegiatan menjaga penempatan koleksi perpustakaan yang ditujukan untuk memudahkan
penemuan kembali, memperkecil kerusakan dan memperpanjang usia bahan pustaka.
d. Pelayanan informasi, adalah memberikan bantuan dan jasa informasi
kepada pemakai perpustakaan yang terdiri dari layanan sirkulasi, perpustakaan keliling, layanan pandang dengar, penyajian bahan
pustaka, layanan rujukan, penelusuran literatur, bimbingan membaca, bimbingan pemakai perpustakaan, membina kelompok pembaca,
menyebarkan informasi terbaru atau kilat, penyebaran informasi terseleksi, membuat analisa keputusan, bercerita kepada anak-anak,
dan statistik. 2.
Pemasyarakatan perpustakaan, dokumentasi dan informasi, kegiatannya: a.
Penyuluhan; Penyuluhan terdiri dari dua jenis kegiatan, yaitu penyuluhan kegunaan dan pemanfaatan perpustakaan, dokumentasi
dan informasi adalah pemberian keterangan atau penjelasan kepada masyarakat pemakai tentang manfaat dan penggunaan perpustakaan,
dokumentasi dan informasi sehingga mereka lebih mengenal perpustakaan dan terdorong untuk memanfaatannya.
b. Publisitas adalah menyebarluaskan informasi tentang kegiatan
perpustakaan, dokumentasi dan informasi kepada masyarakat luas melalui media cetak dan elektronik seperti: artikel, brosur, flim, slide,
situs-web dan lain-lain. c.
Pameran adalah kegiatan mempertunjukkan kepada masyarakat tentang aktivitas, hasil kegiatan, dan kemampuan sumber informasi
perpustakaan, dokumentasi dan informasi disertai pemberian keterangan penjelasan dengan mempergunakan bahan peraga.
26
3. Pengkajian pengembangan perpustakaan, dokumentasi dan informasi,
kegiatannya: Kegiatan ini meliputi penyusunan instrumen, pengumpulan, pengelolaan
data, analisis dan perumusan hasil, serta evaluasi dan penyempurnaan hasil kajian. Kegiatan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Melakukan pengkajian perpustakaan, dokumentasi dan informasi.
Pengkajian merupakan satu kesatuan kegiatan yang utuh, yang dilaksanakan melalui lima sub kegiatan, yaitu penyusunan instrumen,
pengumpulan, pengolahan dan analisis data, serta perumusan, evaluasi dari penyempurnaan hasil kajian.
2. Melakukan pengembangan perpustakaan, dokumentasi dan informasi
adalah kegiatan untukmemperoleh cara baru guna meningkatkan nilai tambah dari berbagai aspek pelaksanaan perpustakaan, dokumentasi dan
informasi yang sedang atau sudah berjalan, sehingga diperoleh hasil yang lebih optimal, efektif dan efisian.
3. Menganalisis kritik karya kepustakawanan adalah kegiatan membaca,
menganalisis karya kepustakawanan orang lain baik dalam bentuk tulisan maupun informasi terekam lainnya.
4. Menelaah pengembangan di bidang perpustakaan dokumentasi dan
informasi, setiap naskah.
2.3.4 Peranan Pustakawan
Peranan pustakawan dalam melayani penggunanya, sangat beragam. Misalnya pada lembaga pendidikan seperti di Perpustakaan Sekolah, di samping
berperan sebagai pustakawan dapat pula berperan sebagai guru. Di perguruan tinggi dapat pula berperan sebagai dosen atau peneliti. Di perpustakaan khusus, di
samping sebagai pustakawan, dapat pula menjadi peneliti, minimal sebagai mitra peneliti.
Menurut Hermawan 2006; 57 dalam banyak hal perpustakaan memainkan berbagai peran berperan ganda yang dapat disingkat dengan
akronim EMAS dengan rincian sebagai berikut:
27
a. Edukator, Sebagai edukator pendidik, pustakawan dalam melaksanakan
tugasnya harus berfungsi dan berjiwa sebagai pendidik. Sebagai seorang pustakawan pendidik, pustakawan juga harus memahami prinsip-prinsip
yang dikembangkan oleh Ki Hajar Dewantara, yaitu “ing ngarsa sung tuloda, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani”.
b. Manajer, pada hakikatnya pustakawan adalah “manajer informasi” yang
mengelola informasi pada satu sisi, dengan pengguna informasi pada sisi lain. Sebagai manajer pustakawan harus mempunyai jiwa kepemimpinan,
kemampuan memimpin dan menggerakkan, serta mampu bertindak sebagai koordinator dan integrator dalam melaksanakan tugasnya sehari-
hari. c.
Administrator, pustakawan harus mampu menyusun, melaksanakan, dan mengevaluasi program perpustakaan, serta dapat melakukan analisi atas
hasil yang telah dicapai. d.
