Peningkatan keaktifan dan prestasi belajar menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada mata pelajaran PKn untuk siswa kelas V SDN Kledokan.
ABSTRAK
PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA MATA PELAJARAN PKN
UNTUK SISWA KELAS V SDN KLEDOKAN
Oleh:
Dica Dedis Sentanu (121134186) Universitas Sanata Dharma
2016
Keaktifan dan prestasi belajar siswa kelas II SDN Kledokan yang rendah mendorong peneliti melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) di SD tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk (1) Menjelaskan pelaksanaan pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD sebagai upaya meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa kelas V SDN Kledokan pada mata pelajaran PKn, (2) Meningkatkan dan mengetahui peningkatan keaktifan siswa kelas V SDN Kledokan pada mata pelajaran PKn melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD, (3) Meningkatkan dan mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa kelas V SDN Kledokan pada mata pelajaran PKn melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD.
Penelitian inimerupakan Penelitian Tindakan Kelas yang dilaksanakan dalam 2 Siklus. Setiap siklus terdiri dari 2 pertemuan. Subyek penelitian adalah siswa kelas V SDN Kledokan Tahun Ajaran 2015/2016 yang berjumlah 27 siswa. Model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian yaitu pembelajaran kooperatif tipe STAD. Objek penelitian ini adalah keaktifan dan prestasi belajar mata pelajaran PKn. Data keaktifan siswa diperoleh dari lembar observasi yang diisi oleh observer selama proses pembelajaran berlangsung. Data prestasi belajar diperoleh dari evaluasi akhir setiap siklus.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa keaktifan belajar dan prestasi belajar siswa meningkat dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD. Persentase kondisi awal seluruh indikator yaitu 26,87% dengan nilai 27,87 (termasuk dalam kriteria siswa sangat kurang aktif) , persentase keaktifan siklus I yaitu 62,96% (termasuk dalam kriteria siswa cukup aktif) dengan nilai 56,44 dan siklus II 74,07% (termasuk dalam kriteria siswa aktif) dengan nilai 66,92. Peningkatan prestasi belajar siswa pada siklus I dengan rerata kondisi awal 50%belum memenuhi target yang ditentukan yaitu 75% dan capaian nilai 75,7 dengan rerata 62,9%. Pada siklus II dengan rerata kondisi awal 50% memenuhi target yang ditentukan yaitu 75%dan capaian nilai 80,55 dengan rerata 77,78%
(2)
ABSTRACT
THE ENHANCEMENT OF LIVELINESS AND LEARNING ACHIEVEMENT USING STAD COOPERATIVE LEARNING MODEL ON CIVICS FOR THE FIFTH GRADE
STUDENTS OF KLEDOKAN STATE ELEMENTARY SCHOOL by:
Dica Dedis Sentanu (121134186) Sanata Dharma University
2016
The low liveliness and learning achievement of the fifth grade students of Kledokan State Elementary School couraged the researcher to conduct this Classroom Action Research. This study aimed to (1) figure out the learning implementation using STAD cooperative learning model to enhance the liveliness and learning achievement on Civics for the fifth grade students
of Kledokan State Elementary School, (2) enhance and know the increase of students’ liveliness
on Civics using STAD cooperative learning model for the fifth grade students of Kledokan State Elementary School, (3) enhance and know students’ learning achievement on Civics using STAD cooperative learning model for the fifth grade students of Kledokan State Elementary School.
The researcher conducted Classroom Action Research in two cycles. Every cycle consisted of two meetings. The subject of this study was 27 fifth grade students of Kledokan State Elementary School academic year 2015/2016. The learning model employed in this study was STAD cooperative learning model. The objects of this study were the liveliness and learning
achievement on Civics. The data for students’ liveliness were obtained from the observation
sheet, meanwhile for the learning achievement the data were obtained from evaluation at the end of each cycle.
The result showed that the learning liveliness and achievement increased by using STAD cooperative learning model. The early condition was 26.87% with score 27,87(Included in the criteria for the student who is so less active) then in cycle I the liveness percentage was 62.96% with score 56.44(Included in the criteria for the student who is fairly active). The cycle II showed that the liveliness percentage was 74.07% with score 66.92(Include in the criteria for the student who is active) Then, the early condition of learning achievement was 50%. The increase of learning achievement in cycle I had not reached the target, that was 75%, since the average was 62.9% with score 75.7. In cycle II, the target was achieved because the average pointed 77.8% with score 80.55.
