Pengurutan Prioritas Peremajaan Tanaman Dengan Menggunakan Metode Analytical Hierarkhi Process
PENGURUTAN PRIORITAS PEREMAJAAN TANAMAN
DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL
HIERARKHI PROCESS
SKRIPSI
TRI SETIAWAN
091402095
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI INFORMASI
FAKULTAS ILMU KOMPUTER DAN TEKNOLOGI INFORMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2015
(2)
SKRIPSI
Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat memperoleh ijazah Sarjana Teknologi Informasi
TRI SETIAWAN 091402095
PROGRAM STUDI S1 TEKNOLOGI INFORMASI
FAKULTAS ILMU KOMPUTER DAN TEKNOLOGI INFORMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2015
(3)
PERSETUJUAN
Judul : PENGURUTAN PRIORITAS PEREMAJAAN
TANAMAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARKHI PROCESS
Kategori : SKRIPSI
Nama : TRI SETIAWAN
Nomor Induk Mahasiswa : 091402095
Program Studi : SARJANA (S1) TEKNOLOGI INFORMASI
Departemen : TEKNOLOGI INFORMASI
Fakultas : ILMU KOMPUTER DAN TEKNOLOGI
INFORMASI (FASILKOM-TI) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Diluluskan di
Medan, 22 Januari 2015
Komisi Pembimbing:
Pembimbing 2 Pembimbing 1
Sarah Purnamawati,ST.,M.Sc Dr. Syahril Efendi, S.Si.,M.IT NIP 19830226 201012 2 003 NIP 19671110 199602 1 001
Diketahui/Disetujui oleh
Program Studi S1 Teknologi Informasi Ketua,
M. Anggia Muchtar, S.T., MM.IT. NIP 198001102008011010
(4)
PENGURUTAN PRIORITAS PEREMAJAAN TANAMAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARKHI PROCESS
SKRIPSI
Saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing telah disebutkan sumbernya.
Medan, 22 Januari 2015
Tri Setiawan 091402095
(5)
UCAPAN TERIMA KASIH
Alhamdulillah segala puji dan syukur saya sampaikan kehadirat Allah SWT beserta Nabi Besar Muhammad SAW yang telah memberikan rahmat, hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini untuk memperoleh gelar Sarjana Program Studi S-1 Teknologi Informasi Universitas Sumatera Utara.
Dengan segala kerendahan hati penulis ucapkan terima kasih kepada:
1. Ayah penulis, Ir. H Sundiandi M.Sc., ibu penulis, Dra. Hj Erlina Zarniaty, kakak penulis Dr. Dian Prastuty dan Dr. Ade Andriani yang telah memberikan doa dan dukungan moral kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini beserta keluarga besar yang telah turut mendoakan penulis.
2. Bapak Dr. Syahril Efendi, S.Si.,M.IT., M.Kom dan Ibu Sarah Purnamawati,ST.,M.Sc selaku dosen pembimbing penulis yang telah meluangkan waktu, pikiran, saran, dan kritiknya untuk penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
3. Bapak Dedy Arisandi, ST.,M.Kom dan Ibu Erna Budhiarti Nababan, M.IT yang telah bersedia menjadi dosen penguji dan memberikan saran dan kritik yang membangun dalam penyelesaian skripsi ini.
4. Ketua dan Sekretaris Program Studi S1 Teknologi Informasi, Bapak M. Anggia Muchtar, S.T., MM.IT. dan Bapak Mohammad Fadly Syahputra, B.Sc., M.Sc.IT.
5. Seluruh dosen yang mengajar serta Ibu Delima dan Bang Faisal, sebagai staf Tata Usaha Program Studi Teknologi Informasi Universitas Sumatera Utara. 6. Sahabat-sahabat yang selalu mendukung dan memberi semangat kepada
penulis, Bryan Wahyudi, Muhammad Santana, Dhimas Eko Prasetyo, Akhmad Sofyan Dalimunthe, Ahmad Yazid, Boho Surianto Naibaho S.TI dan semua teman angkatan 2009.
7. Seluruh rekan kuliah sejawat yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam skripsi ini, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari semua pihak demi kesempuranaan skripsi ini. Akhir kata penulis ucapkan terima kasih.
(6)
ABSTRAK
Proses pendukung keputusan pada dasarnya adalah memilih suatu alternatif untuk menyelesaikan suatu permasalahan. Beberapa permasalahan yang sering muncul bersifat kompleks dengan aspek atau kriteria yang diambil cukup banyak. Pada dasarnya, setiap persoalan dapat diselesaikan dengan melihat persoalan tersebut selayaknya suatu kerangka yang terorganisir, yang memungkinkan adanya ketergantungan antar komponen dan ketergantungan antar elemen dalam suatu komponen. Kerangka pemikiran tersebut memungkinkan pengambil keputusan untuk mengambil keputusan yang efektif atas persoalan tersebut dengan jalan menyederhanakan, sehingga mempercepat proses pengambilan keputusan yang dilakukan. Adapun salah satu contoh pengambilan keputusan yaitu pengurutan prioritas peremajaan tanaman. Faktor – faktor yang menjadi acuan penting yaitu : Jumlah produksi, umur tanaman, dan jumlah pohon per hektar. Salah satu metode yang cocok untuk menyelesaikannya ialah dengan Analytical Hierarkhi Process (AHP). karena metode ini salah satu metode yang dapat melakukan penilaian kriteria yang detail dengan suatu kerangka berfikir yang komprehensif pertimbangan proses hirarki yang kemudian dilakukan penghitungan bobot untuk masing-masing kriteria dalam menentukan proiritas peremajaan tanaman. Hasil pengurutan peremajaan tanaman di dapat dari penjumlahan dari hasil perkalian tiap – tiap hasil perkalian matriks dengan ketiga kriteria. Kriteria yang digunakan disini adalah nilai rata – rata tiap – tiap kriteria dari data sawit tiga tahun terakhir. Output yang ditampilkan tersebut berupa tabel ranking yang berisikan tahun tanam, usia pada tahun 2014, Jumlah pohon per Ha, Jumlah produksi Ton per Ha, kemudian data konversi kriteria – kriteria tersebut, letak kebun areal tanamannya dan hasil akhir bobot.
(7)
THE PRIORITY SORTING OF REPLANTING USING ANALYTICAL HIERARKHI PROCESS METHODS
ABSTRACT
The process of supporting decision is basically choosing an alternative for solving a problem. Some problems that often appeared are complex with the most taken aspect or criteria. Basically, each of problems can be solved by viewing that problems as an organized-framework, possibly any dependence among the elements of component. The framework is dedicated to take the decision simply, in order to fasten the process of taking the decision that has been done. One of the sampels in taking the decision is the priority sorting of replanting. The factors that have been important indicator are the quantity of production, the age of the plant, and the amount of the trees per hectare. One of the appropriate methods is Analytical Hierarkhi Process (AHP). This method can perform the rating of criteria detailly with comprehensive framework. The consideration of hierarchy process is done by counting the quality of each criteria in deciding the priority of replanting. Results sorting plant rejuvenation obtained from the sum of the results of multiplying each - each matrix multiplication results with all three criteria. The criteria used here is value - average each - each criterion of oil three years of data. The output is displayed in the form of a table containing the planting rank, age in 2014, the number of trees per ha, Total production Tons per Ha, then the data conversion criteria - these criteria, the location of the garden area and the final weight of the plants.
(8)
Halaman
ABSTRAK iv
ABSTRACT v
DAFTAR ISI vi
DAFTAR TABEL ix
DAFTAR GAMBAR xi
BAB 1 PENDAHULUAN 1
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Rumusan Masalah 2
1.3. Tujuan Penelitian 2
1.4. Batasan Masalah 3
1.5. Manfaat Penelitian 3
1.6. Sistematika Penulisan 3
BAB 2 LANDASAN TEORI 5
2.1. Peremajaan Kelapa Sawit 5
2.2. PT Perkebunan Nusantara III 5
2.3. Sistem Pendukung Keputusan 6
2.4. Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) 6
2.4.1. Komparasi Berpasang 7
2.4.2. Prosedur AHP 8
(9)
vii
2.5. Penelitian Terdahulu 12
BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM 13
3.1. Data yang Digunakan 13
3.2. Arsitektur Umum 15
3.3. Diagram Aliran Data 15
3.3.1. DFD Level 0 15
3.3.2. DFD Level 1 16
3.4. Analisis Sistem 18
3.5. Perancangan Tampilan Antarmuka 26
3.5.1. Rancangan tampilan halaman log in 26
3.5.2. Rancangan tampilan halaman menu sistem 26
BAB 4 IMPLIMENTASI DAN PENGUJIAN 28
4.1. Implementasi Sistem 28
4.1.1. Spesifikasi hardware dan software yang digunakan 28
4.2. Implementasi perancangan antarmuka 29
4.2.1. Tampilan Awal 29
4.2.2. Tampilan Halaman Utama 30
4.2.3. Tampilan Menu Sistem dengan Pilihan User Management 30
4.2.4. Halaman Data Kebun 31
4.2.5. Halaman Data Sawit 31
4.2.6. Halaman Penghitungan 32
4.2.7. Halaman Output 34
(10)
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 81
5.1. Kesimpulan 81
5.2. Saran 81
(11)
ix
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Nilai Skala Komparasi Berpasangan 8
Tabel 2.2 Nilai RI 9
Tabel 2.3 Skala Penilaian Berpasangan 9
Tabel 2.4 Penilaian Berpasangan Lengkap 9
Tabel 2.5 Jumlah Kolom 10
Tabel 2.6 Normalisasi 10
Tabel 2.7 Tabel Rata - Rata 10
Tabel 2.8 Penelitian Terdahulu 12
Tabel 3.1 Tabel Kebun Sei Meranti 13
Tabel 3.2 Tabel Kebun Sei Daun 14
Tabel 3.3 Tabel Kebun Tor Gamba 14
Tabel 3.4 Tabel Kebun Rambutan 14
Tabel 3.5 Skala Penilaian Berpasangan 19
Tabel 3.6 Penilaian Berpasangan Lengkap 19
Tabel 3.7 Jumlah Kolom 20
Tabel 3.8 Normalisasi 20
Tabel 3.9 Rata - Rata 22
Tabel 3.10 Nilai RI 24
Tabel 3.11 Data Konversi Kriteria 25
(12)
Tabel 4.2 Output Pengurutan Peremajaan Tanaman Kelapa Sawit 36
(13)
xi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 3.1 Arsitektur Umum 15
Gambar 3.2 DFD Level 0 16
Gambar 3.3 DFD Level 1 (Management User) 16
Gambar 3.4 DFD Level 1 (Management Sawit) 17
Gambar 3.5 DFD Level 1 (Management Kebun) 17
Gambar 3.6 DFD Level 1 (Kalkulasi AHP) 18
Gambar 3.7 Pohon Hierarki 18
Gambar 3.8 Flowchart Tahap Normalisasi 21
Gambar 3.9 Flowchart Vektor Bobot 23
Gambar 3.10 Flowchart Pengujian 24
Gambar 3.11 Flowchart Hasil Pengujian 25
Gambar 3.12 Halaman Login 26
Gambar 3.13 Halaman Menu Sistem Peremajaan Tanaman 27
Gambar 4.1 Tampilan Awal 29
Gambar 4.2 Halaman Utama 30
Gambar 4.3 Halaman User Management 30
Gambar 4.4 Halaman Data Kebun 31
Gambar 4.5 Halaman Data Sawit 31
Gambar 4.6 Pembobotan Kriteria 32
Gambar 4.7 Hasil Tidak Konsisten 32
(14)
Gambar 4.9 Hasil Konsisten 33 Gambar 4.10 Halaman Output yang perlu diremajakan 34 Gambar 4.11 Halaman Output yang belum perlu diremajakan 35
(15)
ABSTRAK
Proses pendukung keputusan pada dasarnya adalah memilih suatu alternatif untuk menyelesaikan suatu permasalahan. Beberapa permasalahan yang sering muncul bersifat kompleks dengan aspek atau kriteria yang diambil cukup banyak. Pada dasarnya, setiap persoalan dapat diselesaikan dengan melihat persoalan tersebut selayaknya suatu kerangka yang terorganisir, yang memungkinkan adanya ketergantungan antar komponen dan ketergantungan antar elemen dalam suatu komponen. Kerangka pemikiran tersebut memungkinkan pengambil keputusan untuk mengambil keputusan yang efektif atas persoalan tersebut dengan jalan menyederhanakan, sehingga mempercepat proses pengambilan keputusan yang dilakukan. Adapun salah satu contoh pengambilan keputusan yaitu pengurutan prioritas peremajaan tanaman. Faktor – faktor yang menjadi acuan penting yaitu : Jumlah produksi, umur tanaman, dan jumlah pohon per hektar. Salah satu metode yang cocok untuk menyelesaikannya ialah dengan Analytical Hierarkhi Process (AHP). karena metode ini salah satu metode yang dapat melakukan penilaian kriteria yang detail dengan suatu kerangka berfikir yang komprehensif pertimbangan proses hirarki yang kemudian dilakukan penghitungan bobot untuk masing-masing kriteria dalam menentukan proiritas peremajaan tanaman. Hasil pengurutan peremajaan tanaman di dapat dari penjumlahan dari hasil perkalian tiap – tiap hasil perkalian matriks dengan ketiga kriteria. Kriteria yang digunakan disini adalah nilai rata – rata tiap – tiap kriteria dari data sawit tiga tahun terakhir. Output yang ditampilkan tersebut berupa tabel ranking yang berisikan tahun tanam, usia pada tahun 2014, Jumlah pohon per Ha, Jumlah produksi Ton per Ha, kemudian data konversi kriteria – kriteria tersebut, letak kebun areal tanamannya dan hasil akhir bobot.