Supervisor, sebagai supervisor pustakawan harus dapat melaksanakan pembinaan profesional, untuk mengembangkan jiwa kesatuan dan
persatuan antar sesama pustakawan, dapat meningkatkan prestasi pengetahuan dan keterampilan, mampu berkoordinasi, baik sesama
pustakawan maupun pembinanya.
2.3.5 Strategi Pustakawan Dalam Meningkatkan Minat Baca Masyarakat
Menurut gulistera 2010 untuk meningkatkan minat baca masyarakat, maka pustakawan melakukan strategi – strategi sebagai berikut :
1. Pemasyarakatan Gerakan Peningkatan Minat Baca
Gerakan peningkatan minat baca merupakan unsur penting yang perlu mendapat perhatian serius di semua kalangan. Minat baca tidak bisa muncul tiba-
tiba tapi harus dipupuk sejak dini dan perlu upaya-upaya yang maksimal untuk mewujudkannya. Seperti yang dilansir oleh Taufik Ismail, bahwa Negara kita
adalah bangsa dengan minat baca yang rendah di antara bangsa-bangsa di dunia. Kondisi ini menjadi tantangan tersendiri dalam proses peningkatan minat baca
karena bangsa kita bangsa yang lebih familiar dengan budaya tutur.
28
Beberapa cara yang bisa digunakan untuk meningkatkan minat baca masyarakat ialah:
a. Sosialisasi bacaan ke keluarga
Peningkatan minat baca bisa dimulai dari lingkungan terkecil yaitu keluarga. Dari keluarga inilah diharapkan orangtua mulai menanamkan kecintaan anak-
anaknya untuk mencintai bacaan, misalnya dilakukan dengan membacakan buku cerita pada anak-anak menjelang tidur. Apabila dilakukan secara
kontinyu, kegiatan ini lambat laun akan menggugah anak untuk membaca sendiri. Peran perpustakaan di sini bisa dilakukan dengan jalan mengadakan
lomba mendongeng orang tua kepada anaknya. Ketika kebiasaan membaca sudah tertanam di setiap keluarga maka kebutuhan akan bahan bacaan akan
meingkat dan diharapkan mereka akhirnya akan mencari tempat sumber koleksi bacaan. Dari sinilah perpustakaan diharapkan untuk menangkap
kegelisahan masyarakat yang haus akan bacaan. b.
Mengundang anak TKPAUD Kunjungan ke Perpustakaan Kegiatan ini bisa berupa; mewarnai, membaca, dan bisa juga melihat film
yang diputar di perpustakaan. Aktivitas ini secara tidak langsung bisa memberikan pengalaman kepada anak-anak mengenai aktivitas perpustakaan.
Anak-anak secara tidak langsung akan mengamati perilaku pengunjung dan petugas perpustakaan ketika mereka berada di ruang perpustakaan. Dari sini
diharapkan mereka tidak canggung lagi ketika harus berkunjung sendiri ke perpustakaan kelak.
c. Mengadakan lomba membaca naskah sastra
Lomba membaca naskah sastra merupakan salah satu kegiatan yang dapat merangsang minat baca. Ini disebabkan karena masing-masing individu
mempunyai selera yang berbeda. Mereka akan memilih dan memilah jenis bacaan yang sesuai dengan perasaannya.
Dari beberapa poin di atas diharapkan nantinya bisa tercipta kebiasaan membaca di masyarakat sehingga tercipta suatu kondisi masyarakat pembelajar
sepanjang hayat long life education . 2.
Promosi Perpustakaan
29
Promosi perpustakaan adalah kegiatan pengenalan sosialisasi mengenai seluk beluk dunia perpustakaan. Tujuan dari promosi perpustakaan ini adalah:
a. Untuk menginformasikan kepada pemakai layanan dan program kegiatan
yang ada di perpustakaan; b.
Untuk menbangkitkan minat dan keinginan pemakai terhadap perpustakaan dan layanannya;
c. Untuk memelihara kesadaran pemakai terhadap layanan perpustakaan;
d. Untuk meningkatkan penggunaan perpustakaan.
Jika melihat dari tujuan promosi perpustakaan tersebut maka diperlukan cara- cara yang jitu sebagaimana cara-cara promosi di dunia usaha supaya promosi
perpustakaan bisa tepat sasaran dan menghasilkan hasil yang optimal. Beberapa alat alat promosi yang dipergunakan pustakawan dalam
meningkatkan minat baca masyarakat yaitu:
1.
Menggunakan media elektronik a.
