Peningkatan sikap nasionalisme dalam pembelajaran PKN menggunakan model problem based learning bagi siswa kelas V di SDN Kledokan Yogyakarta.

(1)

ABSTRAK

PENINGKATAN SIKAP NASIONALISME DALAM PEMBELAJARAN PKNMENGGUNAKAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING BAGI SISWA KELAS V SDN KLEDOKAN YOGYAKARTA

Valentina Ika Januarti Universitas Sanata Dharma

2016

Penelitian yang dilakukan peneliti dilatarbelakangi oleh rendahnya sikap nasionalisme siswa kelas V meskipun mereka sudah memperoleh pembelajaran tentang cinta tanah air melalui pembelajaran PKn. Tujuan penelitian ini untuk: 1) Menggambarkan dan mengetahui gambaran pelaksanaan model PBL dalam rangka meningkatkan sikap nasionalisme bagi siswa dalam pembelajaran PKn kelas V semester I; 2) Meningkatkan dan mengetahui pentingnya sikap nasionalisme siswa melalui pelaksanaan pembelajaran PKn di SD kelas V semester I dengan menggunakan model PBL

Penelitian yang dilakukan menggunakan Penelitian Tindakan Kelas. Penelitian yang dilakukan peneliti adalah 2 siklus. Setiap siklus terdapat 2 pertemuan. Pembelajaran yang dilakukan dalam penelitian tindakan kelas ini menggunakan model Problem Based Learning. Penelitian dilakukan di SD Negeri Kledokan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan model Problem Based Learning dalam pembelajaran PKn Kelas V meningkatkan sikap nasionalisme. Sikap nasionalisme siswa pada kondisi awal nilai rata-rata yang diperoleh adalah 79,33 dengan jumlah persentase 76,92% mengalami peningkatan pada kuesioner siklus I dengan rata-rata 87,42 dan jumlah persentase 84,46%. Pada siklus II sikap nasionalisme siswa mengalami peningkatan dengan rata-rata 88,4 dengan jumlah persentase 96,15%.

Kata Kunci: model Problem Based Learning, peningkatan, nasionalisme, PKn.


(2)

ABSTRACT

THE INCREASING NASIONALISM ATTITUDE IN CIVIC LEARNING USE PROBLEM BASED LEARNING MODEL FOR FIFTH GRADE

STUDENT OF KLEDOKAN ELEMENTARY SCHOOL Valentina Ika Januarti

Sanata Dharma University. 2016

The research, conducted by researchers motivated by the low nationalism fifth grade students even though they managed to gain learning about the love of the homeland through learning civics. The purpose of this study to: 1) Describe and know the description of implementation of PBL models in order to improve the attitude of nationalism for students in civics teaching fifth grade the first semester; 2) Promote and recognize the importance of nationalism students through the implementation of learning civics in elementary school fifth grade first semester by using model PBL.

Research conducted using classroom action research. The study, conducted by researchers at the 2nd cycle. There are two meetings each cycle. Lessons are conducted in this class action research using Problem Based Learning model. The study was conducted in Kledokan elementary school.

The results showed that the use of Problem Based Learning model in teaching civics classes fifth boost nationalism. Nationalism students in the initial conditions the average value obtained was 79.33 with a total percentage of 76.92% increased in the questionnaire first cycle with an average of 87.42 and a total percentage of 84.46%. In the second cycle nationalistic attitude of students has increased by an average of 88.4 on the percentage of 96.15%.

Keywords: Problem Based Learning model, improvement, nationalism, Civics.


(3)

i

PENINGKATAN SIKAP NASIONALISME

DALAM PEMBELAJARANPKNMENGGUNAKAN

MODEL PROBLEM BASED LEARNING

BAGI SISWA KELAS VSDN KLEDOKAN YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Disusun Oleh : Valentina Ika Januarti

121134093

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2016


(4)

(5)

(6)

iv MOTTO

Motto

 Menjadi lebih baik dari yang kemarin-kemarin

 Menjalani hidup dengan penuh rasa syukur tanpa harus mengeluh kepada Tuhan yang sudah memberi hidup


(7)

v

PERSEMBAHAN Kupersembahkan skripsi ini untuk:

 Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat yang diberikan  Keluarga yang sudah memberikan semangat dan doanya

 Bapak dan Ibu Dosen yang sudah membimbing selama penyusunan  Teman-teman atas semua bantuan dan dukungannya

 Almamaterku Universitas Sanata Dharma yang telah membentukku menjadi seorang pendididk yang berkualitas.


(8)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 25 Januari 2016 Penulis,


(9)

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Valentina Ika Januarti

No Mahasiswa : 121134093

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

“PENINGKATAN SIKAP NASIONALISME DALAM PEMBELAJARAN PKNMENGGUNAKAN MODEL PROBLEM BASED LEARNINGBAGI SISWA KELAS V SDN KLEDOKAN YOGYAKARTA”

beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengolahnya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagi penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal: 25 Januari 2016 Yang Menyatakan


(10)

viii ABSTRAK

PENINGKATAN SIKAP NASIONALISME DALAM PEMBELAJARAN PKNMENGGUNAKAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING

BAGI SISWA KELAS V SDN KLEDOKAN YOGYAKARTA

Valentina Ika Januarti Universitas Sanata Dharma

2016

Penelitian yang dilakukan peneliti dilatarbelakangi oleh rendahnya sikap nasionalisme siswa kelas V meskipun mereka sudah memperoleh pembelajaran tentang cinta tanah air melalui pembelajaran PKn. Tujuan penelitian ini untuk: 1) Menggambarkan dan mengetahui gambaran pelaksanaan model PBL dalam rangka meningkatkan sikap nasionalisme bagi siswa dalam pembelajaran PKn kelas V semester I; 2) Meningkatkan dan mengetahui pentingnya sikap nasionalisme siswa melalui pelaksanaan pembelajaran PKn di SD kelas V semester I dengan menggunakan model PBL

Penelitian yang dilakukan menggunakan Penelitian Tindakan Kelas. Penelitian yang dilakukan peneliti adalah 2 siklus. Setiap siklus terdapat 2 pertemuan. Pembelajaran yang dilakukan dalam penelitian tindakan kelas ini menggunakan model Problem Based Learning. Penelitian dilakukan di SD Negeri Kledokan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan model Problem Based Learning dalam pembelajaran PKn Kelas V meningkatkan sikap nasionalisme. Sikap nasionalisme siswa pada kondisi awal nilai rata-rata yang diperoleh adalah 79,33 dengan jumlah persentase 76,92% mengalami peningkatan pada kuesioner siklus I dengan rata-rata 87,42 dan jumlah persentase 84,46%. Pada siklus II sikap nasionalisme siswa mengalami peningkatan dengan rata-rata 88,4 dengan jumlah persentase 96,15%.


(11)

ix ABSTRACT

THE INCREASING NASIONALISM ATTITUDE IN CIVIC LEARNING USE PROBLEM BASED LEARNING MODEL FOR FIFTH GRADE STUDENT OF

KLEDOKAN ELEMENTARY SCHOOL

Valentina Ika Januarti Sanata Dharma University.

2016

The research, conducted by researchers motivated by the low nationalism fifth grade students even though they managed to gain learning about the love of the homeland through learning civics. The purpose of this study to: 1) Describe and know the description of implementation of PBL models in order to improve the attitude of nationalism for students in civics teaching fifth grade the first semester; 2) Promote and recognize the importance of nationalism students through the implementation of learning civics in elementary school fifth grade first semester by using model PBL.

Research conducted using classroom action research. The study, conducted by researchers at the 2nd cycle. There are two meetings each cycle. Lessons are conducted in this class action research using Problem Based Learning model. The study was conducted in Kledokan elementary school.

The results showed that the use of Problem Based Learning model in teaching civics classes fifth boost nationalism. Nationalism students in the initial conditions the average value obtained was 79.33 with a total percentage of 76.92% increased in the questionnaire first cycle with an average of 87.42 and a total percentage of 84.46%. In the second cycle nationalistic attitude of students has increased by an average of 88.4 on the percentage of 96.15%.

Keywords: Problem Based Learning model, improvement, nationalism, Civics.


(12)

x

KATA PENGANTAR

Dengan mengucap syukur kepada Tuha Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmatnya kepada peneliti sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan Judul: Peningkatan Sikap Nasionalisme Dalam Pembelajaran PKN Menggunakan Model Problem Based Learning Bagi Siswa Kelas V SDN Kledokan Yokyakarta.

Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Jurusan Pendidikan Guru Sekolah DasarFakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penyusunan skripsi ini akhirnya dapat diselesaikan dengan bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih banyak kepada:

1. Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria yang telah melimpahkan kasih-Nya yang memberikan terang Roh Kudus, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

2. Rohandi, Ph.D, selaku dekan FKIP USD yang telah bersedia mengesahkan skripsi ini.

3. Gregorius Ari Nugrahanta, SJ., S.S., BST., M.A., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Sekolah Dasar yang mendorong mahasiswa untuk menyelesaikan skripsi.

4. Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd selaku Wakil Ketua Program Studi Pendidikan Sekolah Dasar.

5. Drs. Paulus Wahana,. M.Hum selaku dosen pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan dorongan kepada peneliti dalam menyelesaikan skripsi.

6. Elisabeth Desiana Mayasari S.Psi., M.A. selaku dosen pembimbing II yang telah dengan sabar dan memberikan masukan dalam penyususnan skripsi. 7. Mulyadi, S.Pd selaku kepala sekolah SDN Kledokan yang telah

memberikan izin kepada peneliti untuk melakukan penelitian.

8. Heni Purwaningsih, S.Pd selaku guru kelas V SDN Kledokan yang telah membantu peneliti dalam penelitian.


(13)

xi

9. Guru SDN Kledokan yang telah membantu dan menerima peneliti selama proses penelitian sehingga proses penelitian berjalan dengan lancar.

10. Seluruh siswa kelas V SDN Kledokan yang telah membantu peneliti dalam penelitian dengan memberikan waktu dan kerja sama selama penelitain berlangsung.

11. Bapak Albertus Gunarto dan Maria Tri Astuti orang tua penulis yang telah mendoakan dan mendukung peneliti dalam menyelesaikan skripsi dan keluarga besar penulis.

12. Orang terdekat penulis Stevanus Dimas Gesang Rinukti, terimakasih atas segala semangat dorongan, semangat dan kasih sayangnya yang sudah dilimpahkan kepada penulis.

13. Sahabat terdekatku Kristina Rismiati, Brigita Yosi Pratiwi, Astrid Rosarina Herera Budiyanti Kristina, I Gusti Mas Indah Prabawati dan Pransiska Rita Parida, terimakasih atas semua dukungan, bantuan dalam penyusunan skripsi ini dan kasih sayangnya.

14. Teman-teman satu payung yang selalu memberikan masukan dan bantuan kepada peneliti saat melakukan penelitian dan dalam penyusunan skripsi. 15. Teman-teman PGSD yang selalu memberikan Motivasi kepada peneliti

dalam menyelesaikan skripsi.

16. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu oleh penulis yang telah memberikan bantuan baik yang berwujud material maupun spiritual bagi penyusunan skripsi ini.

Peneliti menyadari kekurangan dan keterbatasan penulisan laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, peneliti mengharapkan masukan dan saran yang membangun agar skripsi ini dapat lebih baik lagi. Semoga penelitian ini bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan.

Yogyakarta, 25 Januari 2016 Penulis,


(14)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ...ii

HALAMAN PENGESAHAN ...iii

HALAMAN MOTTO ...iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ...v

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ...vi

SURAT PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ...vii

ABSTRAK ...viii

ABSTRACT ...ix

KATA PENGANTAR ...x

DAFTAR ISI ...xii

DAFTAR TABEL ...xiv

DAFTAR GAMBAR ...xv

DAFTAR LAMPIRAN ...xvi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian ... 1

1.2 Batasan Masalah ... 7

1.3 Rumusan Masalah ... 8

1.4 Tujuan Penelitian ... 8

1.5 Manfaat penelitian ... 9

1.6 Definisi Operasional ... 10

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka ... 12

2.1.1 Karakteristik Siswa Sekolah Dasar (SD) ... 12

2.1.2 Pemahaman (kognitif) ... 15

2.1.3 Penghayatan (afektif)... 16

2.1.4 Pelaksanaan (Konatif)... 16

2.1.4 Nasionalisme... . 17

2.1.6 Pembelajaran PKn... ... 19

2.1.7 Model PBL (Problem Based Learning) ... 21

2..1.8 SK dan KD Tentang Nasionalisme ... 24

2.2 Penelitian - Penelitian Yang Relevan ... 25

2.3 Kerangka Berpikir ... 28

2.4 Hipotesis Tindakan... 31

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 32

3.1.1 Perencanaan ... 34

3.1.2 Pelaksanaan ... 35

3.1.3 Observasi ... 35

3.1.4 Refleksi ... 35

3.2 Setting Penelitian ... 36

3.2.1 Tempat Penelitian ... 36

3.2.2 Waktu Penelitian ... 36

3.2.3 Subjek Penelitian ... 36

3.2.4 Objek Penelitian ... 37


(15)

xiii

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 44

3.4.1 Observasi ... 44

3.4.2 Dokumentasi ... 45

3.4.3 Kuesioner ... 45

3.5 Instrumen Penelitian... 46

3.6 Penguji Instrumen Penelitian ... 53

3.6.1 Validitas ... 53

3.6.2 Reliabilitas ... 58

3.7 Teknik Analisis Data ... 60

3.8 Indikator keberhasilan dan Pengukurannya ... 64

3.9 Jadwal Penelitian ... 65

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 66

4.1.1 Problem Based Learning ... 66

4.1.2 Nilai Nasionalisme ... 90

4.2 Pembahasan ...91

4.2.1 Pembahasan Problem Based Learning ...91

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan ... 97

5.2 Keterbatasan ... 98

5.3 Saran ... 98


(16)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 3.5.1 Penjabaran Indikator ...47

Tabel 3.5.2 Kisi-kisi Instrumen Skala Sikap ... 52

Tabel 3.5.3 Kriteria Instrumen Skala Sikap ... 52

Tabel 3.5.4 Skala Likert ... 53

Tabel 3.6.1 Hasil Uji Validasi kuesioner sekala sikap ...56

Tabel 3.6.2 Uji Validitas Instrumen Skala Sikap ... 58

Tabel 3.7.1 Acuan PAP tipe 1 seluruh aspek ... 62

Tabel 3.7.2 Perhitungan Batas Nilai Aspek Kognitif ... 62

Tabel 3.7.3 Perhitungan Batas Nilai Aspek Afektif ... 63

Tabel 3.7.4 Perhitungan Batas Nilai Aspek Konatif ... 63

Tabel 3.8.1 Indikator Keberhasilan Sikap Nasionalisme ... 64


(17)

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Siklus PTK ... 34

Gambar PBL Tahap 1 ... 92

Gambar PBL Tahap 2 ... 92

Gambar PBL Tahap 3 ... 93

Gambar PBL Tahap 4 ... 93


(18)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Keterangan Penelitian ... 101

Lampiran 2 Data Awal ... 106

Lampiran 3 Kuesioner Data Pertama ... 119

Lampiran 4 Kuesioner Data Kedua ... 126

Lampiran 5 Hasil Data Keseluruhan ... 133

Lampiran 6 Hasil Wawancara ... 143

Lampiran 7 Perangkat Pembelajaran ... 145

Lampiran 8 Jawaban Siswa ... 230

Lembar 9 Lembar Validasi ... 238

Lembar 10 Kuesioner Siswa ... 246


(19)

1 BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini ada enam bagian yang akan diuraikan yaitu latar belakang masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan definisi operasional.

1.1Latar Belakang Masalah

Pendikan seharusnya tidak hanya mengembangkan aspek kognitif saja tetapi juga aspek yang lainnya yaitu aspek afektif dan aspek psikomotor. Seperti halnya pendidikan kewarganegaraan yang mengajarkan tidak hanya berkaitan dengan kognitif tetapi juga mengandung ketiga ranah pendidikan yaitu psikomotor, kognitif dan afektif (Wiharyanto, 2013:4). Pendidikan kewarganegaraan mempunyai tujuan yaitu mengembangkan karakter bangsa. Pentingnya pendidikan karakter yang mengajarkan tentang kebaikan sehingga seseorang mampu membedakan antara baik dan buruk dan juga berperilaku baik (Fathurrohman dkk, 2013:74). Melihat hal di atas peneliti akan melakukan penelitian sikap nasionalisme di kelas V semester 1. Peneliti melakukan pengamatan di SD Negeri Kledokan bulan juli pada awal masuk sekolah setelah libur semester kenaikan kelas. Pengamatan yang dilakukan peneliti adalah mengamati sikap nasionalisme khususnya untuk kelas V.

Penelitian yang dilakukan peneliti adalah mengamati sikap nasionalisme. Sikap nasionalisme ini dilihat dari pemahaman (kognitif), penghayatan (afektif), dan pelaksanaan (konatif) yang masih terlihat dari diri siswa. Siswa hanya sekedar tahu saja yaitu hanya dalam tingkat paham saja, belum masuk dalam tahap penghayatan dan pelaksanaan. Siswa sebenarnya


(20)

sudah tahu apa yang harus dilaksanakan namun belum benar-benar paham apa yang sebenarnya harus dilakukan. Ini dilihat dari hasil observasi yang peneliti lakukan.

Pengamatan yang dilakukan peneliti dikhususkan pada siswa-siswa kelas V di SD Negeri Kledokan. Pengamatan yang dilakukan pertama kali dilihat saat upacara pada hari Senin, 27 Juli 2015, terlihat 13 siswa laki-laki dan 5 perempuan yang tidak serius saat mengikuti upacara, masih terlihat siswa yang berbicara dengan teman sebelahnya, saat pengibaran benderapun terlihat banyak siswa yang tidak serius menghormati bendera yang sedang dikibarkan. Upacara pembukaan tahun ajaran baru ini kepala sekolah menyampaikan perintah dari pemerintahan yaitu dinas pendidikan untuk menyanyikan lagu Indonesia raya sebelum pembelajaran dimulai dan memilih satu lagu wajib nasional atau lagu daerah di akhir pembelajaran, dari perintah dinas pendidikan ini bertujuan untuk menumbuhkan sikap nasionalisme dalam diri siswa yang sudah berkurang.

Peneliti kemudian melakukan pengamatan di dalam kelas, peneliti melakukan pengamatan di dalam kelas untuk mengetahui sikap siswa saat menyanyikan lagu Indonesia Raya dan lagu wajib nasional atau lagu daerah di awal pelajaran dan di akhir pembelajaran. Hasil dari pengamatan yang dilakukan adalah sama dengan saat upacara siswa tidak serius dan tidak sungguh-sungguh saat menyanyikan lagu nasional dan lagu daerah, siswa masih sambil bermain-main saat menyanyikan lagu nasional. Hasil pengamatan yang dilakukan oleh peneliti di awal ini menunjukkan bawa sikap nasionalisme pada diri siswa kelas V masih sangat kurang.


(21)

Pembelajaran Pkn yang ideal seharusnya tidak hanya mengajarkan hak-hak dan kewajiban warga negara terhadap negara (urusan publik). Namun pendidikan kewarganegaraan perlu membangun seorang warga negara yang berpartisipasi aktif dan memiliki “pengalaman otentik” dalam pembelajarannya sehingga tidak hanya menjadi “warga negara yang baik” tetapi juga menjadi warga negara yang aktif (Samsuri, 2011:37). Tujuan pembelajaran PKn untuk siswa diharapkan siswa mampu berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan. Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa lain. Untuk mencapai tujuan pembelajaran PKn tersebut, delapan materi pokok standar isi mata pelajaran PKn di Indonesia untuk satuan pendidikan dasar dan menengah memuat komponen sebagai berikut: 1) Persatuan dan kesatuan bangsa, 2) Norma, hukum dan peraturan, 3) Hak Asasi Manusia, 4) Kebutuhan Warga Negara 5) Konstitusi Negara, 6) Kekuasaan dan Politik, 7) Pancasila, 8) Globalisasi. Cara untuk mencapai tujuan ini adalah pembelajaran PKn menekankan kepada siswa untuk mengalami pengalaman belajar, pengalaman sikap, keterampilan yang baru dan perlu dihadapkan dengan masalah kehidupan nyata sehingga mampu membentuk sikap positif sebagai warga negara (Puskur Balitbang Depdiknas, 2005:142).

Kenyataan proses pembelajaran PKn tidak banyak melahirkan kemampuan siswa untuk perpikir kritis terhadap sistem politik


(22)

pemerintahannya, tidak banyak melahirkan pengalaman belajar bagi siswa, pengalaman sikap dan keterampilan yang baru dalam diri siswa. Hal ini disebabkan karena materi-materi yang diajarkan cenderung verbal atas nilai-nilai moral Pancasila, model pembelajarannya cenderung berbentuk hafalan/ kognitif saja, mata pelajaran Pkn menimbulkan kejenuhan terhadap materi yang diajarkan, materi yang diajarkan cenderung monoton, teoritik, kognitif bahkan verbalistik (Samsuri,2010:130). Materi PKn sangat padat atau kuas dan kurang praktis dengan alokasi waktu yang terbatas, guru pada umumnya menggunakan metode ceramah, tanya jawab dengan pemberian tugas dan cenderung menulis di papan tulis, penggunaan alat peraga sangat minim.