(16)
THE PRIORITY SORTING OF REPLANTING USING ANALYTICAL HIERARKHI PROCESS METHODS
ABSTRACT
The process of supporting decision is basically choosing an alternative for solving a problem. Some problems that often appeared are complex with the most taken aspect or criteria. Basically, each of problems can be solved by viewing that problems as an organized-framework, possibly any dependence among the elements of component. The framework is dedicated to take the decision simply, in order to fasten the process of taking the decision that has been done. One of the sampels in taking the decision is the priority sorting of replanting. The factors that have been important indicator are the quantity of production, the age of the plant, and the amount of the trees per hectare. One of the appropriate methods is Analytical Hierarkhi Process (AHP). This method can perform the rating of criteria detailly with comprehensive framework. The consideration of hierarchy process is done by counting the quality of each criteria in deciding the priority of replanting. Results sorting plant rejuvenation obtained from the sum of the results of multiplying each - each matrix multiplication results with all three criteria. The criteria used here is value - average each - each criterion of oil three years of data. The output is displayed in the form of a table containing the planting rank, age in 2014, the number of trees per ha, Total production Tons per Ha, then the data conversion criteria - these criteria, the location of the garden area and the final weight of the plants.
(17)
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Peremajaan Tanaman adalah penggantian tanaman perkebunan, karena sudah rusak / tidak menghasilkan dengan tanaman perkebunan yang sama dan dapat dilakukan secara selektif maupun menyeluruh. Tanaman Rusak (TR) / Tanaman Tidak Menghasilkan (TTM) adalah tanaman yang sudah tua, rusak dan tidak memberikan hasil yang memadai lagi, walaupun ada hasilnya tetapi secara ekonomi sudah tidak produktif lagi (produksi kurang dari 15% dari produksi normal).
Sampai saat ini beberapa perusahaan perkebunan di Indonesia melakukan peremajaan perkebunan dengan melakukan penyeleksian data – data setiap kebun. Di PTPN 3, ada beberapa faktor yang menentukan bahwa tanaman tersebut harus diremajakan. Faktor – faktor yang menjadi acuan penting yaitu : Tren produksi 3 tahun terakhir, umur tanaman, dan jumlah pohon per hektar. Pengelompokan tanaman dibagi berdasarkan tahun tanam suatu kebun. Maka setiap kebun berbeda arealnya walau di tanam dengan tahun yang sama. Ini akan memudahkan perbandingan jika penurunan produksi tanaman disuatu kebun berbeda jauh dengan produksi tanaman dikebun lainnya (dengan catatan tahun tanam sama), maka produksi yang menurun drastis tersebut akan dilakukan peremajaan tanaman.
Setiap areal tanaman cepat atau lambat akan melakukan proses peremajaan. Untuk itu perusahaan setiap tahunnya mendata dan menghitung jumlah produksi tanaman dan memprediksi daerah mana saja yang akan diremajakan. Agar mempermudah perusahaan untuk membuat rancangan perancanaan peremajaan
(18)
tanaman, diperlukan pengurutan tingkat prioritas kelompok tanaman yang akan diremajakan. Jika mengetahui urutan kelompok tanaman mana yang akan diprioritaskan dengan waktu secepat mungkin, maka lebih mudah suatu perusahaan melakukan persiapan anggaran dana untuk mewujudkan peremajaan kelompok – kelompok tanaman tersebut.
Dalam konteks perkebunan komersial, yang menjadi tujuan perusahaan yaitu keuntungan yang optimal. Keuntungan optimal perusahaan perkebunan sangat ditentukan oleh sumber pendapatan perusahaan. Secara pasti, hal itu merupakan fungsi produksi dari tanaman yang ditanam dikebun. Atas pertimbangan hal tersebut, salah satu tindakan manajemen yang perlu dilakukan ialah peremajaan tanaman. Salah satu alasan tidak mampu melakukan peremajaan dikarenakan kurang tepat dalam memprediksi anggaran dana. Oleh karena itu diperlukan suatu sistem yang lebih cepat dan tepat memprediksi areal mana saja yang didahulukan untuk diremajakan.
Salah satu metode yang tepat adalah Analytical Hierarkhi Process (AHP)
karena metode ini salah satu metode yang dapat melakukan penilaian criteria majemuk dan detail dengan suatu kerangka berfikir yang komprehensif pertimbangan proses hirarki yang kemudian dilakukan perhitungan bobot untuk masing-masing criteria dalam menentukan proiritas pengajuan sertifikasi sesuai dengan kuota.
1.2. Rumusan Masalah
Bagaimana mengetahui urutan areal tanaman yang didahulukan berdasarkan prioritas kebutuhan peremajaan.
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun penelitian ini memiliki tujuan yaitu untuk mengetahui urutan giliran setiap areal tanaman yang akan dilakukan proses peremajaan dengan menggunakan metode
(19)
3
1.4. Batasan Masalah
Adapun batasan masalah pada penelitian ini adalah:
1. Input berupa list areal tanaman dan parameter yang mempengaruhi prioritas kebutuhan peremajaan tanaman yaitu : Tren Produksi, Umur Tanaman, Jumlah Pohon/ha
2. Output berupa ranking areal - areal tanaman kelapa sawit seluruh kebun PTPN3 berdasarkan prioritas kebutuhan peremajaan tanaman.
3. Sumber berdasarkan data dari PTPN3.
1.5. Manfaat Penelitian
Penelitian ini memiliki manfaat sebagai berikut:
a. Membantu pengguna dalam menentukan urutan giliran peremajaan tanaman setiap areal tanaman terutama kelapa sawit.
b. Memperdalam ilmu peneliti tentang metode Analytical Hierarkhi Process.
1.6. Sistematika Penulisan
Tugas akhir ini disusun dalam lima bab dengan sistematika penulisan sebagai berikut:
BAB 1 PENDAHULUAN
Pada bab pendahuluan berisi tentang hal-hal yang mendasari dilakukannya penelitian serta mengidentifikasi masalah penelitian. Bagian-bagian yang terdapat dalam bab pendahuluan ini terdiri atas latar belakang masalah, perumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab tinjauan pustaka berisi landasan teori, kerangka pikir dan hipotesis yang diperoleh dari acuan yang mendasari dalam melakukan penelitian ini
(20)
BAB 3 METODOLOGI
Pada bab metodologi berisi metodologi penelitian yang dilakukan dalam menerapkan metode Analytical Hierarkhi Process dalam penghitungan bobot menggunakan parameter yang mendukung peremajaan tanaman.
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada bab hasil dan pembahasan berisi penjelasan hasil dari pengujian penghitungan bobot menggunakan metode Analytical Hierarkhi Process yang akan menampilkan hasil pengurutan prioritas peremajaan tanaman.
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab kesimpulan dan saran berisi kesimpulan dari hasil penelitian dan saran-saran yang berkaitan dengan penelitian yang dapat dikembangkan selanjutnya.
(21)
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1. Peremajaan Kelapa Sawit
Terdapat beberapa pertimbangan dalam menentukan saat petani pekebun harus melakukan peremajaan. Pertimbangan dalam melakukan peremajaan antara lain adalah umur tanaman sudah tua (umumnya 19 - 25 tahun). Secara fisiologis tanaman tua seperti ini memiliki produktivitas yang semakin menurun, sehingga dipandang tidak lagi memberikan keuntungan secara ekonomis malah bisa merugi. Umumnya batas umur ekonomis yang digunakan sebagai patokan teknis untuk tanaman kelapa sawit rata-rata 25 tahun, namun tidak jarang umur ekonomis hanya mencapai 19 tahun.
Pada umur tanaman tua ini produktivitas tanaman rendah (umumnya < 12 ton/ha/th tidak ekonomis atau rata-rata 1 ton/ha/bl). Tanaman yang berproduksi rendah sebagai akibat dari umur tanaman sudah tua atau tumbuhnya kurang besar dan dianggap kurang menguntungkan. Kesulitan pelaksanaan panen juga dijadikan sebagai pertimbangan dalam menentukan saat petani pekebun harus melakukan peremajaan kebunnya. Tanaman yang sudah tua umumnya memiliki pohon tinggi yang dapat menyulitkan saat pemanenan, sehingga efektivitas dan efisiensi panen menjadi rendah karena ongkos produksi menjadi mahal. Kebun yang sudah tua kerapatan tanamanumumnya rendah, sehinggatanaman dengan kerapatan yang rendah tidak ekonomis untuk dikelola sehingga perlu diremajakan.
2.2. PT Perkebunan Nusantara III
PT Perkebunan Nusantara III (Persero) adalah Badan Usaha Milik Negara Indonesia yang bergerak di bidang perkebunan kelapa sawit dan karet.
(22)
Perusahaan ini berkantor pusat di Medan, Sumatera Utara dan resmi didirikan dari hasil restrukturisasi BUMN pada tahun 1996. Direktur Utama perusahaan adalah Bagas Angkasa sedangkan Komisaris Utama adalah Achmad Mangga Barani. PTPN III dibentuk berdasarkan PP No.8 Tahun 1996, Tanggal 14 Pebruari 1996 dalam rangka restrukturisasi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dibidang perkebunan. PTPN III merupakan penggabungan kebun-kebun diwilayah Sumetera Utara dari eks PTP III, PTP IV dan PTP V.
2.3. Sistem Pendukung Keputusan (SPK)
SPK merupakan sistem informasi berbasis komputer yang intraktif, fleksibel, dan dapat beradaptasi, yang secara khusus dikembangkan untuk mendukung penyelesaian permasalahan yang tidak terstruktur untuk meningkatkan pembuatan keputusan (Turban 1995).
2.4. Metode Analytical Hierarchy Process (AHP)
Metode AHP merupakan salah satu model untuk pengambilan keputusan yang dapat membantu kerangka berfikir manusia. Pada dasarnya AHP adalah metode yang memecah suatu masalah yang kompleks dan tidak terstruktur ke dalam kelompok-kelompok, mengatur kelompok-kelompok tersebut ke dalam suatu susunan hirarki, memasukkan nilai numeris sebagai pengganti persepsi manusia dalam melakukan perbandingan relatif, dan akhirnya dengan suatu sintesis ditentukan elemen mana yang mempunyai prioritas tertinggi (Permadi, 1992). Metode AHP memakai persepsi manusia yang dianggap expert sebagai input utama, yaitu orang yang mengerti benar permasalahan yang diajukan, merasakan akibat suatu masalah, atau punya kepentingan terhadap masalah tersebut. Saaty (1991) menyatakan bahwa pada dasarnya metode Proses Hirarki Analitik (PHA) adalah memfokuskan suatu situasi yang kompleks tak terstruktur, ke dalam bagian-bagian komponennya, menata bagian atau variabel itu ke dalam suatu susunan hirarki, memberi nilai numerik pada pertimbangan subjektif tentang relatif pentingnya setiap variabel, dan mensintesis berbagai pertimbangan itu untuk menetapkan variabel mana yang memiliki prioritas paling tinggi dan bertindak untuk mempengaruhi hasil pada situasi tersebut. Sejalan
(23)
7
dengan itu, dalam memecahkan persoalan dengan AHP (decomposition)¸ prinsip penilaian komparatif (comparative judgment), prinsip sintesa prioritas (synthesis of priority) dan prinsip konsistensi logis (logical consistency).
