5. Gender a. Pengertian Gender
Gender adalah suatu sifat yang menjadikan dasar untuk mengidentifikasi perbedaan antara laki-laki dan perempuan dilihat dari segi kondisi sosial dan
budaya, nilai dan perilaku, mentalitas, emosi dan faktor biologis lainnya Marzuki 2007: 02.
Gender membedakan manusia menjadi dua kategori yang dilihat dari sisi biologis. Dua kategori tersebut yaitu laki-laki dan perempuan. Laki-laki dan
perempuan memiliki perbedaan-perbedaan mendasar dalam kehidupan sehari-hari, tentunya dalam berbagi aspek kehidupan. Perkembangan kehidupan manusia
memisahkan perbedaan jenis kelamin dengan nama gender. Gender merupakan perbedaan peran,fungsi dan tanggungjawab antara laki-laki dan perempuan.
Menurut Herien Puspitawati 2013:02 Gender diartikan sebagai perbedaan peran, fungsi, status dan tanggungjawab pada laki-laki dan perempuan sebagai
hasil dari bentukan kehidupan sosial, budaya yang tertanam dari generasi ke generasi berikutnya, Gender mengacu pada dimensi sosial sebagai laki-laki dan
perempuan, sehingga mengandung dua unsur yaitu: 1 identitas gender adalah rasa sebagai laki-laki dan perempuan. 2 peran gender adalah seperangkat harapan
yang megembangkan bagaimana laki-laki atau perempuan seharusnya berfikir, bertindak dan merasa
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa gender secara biologis adalah jenis kelamin yang mengacu pada individu sebagai laki-laki dan
perempuan. Sedangkan gender secara sosial meliputi dua unsur yaitu identitas
genderrasa sebagai laki-laki atau perempuan dan peran gender seperangkat harapan yang mengambarkan bagaimana seharusnya laki-laki dan perempuan
berfikir, bertindak, merasakan dan menyesuaikan diri. b. Perilaku Gender
Menurut Penny Upton 2012: 203 setelah seorang anak menyadari bahwa terdapat dua gender, mereka mulai menunjukan motivasi yang jelas untuk
berperilaku secara seharusnya seperti anggota gender berperilaku. Mereka berpakaian, bermain dan berperilaku sesuai label tersebut.
Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan Kohlberg 1966 mengenai perilaku gender yaitu :
Individu akan memberi perhatian lebih besar terhadap perilaku sesama gender guna lebih banyak mengingat tentang mereka sendiri berperilaku dan
meniru perilaku tersebut. Memahami bahwa gender bersifat tetap maka perilaku gender tersebut digunakan sebagai motivator penting bagi perilaku-
perilaku sesuai jenis kelaminnya. Terdapat bukti yang menyatakan bahwa hormon berperan dalam perilaku-perilaku seperti agresi, pola-pola bermain,
dan sikap terhadap peranan-peranan gender.
Pembedaan manusia berdasarkan jenis kelamin adalah fenomena mendasar yang mempengaruhi hampir setiap aspek dalm kehidupan sehari-hari.
Milad Khajehpour 2011 juga menyatakan bahwa: Pelabelan gender memberikan arti penting tidak hanya untuk
menyoroti orang atas dasar gender, tetapi juga kegiatan yang menjadi ciri-ciri setiap jenis kelamin. Gender digunakan sebagai dasar bagi seseorang untuk
mengelompokan dirinya sendiri. Pengembangan gender adalah masalah mendasar karena aspek yang penting dari kehidupan masyarakat, seperti bakat
mereka mengolah, konsep diri yang mereka punyai dan orang lain, peluang sosial, kendala yang mereka hadapi, pekerjaan yang dilakukan dalam
kehidupan sosial. Hal tersebut menjadi dasar yang membuat orang dibedakan dalam diferensiasi gender.
Berdasarkan hal tersebut maka dapat disimpulkan bahwa pendekatan sosial gender menyatakan bahwa pria dan wanita membawa sperangkat nilai yang berbeda
ke dalam suatu lingkungan kerja maupun ke dalam suatu lingkungan belajar. Perbedaan nilai dan sifat berdasarkan jenis kelamin ini akan mempengaruhi pria dan
wanita dalam ketertarikan, minat, perilaku dan dalam pembuatan keputusan. c. Gender dalam Pendidikan
Ketidakadilan gender masih dijumpai dalam proses pendidikan, baik dilakukan oleh keluarga maupun oleh lembaga pendidikan. Mencapai kesetaraan
gender perlu adanya campur tanggan pemerintah.
Zainuddin Maliki 2006: 7 menyatakan bahwa salah satu penyebab rendahnya mutu pendidikan adalah adanya diskriminasi gender. Suatu
kebijakan dikatakan responsif apabila memperkecil adanya kesenjangan gender. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Eni Winaryati 2010
menemukan bahwa ada ketimpangan gender berkenaan dengan kesempatan mengakses pendidikan, baik pada guru maupun pasangannya. Kesempatan
mengakses informasi guru perempuan relatif rendah. Tugas mencari nafkah dan pekerjaan rumah tangga menjadi tanggungjawab bersama, namun
berkenaan dengan konsep pendidikan anak adalah menjadi tanggung jawab ibu. Secara teoristis guru laki-laki mengakui tentang keadilan gender, namun
realitanya guru perempuan merasakan perlakuan yang tidak adil. Antara persepsi dan realita ditemukan adanya perbedaan karena realitanya terjadi
ketidakadilan gender. Sedangkan pada penelitian Nur Alimah 2014 mengenai hubungan gender dengan minat individu menemukan bahwa gender
memiliki pengaruh terhadap minat mahasiswa untuk mengikuti pendidikan profesi akutansi.
Berdasarkan hal-hal tersebut maka dapat disimpulkan bahwa perbedaan gender menghasilkan pemikiran, sikap dan perilaku yang berbeda-
beda. Perbedaan-perbedaan tersebut akan menghasilkan tindakan dan pengambilan keputusan yang berbeda pada masing-masing kelompok
gender. Demikian pula terdapat perbedaan minat antara laki-laki dan perempuan terhadap suatu obyek. Laki-laki dan perempuan memiliki
kecenderungan sikap dan minat yang berbeda terhadap suatu obyek.
5. Keaktifan Organisasi