Penggunaan Problem Based Learning dalam penelitian ini mengajak siswa untuk berfikir secara kritis, mengajak untuk membuka wawasan dan mengajak siswa untuk menyampaikan pendapat mengenai masalah yang diberikan di dalam dunia nyata ini. Penggunaan PBL tidak hanya meminta siswa untuk mendengarkan guru saat mengajar namun siswa mampu belajar sendiri dengan didampingi oleh guru dalam penyelesaian menganalisis masalah. Penggunaan PBL ini bertujuan untuk memancing semangat belajar siswa, mencari suasana baru dengan mengajar siswa tidak hanya monoton terpaku pada teks saja namun memancing siswa dengan menggunakan media berupa video.

Selain melakukan penelitian dengan pengamatan peneliti juga membagikan kuesioner kepada siswa kelas V yang berkaitan dengan sikap nasionalisme. Kuesioner yang dibagikan kepada siswa kelas V berisi 4 indikator yang dibahas dalam materi sikap nasionalisme yang dipelajarai


(23)

dalam materi memahami pentingnya keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Indikator dalam kuesioner tersebut adalah persatuan bangsa, cinta tanah air, sikap yang mencerminkan nasionalisme dan menghargai simbol-simbol nasionalisme. Kuesioner ini dibagikan ke 26 siswa dengan laki-laki 17 siswa dan perempuan 9 siswa.

Hasil dari pembagian kuesioner ini setelah dirata-rata kelas, pada aspek kognitif siklus awal rata-ratanya 43,07 termasuk dalam kategori tinggi, dengan jumlah nilai 1120 dengan jumlah item 10. Jumlah siswa yang mimiliki aspek koknitif diatas cukup 22 siswa. Aspek afektif rata-ratanya 55,65 termasuk dalam kategori tinggi, dengan jumlah nilai 1447 dengan jumlah item 14. Jumlah siswa yang memiliki sikap afektif diatas cukup baru 16 siswa. Aspek konatif rata-ratanya 79,07 termasuk dalam kategori cukup, dengan jumlah 2056 dengan jumlah item 20. Jumlah Data tersebut menunjukkan bahwa sikap Nasonalisme siswa kelas V belum seluruhnya memiliki sikap nasionalisme.

Permasalahan yang ada di dalam kelas V ini semakin membuat peneliti lebih tergerak untuk melakukan penelitian lagi tentang sikap nasionalisme yang dimiliki oleh siswa. Penelitian ini peneliti nantinya akan melaksanakan pembelajaran di dalam kelas. Penelitian ini peneliti akan menggunakan metode pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Peneliti menggunakan PBL agar pengetahuan siswa semakin bertambah dan siswa bisa mengikuti pembelajaran dengan perasaan yang menyenangkan dan tidak membosankan sehingga siswa dapat ikut berpartisipasi dalam pembelajaran. Penggunaan PBL juga dirasa paling cocok dengan meneliti sikap


(24)

nasionalisme karena sikap nasionalisme merupakan tindakan nyata dalam kehidupan sehari-hari sedangkan penggunaan PBL adalah memberikan masalah-masalah dalam dunia nyata. Peneliti memberikan PBL ini bertujuan untuk memancing siswa untuk berfikir kritis dan berusaha memberikan pendapatnya dalam masalah yang disampaikan.

Peneliti memilih Penelitian Tindakan Kelas (PTK) untuk melihat peningkatan sikap nilai nasionalisme melalui pelaksanaan pembelajaran PKn di SD. Penulis melakukan penelitian ini karena sekarang ini siswa-siswa sekolah dasar kurang mengetahui nilai-nilai yang ada dalam masyarakat dapat dilihat dari hasil pengamatan yang dilakukan peneliti di kelas V di atas. Banyak siswa bertindak sesuai dengan kehendak hati mereka masing-masing tanpa memperhatikan nilai yang ada dan kurang menghargai nilai nasionalisme. Penelitian ini peneliti menekankan pada nilai nasionalisme. Negara Indonesia ini mulai hilang rasa nasionalismenya, hal ini dapat dibuktikan dengan banyak warga Indonesia yang tidak cinta terhadap bangsanya sendiri. Banyak orang membeli produk-produk luar negeri dari pada produk-produk dalam negeri. Negara Indonesia mempunyai banyak tempat-tempat wisata yang menarik namun banyak warga Indonesia lebih memilih liburan di luar negeri dari pada di negara Indonesia yang mempunyai banyak aneka ragam budaya dan tempat-tempat yang menarik. Bahkan banyak warga negara yang tidak hafal dengan lagu-lagu nasional, siswa-siswa sekolahpun tidak hafal dengan lagu nasional, siswa-siswa saat mengikuti upacara bendera banyak yang tidak serius mengikuti upacara. Hal ini dapat


(25)

diartikan bahwa warga Indonesia mengabaikan negara sendiri dan tidak mempunyai rasa bela negara dan nasionalisme yang besar.

Hal di atas merupakan cermin rusaknya kesadaran berbangsa dan semangat nasionalis oleh adanya semangat egois dan individualis. Sehingga penekanan nilai nasionalisme sejak dini masih kurang. Hal ini menjadi tantangan yang harus dihadapi dan diatasi oleh seluruh bangsa Indonesia. Beberapa kasus hilangnya nasionalisme di Indonesia membuat peneliti tergerak untuk melakukan penelitian tindakan kelas dengan menekankan nilai nasionalisme dalam pembalajaran PKn di SD kelas V semester I dengan menggunakan model PBL. Nilai nasionalisme yang akan diterapkan adalah dengan cara meningkatkan pemahaman, penghayatan dan pelaksanaan betapa pentingnya keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Sehingga nantinya diharapkan semua siswa dapat memahami dan mampu meningkatkan pemahaman, penghayatan dan pelaksanaan nilai nasionalisme.

1.2Batasan Masalah

Penelitian ini hanya terbatas meneliti tentang peningkatan sikap nasionalisme melalui pelaksanaan pembelajaran PKn di SD kelas V semester I. Sikap yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sikap nasionalisme, pelaksanaannya menggunakan model pembelajaran PBL. Pembelajaran PKn kelas V semester I ini dibatasi pada standar kompetensi 1 yaitu memahami pentingnya keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Hasil penelitian ini hanya berlaku terbatas di SD Negeri Kledokan pada materi NKRI.


(26)

1.3Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana penggunaan model pembelajaran PBL dalam rangka meningkatkan sikap nasionalisme siswa dalam pembelajaran PKn di SD kelas V semester I?

2. Apakah penggunaan model PBL pada pembelajaran PKn kelas V semester I dapat meningkatkan sikap nasionalisme siswa?

1.4Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Menggambarkan dan mengetahui gambaran pelaksanaan model PBL dalam rangka meningkatkan sikap nasionalisme bagi siswa dalam pembelajaran PKn kelas V semester I.

2. Meningkatkan dan mengetahui pentingnya sikap nasionalisme siswa melalui pelaksanaan pembelajaran PKn di SD kelas V semester I dengan menggunakan model pembelajaran PBL

1.5Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi beberapa pihak diantaranya adalah bagi peneliti, siswa, guru, sekolah dan dunia pengetahuan.

1. Bagi siswa

Manfaat penelitian ini bagi siswa adalah a) pemahaman, penghayatan dan pelaksanaan nilai nasionaloisme melalui pembelajaran PKn di SD


(27)

meningkat, b) siswa mendapatkan pengalaman belajar menyenangkan dengan metode yang digunakan.

2. Bagi guru

Manfaat penelitian ini bagi guru adalah a) guru mendapat tambahan wawasan tentang metode yang cocok untuk pembelajaran bagi siswa dengan pemahaman, penghayatan dan pelaksanaan nilai nasionalisme yang meningkat, b) guru mendapatkan inspirasi untuk membuat pembelajaran dengan menggunakan metode lain agar pembelajaran di kelas semakin meningkat.

3. Bagi sekolah

Manfaat penelitian ini bagi sekolah adalah sekolah bisa mendapatkan sumbangan positif bagi kemajuan sekolah karena guru mendapat tambahan wawasan tentang metode yang tepat untuk pembelajaran yang dapat diterapkan di kelas dan meningkatkan prestasi sekolah untuk meningkatkan pemahaman, penghayatan dan pelaksanaan dalam belajar.

4. Bagi dunia pengetahuan

Manfaat penelitian ini bagi dunia pengetahuan adalah a) menambah wawasan dalam dunia pengetahuan dengan metode yang cocok dalam pembelajaran untuk meningkatkan prestasi belajar siswa, b) di dalam dunia pengetahuan orang-orang terutama guru dan siswa dapat mengetahui cara-cara meningkatkan prestasi siswa dengan metode yang digunakan.


(28)

5. Bagi peneliti

Manfaat penelitian ini bagi peneliti adalah a) peneliti dapat memiliki pengalaman dalam melakukan penelitian sehingga dapat termotivasi mengembangkan penelitian tindakan kelas yang lain, b) peneliti dapat mengetahui cara meningkatkan pemahaman, penghayatan, dan pelaksanaan pembelajaran PKn, c) peneliti dapat menambah wawasan tentang metode yang digunakan untuk meningkatkan pembelajaran dengan nilai nasionalisme, d) peneliti dapat mengganti siklus belajar jika pembelajaran yang dilakukan tidak berhasil meningkatkan pemahaman, penghayatan, dan pelaksanaan pembembelajaran PKn untuk materi kelas V sekolah dasar.

1.6Definisi Operasional

Definisi operasional dalam penelitian ini adalah: 1. Sikap

sikap sebagai suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan yang mencakup aspek kognitif, afektif dan konatif.

2. Nasionalisme

Nasionalisme adalah kepedulian dan sikap positif atau semangat yang tertuju pada kesatuan dan keutuhan bangsa dan negara.

3. Pendidikan Kewarganegaraan

Pendidikan Kewarganegaraan adalah mata pelajaran yang berorientasi pada pembentukan watak/karakter warganegara yang mampu memahami dan melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga


(29)

Negara yang baik, cerdas, dan terampil sesuai amanat Pancasila dan UUD 1945.

4. Model pembelajaran Problem Based Learning

Model Pembelajaran Problem Based Learning adalah model pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berfikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah serta memperoleh pengetahuan dan konsep esensial dari materi pelajaran.


(30)

12 BAB II

LANDASAN TEORI

Bab ini ada empat bagian yang akan diuraikan yaitu kajian pustaka, penelitian-penelitian yang relevan, kerangka berpikir dan hipotesis tindakan.

2. 1Kajian Pustaka

Kajian pustaka membahas tentang teori yang mendukung serta penelitian yang relevan.

2.1.1 Karakteristik siswa Sekolah Dasar (SD)

Sekolah Dasar dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu kelas bawah dan kelas atas. Kelas bawah terdiri dari kelas I (Satu), II (Dua), dan III (Tiga). Sedangkan untuk kelas bawah adalah kelas IV (Empat), V (Lima), dan VI (Enam). Namun dari pembagian kelas ini semuanya merupakan satu bagian yang saling berkaitan. Kelas I sampai dengan kelas VI bisa juga disebut dengan jenjang pendidikan sekolah dasar. Rentang umur siswa kelas bawah adalah 6 tahun sampai kira-kira umur 8 tahun. Sedangkan rentang umur siswa kelas atas adalah 9 tahun sampai kira-kira umur 12 tahun.