1. Decomposition, yaitu pemecahan yang utuh menjadi unsur-unsurnya. Jika ingin mendapatkan hasil yang lebih akurat, pemecahan juga dilakukan terhadap unsur-unsurnya sampai tak mungkin dilakukan pemecahan lebih lanjut, sehingga didapatkan beberapa tingkatan (hirarki) dari persoalan tadi.
2. Comparative Judgment. Prinsip ini berarti membuat penilaian tentang kepentingan relative dua elemen pada suatu tingkat tertentu dalam kaitannya dengan tingkat di atasnya. Penilaian itu merupakan inti dari AHP, karena akan berpengaruh terhadap prioritas elemen-elemen. Hasil dari penilaian disajikan dalam bentuk matriks yang dinamakan maktriks pairwise comparison.
3. Synthesis of Priority. Pada setiap matriks “pairwise comparison” terdapat local priority. Oleh karena “pairwise comparison” terdapat pada setiap tingkat, maka untuk mendapatkan global priority harus dilakukan sintesa di antara local priority tersebut. Pengurutan elemen-elemen tersebut menurut kepentingan relatif melalui prosedur sintesa yang dinamakan priority setting.
4. Logical consistency. Konsistensi dalam hal ini mempunyai dua makna. Pertama bahwa objek-objek yang serupa dapat dikelompokkan sesuai dengan keseragaman dari relevansinya. Kedua bahwa tingkat hubungan antara objek-objek didasarkan pada kriteria tertentu misalnya sama penting, sedikit lebih penting, jelas lebih penting, mutlak lebih penting.
2.4.1. Komparasi Berpasang
Tahap terpenting dalam AHP adalah penilaian dengan teknik komparasi berpasangan terhadap aktor-aktor pada suatu tingkat hirarki. Penilaian dilakukan dengan memberikan bobot numeric dan membandingkan antara satu elemen dengan elemen lainnya. Tahap selanjutnya adalah melakukan sintesa terhadap hasil penilaian untuk menentukan elemen mana yang memiliki prioritas tertinggi dari terendah. Skala komparasi yang digunakan adalah 1 sampai 9 adalah yang terbaik. Hal ini telah dibuktikan oleh Saaty dengan berdasarkan pertimbangan tingginya akurasi yang ditunjukkan dengan nilai Root Means Square (RMS) dan Median Absolute Deviation (MAD) pada berbagai problema. Nilai skala komparasi yang dimaksudkan disajikan pada tabel 2.1.
(24)
Tabel 2.1. Nilai Skala Komparasi Berpasangan, (Saaty, 1991)
Tingkat Kepentingan Definisi
1 Sama penting
3 Sedikit lebih penting 5 Jelas lebih penting
7 Sangat jelas lebih penting 9 Pasti/mutlak lebih penting
1/(1-9) Kebaikan nilai tingkat kepentingan dari skala 1 - 9
2.4.2. Prosedur AHP
Pada dasarnya, prosedur atau langkah-langkah dalam metode AHP yaitu mendefenisikan masalah, sintesis, mengukur konsistensi, menghitung Consistency Index (CI), menghitung rasio, dan memeriksa konsistensi hierarki.
Cara menghitung Indek Konsistensi (CI) dapat dilihat dengan persamaan (2.1):
CI = (λ maks-n)/n (2.1)
di mana n = banayak kriteria
Cara menghitung Rasio Konsistensi (CR) dapat dilihat dengan persamaan (2.2)
CR = CI/RC (2.2)
Di mana CR = Consistency Ratio CI = Consistency Index
IR = Indeks Random Consistency
Untuk memeriksa Konsistensi Hierarki dapat dilihat dengan table 2.2 . Jika nilainya lebih dari 10%, maka penilaian data judgment harus diperbaiki. Namun jika rasio konsistensi (CI/IR) kurang atau sama dengan 0.1, maka hasil perhitungan dinyatakan benar.
(25)
9
Tabel 2.2. Nilai RI
n 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
RI 0 0 5.8 0.9 1.12 1.24 1.32 1.41 1.45 1.49
2.4.3. Contoh Penerapan AHP
Penerapan AHP pada contoh kasus sederhana. Suatu kasus yang harus diputuskan mempunyai 3 kriteria yaitu Kriteria A, B dan C.
Langkah 1:
Buat matrik berpasangan dan berikan tingkat kepentingannya. Tidak perlu seluruh angka diisi. Cukup diagonal ke atas saja. Lihat tabel 2.3:
Tabel 2.3. Skala Penilaian Berpasangan
Kriteria A Kriteria B Kriteria C
Kriteria A 1 3 1
Kriteria B 1 5
Kriteria C 1
Angka 1 pada diagonal matrik di atas merupakan perbandingan kriteria yang sama. Angka 3 pada Kriteria B menyatakan bahwa Kriteria lebih penting sedikit daripada Kriteria A demikian seterusnya. Untuk mengisi angka pada kotak yang kosong dilakukan dengan cara dibagi yaitu mengisi elemen Kriteria A vs Kriteria B. Maka cukup mengambil nilai Kriteria A vs Kriteria A (yaitu 1), kemudian dibagi dengan nilai Kriteria B vs Kriteria A (yaitu 3) menghasilkan 0.333 lihat tabel 2.4. :
Tabel 2.4. Penilaian Berpasangan Lengkap
Kriteria A Kriteria B Kriteria C
Kriteria A 1 3 1
Kriteria B 0.3333333 1 5
(26)
Langkah 2 :
Lakukan normalisasi. Caranya dengan membagi setiap elemen dengan jumlah masing-masing kolom.
Tabel 2.5. Jumlah Kolom
Kriteria A Kriteria B Kriteria C
Kriteria A 1 3 1
Kriteria B 0.3333333 1 5
Kriteria C 1 0.2 1
Jumlah 2.3333333 4.2 7
Tabel 2.6. Normalisasi
Kriteria A Kriteria B Kriteria C
Kriteria A 0.4285714 0.7142857 0.1428571
Kriteria B 0.1428571 0.2380952 0.7142857
Kriteria C 0.4285714 0.047619 0.1428571
angka normal seperti di tabel 2.5. didapat dari kriteria dibagi jumlah. Contohnya 1 dibagi 2.3333 .. hasilnya 0.42857 (Lihat tabel 2.6.).
Langkah 3:
Cari rata-rata setiap kriteria. Caranya, jumlahkan tiap baris kemudian dibagi dengan jumlah kriteria yang ada. Untuk kasus ini jumlah kriterianya 3 (A, B, C).
Tabel 2.7. Rata- rata
Kriteria A Kriteria B Kriteria C Rata - rata
Kriteria A 0.4285714 0.7142857 0.1428571 0.428571429
Kriteria B 0.1428571 0.2380952 0.7142857 0.365079365
(27)
11
Maka Vektor Bobot yaitu : W1= 0.428571429
W2= 0.365079365 W3= 0.206349206 Langkah 4:
Kalikan bobot dengan matrik berpasangan tadi. Mana yang paling besar, itulah yang paling penting
1 3 1 0.42857143 1.730159
0.3333333 1 5 0.36507937 = 1.539683
1 0.2 1 0.20634921 0.707937
Kalau di atas, maka tentunya urutannya adalah Kriteria A, Kriteria B dan Kriteria C Setelah ini masuk ke langkah pengujian
Langkah 1:
Kalikan bobot tadi dengan matrik berpasangan yang pertama. Langkah 2:
cari nilai t dengan cara bagilah hasil pada langkah 1 tadi dengan masing-masing bobotnya, kemudian jumlahkan semuanya. Setelah itu bagilah dengan jumlah kriteria yaitu 3. Lihat rumus dan angka di bawah ini :
Sehingga t = 3.895 Langkah 3:
Hitung Consistency Index (CI) dengan cara mengurangkan t di atas dengan jumlah kriteria. Hasilnya dibagi lagi dengan jumlah kriteria.
CI = (t-n)/n —> (3.985-4)/4 = -0.0375 Langkah 4:
Hitung Consistency Ratio (CR) dengan cara CI/RI. RI didapatkan dari tabel. Lihat tabel 2.2.
Karena contoh kasus ini menggunakan hanya 3 kriteria artinya RI yang dipakai 3 yaitu 5.8.
Sehingga CR= -0.0375/5.8 = -0.000647 5:
(28)
Langkah 5
Cek hasilnya, jika CR kurang dari 0.1 maka hasilnya bisa disebut konsisten. Jika tidak konsisten, matrik berpasangannya harus diulang untuk dibuat.
2.5. Penelitian Terdahulu
Bagian ini menjelaskan beberapa penelitian terdahulu terkait dengan prioritas peremajaan tanaman. Tabel penelitian terdahulu ditunjukkan pada tabel 2.3
Tabel 2.8. Penelitian Terdahulu
Penulis Judul Penelitian Metode Kekurangan
Sutrisno Badri (2012)
Aplikasi model untuk mengembangkan Klaster agroindustri kelapa sawit
AHP Kriteria yang menjadi faktor pendukung lebih subjektif
Anton Setiawan Honggowibowo
(2010)
Implementasi metode analytical hierarchy process untuk
pengambilan keputusan pemilihan foto
berdasarkan tujuan perolehan foto
AHP Menggunakan grafik untuk menunjukkan
output. Tidak dijabarkan urutannya
(29)
BAB 3
ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM
Bab ini membahas beberapa hal diantaranya seperti data yang digunakan, tahapan pengenalan yang dilakukan, penerapan metode yang digunakan dan analisis perancangan sistem dalam mengimplementasikan metode Analytical Hierarkhi Process. Pembahasan bertujuan untuk memberikan penjelasan tentang spesifikasi dan kebutuhan dalam pengerjaan dan pengembangan aplikasi.
3.1. Data yang Digunakan
Data penelitian yang digunakan berasal dari PTPN 3 bagian tanaman yaitu berupa tahun tanam untuk memperoleh umur tanaman, jumlah pohon per Ha, dan jumlah produksi. Jadi totalnya ada 342 kelompok tanaman kelapa sawit yang berasal dari 30 kebun tanaman kelapa sawit PTPN 3. Contoh data yang digunakan diantaranya adalah :
3.1. Tabel Kebun Sei Meranti
Tahun Tanam
2011 2012 2013
Jumlah Pohon per Ha
Jumlah Produksi
Jumlah Pohon per Ha
Jumlah Produksi
Jumlah Pohon per Ha
Jumlah Produksi
2004 136 25.500 136 29.792 136 30.368
2006 143 22.000 143 24.730 143 23.908
2007 143 19.000 143 20.766 143 17.307
2008 134 14.000 134 11.860 132 19.964
(30)
3.2. Tabel Kebun Sei Daun
Tahun Tanam
2011 2012 2013
Jumlah Pohon per Ha Jumlah Produksi Jumlah Pohon per Ha Jumlah Produksi Jumlah Pohon per Ha Jumlah Produksi
1997 121 26.500 115 18.978 115 20.053
2006 143 22.000 144 25.970 144 23.236
2007 143 19.000 143 19.861 143 21.173
2008 143 14.000 143 10.557 143 18.852
2009 143 - 143 - 143 9.942
3.3. Tabel Kebun Tor Gamba
Tahun Tanam
2011 2012 2013
Jumlah Pohon per Ha Jumlah Produksi Jumlah Pohon per Ha Jumlah Produksi Jumlah Pohon per Ha Jumlah Produksi
2003 122 26.200 122 25.557 122 18.592
2005 141 24.300 141 23.734 141 22.607
2006 143 22.000 143 24.072 143 22.024
2007 143 19.000 142 19.941 142 20.034
2009 143 - 143 - 143 13.787
3.4. Tabel Kebun Rambutan
Tahun Tanam
2011 2012 2013
Jumlah Pohon per Ha Jumlah Produksi Jumlah Pohon per Ha Jumlah Produksi Jumlah Pohon per Ha Jumlah Produksi
1994 115 23.500 111 18.938 109 17.264
1995 117 25.000 115 17.046 109 15.587
1996 103 22.600 99 16.857 93 15.191
2001 99 27.500 93 18.022 86 13.364
2002 105 26.500 99 12.337 94 11.009
2003 133 26.200 130 20.217 125 21.515
2004 133 25.500 132 19.864 128 20.006
2005 135 24.300 131 15.410 129 16.718
2006 140 22.000 138 18.636 136 18.073
(31)
15
3.2. Arsitektur Umum
Pada desain ini ditunjukkan bagaimana setiap proses berlangsung dan membentuk sebuah aplikasi yang terbentuk dengan sistematis. Rancangan arsitektur dapat dilihat pada Gambar 3.1.