Media televisi Media televisi sangat efektif dipakai untuk memromosikan suatu produk
barang atau jasa karena jangkauannya yang luas dan juga karena bentuk medianya yang audio visual.
b. Internet
Yaitu melalui penggunaan website yang menarik bagi perpustakaan yang bersangkutan akan memancing user untuk mendatangi perpustakaan
tersebut. Website ini bisa menjadi perwakilan perpustakaan di dunia maya. Di sini bisa dituntukkan seluk beluk perpustakaan mulai dari cara
pendaftaran, Gedung, daftar koleksi, dan informasi lainnya. c.
Radio Bagi perpustakaan local bisa memanfaatkan media radio untuk
perpustakaannya. Mengingat radio adalah media audio maka bentuk atau isi iklannya ditiktik beratkan pada informasi-informasi incidental.
Misalnya program perpustakaan yang berlangsung hanya mingguan.
2.
Menggunakan Media Cetak a.
Surat kabar
30
Media surat kabar ini bisa dipakai untuk mendisplaiikan buku-buku terbaru atau buku-buku yang sedang best seller di pasaran dan sudah
dimiliki oleh perpustakaan. b.
Majalah Majalah bisa dipakai untuk menampilkan profil singkat perpustakaan
serta apa saja keunggulan maupun kekhasan sebuah perpustakaan yang bersangkutan yang tidak dimiliki oleh perpustakaan lainnnya.
c. Brosur
Brosur sangat efektif dipakai untuk memberikan informasi yang sifatnya beralur misalanya, cara menjadi anggota, di situ ditunjukkan prosesnya
mulai dari datang ke perpustakaan sampai mendapat kartu anggota hinnga terjadi proses transaksi meminjam buku.
d. Pameran
Pameran buku merupakan ajang yang bagus untuk memancing masyarakat datang ke perpustakaan. Dengan rajin mengikuti pameran
buku maupun mengadakan pameran sendiri akan membuat perpustakaan dikenal secara langsung oleh masyarakat.
2.4 Minat baca Masyarakat
Liliawati dikutip oleh Sandjaja 2005 mengartikan minat membaca adalah suatu perhatian yang kuat dan mendalam disertai dengan perasaan senang
terhadap kegiatan membaca sehingga dapat mengarahkan seseorang untuk membaca dengan kemauannya sendiri.
Minat membaca merupakan karakteristik tetap dari proses pembelajaran sepanjang hayat life-long learning yang berkontribusi pada perkembangan,
seperti memecahkan persoalan, memahami karakter orang lain, menimbulkan rasa aman, hubungan interpersonal yang baik serta penghargaan yang bertambah
terhadap aktifitas keseharian . Dari berbagai defenisi minat membaca diatas dapat disimpulkan, bahwa
minat membaca merupakan aktivitas yang dilakukan dengan penuh ketekunan dan cenderung menetap dalam rangka membangun pola komunikasi dengan diri
sendiri agar pembaca dapat menemukan makna tulisan dan memperoleh informasi
31
sebagai proses transmisi pemikiran untuk mengembangkan intlektualitas dan
pembelajaran sepanjang hayat.
2.4.1 Fakor-faktor yang mempengaruhi minat baca
Perkembangan minat baca tidak hanya ditentukan oleh keinginan dan sikap terhadap bahan-bahan bacaan, banyak faktor yang mempengaruhi, baik itu
di dalam diri maupun di luar diri, faktor lain yang juga turut mempengaruhi adalah terbatasnya jumlah karya cetak, khususnya buku yanng diterbitkan baik
jumlah eksemplar maupun judulnya yang sesuai dengan kebutuhan. Menurut Dawson dan Bamman yang dikutip oleh Rachman 1985; 6
mengemukakan prinsip-prinsip sebagai berikut: 1.
Seseorang dapat menemukan kebutuhan dasarnya lewat bahan-bahan bacaan jika topik, isi, pokok persoalan, tingkat kesulitan, dan cara
penyajiannya sesuai dengan kenyataan individunya. 2.
Kegiatan dan kebiasaan membaca dinyatakan atau dianggap berhasil atau bermanfaat jika memperoleh kepuasan dan dapat memenuhi kebutuhn-
kebutuhan dasarnya. 3.
Tersedianya sarana buku bacaan kehidupan keluarga atau rumah tangga merupakan salah satu faktor pendorong terhadap pilihan bahan bacaan dan
minat baca setiap individu. 4.
Tersedianya sarana perpustakaan yang relatif lengkap dan sempurna serta kemudahan proses peminjamannya merupakan faktor besar yang
mendorong terhadap pilihan bahan bacaan dan minat baca.
2.4.2 Kendala Minat Baca
Menurut IPI 2006; 273 mengapa minat baca di Indonesia dikatakan rendah:
1. Sistem pembelajaran di Indonesia belum membuat anak-
anaksiswamahasiswa harus membaca buku, mencari informasipengetahuan lebih dari yang diajarkan.