Jenjang pendidikan sekolah dasar ini memiliki beberapa karakteristik. Masa kelas bawah siswa memiliki sifat-sifat khas sebagai berikut: 1) Adanya korelasi positif yang tinggi antara keadaan kesehatan pertumbuhan jasmani dengan prestasi sekolah, 2) Adanya sikap yang cenderung untuk memenuhi peraturan-peraturan permainan yang tradisional, 3) Adanya kecenderungan memuji diri sendiri, 4) Suka


(31)

membanding-bandingkan dirinya dengan anak lain,kalau hal itu dirasanya menguntungkan untuk meremehkan anak lain, 5) Kalau tidak dapat menyelesaikan sesuatu soal, maka soal itu dianggapnya tidak penting, 6) Pada masa ini (terutama pada umur 6,0-8,0) anak menghendaki nilai (angka rapor) yang baik tanpa mengingat apakah prestasinya memang pantas diberi nilai baik atau tidak, 7) Hal-hal yang bersifat konkret lebih mudah dipahami ketimbang yang abstrak, 8) Kehidupan adalah bermain. Bermain bagi anak usia ini adalah sesuai yang dibutuhkan dan dianggap serius. Bahkan anak tidak dapat membedakan secara jelas perbedaan bermain dengan bekerja, 9) Kemampuan mengingat (memory) dan berbahasa berkembang sangat cepat dan mengagumkan.

Ciri-ciri sifat anak pada masa kelas tinggi di Sekolah Dasar yaitu : 1) adanya minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang konkret; hal ini menimbulkan adanya kecendrungan untuk membandingkan pekerjaan-pekerjaan yang praktis, 2) amat realistik, ingin tahu, dan ingin belajar, 3) telah ada minat terhadap hal-hal atau mata pelajaran khusus, 4) setelah kira-kira umur 11,0 pada umumnya anak menghadapi tugas-tugasnya dengan bebas dan berusaha menyelesaikannya sendiri, 5) pada masa ini anak memandang nilai (angka rapor) sebagai ukuran yang tepat (sebaik-baiknya) mengenai prestasi sekolah, 6) anak-anak pada masa ini gemar membentuk kelompok sebaya, biasanya untuk dapat bermain bersama-sama. Di dalam permainan ini biasanya anak tidak lagi terikat kepada aturan permainan yang tradisional; mereka membuat peraturan sendiri.


(32)

Karakteristik perkembangan pada siswa Sekolah Dasar dapat juga dilihat tahap-tahap perkembangan kognitif menurut teori Peaget. Seperti yang telah diungkapkan di atas bahwa usia anak yang sekolah di Sekolah Dasar kira-kira 6 atau 7 sampai dengan 11 atau 12 tahun. Usia 6 atau 7 tahun dalam teori Piaget masuk dalam kategori praoperational periode dalam tahapan intuitive. Periode ini ditandai dengan dominasi pengamatan yang bersifat egosentrik (belum memahami cara orang lain memandang objek yang sama), seperti searah. Pada masa ini anak gemar meniru, telah mampu menerima khayalan, dapat bercerita tentang hal-hal yang fantastik, anak tidak terikat pada realitas, sehingga anak dapat berbicara dengan kursi, anjing, dan sebagainya.Anak berlatih sendiri menggunakan bahasanya, sering ia berbicara sendiri. Piaget menamakannya ”Collective monologue”.

Usia 7 sampai 11 atau 12 termasuk dalam tahapan periode operasional konkret. Fase ini menurut Piaget menunjukan suatu reorganisasi dalam struktur mental anak. Dalam fase yang lalu, fase praoperasional, anak seakan-akan hidupnya dalam mimpi dengan pikiran-pikiran magis, dengan fantasi yang leluasa. Aktivitas anak pada fase ini dapat dibentuk dengan peraturan-peraturan, (karena peraturan dasar mentaati peraturan), karena itu mempunyai nilai fungsional. Anak berfikir harafiah sesuai dengan tugas yang diberikan.

Berdasarkan ciri-ciri perkembangan baik kognitif, bahasa dan afektif, maka dapatlah dibedakan secara ringkas karaterisik antara siswa Sekolah Dasar pada kelas rendah dan kelas tinggi. Ciri pada siswa kelas


(33)

bawah yaitu: 1) belum mandiri, 2) belum ada rasa tanggung jawab pribadi, 3) penilaian terhadap dunia luar masih egosentris, 4) belum menunjukkan sikap kritis masih berfikir yang fiktif.Sedangkan ciri pada siswa kelas atas yaitu: 1) sudah mulai mandiri, 2) sudah ada rasa tanggung jawab pribadi, 3) penilaian terhadap dunia luar tidak hanya dipandang dari dirinya sendiri tetapi juga dilihat dari diri orang lain, 4) sudah menunjukkan sikap yang kritis dan rasional.

Sekolah dasar mempunyai dua bagian yaitu kelas bawah dan kelas atas. Setiap bagian itu mempunyai karakteristik masing-masing yang khas. Setiap bagiannya memeiliki karakteristik yang berbeda. Pada kelas siswa masih dalam tahap bermain sedangkan pada kelas atas siswa mulai berpikir secara rasional.

2.1.2 Pemahaman (Kognitif)

Pemahaman merupakan kata dasar dari kata “paham”. Dalam kamus KBBI paham berarti pengertian, pendapat pikiran, aliran, haluan pandangan. Pemahaman dalam KBBI berarti perihal menguasai atau mengerti dan memehami.

Dalam penelitian ini pemahaman yang dimaksudkan adalah pemahaman dalam pelaksanaan nilai nasionalisme melalui palaksanaan pembelajaran PKn di SD. Siswa akan diajak untuk memahami nilai nasionalisme dalam kehidupan siswa dan lingkungannya. Siswa dapat mengeluarkan pendapat dalam pikirannya dalam memahami nilai nasionalisme. Dalam penelitian ini siswa diajak untuk menguasai dan


(34)

mengerti nilai nasionalisme sehingga nantinya dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari siswa.

2.1.3 Penghayatan (afektif)

Penghayatan merupakan kata hayat yang mendapat imbuhan Peng- dan –an. Kata hayat berarti hidup, kehidupan nyata. Kata hayat mendapat imbuhan peng- dan –an menjadi penghayatan. Kata penghayatan sendiri memiliki arti pengalaman batin (KBBI).

Penghayatan yang dimaksud dari penelitian ini adalah siswa diharapkan mampu menghayati nilai nasionalisme terhadap bangsa Indonesia. Siswa diharapkan memeiliki pengalaman batin dalam melaksanakan nilai nasionalisme terhadap sesama maupun terhadap bangsa sendiri.

2.1.4 Pelaksanaan (konatif)

Pelaksanaan dalam kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) mempunyai arti perihal atau perbuatan dan usaha. Bila dikaitkan dengan penelitian ini pelaksanaan yang dimaksud adalah siswa melakukan perbuatan atau usaha untuk melaksanakan nilai nasionalisme melalui pembelajaran PKn. Siswa diharapkan mempunyai wujudnyata dalam pelaksanaan nilai nasionalisme.


(35)

2.1.5 Nasionalisme

Nasionalisme adalah suatu sikap politik dari masyarakat suatu bangsa yang mempunyai kesamaan kebudayaan, dan wilayah serta kesamaan cita-cita dan tujuan, dengan demikian masyarakat suatu bangsa tersebut merasakan adanya kesetiaan yang mendalam terhadap bangsa itu sendiri.

Demikian juga ketika kita berbicara tentang nasionalisme. Nasionalisme merupakan jiwa bangsa Indonesia yang akan terus melekat selama bangsa Indonesia masih ada. Nasionalisme bukanlah suatu pengertian yang sempit bahkan mungkin masih lebih kaya lagi pada zaman ini. Ciri-ciri nasionalisme di atas dapat ditangkap dalam beberapa definisi nasionalisme sebagai berikut: pertama, Nasionalisme ialah cinta pada tanah air, ras, bahasa atau sejarah budaya bersama. Kedua, Nasionalisme ialah suatu keinginan akan kemerdekaan politik, keselamatan dan prestise bangsa. Ketiga, Nasionalisme ialah suatu kebaktian mistis terhadap organisme sosial yang kabur, kadang-kadang bahkan adikodrati yang disebut sebagai bangsa atau Volk yang kesatuannya lebih unggul daripada bagian-bagiannya. Keempat, Nasionalisme adalah dogma yang mengajarkan bahwa individu hanya hidup untuk bangsa dan bangsa demi bangsa itu sendiri.

Nasionalisme tersebut berkembang terus memasuki abad 20 dengan kekuatan-kekuatan berikut: (1) keinginan untuk bersatu dan berhasil dalam me-nyatukan wilayah dan rakyat, (2) perluasan kekuasan negara kebangsaan, (3) pertumbuhan dan peningkatan kesa-daran


(36)

kebudayaan nasional, dan (4) konflik-konflik kekuasaan antara bangsa-bangsa yang terangsang oleh perasaan nasional.

Kini nasionalisme mengacu ke kesatuan, keseragaman, keserasian, kemandirian dan agresivitas. (Boyd C. Shafer, 1955, hal. 168). Menurut Profesor W. F. Wertheim, nasionalisme dapat dipertimbangkan sebagai suatu bagian integral dari sejarah politik, terutama apabila ditekankan pada konteks gerakan-gerakan nasionalisme pada masa pergerakan nasional. Lagi pula Wertheim juga menegaskan bahwa faktor-faktor seperti perubahan ekonomi, perubahan sistem status, urbanisasi, reformasi agama Islam, dinamika kebudayaan, yang semuanya terjadi dalam masa kolonial telah memberikan kontribusi perubahan reaksi pasif dari pengaruh Barat kepada reaksi aktif nasionalisme Indonesia. Faktor-faktor tersebut telah diuraikan secara panjang lebar dalam bab-bab buku karangannya yang berjudul : Indonesian Society in Transision: A Study of Social Change (1956).

Pertumbuhan nasionalisme Indonesia ternyata tidak sederhana seperti yang diduga sebelumnya. Selama ini nasionalisme Indonesia menunjukkan identitasnya pada derajat integrasi tertentu. Nasionalisme sekarang harus dapat mengisi dan menjawab tantangan masa transisi. Tentunya nilai-nilai baru tidak akan menggoncangkan nasionalisme itu sendiri selama pendukungnya yaitu bangsa Indonesia tetap mempunyai sense of belonging, artinya memiliki nilai-nilai baru yang disepakati bersama. Nasionalisme pada hakekatnya adalah untuk kepentingan dan kesejahteraan bersama, karena nasonalisme menentang segala bentuk


(37)

penindasan terhadap pihak lain, baik itu orang per orang, kelompok-kelompok dalam masyarakat, maupun suatu bangsa. Nasionalisme tidak membeda-bedakan baik suku, agama, maupun ras.

