1
BAB I PENDAHULUAN
Pada  bab  ini  ada  enam  bagian  yang  akan  diuraikan  yaitu  latar  belakang masalah,  pembatasan  masalah,  rumusan  masalah,  tujuan  penelitian,  manfaat
penelitian, dan definisi operasional.
1.1 Latar Belakang Masalah
Pendikan  seharusnya  tidak  hanya  mengembangkan  aspek  kognitif  saja tetapi  juga  aspek  yang  lainnya  yaitu  aspek  afektif  dan  aspek  psikomotor.
Seperti  halnya  pendidikan  kewarganegaraan  yang  mengajarkan  tidak  hanya berkaitan  dengan  kognitif  tetapi  juga  mengandung  ketiga  ranah  pendidikan
yaitu  psikomotor,  kognitif  dan  afektif  Wiharyanto,  2013:4.  Pendidikan kewarganegaraan mempunyai tujuan yaitu mengembangkan karakter bangsa.
Pentingnya pendidikan karakter yang mengajarkan tentang kebaikan sehingga seseorang  mampu  membedakan  antara  baik  dan  buruk  dan  juga  berperilaku
baik  Fathurrohman  dkk,  2013:74.  Melihat  hal  di  atas  peneliti  akan melakukan  penelitian  sikap  nasionalisme  di  kelas  V  semester  1.  Peneliti
melakukan  pengamatan  di  SD  Negeri  Kledokan  bulan  juli  pada  awal  masuk sekolah  setelah  libur  semester  kenaikan  kelas.  Pengamatan  yang  dilakukan
peneliti adalah mengamati sikap nasionalisme khususnya untuk kelas V. Penelitian  yang  dilakukan  peneliti  adalah  mengamati  sikap
nasionalisme.  Sikap  nasionalisme  ini  dilihat  dari  pemahaman  kognitif, penghayatan afektif, dan pelaksanaan konatif yang masih terlihat dari diri
siswa. Siswa hanya sekedar tahu saja  yaitu hanya dalam tingkat paham saja, belum  masuk  dalam  tahap  penghayatan  dan  pelaksanaan.  Siswa  sebenarnya
sudah  tahu  apa  yang  harus  dilaksanakan  namun  belum  benar-benar  paham apa  yang  sebenarnya  harus  dilakukan.  Ini  dilihat  dari  hasil  observasi  yang
peneliti lakukan. Pengamatan  yang  dilakukan  peneliti  dikhususkan  pada  siswa-siswa
kelas  V  di  SD  Negeri  Kledokan.  Pengamatan  yang  dilakukan  pertama  kali dilihat saat  upacara pada hari Senin,  27 Juli 2015, terlihat  13 siswa laki-laki
dan  5  perempuan  yang  tidak  serius  saat  mengikuti  upacara,  masih  terlihat siswa  yang berbicara dengan teman sebelahnya,  saat  pengibaran benderapun
terlihat  banyak  siswa  yang  tidak  serius  menghormati  bendera  yang  sedang dikibarkan.  Upacara  pembukaan  tahun  ajaran  baru  ini  kepala  sekolah
menyampaikan  perintah  dari  pemerintahan  yaitu  dinas  pendidikan  untuk menyanyikan lagu Indonesia raya sebelum pembelajaran dimulai dan memilih
satu lagu wajib nasional atau lagu daerah di akhir pembelajaran, dari perintah dinas  pendidikan  ini  bertujuan  untuk  menumbuhkan  sikap  nasionalisme
dalam diri siswa yang sudah berkurang. Peneliti kemudian melakukan pengamatan di dalam kelas, peneliti
melakukan  pengamatan  di  dalam  kelas  untuk  mengetahui  sikap  siswa  saat menyanyikan  lagu  Indonesia  Raya  dan  lagu  wajib  nasional  atau  lagu  daerah
di  awal  pelajaran  dan  di  akhir  pembelajaran.  Hasil  dari  pengamatan  yang dilakukan  adalah  sama  dengan  saat  upacara  siswa  tidak  serius  dan  tidak
sungguh-sungguh  saat  menyanyikan  lagu  nasional  dan  lagu  daerah,  siswa masih  sambil  bermain-main  saat  menyanyikan  lagu  nasional.  Hasil
pengamatan  yang  dilakukan  oleh  peneliti  di  awal  ini  menunjukkan  bawa sikap nasionalisme pada diri siswa kelas V masih sangat kurang.
Pembelajaran Pkn yang ideal seharusnya tidak hanya mengajarkan hak-hak  dan  kewajiban  warga  negara  terhadap  negara  urusan  publik.
Namun  pendidikan  kewarganegaraan  perlu  membangun  seorang  warga negara  yang  berpartisipasi  aktif  dan  memiliki  “pengalaman  otentik”  dalam
pembelajarannya  sehingga  tidak  hanya  menjadi  “warga  negara  yang  baik” tetapi  juga  menjadi  warga  negara  yang  aktif  Samsuri,  2011:37.  Tujuan
pembelajaran  PKn  untuk  siswa  diharapkan  siswa  mampu  berpikir  secara kritis,  rasional,  dan  kreatif  dalam  menanggapi  isu  kewarganegaraan.