Mulai
Input Data
Proses pencarian bobot setiap
parameter menggunakan
metode AHP
Matriks Faktor Pembobotan Hirarki untuk semua kriteria
yang didesimalkan
Menampilkan hasil pengurutan
prioritas peremajaan
tanaman
Selesai Gambar 3.1. Arsitektur Umum
3.3. Diagram Aliran Data
Penjelasan dalam pengaturan database besertaalur dan transformasi data dalam sistem akan dijelaskan dengan diagram aliran data atau DFD.
3.3.1. DFD Level 0
DFD level 0 mencakup gambaran secara umum alur input dan output seperti yang ditunjukan pada gambar 3.2. :
(32)
Administrator 1 Management User 2 Management Sawit 3 Management Kebun 4 Kalkulasi metode AHP Data User Data Sawit Data Kebun Data User Data Sawit Data Kebun Kalkulasi AHP Data User Data User Data Sawit Data Sawit Data Kebun Data Kebun Data Kebun Data Sawit
Gambar 3.2. DFD Level 0
3.3.2. DFD Level 1
Gambaran secara umum alur input dan output pada DFD level 1 yang akan dibagi jadi 4 bagian. Pada gambar 3.3. aliran data user yang dimaksud adalah username dan password. Administrator 1 Menampilkan Data User 2 Menambah User 3 Edit Data User Data User Data User Data User
Data User Data User
Data User Data User
(33)
17
Berikutnya adalah DFD Management Sawit yang berisikan data parameter yang diperlukan sistem untuk menentukan prioritas peremajaan tanaman.
Administrator
1 Menampilkan
Data Sawit
2 Menambah
Sawit
3 Edit Data Sawit
Data Sawit Data Sawit
Data Sawit
Data Sawit Data Sawit
Data Sawit
Data Sawit
Gambar 3.4. DFD Level 1 (Management Sawit)
Bagian ketiga adalah management kebun yang juga digambarkan secara umum seperti yang ditunjukkan pada gambar 3.5. :
Administrator
1 Menampilkan
Data Kebun
2 Menambah
Kebun
3 Edit Data Kebun
Data Kebun Data Kebun
Data Kebun
Data Kebun Data Kebun
Data Kebun
Data Kebun
(34)
Pada bagian terakhir mencakup penghitungan metode AHP yang juga menggunakan data sawit dan data kebun. Kalkulasi metode AHP ditunjukkan pada gambar 3.6. :
Administrator
1 Kalkulasi Meode AHP
2 Menampilkan Hasil Kalkulasi
Data Sawit
Nilai Bobot
Hasil Kalkulasi
Hasil Kalkulasi
Data Sawit
Data Kebun Data Kebun
Gambar 3.6. DFD Level 1 (Kalkulasi AHP)
3.4. Analisis Sistem
Analisis diperlukan sebagai dasar perancangan sistem. Pada penelitian ini, terdapat enam tahap yang merupakan prosedur menggunakan metode AHP. Berikut adalah hierarki yang ditunjukkan pada gambar 3.7. :
Peremajaan Tanaman Sawit
Tahun
Tanam Pohon per
Ha
Produksi
Areal
Tanaman 1 Tanaman 2Areal Tanaman 3Areal
Areal Tanaman n
(35)
19
Tahapan Pertama adalah mendefenisikan masalah dan menentukan solusi yang diinginkan, lalu menyusun hierarki dari permasalahan yang dihadapi. Dalam hal ini yaitu peremajaan tanaman kelapa sawit yang menghasilkan berdasarkan tahun tanam. Tahap Kedua yaitu menentukan nilai bobot dari parameter – parameter dari data perkebunan pada tahun 2011, 2012 dan 2013. Angkanya ditentukan berdasarkan seberapa penting parameter tersebut dalam peremajaan tanaman. Buat matriks berpasangan dan berikan tingkat kepentingannya. Tidak perlu seluruh angka diisi. Cukup diagonal ke atas saja. Lihat tabel 3.5. :
Tabel 3.5. Skala Penilaian Berpasangan
Tahun Tanam (Umur)
Pohon per Ha Produksi
Tahun Tanam (Umur)
1 3 7
Pohon per Ha 1 5
Produksi 1
Angka 1 pada diagonal matriks di atas merupakan perbandingan kriteria yang sama. Angka 3 pada Kriteria Pohon per Ha menyatakan bahwa Kriteria lebih penting sedikit daripada Kriteria Tahun Tanam (Umur) demikian seterusnya. Untuk mengisi angka pada kotak yang kosong dilakukan dengan cara dibagi yaitu mengisi elemen Kriteria Tahun Tanam (Umur) vs Kriteria Pohon per Ha. Maka cukup mengambil nilai Kriteria Tahun Tanam (Umur) vs Kriteria Tahun Tanam (Umur) yaitu 1, kemudian dibagi dengan nilai Pohon per Ha vs Tahun Tanam (Umur) yaitu 3 menghasilkan 0.333 lihat tabel 3.6. :
Tabel 3.6. Penilaian Berpasangan Lengkap
Tahun Tanam (Umur)
Pohon per Ha Produksi
Tahun Tanam (umur)
(36)
Tabel 3.6. Penilaian Berpasangan Lengkap (Lanjutan)
Tahun Tanam (Umur)
Pohon per Ha Produksi
Pohon per Ha 0,3333333 1 5
Produksi 0,143 0,2 1
Tahap Ketiga yaitu lakukan normalisasi. Caranya dengan membagi setiap kriteria dengan jumlah masing-masing kolom.
Tabel 3.7. Jumlah Kolom
Tahun Tanam (Umur)
Pohon per Ha Produksi
Tahun Tanam (Umur)
1 3 7
Pohon per Ha 0,333 1 5
Produksi 0,143 0,2 1
Jumlah 1,476 4,2 13
Tabel 3.8. Normalisasi
Tahun Tanam (Umur)
Pohon per Ha Produksi
Tahun Tanam (Umur)
0,677 0,714 0,538
Pohon per Ha 0,226 0,238 0,385
(37)
21
Pada tabel 3.7. dilakukan penjumlahan kolom. Contohnya pada kolom Kirteria Tahun Tanam (Umur)
1 + 0,333 + 0,143 = 1,476.
angka normal seperti di tabel 3.8. didapat dari kriteria dibagi jumlah. Contohnya 1 / 1,476 = 0.677
Mulai
Inv_krieria1 =1/kriteria1 Inv_krieria2 =1/kriteria2 Inv_krieria3 =1/kriteria3
Jumlahkolom1 = 1 + inv_kriteria1 + inv_kriteria2 Jumlahkolom2 = kriteria1 + 1 + inv_kriteria3
Jumlahkolom3 = kriteria2 + kriteria3 +1
Normalisasi_kriteria1_1 = 1 / jumlahkolom1 Normalisasi_kriteria1_2 = inv_kriteria1 / jumlahkolom1 Normalisasi_kriteria1_3 = inv_kriteria2 / jumlahkolom1
Selesai Kriteria1, Kriteria2, Kriteria3
Normalisasi_kriteria2_1 = kriteria1 / jumlahkolom2 Normalisasi_kriteria2_2 = 1 / jumlahkolom2 Normalisasi_kriteria2_3 = inv_kriteria3 / jumlahkolom2
Normalisasi_kriteria3_1 = kriteria2 / jumlahkolom3 Normalisasi_kriteria3_2 = kriteria3 / jumlahkolom3
Normalisasi_kriteria3_3 = 1 / jumlahkolom3
Gambar 3.8. Flowchart Tahap Normalisasi
Tahap keempat yaitu Cari rata-rata setiap kriteria. Caranya, jumlahkan tiap baris kemudian dibagi dengan jumlah kriteria yang ada. Untuk kasus ini jumlah kriterianya 3 (Tahun Tanam, Pohon per Ha, Produksi).
(38)
Tabel 3.9. Rata- Rata
Tahun Tanam (Umur)
Pohon per Ha
Produksi Rata - rata
Tahun Tanam (Umur)
0,677 0,714 0,538 0,643
Pohon per Ha 0,226 0,238 0,385 0,283
Produksi 0,097 0,048 0,077 0,074
Maka Vektor Bobot yaitu : W1= 0,643
W2= 0,283 W3= 0,074
Kalikan bobot dengan matriks berpasangan tadi. Mana yang paling besar, itulah yang paling penting
1 3 7 0,643 2,008
0.333 1 5 0,283 = 0,866
0,143 0.2 1 0,074 0,222
Kalau di atas, maka tentunya urutannya adalah Kriteria tahun tanam (umur) , Kriteria pohon per Ha dan Kriteria Produksi.
Hasil perkalian matriks juga berperan langsung dalam hasil pengurutan peremajaan tanaman. Hasil tersebut akan dikalikan ke setiap kriteria – kriteria yang diperlukan dalam peremajaan tanaman sehingga menghasilkan hasil penghitungan akhir bobot yang menentukan pengurutan prioritas peremajaan tanaman.
(39)
23
Mulai
Jlhbaris1 = normalisasi_kriteria1_1 + normalisasi_kriteria2_1 + normalisasi_kriteria3_1 Jlhbaris2 = normalisasi_kriteria1_2 + normalisasi_kriteria2_2 + normalisasi_kriteria3_2 Jlhbaris3 = normalisasi_kriteria1_3 + normalisasi_kriteria2_3 + normalisasi_kriteria3_3
Kriteria1, kriteria2, kriteria3
rataan1 = jlhbaris1 /n rataan2 = jlhbaris2 /n rataan3 = jlhbaris3 /n
Selesai
vecktorbobotkriteria1 = (matriks[0][0] * rataan1) + (matriks[0][1] * rataan2) + (matriks[0][2] * ratan3)
vektorbobotkriteria2 = (matriks[1][0] * ratan1) + (matriks[1][1] * ratan2) + (matriks[1][2] * ratan3)
vectorbobotkriteria3 = (matriks[2][0] * ratan1) + (matriks[2][1] * ratan2) + (matriks[2][2] * ratan3)
Gambar 3.9. Flowchart Vektor Bobot
Tahap kelima yaitu pengujian. Kalikan bobot tadi dengan matriks berpasangan yang pertama. Cari nilai t dengan cara bagilah hasil pada langkah 1 tadi dengan masing-masing bobotnya, kemudian jumlahkan semuanya. Setelah itu bagilah dengan jumlah kriteria yaitu 3
(40)
Sehingga t = 3,097
Hitung Consistency Index (CI) dengan cara mengurangkan t di atas dengan jumlah kriteria. Hasilnya dibagi lagi dengan jumlah kriteria.
CI = (t-n)/n-1 —> (3.097-3)/3-1 = 0,048
Hitung Consistency Ratio (CR) dengan cara CI/RI. RI didapatkan dari tabel. Lihat tabel 3.10. :
Tabel 3.10. Nilai RI
n 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
RI 0 0 5.8 0.9 1.12 1.24 1.32 1.41 1.45 1.49
Karena contoh kasus ini menggunakan hanya 3 kriteria artinya RI yang dipakai 3 yaitu 5.8.