Hal – hal yang mendorong munculnya faham nasionalisme, antara lain: Adanya campur tangan bangsa lain misalnya penjajahan dalam wilayahnya, adanya keinginan dan tekad bersama untuk melepaskan diri dari belenggu kekuasaan absolut, agar manusia mendapatkan hak – haknya secara wajar sebagai warga negara dan adanya ikatan rasa senasib dan seperjuangan. d. Bertempat tinggal dalam suatu wilayah.

Prinsip – prinsip nasionalisme, menurut Hertz dalam bukunya Nationality in History and Policy, antara lain : Hasrat untuk mencapai kesatuan, hasrat untuk mencapai kemerdekaan, hasrat untuk mencapai keaslian dan hasrat untuk mencapai kehormatan bangsa.

2.1.6 Pembelajaran PKn

Menurut Udin S Winatapura (2001), pendidikan kewarganegaraan atau citizenship educationsudah menjadi bagian dari pendidikan nasional Indonesia dalam lima status. Pertama, sebagai mata pelajaran di sekolah. Kedua, sebagai mata kuliah di perguruan tinggi. Ketiga, sebagai salah satu cabang pendidikan disiplin ilmu pengetahuan sosial dalam kerangka program pendidikan guru. Keempat, sebagai program pendidikan politik yang dikemas dalam bentuk Penataran Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (Penataran P4) atau sejenisnya yang pernah dikelola oleh Pemerintah sebagai suatu crash program. Kelima, sebagai kerangka konseptual dalam bentuk pemikiran individual dan kelompok pakar terkait,


(38)

yang dikembangkan sebagai landasan dan kerangka berpikir mengenai pendidikan kewarganegaraan dalam status pertama, kedua, ketiga, dan keempat.

Berdasar pendapat di atas maka pendidikan kewarganegaraan sebagai mata pelajaran di sekolah merupakan satu dari lima status PKn yang praksis di Indonesia. Pada perkembangan terakhir kurikulum persekolahan di Indonesia yang lebih dikenal dengan nama Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), pendidikan kewarganegaraan sebagai mata pelajaran dimunculkan dengan nama mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (Permendiknas No 22 tahun 2006). Sebelumnya pendidikan kewarganegaraan bernama mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn). Berdasar permendiknas No 22 tahun 2006 tersebut. Pendidikan Kewarganegaraan diartikan sebagai mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warganegara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warganegara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.

Tujuan dari pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan adalah agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: (1) Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan, (2) Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta anti-korupsi, (3) Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar


(39)

dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya, (4) Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.

2.1.7 Model PBL (Problem Based Learning)

Strategi pembelajaran berbasis masalah atau PBL adalah strategi pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berfikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah serta memperoleh pengetahuan dan konsep esensial dari materi pelajaran. Pemikiran yang mendasari penggunaan pembelajaran berbasis masalah adalah pembelajaran yang efektif tidak hanya menekankan pada penguasaan materi secara hapalan. Siswa harus terlibat secara psikologis dalam mencerna secara bermakna apa yang dipelajari.

Untuk merangsang siswa berfikir, mereka perlu diorientasikan pada situasi bermasalah yang nyata, termasuk bagaimana belajar dengan menggunakan fenomena di dunia nyata sekitar. Pembelajaran berbasis masalah dapat ditempuh melalui lima tahap sebagai berikut: Tahap 1: orientasi siswa kepada masalah. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran dan bahan-bahan yang dibutuhkan, serta memotivasi siswa terlibat pada aktivitas pemecahan masalah yang dipilih. Tahap 2: mengorganisasi siswa untuk belajar. Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasi tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut. Tahap 3: membimbing penyelidikan, baik yang dilakukan secara individual maupun


(40)

yang dilakukan secara kelompok. Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai dan melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalahnya. Tahap 4: mengembangkan dan menyajikan hasil karya. Guru membantu siswa merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai, seperti laporan, video, dan model, serta membantu mereka membagi tugas dan bekerjasama dengan temannya. Tahap 5: menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Guru membantu siswa melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan dari proses yang mereka gunakan.

Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) dalam PKn untuk Meningkatkan Kemampuan Siswa Memecahkan Masalah. Pendidikan kewarganegaraan adalah sebagai wahana untuk mengembangkan kemampuan, watak dan karakter warganegara yang demokratis dan bertanggung jawab. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pelajaran PKn dalam rangka “nation and character building”: 1) PKn merupakan bidang kajian kewarganegaraan yang ditopang berbagai disiplin ilmu yang releven, yaitu: ilmu politik, hukum, sosiologi, antropologi, psokoliogi dan disiplin ilmu lainnya yang digunakan sebagai landasan untuk melakukan kajian-kajian terhadap proses pengembangan konsep, nilai dan perilaku demokrasi warganegara, 2) PKn mengembangkan daya nalar (state of mind) bagi para peserta didik. Pengembangan karakter bangsa merupakan proses pengembangan warganegara yang cerdas dan berdaya nalar tinggi. PKn memusatkan perhatiannya pada pengembangan kecerdasan warga negara (civic


(41)

intelegence) sebagai landasan pengembangan nilai dan perilaku demokrasi, 3) PKn sebagai suatu proses pencerdasan, maka pendekatan pembelajaran yang digunakan adalah yang lebih inspiratif dan partisipatif dengan menekankan pelatihan penggunaan logika dan pealaran. Untuk menfasilitasi pembelajaran PKn yang efektif dikembangkan bahan pembelajaran yang interaktif yang dikemas dalam berbagai paket seperti bahan belajar tercetak, terekam, tersiar, elektronik, dan bahan belajar yang digali dari ligkungan masyarakat sebagai pengalaman langsung (hand of experience), 4) Kelas PKn sebagai laboratorium demokrasi. Melalui PKn, pemahaman sikap dan perilaku demokratis dikembangkan bukan semata-mata melalui „mengajar demokrasi” (teaching democracy), tetapi melalui model pembelajaran yang secara langsung menerapkan cara hidup secara demokrasi (doing democracy). Penilaian bukan semata-mata dimaksudkan sebagai alat kedali mutu tetapi juga sebagai alat untuk memberikan bantuan belajar bagi siswa sehingga dapat lebih berhasil di masa depan. Evaluasi dilakukan secara menyeluruh termasuk portofolio siswa dan evaluasi diri yang lebih berbasis kelas.

Peningkatkan hasil belajar PKn, diperlukan model pembelajaran interaktif, menarik, di mana guru lebih banyak memberikan peran kepada siswa sebagai subjek belajar, dan lebih mengutamakan proses daripada hasil. Selain itu, diperlukan situasi, cara dan strategi pembelajaran yang tepat untuk melibatkan siswa secara aktif, berupa pikiran, pendengaran, penglihatan, dan psikomotor dalam proses belajar mengajar.


(42)

Pembelajaran yang dapat digunakan untuk melibatkan siswa secara totalitas adalah model pembelajaran Problem Based Learning. Model pembelajaran ini berlangung secara alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, menemukan dan mendiskusikan masalah bersama temannya serta mencari pemecahan masalah, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Model pembelajaran tersebut, siswa mengerti makna belajar, manfaatnya, dan bagaimana mencapainya. Muncul kesadaran bahwa yang mereka pelajari akan berguna bagi hidup mereka nantinya.

2.1.8 SK dan KD tentang Nasionalisme

Peneliti mengambil kurikulum 2006 yaitu kurikulum KTSP untuk penelitiannya. Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) yang dipilih oleh peneliti adalah SK dan KD yang berkaitan dengan nilai nasionalisme. SK yang diambil adalah SK 1. Memahami pentingnya keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Penulis memilih KD 1.1 Mendeskripsikan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan KD 1.2 Menjelaskan pentingnya keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Alasan penulis memilih SK dan KD ini adalah karena SK dan KD ini sesuai dengan yang akan diteliti yaitu tentang nasionalisme. Nasionalisme dari SK dan KD tersebut adalah mengenai menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Semua warga Indonesia menjaga keutuhan NKRI merupakan nilai nasionalisme yang dipertahankan oleh semua warga.


(43)

2.2 Penelitian-Penelitian yang Relevan

Penelitian tentang peningkatan, pemahaman, penghayatan dan pelaksanaan nilai nasionalisme melalui pelaksanaan pembelajaran PKn di SD dengan model pembelajaran PBL sudah pernah dilakukan oleh banyak pihak. Sebagai penunjang dalam penelitian ini, peneliti menuliskan beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian yang telah peneliti lakukan. Penelitian tersebut adalah penelitian menurut sulistyani, Rino dinda gita perdana, Putri Apri Reviana, Herniwati. Sulistyani (2008) melakukan penelitian dengan judul “Penanaman nilai kepahlawanan dalam pembelajaran IPS Sekolah Dasar (SD) di daerah binaan (Dabin) IV cabang dinas pendidikan kecamatan semarang timur” menyatakan bahwa pelajarannya sudah efektif untuk menumbuhkan nilai kepahlawanan bagi anak didik sebagian anak besar menjawab setuju sebanyak 30 responden atau sebesar 45,5%. Hasil penelitian tentang ketertarikan pada nilai kepahlawanan di sekolah dasar menjawab sebanyak 49 responden atau sebagian besar 74,2 %.

Perdana (2013) melakukan penelitian dengan judul “Implementasi nilai-nilai nasionalisme-patriotisme dalam Pendidikan pendahuluan bela negara Pada ukm resimen mahasiswa satuan 805 “wira cendikia” di universitas negeri Malang”. Hasil penelitian dari penelitian yang dilakukan oleh UKM resimen adalah semua anggota melaksanakan dan menerapkan implementasi nilai-nilai nasionalisme dalam pendidikan bela negara.

Reviana (2013) melakukan penelitian dengan judul “Nilai-nilai Pendidikan Nasionalisme dalam film “Tanah Surga, Katanya”


(44)

relevansinya dengan materi pendidikan kewarganegaraan di MI”. Hasil penelitian dari penelitian yang dilakukan oleh Putri adalah peneliti menemukan nilai nasionalisme yang terdapat dalam film Tanah Surga, Katanya antara lain: kesadaran dan semangat cinta tanah air, memiliki kebanggaan sebagai bangsa, membanggakan bangsa dengan wujud keberanian, mewujudkan kerukunan antar sesama, persatuan dan persatuan, mengajarkan lagu-lagu kebangsaan, melakukan upacara benderamenjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan tetap bertahan menjadi warga negara Indonesia walaupun dengan segala keterbatasan pembangunan teknologi dan ekonomi dan menghargai perjuangan para pejuang terdahulu.