Keywords: liveliness, learning achievement, and Student Teams Achievment Division (STAD) Model
(3)
i
PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE
STAD PADA MATA PELAJARAN PKN UNTUK SISWA KELAS V SDN KLEDOKAN
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh:
Dica Dedis Sentanu NIM : 121134186
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA 2016
(4)
(5)
(6)
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan kepada:
Allah SWT yang senantiasa membimbing, melindungi dan mendampingiku dalam setiap kegiatanku.
Kedua orangtuaku:
Bapak Supriyanto dan Ibu Suginem Titut yang selalu memberi dukungan, menyayangi, mencintaiku serta mendoakanku.
Kakakku tersayang Rico Dedi Setiawan yang telah menyemangati dan mendoakanku.
Sahabat-sahabatku
Terimakasih atas semangat, dukungan dan bantuan kalian.
(7)
v MOTTO
Berpikir Positif dan Pantang menyerah
Selalu Berusaha dan Memberikan Yang Terbaik
Selama Kita Masih Punya Tekad Yang Terpelihara Dalam Semangat Maka Tiada Kata Terlambat Untuk Memulai Sebuah Awal Yang Baru
(8)
vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertandatangan dibawah ini, saya mahasiswa Univesitas Sanata Dharma : Nama: Dica Dedis Sentanu
NIM: 121134186
Demi pengembangan ilmu pengetahuan,saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :
“PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR
MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA MATA PELAJARAN PKN UNTUK SISWA KELAS V SDN KLEDOKAN”
Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikan diinternet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalty kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian surat ini saya buat dengan sebenarnya.
Yogyakarta, 18 Februari 2016
Yang Menyatakan,
(9)
vii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya oranglain,kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana karya ilmiah.
Yogyakarta, 18 Februari 2016
Penulis,
(10)
viii ABSTRAK
PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE
STAD PADA MATA PELAJARAN PKN UNTUK SISWA KELAS V SDN KLEDOKAN
Oleh:
Dica Dedis Sentanu (121134186) Universitas Sanata Dharma
2016
Keaktifan dan prestasi belajar siswa kelas II SDN Kledokan yang rendah mendorong peneliti melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) di SD tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk (1) Menjelaskan pelaksanaan pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD sebagai upaya meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa kelas V SDN Kledokan pada mata pelajaran PKn, (2) Meningkatkan dan mengetahui peningkatan keaktifan siswa kelas V SDN Kledokan pada mata pelajaran PKn melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD, (3) Meningkatkan dan mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa kelas V SDN Kledokan pada mata pelajaran PKn melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD.
Penelitian inimerupakan Penelitian Tindakan Kelas yang dilaksanakan dalam 2 Siklus. Setiap siklus terdiri dari 2 pertemuan. Subyek penelitian adalah siswa kelas V SDN Kledokan Tahun Ajaran 2015/2016 yang berjumlah 27 siswa. Model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian yaitu pembelajaran kooperatif tipe STAD. Objek penelitian ini adalah keaktifan dan prestasi belajar mata pelajaran PKn. Data keaktifan siswa diperoleh dari lembar observasi yang diisi oleh observer selama proses pembelajaran berlangsung. Data prestasi belajar diperoleh dari evaluasi akhir setiap siklus.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa keaktifan belajar dan prestasi belajar siswa meningkat dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD. Persentase kondisi awal seluruh indikator yaitu 26,87% dengan nilai 27,87 (termasuk dalam kriteria siswa sangat kurang aktif) , persentase keaktifan siklus I yaitu 62,96% (termasuk dalam kriteria siswa cukup aktif) dengan nilai 56,44 dan siklus II 74,07% (termasuk dalam kriteria siswa aktif) dengan nilai 66,92. Peningkatan prestasi belajar siswa pada siklus I dengan rerata kondisi awal 50%belum memenuhi target yang ditentukan yaitu 75% dan capaian nilai 75,7 dengan rerata 62,9%. Pada siklus II dengan rerata kondisi awal 50% memenuhi target yang ditentukan yaitu 75%dan capaian nilai 80,55 dengan rerata 77,78%
Kata kunci : Keaktifan, Prestasi dan Model Student Teams Achievment Division (STAD)
(11)
ix ABSTRACT
THE ENHANCEMENT OF LIVELINESS AND LEARNING
ACHIEVEMENT USING STAD COOPERATIVE LEARNING MODEL ON CIVICS FOR THE FIFTH GRADE STUDENTS OF KLEDOKAN STATE
ELEMENTARY SCHOOL by:
Dica Dedis Sentanu (121134186) Sanata Dharma University
2016
The low liveliness and learning achievement of the fifth grade students of Kledokan State Elementary School couraged the researcher to conduct this Classroom Action Research. This study aimed to (1) figure out the learning implementation using STAD cooperative learning model to enhance the liveliness and learning achievement on Civics for the fifth grade students of Kledokan State
Elementary School, (2) enhance and know the increase of students’ liveliness on
Civics using STAD cooperative learning model for the fifth grade students of Kledokan State Elementary School, (3) enhance and know students’ learning achievement on Civics using STAD cooperative learning model for the fifth grade students of Kledokan State Elementary School.