Berpartisipasi  secara  aktif  dan  bertanggung  jawab,  dan  bertindak  secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, berkembang
secara  positif  dan  demokratis  untuk  membentuk  diri  berdasarkan  karakter- karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa lain.
Untuk mencapai tujuan pembelajaran PKn tersebut, delapan materi pokok  standar  isi  mata  pelajaran  PKn  di  Indonesia  untuk  satuan  pendidikan
dasar  dan  menengah  memuat  komponen  sebagai  berikut:  1  Persatuan  dan kesatuan bangsa, 2 Norma, hukum dan peraturan, 3 Hak Asasi Manusia, 4
Kebutuhan Warga Negara 5 Konstitusi Negara, 6 Kekuasaan dan Politik, 7 Pancasila,  8  Globalisasi.  Cara  untuk  mencapai  tujuan  ini  adalah
pembelajaran  PKn  menekankan  kepada  siswa  untuk  mengalami  pengalaman belajar,  pengalaman  sikap,  keterampilan  yang  baru  dan  perlu  dihadapkan
dengan  masalah  kehidupan  nyata  sehingga  mampu  membentuk  sikap  positif sebagai warga negara Puskur Balitbang Depdiknas, 2005:142.
Kenyataan  proses  pembelajaran  PKn  tidak  banyak  melahirkan kemampuan  siswa  untuk
perpikir  kritis  terhadap  sistem  politik
pemerintahannya,  tidak  banyak  melahirkan  pengalaman  belajar  bagi  siswa, pengalaman  sikap  dan  keterampilan  yang  baru  dalam  diri  siswa.  Hal  ini
disebabkan karena materi-materi  yang diajarkan  cenderung verbal  atas nilai- nilai  moral  Pancasila,  model  pembelajarannya  cenderung  berbentuk  hafalan
kognitif  saja,  mata  pelajaran  Pkn  menimbulkan  kejenuhan  terhadap  materi yang  diajarkan,  materi  yang  diajarkan  cenderung  monoton,  teoritik,  kognitif
bahkan  verbalistik  Samsuri,2010:130.  Materi  PKn  sangat  padat  atau  kuas dan kurang praktis dengan alokasi waktu yang terbatas, guru pada umumnya
menggunakan  metode  ceramah,  tanya  jawab  dengan  pemberian  tugas  dan cenderung menulis di papan tulis, penggunaan alat peraga sangat minim.
Penggunaan  Problem  Based  Learning  dalam  penelitian  ini mengajak  siswa  untuk  berfikir  secara  kritis,  mengajak  untuk  membuka
wawasan  dan  mengajak  siswa  untuk  menyampaikan  pendapat  mengenai masalah  yang  diberikan  di  dalam  dunia  nyata  ini.  Penggunaan  PBL  tidak
hanya meminta siswa untuk mendengarkan guru saat mengajar namun siswa mampu  belajar  sendiri  dengan  didampingi  oleh  guru  dalam  penyelesaian
menganalisis  masalah.  Penggunaan  PBL  ini  bertujuan  untuk  memancing semangat  belajar  siswa,  mencari  suasana  baru  dengan  mengajar  siswa  tidak
hanya  monoton  terpaku  pada  teks  saja  namun  memancing  siswa  dengan menggunakan media berupa video.