Herniawati (2010) melakukan penelitian dengan judul “Menanamkan nilai nasionalisme melalui pembelajaran Pendidikan Pancasila dan kewarganegaraan PTK pada siswa kelas VI SDN 88 Perumnas Unib Bentiring”. Penelitian yang dilakukan oleh Hernawati menggunakan tiga siklus. Hasil penelitian pada siklus pertama ketuntasan belajarnya adalah 74,7% yang telah mencapai nilai 6,5 ke atas. Ketuntasan pada siklus kedua adalah 82,6% yang telah mencapai 6,5 ke atas. Pada siklus ke tiga penelitian yang dilakukan oleh peneliti mendapatkan hasil 91,3% yang telah mencapai nilai 6,5 ke atas. Dilihat dari hasil penelitian Hernawati ini, terjadi peningkatan dan ketuntasan pembelajaran PKn. Penanaman nilai-nilai nasionalisme siswa melalui pembelajaran semakin baik.


(45)

Diagram penelitian dari penelitian yang sudah dibuat sebelumnya yaitu oleh Perdana (2013), Reviana (2013), Herniwati (2010) dan Sulistyani (2008) yang telah diuji tentang nilai nasionalisme sesuai dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti. Peneliti akan meneliti tentang Sikap nasionalisme dalam pembelajaran PKn di kelas V. Diagram tersebut dapat dilihat pada diagram dibawah ini.

Penulis meneliti “Peningkatan sikap nilai nasionalisme dalam

pembelajaran PKn menggunakan model Problem Base Learning bagi siswa kelas V SD N kledokan yogyakarta

Sulistyani (2008) Judul “Penanaman Nilai

Kepahlawanan Dalam

Pembelajaran IPS Sekolah Dasar (SD) Di Daerah Binaan (Dabin) IV Cabang Dinas Pendidikan Kecamatan

Semarang Timur”

Reno Dinda Gita Perdana (2013) Judul “Implementasi Nilai-Nilai Nasionalisme-Patriotisme Dalam Pendidikan Pendahuluan Bela NegaraPada Ukm Resimen Mahasiswa Satuan 805 “Wira Cendikia” Di Universitas Negeri Malang”

Putri Apri Reviana (2013) Judul “Nilai -Nilai

Pendidikan Nasionalisme Dalam Film “Tanah Surga, Katanya” Relevansinya Dengan Materi Pendidikan Kewarganegara an Di MI”

Herniwati (2010) Judul “Menanamkan Nilai Nasionalisme Melalui Pembelajaran Pendidikan Pancasila Dan Kewarganegaraan PTK Pada Siswa Kelas VI SDN 88 Perumnas Unib Bentiring”


(46)

Keempat penelitian dari Herniawati, Sulistyani, Reno Dinda Gita Perdana dan Putri Apri Reviana merupakan penelitian yang memiliki relevansi dengan penelitian yang peneliti lakukan ini. Keempat penelitian tersebut telah meneliti tentang nilai nasionalisme. Hasil dari keempat penelitian menunjukkan keberhasilan pemahaman, penghayatan, dan pelaksanaan nilai nasionalisme dalam pembelajaran. Peneliti kemudian tertarik untuk menggunakan metode pembelajaran PBL untuk mengetahui peningkakan pemahaman, penghayatan dan pelsanaan nilai nasionalisme pada siswa.

2.3 Kerangka Berpikir

Pendidikan kewarganegaraan atau PKn merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan pada tingkat SD/MI/SDLB. Mata pelajaran PKn merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan melaksanakan hak-hak dan kewajibannya menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945 (Utami, 2010). Matapelajaran PKn dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analaisi terhadap kondisi kehidupan berbangsa.

PKn berisi tentang fakta-fakta yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari yang sangat dekat dengan kehidupan siswa. Dengan pengalaman yang terjadi dalam diri siswa pasti akan menarik dan menyenangkan bagi siswa dalam belajar karena siswa mengalami sendiri. Siswa dapat melihat dan mengalami sendiri sehingga siswa dapat


(47)

membandingkan dan mengkomunikasikan apa yang didapat dengan mengaitakan dengan pembelajaran PKn. Gagne dan Briggs (1979) mengatakan bahwa suatu hasil belajar memerlukan kondisi belajar internal dan kondisi belajar eksternal yang berbeda.

Pemahaman merupakan kata dasar dari kata “paham”. Paham berarti pengertian, pendapat pikiran, aliran, haluan pandangan. Pemahaman berarti perihal menguasai atau mengerti dan memehami. Guru menanamkan pemahaman bagi siswa dalam menerima materi yang diberikan yang nantinya dapat diterapkan dalam nilai nasionalisme sebagai wujud cinta tanah air.

Penghayatan dari penelitian ini adalah siswa diharapkan mampu menghayati nilai nasionalisme terhadap bangsa Indonesia. Siswa diharapkan memiliki pengalaman batin dalam melaksanakan nilai nasionalisme terhadap sesama maupun terhadap bangsa sendiri. Siswa mampu menunjukkan rasa nasionalisme terhadap sesama dan bangsa dengan wujud yang nyata dalam kehidupannya.

Pelaksanaan mempunyai arti perihal atau perbuatan dan usaha. Bila dikaitkan dengan penelitian ini pelaksanaan yang dimaksud adalah siswa melakukan perbuatan atau usaha untuk melaksanakan nilai nasionalisme melalui pembelajaran PKn. Siswa diharapkan mempunyai wujudnyata dalam pelaksanaan nilai nasionalisme. Misalnya siswa bisa menghargai jasa para pahlawan, siswa menghargai produk-produk dalam negeri, siswa mengikuti upacara bendera dan masih banyak contoh yang lainnya.


(48)

Nasionalisme adalah suatu sikap politik dari masyarakat suatu bangsa yang mempunyai kesamaan kebudayaan, dan wilayah serta kesamaan cita-cita dan tujuan, dengan demikian masyarakat suatu bangsa tersebut merasakan adanya kesetiaan yang mendalam terhadap bangsa itu sendiri. Dalam penelitian ini peneliti mengharapkan dengan adanya pembelajaran tentang nasionalisme siswa mampu bertindak sesuai dengan nilai-nilai yang ada dan siswa mampu menunjukkan sikap yang baik untuk menjunjung bangsa sendiri yaitu bangsa Indonesia dengan menunjukkan sikap yang baik terhadap bangsa.

Model pembelajaran berbasis masalah atau PBL adalah strategi pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berfikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah serta memperoleh pengetahuan dan konsep esensial dari materi pelajaran. Pemikiran yang mendasari penggunaan pembelajaran berbasis masalah adalah pembelajaran yang efektif tidak hanya menekankan pada penguasaan materi secara hapalan. Siswa harus terlibat secara psikologis dalam mencerna secara bermakna apa yang dipelajari. Dalam penelitian ini guru memberikan masalah-masalah yang muncul dalam kehidupan sehari-hari maupun yang terjadi dalam negara Indonesia dan nantinya siswa akan diminta untuk berdiskusi maupun secara individu menjelaskan apa penyebabnya dan apa yang harus dilakukan untuk mengurangi kasus yang diberikan.


(49)

2.4 Hipotesis Tindakan

Adapun hipotesis tindakan dalam penelitian ini yaitu:

2.4.1 Model pembelajaran PBL mampu diterapkan dalam pembelajaran PKn di kelas V semester I untuk meningkatkan sikap nasionalisme siswa dengan langkah-langkah sebagai berikut orientasi siswa kepada masalah, mengorganisasi siswa untuk belajar, membimbing penyelidikan, baik yang dilakukan secara individual maupun yang dilakukan secara kelompok, mengembangkan dan menyajikan hasil karya, menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. 2.4.2 Model pembelajaran PBL meningkatkan sikap nasionalisme siswa


(50)

32 BAB III

METODE PENELITIAN

Bab III ini peneliti akan membahas sembilan bagian. Sembilan bagian tersebut adalah jenis penelitian, setting penelitian, rencana tindakan, teknik pengumpulan data, instrument penelitan, validitas, teknik analisis data, criteria keberhasilan dan jadwal penelitian.

3. 1 Jenis Penelitan

Penelitan adalah suatu proses pengumpulan dan analisis data yang dilakukan secara sistematis dan logis untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu (Nana, 2011:5). Penelitian menurut Emzir (2007:3) adalah suatu kegiatan atau proses sistematis untuk memecahkan masalah yang dilakukan dengan menerapkan metode ilmiah. Berdasarkan kedua pengertian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa penelitian adalah proses pengumpulan data dan menganalisis data secara sistematis untuk memecahkan masalah dengan menerapkan metode ilmiah. Kelas adalah ruangan untuk kegiatan belajar mengajar, kelas dalam hal penelitian ini adalah sekelompok siswa yang sedang melakukan kegiatan belajar mengajar (Aqib, 2007:12).

Kusumah dan Dwitagama mengemukakan dua pengertian dari Penelitian Tindakan Kelas. Pengertian yang pertama, Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru dikelasnya sendiri dengan cara (1) merencanakan, (2) melaksanakan, dan (3) merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan partisipatif dengan tujuan memperbaiki kinerjanya sebagi guru, sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat. Pengertian yang


(51)

kedua, PTK atau Classroom Action Research (CAR) adalah penelitian tindakan (action research) yang dilaksanakan oleh guru di dalam kelas. Penelitian tindakan pada hakikatnya merupakan rangkaian “riset -tindakan-riset-tindakan-riset-tindakan...”, yang dilakukan dalam rangkaian guna memecahkan masalah (Wijaya & Dedi, 2010:9). PTK yaitu kajian yang bersifat reflektif untuk dilakukan dalam meningkatkan kemampuan rasional tindakan mereka, memperdalam tindakan yang dihadapi, dan memperbaiki praktik pembelajaran (muslich, 2011:9). Berdasarkan pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh seorang guru di dalam kelasnya untuk meningkatkan pembelajaran di dalam kelas guna untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

PTK mempunyai beberapa prinsip dasar. Prinsip dasar dari PTK menurut Kusumah dan Dwitagama (2010:11) antara lain berkelanjutan, yang dimaksud dengan berkelanjutan adalah PTK merupakan upaya yang berkelanjutan secara siklustis. Integral, yang dimaksud dengan integral adalah PTK merupakan bagian integral dari konteks yang diteliti. Ilmiah, yang dimaksud dengan ilmiah adalah diagnosis masalah berdasar pada kejadian nyata. Motivasi dari dalam, yang dimaksud dengan motivasi dari dalam adalah motivasi untuk memperbaiki kualitas harus tumbuh dari dalam dan yang terakhir adalah lingkup yang dimaksud dengan lingkup adalah masalah tidak dibatasi pada masalah pembelajaran di dalam dan di luar ruang kelas.