The researcher conducted Classroom Action Research in two cycles. Every cycle consisted of two meetings. The subject of this study was 27 fifth grade students of Kledokan State Elementary School academic year 2015/2016. The learning model employed in this study was STAD cooperative learning model. The objects of this study were the liveliness and learning achievement on Civics. The
data for students’ liveliness were obtained from the observation sheet, meanwhile
for the learning achievement the data were obtained from evaluation at the end of each cycle.
The result showed that the learning liveliness and achievement increased by using STAD cooperative learning model. The early condition was 26.87% with score 27,87(Included in the criteria for the student who is so less active) then in cycle I the liveness percentage was 62.96% with score 56.44(Included in the criteria for the student who is fairly active). The cycle II showed that the liveliness percentage was 74.07% with score 66.92(Include in the criteria for the student who is active) Then, the early condition of learning achievement was 50%. The increase of learning achievement in cycle I had not reached the target, that was 75%, since the average was 62.9% with score 75.7. In cycle II, the target was achieved because the average pointed 77.8% with score 80.55.
Keywords: liveliness, learning achievement, and Student Teams Achievment Division (STAD) Model
(12)
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
kasih karunia-Nya yang melimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
yang berjudul “Peningkatan Keaktifan Dan Prestasi Belajar Menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe stad Pada Mata Pelajaran Pkn Untuk Siswa Kelas V
Sd N Kledokan”Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan (S.Pd) pada program studi Pendidikan Guru
Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta.
Selama masa studi dan penyusunan skripsi, penulis mendapat dukungan
baik secara langsung maupun tidak langsung dari berbagai pihak. Pada
kesempatan ini dengan segala kerendahan hati, penulis ingin menyampaikan
ucapan terima kasih kepada:
1. Bapak Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sanata Dharma.
2. Ibu Christiyanti Apriastuti, S.Si., M.Pdselaku Ketua Program Studi
Pendidikan Guru Sekolah Dasar.
3. Bapak Apri Damai Sagita, S.S., M.Pd selaku Wakil Ketua Program Studi
Pendidikan Guru Sekolah Dasar
4. Ibu Elisabeth Desiana Mayasari, S.Psi., M.A. selaku Dosen Pembimbing
Akademik.
5. Bapak Drs. Paulus Wahana, M.Hum., selaku Dosen Pembimbing I, yang telah
memberikan dorongan, motivasi, dan perhatian sehingga penulis dapat
(13)
xi
6. Ibu Andri Anugrahana S.Pd., M.Pd., selaku Dosen Pembimbing II, yang telah
memberikan saran dan mengarahkan penulis dalam penyusunan skripsi ini.
7. Seluruh dosen dan staf PGSD, terima kasih atas bantuannya.
8. Bapak Mulyadi, S.PD., selaku Kepala Sekolah SDN Kledokan yang telah
memberikan ijin untuk melaksanakan penelitian.
9. Ibu Heni Purwaningsih, S.Pd.SD, selaku guru mata pelajaran PKn yang telah
membantu dalam melaksanakan penelitian dan kerjasamanya.
10.Teman-teman PPL yang telah membantu dalam melaksanakan dalam
melaksanakan penelitian.
11.Siswa-siswi SDN Kledokan yang telah menyambut dengan baik dan dapat
bekerja sama.
12.Orangtuaku yang tercinta, yang telah memberikan dukungan, cintakasih, dan
menunjang segala kebutuhan.