Sehingga CR= 0.0375/5.8 = 0.083
Cek hasilnya, jika CR kurang dari 0.1 maka hasilnya bisa disebut konsisten. Jika tidak konsisten, matriks berpasangannya harus diulang untuk dibuat.
start
T = 1 /3 (vektorbobotkriteria1 / rataan1)+(vektorbobotkriteria2 /rataan2)+
(vektorbobotkriteria3 /rataan3)
Ci = (t-n)/n-1
CR= 0.0375/5.8
CR < 0.1
konsisten ya
Tidak konsisten tidak
end
(41)
25
Tahap Keenam yaitu mencari hasil pengurutan peremajaan tanaman kelapa sawit berdasarkan tahun tanam dengan cara menjumlahkan hasil perkalian dari tiap –tiap hasil perkalian matriks dengan data konversi kriteria – kriteria tersebut. Data konversi di dapat dai pengelompokkan kriteria – kriteria ke dalam satuan dari angka 1 sampai dengan 5 seperti yang ditunjukkan pada tabel 3.11. :
Tabel 3.11. Data Konversi Kriteria
Kriteria Data Awal Data Konversi
Tahun Tanam <1990 1990 – 1995 1996 - 2000
2001-2005 >2005 5 4 3 2 1
Produksi <5000
5000-15000 15001-25000 25001-35000 >35000 1 2 3 4 5 Pohon Per Ha <50
50-75 76-100 101-150 >150 1 2 3 4 5 Mulai Jlhdata; A=0; A<jlhdata
Bobot = (vectorbobotkriteria1 *koversiusia[a]*-1) + vectorbobotkriteria2 + konversipohon_per_ha[a] + vectorbobotkriteria3 + konversiproduksi[a] A++ ya Selesai T id a k
(42)
3.5. Perancangan Tampilan Antarmuka
Antarmuka pengguna (user interface) merupakan media yang menghubungkan manusia dengan komputer. Perancangan antarmuka bertujuan untuk memberikan gambaran umum tampilan dari aplikasi yang akan dibuat. Pada tampilan antarmuka aplikasi akan ditampilkan panel citra dan panel tombol.
3.5.1 Rancangan tampilan halaman log in
Untuk masuk ke dalam sistem peremajaan sawit, admin harus mengisi username dan password. Username terletak diurutan pertama di tengah atas dan berfungsi sebagai identitas admin yang akan mengakses system peremajaan sawit. Sedangkan password terletak di bawah username dan berfungsi sebagai kata kunci dari identitas admin tersebut sehingga tidak dapat diakses orang lain yang tidak berkepentingan.
Perancangan Sistem Peremajaan Tanaman Sawit
Username :
Password :
Masuk
Gambar 3.12. Halaman Login
3.5.2 Rancangan tampilan halaman menu sistem
Di Kolom kiri terdapat tombol menu yang diperlukan untuk pengimplementasikan pengurutan data. Tombol “sistem” berfungsi untuk meng-input
data management, data kebun dan data parameter yang akan ditampilkan dikolom sebelah kanan. Untuk mengisi data di sistem digunakan tombol “daftar” dan jika ingin menghapus gunakan tombol “riset” yang ada di kolom kanan. “Penghitungan”
(43)
27
berfungsi untuk meng-input bobot yang digunakan berdasarkan kriteria – kriteria tersebut. Setelah memasukkan nilai bobot gunakan tombol “hitung” untuk mencari nilai konsistensinya atau “reset” untuk menghapus. Jika nilai tersebut keluar muncul tombol “hitung peremajaan” dengan syarat hasil hitungan tersebut konsisten da nada tombol “riset” jika ingin mengganti nilai bobot
MENU
Penghitungan Sistem
(44)
BAB 4
IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai implementasi dari Analytical Hierarkhi Process sesuai perancangan yang telah dijelaskan pada bab 3 serta melakukan pengujian dari sistem yang telah dibuat.
4.1. Implementasi Sistem
Sesuai dengan hasil analisis dan perancangan yang telah dibuat, Analytical Hierarkhi Process akan diimplementasikan ke dalam sebuah sistem dengan menggunakan bahasa pemrograman PHP.
4.1.1 Spesifikasi hardware dan software yang digunakan
Spesifikasi perangkat keras dan perangkat lunak yang digunakan untuk membangun sistem adalah sebagai berikut:
1. Processor Intel® Core™ 2 Duo CPU @ 2.20GHz 2. Kapasitas hard disk 320 GB
3. Memory RAM yang digunakan 4 GB
4. Sistem operasi yang digunakan adalah Microsoft Windows 8.1 Pro 32-bit 5. XAMPP Version 1.8.3
(45)
29
Pengerjaan Program dengan menggunakan Bahasa PHP membutuhkan method untuk membantu penghitungan AHP dengan baik, maka digunakan method tambahan yang digunakan untuk membantu proses penghitungan hingga pengujian. Beberapa method yang digunakan dalam proses penghitungan AHP dapat dilihat pada tabel 4.1.
Tabel 4.1 Method yang digunakan dalam program
Fungsi Keterangan
include() Untuk memanggil halaman yang ada di
file lain.
$_SESSION() Deklarasi nama di dalam sesi.
mysql_connect() Untuk menyambung ke database.
focus() Menjalankan fungsi yang ada di
dalamnya ketik dalam keadaan terpilih.
while() Menjalankan perintah ketika kondisi
belum terpenuhi.
4.2. Implementasi perancangan antarmuka
4.2.1. Tampilan Awal
Tampilan awal sistem dimulai dengan log in dan password untuk bisa masuk ke sistem tersebut.
(46)
4.2.2. Tampilan Halaman Utama
Halaman utama menampilkan menu sistem untuk memilih data apa yang ingin di masukkan dan ada pilihan menu penghitungan dapat digunakan setelah selesai memasukkan semua data yang diperlukan.
Gambar 4.2. Halaman Utama
4.2.3. Tampilan Menu Sistem dengan Pilihan User Management
Halaman menu sistem dengan pilihan user management merupakan tempat mendaftar akun admin sistem peremajaan tanaman dengan mengisi username password. Juga bias meng-edit atau menghapus akun yang sudah ada.
(47)
31
4.2.4. Halaman Data Kebun
Halaman data kebun berfungsi mendaftar kebun – kebun kelapa sawit yang ada di perusahaan dan bisa meng-edit atau menghapus data kebun yang sudah ada.
Gambar 4.4. Halaman Data Kebun
4.2.5. Halaman Data Sawit
Halaman data sawit merupakan tempat mengisi data kriteria – kriteria seperti umur tanaman, jumlah produksi/ha, dan jumlah pohon/ha. Seperti halaman sistem sebelumnya, halaman ini juga dilengkapi dengan edit data serta menghapus data.
(48)
4.2.6. Halaman Penghitungan
Halaman penghitungan berfungsi untuk penghitungan bobot dari kriteria – kriteria yang merupakan parameter dalam menentukan pengurutan prioritas peremajaan tanaman. Langkah awal adalah meng-input angka bobot pada masing - masing kriteria seperti pada gambar 4.6. :
Gambar 4.6. Pembobotan Kriteria
Setelah meng-input angka pembobotan pada kriteria, selanjutnya klik pada tombol hitung. Setelah sistem selesai melakukan penghitungan dengan metode AHP, maka didapatlah hasil preferensi responden. Jika CR (Consistency Ratio) kurang dari 0.1 maka hasilnya bisa disebut konsisten. Jika tidak konsisten, matrik berpasangannya harus diulang untuk dibuat. Pada gambar 4.7. Hasil CR adalah 0,281 yaitu lebih besar dari 0,1. Maka preferensi respondennya tidak konsisten.
(49)
33
Jika Tidak Konsisten, admin harus mengganti angka bobot pada tabel kriteria yang pertama (paling atas). Jika angka pembobotan tersebut cocok maka hasilnya akan konsisten.
Gambar 4.8. Pembobotan Kriteria dengan Angka yang Cocok
(50)
4.2.7. Halaman Output
Setelah mendapat hasil preferensi responden yang konsisten, klik tombol “Hitung Nilai Peremajaan” untuk melihat hasil output. Pada halaman Output
akan muncul hasil pengurutan peremajaan tanaman kelapa sawit berdasarkan kriteria – kriteria yang menjadi parameter. Nilai pentingnya peremajaan diukur dengan total perkalian vector eigen dengan data konversi. Pada hasil akhir bobot dapat dilihat, jika nilainya lebih kecil dari 3 maka data tersebut perlu diremajakan sedangkan nilai yang lebih besar dari 3 belum perlu untuk diremajakan.
(51)
35
Gambar 4.11. Halaman Output belum perlu diremajakan
4.3. Hasil Pengujian
Hasil pengurutan peremajaan tanaman di dapat dari penjumlahan dari hasil perkalian tiap – tiap hasil perkalian matriks dengan ketiga kriteria. Kriteria yang digunakan disini adalah nilai rata – rata tiap – tiap kriteria dari data sawit tiga tahun terakhir. Output yang ditampilkan tersebut berupa tabel ranking yang berisikan tahun tanam, usia pada tahun 2014, Jumlah pohon per Ha, Jumlah produksi Ton per Ha, kemudian data konversi kriteria – kriteria tersebut, letak kebun areal tanamannya dan hasil akhir bobot. Berikut adalah hasil pengujian dari pengurutan prioritas peremajaan tanaman kelapa sawit PTPN 3:
(52)
Tabel 4.2. Output Pengurutan Peremajaan Tanaman Kelapa Sawit
No Tahun Tanam
Usia (Tahun)
Jumlah Pohon per Ha
Jumlah Produksi Ton/Ha
Konversi Tahun Tanam
Konversi Pohon per Ha
Konversi Produksi
Nama Kebun Bobot
1 2006 9 143 25.63 1 4 1 Kebun Labuhan Haji 1.85 Perlu peremajaan
2 2006 9 142 23.00 1 4 1 Kebun Aek Nabara
Selatan
1.85 Perlu peremajaan
3 2009 6 142 5.19 1 4 1 Kebun Distrik Labuhan
Batu III
1.85 Perlu peremajaan
4 2009 6 130 3.55 1 4 1 Kebun Distrik Simalungun 1.85 Perlu peremajaan