32
2. Budaya baca memang belum pernah diwariskan nenek moyang kita. Kita
terbiasa mendengar dongeng, kisah, adat-istiadat secara verbal dikemukakan orangtua, tokoh masyarakat, penguasa pada zaman dulu,
tidak teerbiasa mencapai pengetahuan melalui bacaan. 3.
Sarana untuk memperoleh bacaan, seperti perpustakaan atau taman bacaan masih merupakan barang aneh dan langka, lebih lagi jika dikaitkan dengan
tingkat konsumsi masyarakat dalam membeli buku. 4.
Masalah sumber daya manusia dalam segala bidang yang bersangkutan dengan minat baca.
Dari uraian di atas dapat diperkirakan bahwa mengapa selama ini minat baca masih terus menjadi masalah karena berbagai kendala yang ada tersebut
belum berhasil ditangani dengan tepat, masalah mencari dan menggunakan strategi yang tepat dan terarah serta standart langkah-langkah yang akan dilakukan
apakah secara hura-hura atau secara konseptual.
33
BAB III STRATEGI PUSTAKAWAN DALAM MENINGKATKAN MINAT BACA
MASYARAKAT PADA BADAN PERPUSTAKAAN, ARSIP DAN DOKUMENTASI SUMATERA UTARA
3.1 Sejarah Singkat Badan Perpustakaan Arsip dan Dokumentasi Provinsi Sumatera Utara
Sejarah Singkat berdirinya Badan Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Provinsi Sumatera Utara awalnya didirikan pada tanggal 1 Agustus 1956 dengan
nama Perpustakaan Negara Provinsi Sumatera Utara, yang bertugas untuk melayani keperluan pemerintah maupuhn masyarakat umum berupa buku,
majalah, dan sejenisnya. Sekalipun Perpustakaan Negara Provinsi Sumatera Utara didirikan tahun 1956, berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan
Pengajaran dan Kebudayaan No. 4762S1956, peresmiannya baru dilaksanakan pada tahun 1957.
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 01991997 tertanggal 23 juni 1978 Perpustakaan Negara berubah menjadi
Perpustakaan Wilayah Sumatera Utara. Setahun kemudian Menteri Pendidikan dan Kebudayaan menerbitkan Surat Keputusan No. 09501979 bahwa
Perpustakaan Wilayah Sumatera Utara termasuk kriteria Tipe B karena koleksinya kurang dari 20.000 judul.
Dalam perkembangan selanjutnya berdasarkan Keppres No. 11 tahun 1989 tertanggal 6 maret 1989 Perpustakaan Daerah Sumatera Utara, merupakan satuan
organisasi di lingkungan Perpustakaan Nasional RI yang berada di Kota Provinsi Sumatera Utara. Adapun Tugas dan Fungsi diatur oleh Perpustakaan Nasional RI
melalui Keputusan kepala Perpustakaan Nasional No. 001RG1990 tertanggal 21 September 1990.
Dengan dikeluarkannya Keppres No. 50 tahun 1997 tentang Perpustakaan Nasional Ri tertanggal 29 Desember 1997 Perpustakaan Daerah Sumatera Utara
berubah nama menjadi Perpustakaan Nasional Provinsi Sumatera Utara. Melalui Keputusan kepala Perpustakaan Nasional RI No. 44 tahun 1998 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Perpustakaan Nasional RI tertanggal 23 Juli 1998
34
ditegaskan bahwa Perpustakaan Nasional Provinsi Sumatera Utara termasuk Tipe A dengan eselon II a.
Setelah menjadi perangkat Daerah Provinsi Sumatera Utara, Perpustakaan Nasional Provinsi Sumatera Utara berdasarkan Peraturan Daerah No. 4 tahun
2000 berubah menjadi Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Sumatera Utara.
Kemudian Badan Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Provinsi Sumatera Utara ditetapkan sebagai salah satu Lembaga Teknis Daerah sesuai
dengan Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara Nomor 9 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah Provinsi Sumatera Utara dan
berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 bahwa Perpustakaan dan Kearsipan merupakan unsur urusan wajib Pemerintah, dipimpin oleh seorang
Kepala Badan berkedudukan dibawah dan bertanggungjawab kepada Gubernur Sumatera Utara melalui Sekretaris Daerah, maka Badan Perpustakaan, Arsip dan
Dokumentasi berupaya melaksanakan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan agar dapat berlangsung secara efisisen, efektif, bersih dan
bertanggungjawab serta bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme. Badan Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi mempertanggungjawabkan
pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya serta kewenangan pengelolaan sumber daya didasarkan pada rencana jangka panjang yang tertuang dalam rencana
strategi berdasarkan azas kepastian umum, azas keterbukaan, azas proporsional, azas profesionalisme dan azas akuntabilitas serta visimisi Pemerintah Provinsi
Smatera Utara.
3.2 Visi dan Misi Badan Perpustakaan Arsip dan Dokumentasi Provinsi Sumatera Utara