Penelitian yang dilakukan oleh peneliti bersifat menguji, maka semua variabel yang diuji diukur dengan menggunakan instrumen pengukuran atau tes yang sudah divaliditas. Penelitian Tindakan Kelas memiliki banyak


(52)

model, di dalam penelitian ini peneliti mengambil salah satu model PTK yaitu, model Kemmis dan Mc Taggart. Model yang dikemukakan oleh Kemmis dan Taggart pada hakekatnya berupa perangkat-perangkat atau untaian-untaian dengan satu perangkat terdiri dari empat komponen, yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan (observasi) dan refleksi (kusumah & Dwitagama, 2010:21). Di bawah ini adalah bagan model dari Kemmis dan Mc Taggart

Gambar III. 2 Siklus PTK menurut Kemmis dan Mc Taggart

3.1.1 Perencanaan

Perencanaan dalam siklus ini adalah setiap penelitian tindakan kelas peneliti harus merencanakan tindakan yang akan dilakukan untuk menuntaskan permasalahan yang dihadapi. Perencanaan kusumah dan Dwitagama (2012:39) menjabarkan penelitian tindakan kelas dibagi menjadi dua yaitu perencanaan umum dan khusus. Perencanaan umum adalah

1. Perencanaan

2. Tindakan

3. Observasi 4. Refleksi

1. Perencanaan

2. Tindakan

3. Observasi 4. Refleksi


(53)

penyususnan rancangan yang mencakup seluruh aspek dalam PTK. Perencanaan khusus adalah penyususnan dari siklus per siklus.

3.1.2 Pelaksanaan

Penelitian tindakan kelas dilakukan setelah melakukan perencanaan penelitian, pelaksanaan yang dilakukan menggunakan instrumen yang telah dibuat peneliti. Pelaksanaan berupa tindakan yang sesuai dengan perencanaan yang dibuat dan bersifat bebas untuk untuk berpikir dan berargumen dalam meneliti keputusan yang diambil.

3.1.3 Observasi

Peneliti setelah melakukan perencanaan dan pelaksanaan penelitian, peneliti melakukan observasi kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan. Observasi yang dilakukan untuk mengumpulkan data pada proses pembelajaran. Observasi yang dilakukan setiap pertemuan, observer berjumlah 2 orang. Oberver berjumlah 2 orang adalah untuk mempermudah peneliti dalam mengumpulkan data dari observasi siswa.

3.1.4 Refleksi

Refleksi dalam siklus ini adalah untuk melihat ketercapaian penelitian, mengalami keberhasilan, ketuntasan, dan ketercapaian indikator. Refleksi berisi perenungan, evaluasi, diskusi terhadap permasalahan yang terdapat di sekolah.

Peneliti menggunakan 2 siklus dalam penelitian ini. Dalam siklus ini peneliti menggunakan model PBL dan menggunakan Video untuk


(54)

pembelajaran. Peneliti menggunakan video dengan tujuan memudahkan siswa untuk belajar.

3. 2 Setting Penelitian

Setting penelitian dalam penelitian ini akan membahas tentang tempat, waktu, subjek penelitian dan objek penelitian yang akan dilakukan.

3.2.1. Tempat penelitian

Tempat penelitian yang digunakan peneliti adalah kelas V di SD Negeri Kledokan beralamatkan Jalan Garuni no.3 Catur Tunggal, Depok, Sleman, Yogyakarta.

3.2.2. Waktu penelitian

Peneliti melakukan penelitian pada bulan Juli sampai Agustus 2015. Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang telah dibuat oleh peneliti.

3.2.3. Subjek penelitian

Subjek dari penelitian ini adalah semua siswa SD Negeri Kledokan Kelas Vdengan jumlah siswa 26 siswa. Siswa laki-laki sebanyak 17 siswa dan siswa perempuan sebanyak 9 siswa.


(55)

3.2.4. Obyek penelitian

Obyek penelitian PTK yang dilakukan di SD Negeri Kledokan ini adalah sikap nilai nasionalisme dalam pembelajaran PKn di SD dengan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL).

3. 3 Pelaksanaan Penelitian

Rencana tindakan dengan 2 siklus. Setiap 1 siklus terdiri dari 2 pertemuan. Siklus ini dengan menggunakan teknik PBL kerjasama kelompok dengan mengamati video yang ditampilkan, memahami materi pembelajaran dan mempresentasikan hasil diskusi kelompok. Peneliti membuat rencana dalam siklus yang diajarkan adalah seperti di bawah ini.

3.3.1 Persiapan

3.3.1.1 Permintaan izin ke Sekolah Dasar Kanisius Notoyudan untuk melaksanakan penelitian di SD tersebut

3.3.1.2 Melakukan observasi di kelas V pada pembelajaran PKn di kelas untuk memperoleh gambaran tingkah laku siswa.

3.3.1.3 Melakukan pengamatan sepintas mengenai sikap nilai nasionalisme.

3.3.1.4 Mengidentifikasi permasalahan tersebut yang berkaitan dengan sikap nilai nasionalisme.

3.3.1.5 menganalisis dan solusi permasalahan yang dialamai siswa-siswi kelas V tersebut.


(56)

3.3.1.7 Merumuskan rencana tindakan pada siklus.

3.3.1.8 Membuat gambaran mengenai sikap nilai nasionalisme dalam pembelajaran PKn bagi kelas V di SD Negeri Kledokan.

3.3.1.10 Menyiapkan perangkat pembelajaran maupun penelitian

3.3.1.11 Melaksanakan penelitian

3.3.2 Siklus 1

Setelah memperoleh gambaran awal mengenai keadaan kelas, maka dilakukan rencana tindakan seperti berikut.

Pada siklus ini dilaksanakan selama 2 kali pembelajaran, dimana setiap pembelajaran terdapat 2 jam pembelajaran, setiap 1 jam pembelajaran adalah 35 menit.

3.3.2.1 Perencanaan Tindakan pada Siklus

Peneliti menyiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), lembar kerja siswa, pretest, instrumen observasi, dan posttest. Siklus ini siswa diminta kerja kelompok mengenai pengertian NKRI,

3.3.2.2 Pelaksanaan Tindakan Siklus

Pertemuan ke 1

1. Guru membagi siswa menjadi 6 kelompok.


(57)

3. Guru meminta siswa menentukan nama kelompok dengan tema “Tarian Tradisional”

4. Guru menjelaskan kembali tujuan yang akan dicapai dalam pembelajaran hari ini dan menjelaskan pembelajaran hari ini adalah mengamati video (tahap 1)

5. Guru memberikan tugas pertama yaitu mendefinisikan pengertian keutuhan NKRI.

6. Guru membantu siswa dalam kelompok mendefinisikan pengertian keutuhan NKRI melalui video yang ditampilkan (tahap 2)

7. Guru memberikan kesempatan kepada setiap kelompok untuk berdiskusi tentang pengertian keutuhan NKRI dari hasil pengamatan video.

8. Guru memberikan pengarahan kepada siswa untuk melihat permasalahan yang ada di Indonesia yang berkaitan dengan keutuhan NKRI dan dikaitkan dengan pengertian keutuhan NKRI (tahap 3)

9. Guru meminta setiap kelompok mendiskusikan usaha-usaha yang dilakukan untuk menjaga keutuhan NKRI

10.Guru meminta setiap kelompok membuat laporan hasil pengamatan dan hasil diskusinya yang sudah dilakukan (tahap 4)

11.Guru meminta siswa mempresentasikan hasil laporan yang sudah dibuat di depan kelas dan guru akan membantu menganalisis dan mengevaluasi hasil pemecahan masalah yang sudah dilakukan di setiap kelompok (tahap 5)


(58)

Pertemuan ke 2

1. Guru membagi siswa menjadi 6 kelompok.

2. Guru meminta siswa masuk dalam kelompok masing masing

3. Guru meminta siswa menentukan nama kelompok dengan tema “nama provinsi di Indonesia”

4. Guru menjelaskan kembali tujuan yang akan dicapai dalam pembelajaran hari ini dan menjelaskan pembelajaran hari ini adalah mengamati peta dan mencari informasi menggunakan media cetak (tahap 1)

5. Guru memberikan tugas pertama yaitu mencari nama provinsi yang ada di Indonesia dan mencari budaya yang dimiliki setiap provinsi (rumah adat, tarian tradisional, baju adat, dll)

6. Guru membantu siswa dalam kelompok mencari provinsi yang ada di Indonesia dan budaya setiap provinsi melalui peta dan media cetak (tahap 2)

7. Guru memberikan kesempatan kepada setiap kelompok untuk berdiskusi tentang provinsi di Indonesia dan budaya yang dimiliki setiap provinsi.

8. Guru memberikan pengarahan kepada siswa untuk mencari sikap menjaga keutuhan NKRI dengan menggunakan media cetak (tahap 3) 9. Guru meminta setiap kelompok mendiskusikan sikap yang dilakukan

untuk menjaga keutuhan NKRI berdasarkan informasi yang sudah didapatkan.


(59)

10. Guru meminta setiap kelompok membuat laporan hasil pengamatan dan hasil diskusinya yang sudah dilakukan (tahap 4)

11. Guru meminta siswa mempresentasikan hasil laporan yang sudah dibuat di depan kelas dan guru akan membantu menganalisis dan mengevaluasi hasil pemecahan masalah yang sudah dilakukan di setiap kelompok (tahap 5)

3.3.3 Siklus 2

Pada siklus ini dilaksanakan selama 2 kali pembelajaran, dimana setiap pembelajaran terdapat 2 jam pembelajaran, setiap 1 jam pembelajaran adalah 35 menit.

3.3.3.1 Perencanaan Tindakan pada Siklus

Peneliti menyiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), lembar kerja siswa, pretest, instrumen observasi, dan posttest. Sama seperti pada siklus 1 hanya materi yang dibahas yang berbeda.

3.3.3.2Pelaksanaan Tindakan Siklus

Pertemuan ke 1

1. Siswa menyebutkan makna lagu “Dari Sabang Samapai Merauke” 2. Siswa mengisi kuesioner yang dibagikan oleh guru

3. Siswa mendengarkan penjelasan guru mengenai wilayah NKRI dengan melihat peta wilayah RI

4. Siswa bediskusi dalam kelompok mengenai pembagian wilayah NKRI.


(60)

5. Guru memberikan sebuah masalah tentang daerah/pulau-pulau yang diklaim oleh negara lain.

6. Guru membagi siswa dalam kelompok, masing-masing kelompok beranggotakan 5-6 siswa.

7. Siswa dalam kelompok berdiskusi tentang masalah yang diberikan oleh guru.

8. Siswa mendengarkan penjelasan guru mengenai bentuk negara Indonesia

9. Siswa dalam kelompok mewarnai gambar peta Nusantara

Pertemuan ke 2

1. Siswa mendengarkan penjelasan guru mengenai wilayah NKRI sebagai tempat bagi kelangsungan hidup bangsa Indonesia.

2. Guru memberikan sebuah masalah dalam pembelajaran mengenai pemekaran yang ada di Indonesia.

3. Guru membagi siswa dalam kelompok, masing-masing kelompok beranggotakan 5-6 siswa.

4. Siswa dalam kelompok berdiskusi tentang masalah yang diberikan oleh guru.

5. Masing-masing kelompok membacakan hasil diskusinya di depan kelas.

3.3.3.3 Observasi Tindakan Siklus

Kegiatan observasi dilakukan pada setiap pertemuan dengan mengamati proses pembelajaran dan hasil pembelajaran Problem Based


(61)

Learning (PBL) pada mata pelajaran PKn. Observasi dalam penelitian ini dibantu 2 observer. Observasi yang dilakukan adalah untuk mengamati dan mencatat kejadian yang terjadi setiap pembelajran. Observasi dalam penelitian ini menggunakan soal tes untuk pemahaman nilai nasionalisme, untuk penghayatan nilai nasionalisme peneliti menggunakan skala sikap dan untuk pelaksanaan nilai nasionalisme peneliti menggunakan angket.