5 2006 9 141 23.81 1 4 1 Kebun Distrik Simalungun 1.85 Perlu peremajaan
6 2006 9 128 18.49 1 4 1 Kebun Huta Padang 1.85 Perlu peremajaan
7 2009 6 142 4.80 1 4 1 Kebun Labuhan Haji 1.85 Perlu peremajaan
(53)
37
Tabel 4.2. Output Pengurutan Peremajaan Tanaman Kelapa Sawit (Lanjutan)
No Tahun Tanam
Usia (Tahun)
Jumlah Pohon per Ha
Jumlah Produksi Ton/Ha
Konversi Tahun Tanam
Konversi Pohon per Ha
Konversi Produksi
Nama Kebun Bobot
9 2008 7 141 14.61 1 4 1 Kebun Distrik Simalungun 1.85 Perlu peremajaan
10 2007 8 138 20.45 1 4 1 Kebun Aek Raso 1.85 Perlu peremajaan
11 2007 8 125 15.26 1 4 1 Kebun Gunung Monaco 1.85 Perlu peremajaan
12 2009 6 142 3.92 1 4 1 Kebun Aek Torop 1.85 Perlu peremajaan
13 2008 7 135 14.37 1 4 1 Kebun Aek Torop 1.85 Perlu peremajaan
14 2006 9 142 23.25 1 4 1 Kebun Distrik Labuhan Batu III 1.85 Perlu peremajaan
15 2007 8 142 20.38 1 4 1 Kebun Distrik Labuhan Batu III 1.85 Perlu peremajaan
16 2006 9 134 21.11 1 4 1 Kebun Aek Raso 1.85 Perlu peremajaan
(54)
Tabel 4.2. Output Pengurutan Peremajaan Tanaman Kelapa Sawit (Lanjutan)
No Tahun Tanam
Usia (Tahun)
Jumlah Pohon per Ha
Jumlah Produksi Ton/Ha
Konversi Tahun Tanam
Konversi Pohon per Ha
Konversi Produksi
Nama Kebun Bobot
18 2008 7 142 17.23 1 4 1 Kebun Distrik Labuhan Batu III 1.85 Perlu peremajaan
19 2006 9 141 22.79 1 4 1 Kebun Distrik Labuhan Batu II 1.85 Perlu peremajaan
20 2007 8 142 21.59 1 4 1 Kebun Distrik Labuhan Batu II 1.85 Perlu peremajaan
21 2008 7 142 16.59 1 4 1 Kebun Sei Sumut 1.85 Perlu peremajaan
22 2009 6 133 10.23 1 4 1 Kebun Distrik Serdang - II 1.85 Perlu peremajaan
23 2007 8 143 17.90 1 4 1 Kebun Rambutan 1.85 Perlu peremajaan
24 2006 9 142 23.81 1 4 1 Kebun Dusun Hulu 1.85 Perlu peremajaan
25 2006 9 146 23.65 1 4 1 Kebun Sei Dadap 1.85 Perlu peremajaan
(55)
39
Tabel 4.2. Output Pengurutan Peremajaan Tanaman Kelapa Sawit (Lanjutan)
No Tahun Tanam
Usia (Tahun)
Jumlah Pohon per Ha
Jumlah Produksi Ton/Ha
Konversi Tahun Tanam
Konversi Pohon per Ha
Konversi Produksi
Nama Kebun Bobot
27 2008 7 141 16.15 1 4 1 Kebun Bandar Selamat 1.85 Perlu peremajaan
28 2006 9 143 23.86 1 4 1 Kebun Bandar Selamat 1.85 Perlu peremajaan
29 2006 9 137 19.80 1 4 1 Kebun Distrik Serdang
- II
1.85 Perlu peremajaan
30 2008 7 142 14.83 1 4 1 Kebun Dusun Hulu 1.85 Perlu peremajaan
31 2009 6 142 6.00 1 4 1 Kebun Huta Padang 1.85 Perlu peremajaan
32 2007 8 128 17.18 1 4 1 Kebun Huta Padang 1.85 Perlu peremajaan
33 2009 6 143 3.79 1 4 1 Kebun Distrik Labuhan
Batu II
1.85 Perlu peremajaan
(56)
Tabel 4.2. Output Pengurutan Peremajaan Tanaman Kelapa Sawit (Lanjutan)
No Tahun Tanam
Usia (Tahun)
Jumlah Pohon per Ha
Jumlah Produksi Ton/Ha
Konversi Tahun Tanam
Konversi Pohon per Ha
Konversi Produksi
Nama Kebun Bobot
35 2008 7 141 16.32 1 4 1 Kebun Huta Padang 1.85 Perlu peremajaan
36 2009 6 132 3.55 1 4 1 Kebun Bangun 1.85 Perlu peremajaan
37 2007 8 142 23.84 1 4 1 Kebun Rantau Prapat 1.85 Perlu peremajaan
38 2008 7 136 23.04 1 4 1 Kebun Rantau Prapat 1.85 Perlu peremajaan
39 2009 6 142 4.32 1 4 1 Kebun Rantau Prapat 1.85 Perlu peremajaan
40 2007 8 141 21.79 1 4 1 Kebun Aek Torop 1.85 Perlu peremajaan
41 2006 9 142 22.71 1 4 1 Kebun Aek Torop 1.85 Perlu peremajaan
42 2009 6 143 4.60 1 4 1 Kebun Tor Gamba 1.85 Perlu peremajaan
43 2007 8 142 19.66 1 4 1 Kebun Tor Gamba 1.85 Perlu peremajaan
(57)
41
Tabel 4.2. Output Pengurutan Peremajaan Tanaman Kelapa Sawit (Lanjutan)
No Tahun Tanam
Usia (Tahun)
Jumlah Pohon per Ha
Jumlah Produksi Ton/Ha
Konversi Tahun Tanam
Konversi Pohon per Ha
Konversi Produksi
Nama Kebun Bobot
45 2009 6 138 2.52 1 4 1 Kebun Sarang Giting 1.85 Perlu peremajaan
46 2006 9 141 23.58 1 4 1 Kebun Bukit Tujuh 1.85 Perlu peremajaan
47 2007 8 118 16.55 1 4 1 Kebun Distrik Serdang - I 1.85 Perlu peremajaan
48 2008 7 132 15.21 1 4 1 Kebun Distrik Serdang - I 1.85 Perlu peremajaan
49 2009 6 131 2.04 1 4 1 Kebun Distrik Serdang - I 1.85 Perlu peremajaan
50 2006 9 132 24.46 1 4 1 Kebun Ambalutu 1.85 Perlu peremajaan
51 2006 9 138 19.57 1 4 1 Kebun Rambutan 1.85 Perlu peremajaan
52 2008 7 133 15.27 1 4 1 Kebun Sei Meranti 1.85 Perlu peremajaan
(58)
Tabel 4.2. Output Pengurutan Peremajaan Tanaman Kelapa Sawit (Lanjutan)
No Tahun Tanam
Usia (Tahun)
Jumlah Pohon per Ha
Jumlah Produksi Ton/Ha
Konversi Tahun Tanam
Konversi Pohon per Ha
Konversi Produksi
Nama Kebun Bobot
54 2006 9 143 23.55 1 4 1 Kebun Sei Meranti 1.85 Perlu peremajaan
55 2009 6 143 4.44 1 4 1 Kebun Sei Meranti 1.85 Perlu peremajaan
56 2006 9 143 23.74 1 4 1 Kebun Sei Daun 1.85 Perlu peremajaan
57 2009 6 143 3.31 1 4 1 Kebun Sei Daun 1.85 Perlu peremajaan
58 2008 7 143 14.47 1 4 1 Kebun Sei Daun 1.85 Perlu peremajaan
59 2007 8 143 20.01 1 4 1 Kebun Sei Daun 1.85 Perlu peremajaan
60 2007 8 140 21.32 1 4 1 Kebun Bandar Selamat 1.85 Perlu peremajaan
61 2008 7 141 14.50 1 4 1 Kebun Ambalutu 1.85 Perlu peremajaan
62 2008 7 132 15.21 1 4 1 Kebun Silau Dunia 1.85 Perlu peremajaan
(59)
43
Tabel 4.2. Output Pengurutan Peremajaan Tanaman Kelapa Sawit (Lanjutan)
No Tahun Tanam
Usia (Tahun)
Jumlah Pohon per Ha
Jumlah Produksi Ton/Ha
Konversi Tahun Tanam
Konversi Pohon per Ha
Konversi Produksi
Nama Kebun Bobot
64 2006 9 136 20.91 1 4 1 Kebun Tanah Raja 1.85 Perlu peremajaan
65 2009 6 142 5.29 1 4 1 Kebun Aek Nabara
Selatan
1.85 Perlu peremajaan
66 2008 7 143 17.21 1 4 1 Kebun Aek Nabara
Selatan
1.85 Perlu peremajaan
67 2007 8 142 20.37 1 4 1 Kebun ANS 1.85 Perlu peremajaan
68 2007 8 142 20.64 1 4 1 Kebun Sei Kebara 1.85 Perlu peremajaan
69 2006 9 141 23.41 1 4 1 Kebun Sei Kebara 1.85 Perlu peremajaan
70 2006 9 143 23.31 1 4 1 Kebun Distrik
Labuhan Batu I
1.85 Perlu peremajaan
(60)
Tabel 4.2. Output Pengurutan Peremajaan Tanaman Kelapa Sawit (Lanjutan)
No Tahun Tanam
Usia (Tahun)
Jumlah Pohon per Ha
Jumlah Produksi Ton/Ha
Konversi Tahun Tanam
Konversi Pohon per Ha
Konversi Produksi
Nama Kebun Bobot
72 2007 8 143 19.57 1 4 1 Kebun Distrik Labuhan
Batu I
1.85 Perlu peremajaan
73 2009 6 143 4.34 1 4 1 Distrik L Batu I 1.85 Perlu peremajaan
74 2008 7 142 14.60 1 4 1 Kebun Sei Baruhur 1.85 Perlu peremajaan
75 2006 9 136 22.21 1 4 1 Kebun Pulau Mandi 1.85 Perlu peremajaan
76 2007 8 143 23.50 1 4 1 Kebun Sei Baruhur 1.85 Perlu peremajaan
77 2006 9 143 23.78 1 4 1 Sei Baruhur 1.85 Perlu peremajaan
78 2008 7 140 14.74 1 4 1 Distrik LBatu I 1.85 Perlu peremajaan
(61)
45
Tabel 4.2. Output Pengurutan Peremajaan Tanaman Kelapa Sawit (Lanjutan)
No Tahun Tanam
Usia (Tahun)
Jumlah Pohon per Ha
Jumlah Produksi Ton/Ha
Konversi Tahun Tanam
Konversi Pohon per Ha
Konversi Produksi
Nama Kebun Bobot
80 2002 13 99 19.96 2 3 1 Kebun Sei Silau 2.21 Perlu peremajaan
81 2001 14 92 19.63 2 3 1 Kebun Rambutan 2.21 Perlu peremajaan
82 2001 14 91 19.56 2 3 1 Distrik Serdang - II 2.21 Perlu peremajaan
83 2002 13 99 16.62 2 3 1 Kebun Rambutan 2.21 Perlu peremajaan
84 2001 14 99 17.68 2 3 1 Kebun Distrik
Simalungun
2.21 Perlu peremajaan
85 2001 14 92 18.96 2 3 1 Dusun Hulu 2.21 Perlu peremajaan
86 2005 10 131 18.81 2 4 1 Kebun Rambutan 2.49 Perlu peremajaan
87 2003 12 140 23.60 2 4 1 Kebun Distrik
Labuhan Batu III
2.49 Perlu peremajaan
(62)
Tabel 4.2. Output Pengurutan Peremajaan Tanaman Kelapa Sawit (Lanjutan)
No Tahun Tanam
Usia (Tahun)
Jumlah Pohon per Ha
Jumlah Produksi Ton/Ha
Konversi Tahun Tanam
Konversi Pohon per Ha
Konversi Produksi
Nama Kebun Bobot
89 2005 10 140 24.18 2 4 1 Distrik L Batu III 2.49 Perlu peremajaan
90 2002 13 114 23.46 2 4 1 Distrik L Batu III 2.49 Perlu peremajaan
91 2001 14 138 24.10 2 4 1 Distrik L Batu III 2.49 Perlu peremajaan
92 2002 13 120 23.38 2 4 1 Kebun Tanah Raja 2.49 Perlu peremajaan
93 2004 11 125 22.46 2 4 1 Kebun Ambalutu 2.49 Perlu peremajaan
94 2003 12 105 20.27 2 4 1 Kebun Ambalutu 2.49 Perlu peremajaan
95 2004 11 131 21.79 2 4 1 Kebun Rambutan 2.49 Perlu peremajaan
96 2005 10 129 19.98 2 4 1 Kebun Ambalutu 2.49 Perlu peremajaan
97 2004 11 147 24.33 2 4 1 Kebun Sei Dadap 2.49 Perlu peremajaan
(63)
47
Tabel 4.2. Output Pengurutan Peremajaan Tanaman Kelapa Sawit (Lanjutan)
No Tahun Tanam
Usia (Tahun)
Jumlah Pohon per Ha
Jumlah Produksi Ton/Ha
Konversi Tahun Tanam
Konversi Pohon per Ha
Konversi Produksi
Nama Kebun Bobot
99 2004 11 136 28.55 2 4 1 Kebun Sei Meranti 2.49 Perlu peremajaan
100 2003 12 129 21.18 2 4 1 Kebun Pulau Mandi 2.49 Perlu peremajaan
101 2003 12 121 23.22 2 4 1 Kebun Sei Dadap 2.49 Perlu peremajaan
102 2002 13 123 24.25 2 4 1 Kebun Sei Dadap 2.49 Perlu peremajaan