13.Kakakku yang tersayang yang telah memberikan semangat dan bantuannya.
14.Sahabat-sahabatku:Yosafat, Deni, Ade, Didit, Christo, Vani, Debora, Defirra,
Eni, Epri, Mira,dan semua teman-teman kelas D terima kasih atas dorongan,
semangat dan bantuannya.
15.Semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Semoga karya penelitian ini dapat memberikan manfaat dan berguna bagi banyak pihak. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan kesalahan baik dari segi isi, bahasa, dan penyusunannya, untuk itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik demi penyempurnaan tulisan ini.
Yogyakarta, 29 Januari 2016
Penulis
(14)
xii DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN MOTTO ... v
LEMBAR PERNYATAAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... vi
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN ... vii
ABSTRAK ...viii
ABSTRACT ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR TABEL.. ... xv
DAFTAR GAMBAR ... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ... xviii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Batasan Masalah ... 4
1.3 Rumusan Masalah ... 4
1.4 Tujuan Penelitian ... 5
1.5 Manfaat Penelitian ... 5
1.6 Definisi Operasional ... 7
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka ... 8
(15)
xiii
2.1.2 Prestasi Belajar ... 10
2.1.3 Pembelajaran Kooperatif ... 14
2.1.4 Pendidikan Kewarganegaraan ... 25
2.2 Penelitian yang Relevan ... 26
2.3 Kerangka Berpikir ... 29
02.4 Hipotesis Tindakan ... 31
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 32
3.2 Setting Penelitian ... 36
3.3 Desain Penelitian ... 37
3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 46
3.5 Instrumen Penelitian ... 48
3.6 Tabel Instrumen Pengumpulan Data ... 53
3.7 Teknik Pengujian Instrumen ... 54
3.8 Teknik Analisa Data ... 71
3.9 Indikator Keberhasilan...74
3.10 Jadwal Penelitian ... 75
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Proses Penelitian Tindakan Kelas ... 76
4.2 Hasil Penelitian ... 89
4.2.1 Hasil Keaktifan Belajar Siswa ... 89
4.2.2 Hasil Prestasi Belajar Siswa ...101
4.3 Pembahasan ...108
(16)
xiv BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan...118
5.2 Keterbatasan Penelitian...119
5.3 Saran...120
(17)
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif...19
Tabel 2.2 Perhitungan Skor Perkembangan Individu...22
Tabel 2.3 Tingkat Penghargaan Kelompok...23
Tabel 3.1 Kisi-Kisi Soal Evaluasi Siklus 1 Sebelum Validasi ... 49
Tabel 3.2 Kisi-kisi Soal Evaluasi Siklus II Sebelum Validasi...49
Tabel 3.3 Kisi-Kisi Soal Evaluasi Siklus I Setelah Validasi...50
Tabel 3.4 Kisi-Kisi Evaluasi Siklus II Setelah Validasi...50
Tabel 3.5 Pedoman Wawancara...51
Tabel 3.6 Lembar Observasi Keaktifan...52
Tabel 3.7 Kriteria Keaktifan...53
Tabel 3.8 Variabel Penelitian dan Instrumen Pengumpulan Data ...53
Tabel 3.9 Kriteria Penialaian Pada Hasil Validasi...56
Tabel 3.10 Hasil Validasi Silabus...57
Tabel 3.11 Hasil Validasi RPP...58
Tabel 3.12 Hasil Validasi Bahan Ajar...60
Tabel 3.13 Hasil Validasi LKS...60
Tabel 3.14 Hasil Validasi Soal Evaluasi...61
Tabel 3.15 Hasil Validasi Soal Evaluasi Siklus I...63
Tabel 3.16 Hasil Validasi Soal Evaluasi Siklus II...64
Tabel 3.17 Hasil Validasi Lembar Observasi Keaktifan...65