Lembar soal tes diisi oleh siswa pada lembar jawab yang sudah disediakan. Lembar ini digunakan untuk melihat tingkat pemahaman siswa. Pada lembar skala sikap peneliti akan melihat tingkat penghayatan siswa dengan melihat sikap-sikap yang sudah ditunjukkan oleh siswa. Peneliti menggunakan angket untuk melihat tingkat kemampuan siswa dalam melaksanaan nilai nasionalisme. Pengamatan juga dilakukan dengan memfoto kegiatan pembelajaran, hal ini dilakukan dengan tujuan membantu proses pembelajaran dan dokumentasi.

3.3.3.4Refleksi Tindakan Siklus

Peneliti merefleksikan tindakan yang telah dilakukan pada siklus ini. Peneliti melakukan refleksi guna melihat keberhasilan, hambatan, dan kendala yang dialami siswa maupun peneliti. Evaluasi mengenai pembelajaran PKn menggunakan PBL. Membandingkan semua instrumen sebelum dan sesudah menggunakan PBL. Menyimpulkan dan membandingkan hasil instrumen siswa yang diperoleh pada siklus data awal. Memperbaiki kekurangan yang terjadi pada siklus ini dan merencanakan perbaikannya.


(62)

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengimpulan data adalah cara pengumpulan data oleh peneliti terhadap subjek penelitian (Arikunto, 2010:161). Tahap pengumpulan data sangat penting untuk menentukan kevalidan dari hasil penelitian. Penelitian dalam pengumpulan data menggunakan empat cara yaitu observasi, wawancara, dokumentasi dan kuesioner.

3.4.1 Observasi

Pengertian observasi dalam arti sempit adalah pengamatan langsung terhadap gejala yang diteliti, sedangkan arti luas yaitu pengamatan langsung atau tidak langsung terhadap apa yang diteliti (Sutoyo, 2012:84). Observasi merupakan hasil pengamatan peneliti terhadap apa yang ditelitinya. Observasi murut Uno dkk, observasi merupakan pengambilan data setelah situasi penelitian. Observasi dilakukan untuk mengamati perilaku siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Observasi dilakukan agar peneliti dapat menentukan strategi pembelajaran yang sesuai dengan permasalahan yang ada di kelas. Teknik ini digunakan untuk melihat pemahaman, penghayatan dan pelaksanaan nilai nasionalisme dengan menggunakan observasi tertutup.

Lembar observasi ini berisi tentang pembelajaran yang dilakukan di dalam kelas. Peneliti meneliti bagaimana jalannya pembelajaran di kelas. Peneliti tidak hanya meneliti jalannya pembelajaran saja namun juga perilaku siswa pada saat pembelajaran berlangsung.


(63)

3.4.2 Dokumentasi

Teknik dokumentasi adalah cara mengumpulkan data melalui peninggalan tertulis, seperti arsip dan buku-buku teori, pendapat, dalil dan lain-lain yang berhubungan dengan masalah penelitian (Margono, 2010:181). Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data secara tidak langsung pada subjek penelitian. Arsip dokumentasi dapat digunakan untuk memperkuat data yang diperoleh peneliti secara konkrit. Dokumentasi yang dilakukan dalam penelitian ini berupa foto yang dapat memperkuat kesahan data dalam penelitian dan dokumentasi ini berisi tentang hasil pekerjaan siswa berupa jawaban LKS dan jawaban lembar kuesioner.

3.4.3 Kuesioner

Pengumpulan informasi yang dikumpulkan dalam bentuk daftar pertanyaan yang diajukan kepada subjek penelitian (Uno dkk, 2011:104). Kuesioner merupakan daftar pertanyaan yang diajukan kepada subjek penelitian untuk mendapatkan informasi. Kuesioner menurut Margono adalah alat untuk mengumpulkan informasi dengan menyampaikan pertanyaan tertulis untuk jawaban respon secara tertulis (Margono, 2010:167). Kuesioner terdapat dua macam yaitu kuesioner tertutup dan kuesioner terbuka. Peneliti menggunakan kuesioner tertutup yang terdapat jawaban yang telah disediakan oleh peneliti. Kuesioner ini menggunakan skala sikap yang berisi pernyataan-pernyataan. Pernyataan kuesioner tersebut terdapat pernyataan favorabel dan unfavorabel. Pernyataan


(64)

favorabel merupakan pernyataan positif sedangkan pernyataan unfavorabel merupakan pernyataan negatif.

3.5 Instrumen Penelitian

Pengertian instrumen menurut Purwanto adalah alat ukur untuk mengukur pengumpulan data (Purwanto, 2009:56). Instrumen tersebut terbagi menjadi dua yaitu non tes dan tes. Instrumen tes misalnya tes hasil belajar. Tes tersebut digunakan untuk mengetahui penampilan maksimal. Sedangkan instrumen untuk non tes, non tes merupakan tes yang mendorong penampilan laporan keadaan dengan memberikan tanggapan yang jujur dan sesuai dengan pikiran dan perasaan. Peneliti menggunakan instrumen penelitian lembar observasi, kuesioner skala sikap dan wawancara.

Lembar observasi yang digunakan oleh peneliti adalah observasi yang dilakukan di dalam kelas. Dibawah ini adalah lembar observasi yang digunakan

No Aspek yang Diamati Keterangan

1 Proses Pembelajaran 2 Membuka pelajaran 3 Penyajian materi 4 Metode pembelajaran

5 Penggunaan bahasa dan waktu 6 Aktivitas belajar siswa

7 Pengelolaan Kelas 8 Penggunaan Media 9 Cara menutup pelajaran 10 Evaluasi

Catatan pengamat:

Peneliti menyusun instrumen skala sikap yang digunakan untuk mengukur peningkatan pemahaman atau kognitif, penghayatan atau afektif


(65)

dan pelaksanaan atau konatif sikap nasionalisme dengan membagi ketiga aspek tersebut menjadi 4 indikator yaitu persatuan bangsa, cinta tanah air, sikap yang mencerminkan nasionalisme dan menghargai simbol-simbol nasionalisme dengan penjabaran indikator sebagi berikut:

Tabel 3.5.1 Penjabaran Indikator

No Indikator Aspek Favorable Unfavorable

1 Persatuan bangsa

Kognitif

Indonesia mempunyai banyak tantangan dari berbagai negara.

Pemekaran wilayah (dari beberapa provinsi menjadi banyak provinsi) merupakan tanda pecahnya NKRI. Saya menyadari bahwa

berteman dengan teman dari daerah lain itu baik.

Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah negara yang hanya memeiliki 1 wilayah karena Indonesia adalah negara kesatuan.

Saya mengetahui bahwa negara Indonesia adalah negara yang memiliki beraneka bahasa.

Indinesia hanya memiliki 1 provinsi karena Indonesia hanya terdiri dari 1 wilayah. Saya memiliki

pandangan bahwa Negara Kesatuan Rebublik Indonesia adalah Negara yang memiliki wilayah tertentu.

Indonesia dapat dipisahkan dengan sangat mudah karena Indonesia tidak mempunyai rasa persatuan.

Saya mengetahui di Indonesia mempunyai 33 Provinsi.

Saya meyakini bangsa Indonesia tidak dapat dipisahkan.

Afektif Sebagai anggota keluarga kita harus saling menghormati dan menerima.

Saya merasa perbedaan budaya menjadi penghambat persatuan dan kesatuan.


(66)

Saya menghargai teman yang sedang beribadah, meskipun teman itu berbeda agama dengan saya.

Saya hanya menghargai dan menerima budaya yang berasal dari daerah saya sendiri.

Konatif Saya bersedia berteman dengan siapa saja.

Membantu teman kelas yang tawuran itu baik. Saya bersedia membantu, apabila teman saya berkelahi. Saya perlu memilih teman bergaul yang menguntungkan di sekolah.

2 Cinta Tanah Air

Kognitif

Saya menyadari bahwa saya bagian dari Indonesia/ NKRI.

Saya mengetahui bahwa NKRI hanya menyangkut wilayah saja.

Saya mengetahui bahwa pada awal kemerdekaan, NKRI hanya terdiri dari 8 provinsi.

Menurut saya NKRI terbentuk hanya karena jasa pahlawan.

Saya menyadari Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah negaraku.

Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah bukan negaraku karena Negara Indonesia mempunyai banyak wilayah.

Afektif

Saya merasa perlu menghargai jasa para pahlawan.

Saya tertarik dengan produk luar negeri yang kualitasnya lebih bagus dari produk lokal. Saya mengendalikan

diri sedapat mungkin memakai produk dalam negeri.

Saya hanya menghargai dan menerima budaya dalam negeri.

Saya tertarik mempelajari sejarah terbentuknya NKRI.

Saya tidak mencintai bangsa Indonesia karena bangsa Indonesia tidak patut dibanggakan.


(1)

249

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(2)

(3)

251

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(4)

(5)

253

Lampiran 11

Daftar Riwayat Hidup

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(6)

254

Daftar Riwayat Hidup

Valentina Ika Januarti merupakan anak pertama dari pasangan Bapak Albertus Gunarto dan Ibu Maria Tri Astuti. Lahir di Covalima, Timor-timur pada tanggal 1 Januari 1993. Pendidikan pertama dimulai di SD Negeri Sewukan I, di Desa Sewukan kecamatan Dukun Kabupaten Magelang. Masuk Sekolah Dasar pada tahun 1999 dan selesai pada tahun 2006. Penulis melanjutkan pendidikan di jenjang Sekolah Menengah Pertama di SMP Katolik Santa Maria Sawangan yang terletak di Desa Tumpang Kecamatan Sawangan Kabupaten Magelang. Penulis masuk ke SMP pada tahun 2006 dan menyelesaikan pendidikan SMP pada tahun 2009. Tahun 2009 Penulis masuk ke jenjang pendidikan Sekolah Menengah Atas di SMA Marsudirini Muntilan dan selesai di jenjang SMA pada tahun 2012.

Setelah menyelesaikan jenjang pendidikan di SMA penulis melanjutkan sekolah di Universitas Sanata Dharma pada tahun 2012. Di Universitas Sanata Dharma penulis mengambil Jurusan Ilmu Pendidikan program studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Penulis melakukan penelitian tugas akhir skripsi dengan

judul “ Peningkatan Sikap Nasionalisme Dalam Pembelajaran PKN Menggunakan