103 2002 13 115 22.27 2 4 1 Kebun Pulau Mandi 2.49 Perlu peremajaan
104 2001 14 123 23.61 2 4 1 Kebun Sei Dadap 2.49 Perlu peremajaan
105 2004 11 138 23.25 2 4 1 Kebun Pulau Mandi 2.49 Perlu peremajaan
106 2005 10 138 20.64 2 4 1 Kebun Pulau Mandi 2.49 Perlu peremajaan
(64)
Tabel 4.2. Output Pengurutan Peremajaan Tanaman Kelapa Sawit (Lanjutan)
No Tahun Tanam
Usia (Tahun)
Jumlah Pohon per Ha
Jumlah Produksi Ton/Ha
Konversi Tahun Tanam
Konversi Pohon per Ha
Konversi Produksi
Nama Kebun Bobot
108 2003 12 131 23.90 2 4 1 Kebun Gunung
Pamela
2.49 Perlu peremajaan
109 2001 14 117 23.51 2 4 1 Kebun Gunung
Monaco
2.49 Perlu peremajaan
110 2002 13 135 27.35 2 4 1 Kebun Gunung
Monaco
2.49 Perlu peremajaan
111 2002 13 125 19.96 2 4 1 Gunung Pamela 2.49 Perlu peremajaan
112 2001 14 126 24.24 2 4 1 Gunung Pamela 2.49 Perlu peremajaan
113 2003 12 127 21.49 2 4 1 Kebun Distrik
Simalungun
2.49 Perlu peremajaan
114 2004 11 127 22.45 2 4 1 Kebun Distrik
Simalungun
2.49 Perlu peremajaan
(65)
49
Tabel 4.2. Output Pengurutan Peremajaan Tanaman Kelapa Sawit (Lanjutan)
No Tahun Tanam
Usia (Tahun)
Jumlah Pohon per Ha
Jumlah Produksi Ton/Ha
Konversi Tahun Tanam
Konversi Pohon per Ha
Konversi Produksi
Nama Kebun Bobot
116 2003 12 134 23.53 2 4 1 Kebun Gunung
Monaco
2.49 Perlu peremajaan
117 2001 14 121 21.02 2 4 1 Kebun Silau Dunia 2.49 Perlu peremajaan
118 2003 12 132 23.14 2 4 1 Kebun Distrik
Serdang - I
2.49 Perlu peremajaan
119 2004 11 122 22.28 2 4 1 Kebun Tanah Raja 2.49 Perlu peremajaan
120 2003 12 122 23.99 2 4 1 Kebun Tanah Raja 2.49 Perlu peremajaan
121 2002 13 125 22.87 2 4 1 Distrik Serdang - I 2.49 Perlu peremajaan
122 2001 14 122 23.10 2 4 1 Kebun Distrik
Serdang - I
2.49 Perlu peremajaan
(66)
Tabel 4.2. Output Pengurutan Peremajaan Tanaman Kelapa Sawit (Lanjutan)
No Tahun Tanam
Usia (Tahun)
Jumlah Pohon per Ha
Jumlah Produksi Ton/Ha
Konversi Tahun Tanam
Konversi Pohon per Ha
Konversi Produksi
Nama Kebun Bobot
124 2003 12 127 20.52 2 4 1 Kebun Silau Dunia 2.49 Perlu peremajaan
125 2003 12 141 24.03 2 4 1 Kebun Gunung Para 2.49 Perlu peremajaan
126 2002 13 121 21.52 2 4 1 Kebun Distrik
Simalungun
2.49 Perlu peremajaan
127 2005 10 142 21.94 2 4 1 Kebun Bangun 2.49 Perlu peremajaan
128 2004 11 123 21.32 2 4 1 Kebun Huta Padang 2.49 Perlu peremajaan
129 2005 10 130 20.13 2 4 1 Kebun Huta Padang 2.49 Perlu peremajaan
130 2001 14 137 26.36 2 4 1 Bandar Selamat 2.49 Perlu peremajaan
131 2003 12 128 23.61 2 4 1 Kebun Huta Padang 2.49 Perlu peremajaan
(67)
51
Tabel 4.2. Output Pengurutan Peremajaan Tanaman Kelapa Sawit (Lanjutan)
No Tahun Tanam
Usia (Tahun)
Jumlah Pohon per Ha
Jumlah Produksi Ton/Ha
Konversi Tahun Tanam
Konversi Pohon per Ha
Konversi Produksi
Nama Kebun Bobot
133 2004 11 128 17.71 2 4 1 Kebun Sei Silau 2.49 Perlu peremajaan
134 2005 10 132 14.75 2 4 1 Kebun Sei Silau 2.49 Perlu peremajaan
135 2001 14 106 21.75 2 4 1 Kebun Huta Padang 2.49 Perlu peremajaan
136 2002 13 136 27.56 2 4 1 Bandar Selamat 2.49 Perlu peremajaan
137 2003 12 137 24.93 2 4 1 Bandar Selamat 2.49 Perlu peremajaan
138 2001 14 103 17.04 2 4 1 Kebun Bangun 2.49 Perlu peremajaan
139 2002 13 139 23.50 2 4 1 Kebun Bangun 2.49 Perlu peremajaan
140 2003 12 138 22.34 2 4 1 Kebun Bangun 2.49 Perlu peremajaan
141 2004 11 128 22.45 2 4 1 Dusun Hulu 2.49 Perlu peremajaan
(68)
Tabel 4.2. Output Pengurutan Peremajaan Tanaman Kelapa Sawit (Lanjutan)
No Tahun Tanam
Usia (Tahun)
Jumlah Pohon per Ha
Jumlah Produksi Ton/Ha
Konversi Tahun Tanam
Konversi Pohon per Ha
Konversi Produksi
Nama Kebun Bobot
143 2005 10 137 25.43 2 4 1 Kebun Bandar
Selamat
2.49 Perlu peremajaan
144 2005 10 134 22.38 2 4 1 Kebun Tanah Raja 2.49 Perlu peremajaan
145 2002 13 113 20.33 2 4 1 Dusun Hulu 2.49 Perlu peremajaan
146 2003 12 124 17.10 2 4 1 Kebun Sei Silau 2.49 Perlu peremajaan
147 2003 12 129 22.64 2 4 1 Kebun Rambutan 2.49 Perlu peremajaan
148 2005 10 139 26.87 2 4 1 Kebun Sei
Baruhur
2.49 Perlu peremajaan
149 2004 11 104 16.13 2 4 1 Kebun Hapesong 2.49 Perlu peremajaan
150 2004 11 143 25.55 2 4 1 Kebun ANS 2.49 Perlu peremajaan
(69)
53
Tabel 4.2. Output Pengurutan Peremajaan Tanaman Kelapa Sawit (Lanjutan)
No Tahun Tanam
Usia (Tahun)
Jumlah Pohon per Ha
Jumlah Produksi Ton/Ha
Konversi Tahun Tanam
Konversi Pohon per Ha
Konversi Produksi
Nama Kebun Bobot
152 2003 12 140 23.12 2 4 1 Kebun Aek Nabar
Utara
2.49 Perlu peremajaan
153 2001 14 140 21.80 2 4 1 Kebun Aek Nabar
Utara
2.49 Perlu peremajaan
154 2002 13 141 22.68 2 4 1 Kebun Aek Nabar
Utara
2.49 Perlu peremajaan
155 2005 10 140 25.55 2 4 1 Kebun Aek
Nabara Selatan
2.49 Perlu peremajaan
156 2004 11 142 26.88 2 4 1 Kebun Sei
Baruhur
2.49 Perlu peremajaan
157 2003 12 137 25.66 2 4 1 Labuhan Haji 2.49 Perlu peremajaan
158 2004 11 139 26.62 2 4 1 Labuhan Haji 2.49 Perlu peremajaan
(70)
Tabel 4.2. Output Pengurutan Peremajaan Tanaman Kelapa Sawit (Lanjutan)
No Tahun Tanam
Usia (Tahun)
Jumlah Pohon per Ha
Jumlah Produksi Ton/Ha
Konversi Tahun Tanam
Konversi Pohon per Ha
Konversi Produksi
Nama Kebun Bobot
160 2002 13 140 26.72 2 4 1 Kebun Labuhan
Haji
2.49 Perlu peremajaan
161 2003 12 122 23.45 2 4 1 Kebun Distrik
Labuhan Batu I
2.49 Perlu peremajaan
162 2005 10 141 24.96 2 4 1 Kebun Distrik
Labuhan Batu I
2.49 Perlu peremajaan
163 2004 11 136 28.55 2 4 1 Distrik L Batu I 2.49 Perlu peremajaan
164 2001 14 132 23.63 2 4 1 Kebun Batang
Toru
2.49 Perlu peremajaan
165 2002 13 133 25.64 2 4 1 Kebun Batang
Toru
2.49 Perlu peremajaan
166 2005 10 123 17.32 2 4 1 Kebun Aek Raso 2.49 Perlu peremajaan
(71)
55
Tabel 4.2. Output Pengurutan Peremajaan Tanaman Kelapa Sawit (Lanjutan)
No Tahun Tanam
Usia (Tahun)
Jumlah Pohon per Ha
Jumlah Produksi Ton/Ha
Konversi Tahun Tanam
Konversi Pohon per Ha
Konversi Produksi
Nama Kebun Bobot
168 2004 11 142 26.96 2 4 1 Kebun Distrik
Labuhan Batu II
2.49 Perlu peremajaan
169 2002 13 133 25.64 2 4 1 Kebun Distrik
Tapanuli Selatan
2.49 Perlu peremajaan
170 2004 11 126 18.50 2 4 1 Distrik Tapsel 2.49 Perlu peremajaan
171 2004 11 143 27.07 2 4 1 Kebun Sei Kebara 2.49 Perlu peremajaan
172 2005 10 143 25.85 2 4 1 Kebun Sei Kebara 2.49 Perlu peremajaan
173 2005 10 142 25.90 2 4 1 Distrik L Batu II 2.49 Perlu peremajaan
174 2005 10 129 12.42 2 4 1 Kebun Batang Toru 2.49 Perlu peremajaan
175 2005 10 141 23.20 2 4 1 Kebun Sei Sumut 2.49 Perlu peremajaan
(72)
Tabel 4.2. Output Pengurutan Peremajaan Tanaman Kelapa Sawit (Lanjutan)
No Tahun Tanam
Usia (Tahun)
Jumlah Pohon per Ha
Jumlah Produksi Ton/Ha
Konversi Tahun Tanam
Konversi Pohon per Ha
Konversi Produksi
Nama Kebun Bobot
177 2004 11 140 23.23 2 4 1 Kebun Sei Sumut 2.49 Perlu peremajaan
178 2003 12 139 23.90 2 4 1 Kebun Sei Sumut 2.49 Perlu peremajaan
179 2001 14 139 24.50 2 4 1 Kebun Sei Sumut 2.49 Perlu peremajaan
180 2002 13 134 23.41 2 4 1 Kebun Sei Sumut 2.49 Perlu peremajaan
181 2005 10 141 26.17 2 4 1 Kebun Bukit Tujuh 2.49 Perlu peremajaan
182 2005 10 141 20.50 2 4 1 Kebun ANU 2.49 Perlu peremajaan
183 2002 13 108 19.73 2 4 1 Distrik Serdang - II 2.49 Perlu peremajaan
184 2003 12 124 23.44 2 4 1 Distrik Serdang - II 2.49 Perlu peremajaan
185 2004 11 129 21.87 2 4 1 Distrik Serdang - II 2.49 Perlu peremajaan
(73)
57
Tabel 4.2. Output Pengurutan Peremajaan Tanaman Kelapa Sawit (Lanjutan)
No Tahun Tanam
Usia (Tahun)
Jumlah Pohon per Ha
Jumlah Produksi Ton/Ha
Konversi Tahun Tanam
Konversi Pohon per Ha
Konversi Produksi
Nama Kebun Bobot
187 2005 10 132 19.66 2 4 1 Kebun Distrik
Serdang - II
2.49 Perlu peremajaan
188 2002 13 138 22.86 2 4 1 Kebun Membang
Muda
2.49 Perlu peremajaan
189 2003 12 122 23.45 2 4 1 Kebun Tor Gamba 2.49 Perlu peremajaan
190 2003 12 138 29.04 2 4 1 Kebun Merbau
Selatan
2.49 Perlu peremajaan
191 2004 11 137 26.15 2 4 1 Kebun Membang
Muda
2.49 Perlu peremajaan
192 2003 12 145 24.35 2 4 1 Kebun Membang
Muda
2.49 Perlu peremajaan
193 2001 14 126 20.15 2 4 1 Rantau Prapat 2.49 Perlu peremajaan
(74)
Tabel 4.2. Output Pengurutan Peremajaan Tanaman Kelapa Sawit (Lanjutan)
No Tahun Tanam
Usia (Tahun)
Jumlah Pohon per Ha
Jumlah Produksi Ton/Ha
Konversi Tahun Tanam
Konversi Pohon per Ha
Konversi Produksi
Nama Kebun Bobot
195 2005 10 141 23.55 2 4 1 Kebun Tor Gamba 2.49 Perlu peremajaan
196 1997 18 59 14.94 3 2 1 Kebun Sei Dadap 2.57 Perlu peremajaan
197 1999 16 52 12.39 3 2 1 Kebun Silau Dunia 2.57 Perlu peremajaan
198 1999 16 52 12.39 3 2 1 Kebun Distrik