Selain  melakukan  penelitian  dengan  pengamatan  peneliti  juga membagikan  kuesioner  kepada  siswa  kelas  V  yang  berkaitan    dengan  sikap
nasionalisme.  Kuesioner  yang  dibagikan  kepada  siswa  kelas  V  berisi  4 indikator  yang  dibahas  dalam  materi  sikap  nasionalisme  yang  dipelajarai
dalam  materi  memahami  pentingnya  keutuhan  Negara  Kesatuan  Republik Indonesia  NKRI.  Indikator  dalam  kuesioner  tersebut  adalah  persatuan
bangsa,  cinta  tanah  air,  sikap  yang  mencerminkan  nasionalisme  dan menghargai simbol-simbol nasionalisme. Kuesioner ini dibagikan ke 26 siswa
dengan laki-laki 17 siswa dan perempuan 9 siswa. Hasil  dari  pembagian  kuesioner  ini  setelah  dirata-rata  kelas,  pada
aspek kognitif siklus awal rata-ratanya 43,07 termasuk dalam kategori tinggi, dengan  jumlah  nilai  1120  dengan  jumlah  item  10.  Jumlah  siswa  yang
mimiliki  aspek  koknitif  diatas  cukup  22  siswa.  Aspek  afektif  rata-ratanya 55,65  termasuk  dalam  kategori  tinggi,  dengan  jumlah  nilai  1447  dengan
jumlah item 14. Jumlah siswa yang memiliki sikap afektif diatas cukup baru 16  siswa.  Aspek  konatif  rata-ratanya  79,07  termasuk  dalam  kategori  cukup,
dengan  jumlah  2056  dengan  jumlah  item  20.  Jumlah    Data  tersebut menunjukkan  bahwa  sikap  Nasonalisme  siswa  kelas  V  belum  seluruhnya
memiliki sikap nasionalisme. Permasalahan  yang  ada  di  dalam  kelas  V  ini  semakin  membuat
peneliti  lebih  tergerak  untuk  melakukan  penelitian  lagi  tentang  sikap nasionalisme  yang  dimiliki  oleh  siswa.  Penelitian  ini  peneliti  nantinya  akan
melaksanakan  pembelajaran  di  dalam  kelas.  Penelitian  ini  peneliti  akan menggunakan metode pembelajaran Problem Based Learning PBL. Peneliti
menggunakan  PBL  agar  pengetahuan  siswa  semakin  bertambah  dan  siswa bisa mengikuti pembelajaran dengan perasaan yang menyenangkan dan tidak
membosankan  sehingga  siswa  dapat  ikut  berpartisipasi  dalam  pembelajaran. Penggunaan  PBL  juga  dirasa  paling  cocok  dengan  meneliti  sikap
nasionalisme  karena  sikap  nasionalisme  merupakan  tindakan  nyata  dalam kehidupan  sehari-hari  sedangkan  penggunaan  PBL  adalah  memberikan
masalah-masalah dalam dunia nyata. Peneliti memberikan PBL ini bertujuan untuk  memancing  siswa  untuk  berfikir  kritis  dan  berusaha  memberikan
pendapatnya dalam masalah yang disampaikan. Peneliti  memilih  Penelitian  Tindakan  Kelas  PTK  untuk  melihat
peningkatan sikap nilai nasionalisme melalui pelaksanaan pembelajaran PKn di  SD.  Penulis  melakukan  penelitian  ini  karena  sekarang  ini  siswa-siswa
sekolah dasar kurang mengetahui nilai-nilai yang ada dalam masyarakat dapat dilihat  dari  hasil  pengamatan  yang  dilakukan  peneliti  di  kelas  V  di  atas.
Banyak siswa bertindak sesuai dengan kehendak hati mereka masing-masing tanpa  memperhatikan  nilai  yang  ada  dan  kurang  menghargai  nilai
nasionalisme.  Penelitian  ini  peneliti  menekankan  pada  nilai  nasionalisme. Negara  Indonesia  ini  mulai  hilang  rasa  nasionalismenya,  hal  ini  dapat
dibuktikan  dengan  banyak  warga  Indonesia  yang  tidak  cinta  terhadap bangsanya  sendiri.  Banyak  orang  membeli  produk-produk  luar  negeri  dari
pada  produk-produk  dalam  negeri.  Negara  Indonesia  mempunyai  banyak tempat-tempat  wisata  yang  menarik  namun  banyak  warga  Indonesia  lebih
memilih liburan di luar negeri dari pada di negara Indonesia yang mempunyai banyak  aneka  ragam  budaya  dan  tempat-tempat  yang  menarik.  Bahkan
banyak warga negara yang tidak hafal dengan lagu-lagu nasional, siswa-siswa sekolahpun  tidak  hafal  dengan  lagu  nasional,  siswa-siswa  saat  mengikuti
upacara  bendera  banyak  yang  tidak  serius  mengikuti  upacara.  Hal  ini  dapat
diartikan  bahwa  warga  Indonesia  mengabaikan  negara  sendiri  dan  tidak mempunyai rasa bela negara dan nasionalisme yang besar.
Hal di atas merupakan cermin  rusaknya kesadaran berbangsa dan semangat  nasionalis  oleh  adanya  semangat  egois  dan  individualis.  Sehingga
penekanan  nilai  nasionalisme  sejak  dini  masih  kurang.  Hal  ini  menjadi tantangan  yang  harus  dihadapi  dan  diatasi  oleh    seluruh  bangsa  Indonesia.
Beberapa  kasus  hilangnya  nasionalisme  di  Indonesia  membuat  peneliti tergerak untuk melakukan penelitian tindakan kelas dengan menekankan nilai
nasionalisme  dalam  pembalajaran  PKn  di  SD  kelas  V  semester  I  dengan menggunakan  model  PBL.  Nilai  nasionalisme  yang  akan  diterapkan  adalah
dengan cara meningkatkan pemahaman, penghayatan dan pelaksanaan betapa pentingnya keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia NKRI. Sehingga
nantinya  diharapkan  semua  siswa  dapat  memahami  dan  mampu meningkatkan pemahaman, penghayatan dan pelaksanaan nilai nasionalisme.
1.2 Batasan Masalah