Serdang - I
2.57 Perlu peremajaan
199 1998 17 98 20.82 3 3 1 Kebun Distrik
Tapanuli Selatan
2.85 Perlu peremajaan
200 1998 17 80 18.78 3 3 1 Kebun Sei Dadap 2.85 Perlu peremajaan
201 1998 17 86 21.31 3 3 1 Kebun Batang
Toru
2.85 Perlu peremajaan
(75)
59
Tabel 4.2. Output Pengurutan Peremajaan Tanaman Kelapa Sawit (Lanjutan)
No Tahun Tanam
Usia (Tahun)
Jumlah Pohon per Ha
Jumlah Produksi Ton/Ha
Konversi Tahun Tanam
Konversi Pohon per Ha
Konversi Produksi
Nama Kebun Bobot
203 1997 18 97 20.36 3 3 1 Kebun Membang
Muda
2.85 Perlu peremajaan
204 2000 15 95 20.24 3 3 1 Kebun Huta Padang 2.85 Perlu peremajaan
205 1996 19 99 18.65 3 3 1 Kebun Distrik
Serdang - II
2.85 Perlu peremajaan
206 1996 19 100 21.74 3 3 1 Kebun Silau Dunia 2.85 Perlu peremajaan
207 1996 19 98 18.22 3 3 1 Kebun Rambutan 2.85 Perlu peremajaan
208 2000 15 94 22.90 3 3 1 Kebun Hapesong 2.85 Perlu peremajaan
209 1999 16 99 20.29 3 3 1 Kebun Hapesong 2.85 Perlu peremajaan
210 1991 24 35 16.54 4 1 1 Kebun Distrik
Labuhan Batu II
2.93 Perlu peremajaan
211 1999 16 137 24.68 3 4 1 Distrik L Batu III 3.14 Tidak Perlu
(76)
Tabel 4.2. Output Pengurutan Peremajaan Tanaman Kelapa Sawit (Lanjutan)
No Tahun Tanam
Usia (Tahun)
Jumlah Pohon per Ha
Jumlah Produksi Ton/Ha
Konversi Tahun Tanam
Konversi Pohon per Ha
Konversi Produksi
Nama Kebun Bobot
212 2000 15 135 24.07 3 4 1 Kebun Distrik
Labuhan Batu III
3.14 Tidak Perlu peremajaan
213 1997 18 125 20.41 3 4 1 Kebun Rantau
Prapat
3.14 Tidak Perlu peremajaan
214 2000 15 139 29.01 3 4 1 Kebun Distrik
Labuhan Batu II
3.14 Tidak Perlu peremajaan
215 1997 18 139 24.92 3 4 1 Kebun Sei Kebara 3.14 Tidak Perlu peremajaan
216 1997 18 139 25.04 3 4 1 Kebun Distrik
Labuhan Batu II
3.14 Tidak Perlu peremajaan
217 1997 18 117 21.84 3 4 1 Kebun Sei Daun 3.14 Tidak Perlu peremajaan
218 1998 17 110 23.68 3 4 1 Kebun Gunung
Para
3.14 Tidak Perlu peremajaan
(77)
61
Tabel 4.2. Output Pengurutan Peremajaan Tanaman Kelapa Sawit (Lanjutan)
No Tahun Tanam
Usia (Tahun)
Jumlah Pohon per Ha
Jumlah Produksi Ton/Ha
Konversi Tahun Tanam
Konversi Pohon per Ha
Konversi Produksi
Nama Kebun Bobot
220 1996 19 106 22.58 3 4 1 Kebun Distrik
Serdang - I
3.14 Tidak Perlu peremajaan
221 2000 15 128 27.87 3 4 1 Kebun Gunung Para 3.14 Tidak Perlu peremajaan
222 1997 18 128 23.83 3 4 1 Kebun Distrik
Simalungun
3.14 Tidak Perlu peremajaan
223 2000 15 137 21.78 3 4 1 Kebun Distrik
Simalungun
3.14 Tidak Perlu peremajaan
224 1998 17 135 24.25 3 4 1 Kebun Distrik
Simalungun
3.14 Tidak Perlu peremajaan
225 1996 19 135 23.64 3 4 1 Kebun Distrik
Labuhan Batu II
3.14 Tidak Perlu peremajaan
226 1999 16 107 22.37 3 4 1 Kebun Distrik
Tapanuli Selatan
3.14 Tidak Perlu peremajaan
227 1996 19 130 25.75 3 4 1 Kebun Gunung
Monaco
(78)
Tabel 4.2. Output Pengurutan Peremajaan Tanaman Kelapa Sawit (Lanjutan)
No Tahun Tanam
Usia (Tahun)
Jumlah Pohon per Ha
Jumlah Produksi Ton/Ha
Konversi Tahun Tanam
Konversi Pohon per Ha
Konversi Produksi
Nama Kebun Bobot
228 1997 18 115 22.31 3 4 1 Kebun Distrik
Labuhan Batu III
3.14 Tidak Perlu peremajaan
229 1996 19 132 24.81 3 4 1 Kebun Distrik
Labuhan Batu III
3.14 Tidak Perlu peremajaan
230 1997 18 130 26.69 3 4 1 Kebun Gunung
Monaco
3.14 Tidak Perlu peremajaan
231 1998 17 107 26.33 3 4 1 Kebun Gunung
Monaco
3.14 Tidak Perlu peremajaan
232 1996 19 135 15.82 3 4 1 Kebun Aek Raso 3.14 Tidak Perlu peremajaan
233 1998 17 133 23.93 3 4 1 Kebun Distrik
Labuhan Batu III
3.14 Tidak Perlu peremajaan
234 1997 18 120 25.03 3 4 1 Kebun Distrik
Serdang - I
3.14 Tidak Perlu peremajaan
235 1997 18 106 21.85 3 4 1 Kebun Gunung
Pamela
(1)
Tabel 4.2. Output Pengurutan Peremajaan Tanaman Kelapa Sawit (Lanjutan) No Tahun
Tanam
Usia (Tahun)
Jumlah Pohon per Ha
Jumlah Produksi Ton/Ha
Konversi Tahun Tanam
Konversi Pohon per Ha
Konversi Produksi
Nama Kebun Bobot
348 1988 27 64 12.53 5 2 1 Kebun Distrik
Labuhan Batu II
3.86 Tidak Perlu peremajaan
349 1987 28 73 12.96 5 2 1 Kebun Rambutan 3.86 Tidak Perlu
peremajaan
350 1988 27 58 16.63 5 2 1 Kebun Sei Silau 3.86 Tidak Perlu
peremajaan
351 1987 28 73 12.96 5 2 1 Kebun Distrik
Serdang - II
3.86 Tidak Perlu peremajaan
352 1988 27 85 12.57 5 3 1 Kebun Aek Raso 4.14 Tidak Perlu
peremajaan
353 1989 26 124 18.84 5 4 1 Kebun Distrik
Labuhan Batu III
4.42 Tidak Perlu peremajaan
(2)
78 Tabel 4.2. Output Pengurutan Peremajaan Tanaman Kelapa Sawit (Lanjutan)
No Tahun Tanam
Usia (Tahun)
Jumlah Pohon per Ha
Jumlah Produksi Ton/Ha
Konversi Tahun Tanam
Konversi Pohon per Ha
Konversi Produksi
Nama Kebun Bobot
356 1989 26 131 26.04 5 4 1 Kebun Sei Sumut 4.42 Tidak Perlu
peremajaan
357 1988 27 126 19.38 5 4 1 Kebun Distrik
Labuhan Batu III
4.42 Tidak Perlu peremajaan
358 1988 27 110 18.21 5 4 1 Kebun Huta
Padang
4.42 Tidak Perlu peremajaan
(3)
Hasil akhir bobot yang ada di kolom sebelah kanan menentukan urutan tanaman yang di prioritaskan untuk diremajakan. Semakin kecil bobotnya, semakin penting tanaman tersebut untuk diremajakan.
Untuk menjalankan sistem diperlukan komponen – komponen yang akan membantu user menggunakan sistem tersebut dengan baik, maka diperlukan pengujian komponen agar sistem tersebut dapat berjalan dengan baik atau tidak. Hasil pengujian Komponen dapat dilihat pada tabel 4.3. :
Tabel 4.3. Hasil Pengujian Komponen
No. Skenario Uji Hasil yang Diharapkan Hasil Pengujian 1. Mengklik tombol “Masuk”. Sistem akan menampilkan
halaman utama setelah user mengisi username dan password terlebih dahulu.
Berhasil
2. Mengklik tombol “Masuk”. Sistem akan menampilkan data sementara yang bias di edit dan sebuah kolom untuk mengisi data baru.
Berhasil
3. Mengklik tombol “System” Untuk menampilkan menu sistem dan memilih data apa yang ingin diperbaharui
Berhasil
4. Mengklik tombol “Daftar” Sistem akan
menambahkan data baru ke dalam database
Berhasil
(4)
80
Tabel 4.3. Hasil Pengujian Komponen (Lanjutan)
No. Skenario Uji Hasil yang Diharapkan Hasil Pengujian 6. Mengklik tombol “Edit” Untuk mengubah data
yang sudah ada di dalam database.
Berhasil
7. Mengklik tombol “Hapus” Untuk menghapus data yang ada didalam database
Berhasil 8. Mengklik tombol “kriteria” Untuk menampilkan
halaman penghitungan bobot
Berhasil
9. Mengklik tombol “Hitung” Sistem menghitung nilai bobot menggunakan metode AHP serta menampilkan hasil preferensi responden
Berhasil
10. Mengklik tombol “Hitung nilai peremajaan”.
Sistem akan menampilkan hasil output pengurutan prioritas peremajaan tanaman kelapa sawit.
(5)
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan pengujian data yang telah dilakukan, maka dapat diperoleh beberapa kesimpulan yaitu:
1. Metode Analytical Hierarkhi Process dapat digunakan untuk pengambilan keputusan prioritas peremajaan tanaman pada perkebunan sawit
2. Nilai bobot pada kriteria yang dimasukkan berpengaruh terhadap keakuratan pada proses pengurutan perhitungan nilai peremajaan.
5.2. Saran
Pada penelitian selanjutnya disarankan agar menambah parameter lainnya seperti ketinggian pohon dan jumlah tenaga kerja.
(6)
82
DAFTAR PUSTAKA
Badri, Sutrisno. 2012.Proses Keputusan dengan Metode AHP (Aplikasi model untuk mengembangkan Klaster agroindustri kelapa sawit). Universitas Widya Dharma Klaten
Honggowibowo, A. S. 2010. Implementasi Metode Analytical Hierarchy Process untuk Pengambilan Keputusan Pemilihan Foto Berdasarkan Tujuan Perolehan Foto. Jurusan Teknik Informatika Sekolah Tinggi Teknologi Adisutjipto.
Kosasi, S. 2002. Sistem Penunjang Keputusan (Decision Support System). Departemen Pendidikan Nasional, Pontianak.
Kusrini. 2007. Konsep dan Aplikasi Sistem Pendukung Keputusan. Sigit Suyantoro. Andi Offset: Yogyakarta.
Permadi, Bambang S., 1992, AHP, Jakarta, Pusat Antar Universitas – Studi Ekonomi Universitas Indonesia.
Pahan, Iyung, 2013. Panduan Lengkap Kelapa Sawit. Penebar Swadaya: Jakarta.
Saaty, T.L,1991. ”Pengambilan keputusan bagi para Pemimpin, Proses; Hirarki Analitik untuk Pengambilan Keputusan dalam situasi yang Kompleks”, Seri Manajemen no.134, PPM, Jakarta.
Turban, Efraim, 1995, Decision Support Systems and Expert Systems, Fourth Edition, Singapore, Prentice-Hall, Inc.
Wardhani, P. 2012. Sistem Pendukung Keputusan dan Metode AHP. (Online) http://yemimapresti.blogspot.com/2012/10/makalah-spk_25.html (12 November 2014)
Wawan R. Susila & Ernawati Munadi, 2007, Penggunaan Analictic Hirarky Process (AHP) untuk Penyusunan Prioritas Proposal Penelitian, Surabaya.