Tabel 3.18 Kualifikasi Reliabilitas...67
Tabel 3.19 Reabilitas Siklus I...67
Tabel 3.20 Reliabilitas Siklus II...68
(18)
xvi
Tabel 3.22 Indeks Kesukaran...69
Tabel 3.23 Indeks Kesukaran...70
Tabel 3.24 Indikator Keberhasilan...74
Tabel 3.25 Jadwal Penelitian...75
Tabel 4.1 Hasil Observasi Keaktifan Siklus I Pertemuan I...90
Tabel 4.2 Hasil Observasi Keaktifan Siklus I Pertemuan 2...91
Tabel 4.3 Hasil Jumlah Perhitungan Siklus I Pertemuan 1 dan 2...92
Tabel 4.4 Hasil Observasi Keaktifan Siklus 2 Pertemuan 1...95
Tabel 4.5 Hasil Observasi Keatifan Siklus 2 Pertemuan 2...96
Tabel 4.6 Hasil Jumlah Perhitungan Siklus 2 Pertemuan 1 dan 2...97
Tabel 4.7 Peningkatan Capaian Keaktifan Siklus1 dan siklus 2...100
Tabel 4.8 Nilai UTS Tahun 2013/2014...101
Tabel 4.9 Hasil Evaluasi Siklus I...102
Tabel 4.10 Rata-rata Hasil Capaian Prestasi Belajar Siklus I...103
Tabel 4.11 Hasil Evaluasi Siklus II...104
Tabel 4.12 Rata-Rata Hasil Capaian Prestasi Belajar Siklus II...104
(19)
xvii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Literatur Map Penelitian Terdahulu ... 28
Gambar 3.1 Siklus Dalam Penelitian Tindakan Kelas ... 34
Gambar 4.1 Grafik Nilai Keaktifan Belajar Siklus I ... 93
Gambar 4.2 Grafik Keaktifan Belajar Siklus II...94
Gambar 4.3 Grafik Nilai Keaktifan Belajar Siklus II...98
Gambar 4.4 Grafik Peningkatan Keaktifan Belajar...99
Gambar 4.5 Peningkatan Keaktifan Belajar ...100
Gambar 4.6 Peningkatan Prestasi Belajar Siklus I...103
Gambar 4.7 Peningkatan Prestasi Belajar Siklus II...105
Gambar 4.8 Grafik Peningkatan Prestasi Be;ajar...106
(20)
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Ijin Penelitian...124
Lampiran 2 Surat Telah Melaksanakan Penelitian...125
Lampiran 3 Silabus Pembelajaran...126
Lampiran 4 RPP, Materi, Soal & Jawaban, dan Penilaian Pemb. 1 Siklus 1...131
Lampiran 5 RPP, Materi, Soal & Jawaban, dan Penilaian Pemb. 2 Siklus 1...140
Lampiran 6 RPP, Materi, Soal & Jawaban, dan Penilaian Pemb. 1 Siklus 2...152
Lampiran 7 RPP, Materi, Soal & Jawaban, dan Penilaian Pemb. 2 Siklus 2...162
Lampiran 8 Hasil Tes Prestasi Siswa Siklus 1...171
Lampiran 9 Hasil Tes Prestasi Siswa Siklus 2...175
Lampiran 10 LKK yang Dikerjakan Siswa Siklus 1 Pertemuan 1...178
Lampiran 11 LKK yang Dikerjakan Siswa Siklus 1 Pertemuan 2...179
Lampiran 12 LKK yang Dikerjakan Siswa Siklus 2 Pertemuan 1...180
Lampiran 13 LKK yang Dikerjakan Siswa Siklus 2 Pertemuan 2...181
Lampiran 14 Soal Latihan Siklus 1 Pertemuan 1...182
Lampiran 15 Soal Latihan Siklus 1 Pertemuan 2...183
Lampiran 16 Soal Latihan Siklus 2 Pertemuan 1...184
Lampiran 17 Soal Latihan Siklus 2 Pertemuan 2...185
Lampiran 18 Soal Evaluasi Siklus I...186
Lampiran 19 Soal Evaluasi Siklus II...188
Lampiran 20 Validasi Instrumen Pembelajaran...191
Lampiran 21 Lembar Observasi Keaktifan...213
Lampiran 22 Nilai Data Awal UTS tahun PKn Tahun Pelajaran 2013/2014...221
Lampiran 23 Indeks Kesukaran...222
(21)
xix
Lampiran 25 Lampiran Validasi SPSS...228 Lampiran 26 Lampiran Foto-Foto Pelaksanaan Kegiatan...230
(22)
1 BAB I
PENDAHULUHAN
1.1 Latar Belakang
Menurut Gagne (Utami, 2010: 6) mengatakan bahwa belajar atau
pembelajaran pada hakekatnya merupakan sebuah proses dimana siswa terlibat
pada aktifitas yang memungkinkan mereka memiliki kemampuan atau prilaku
yang tidak dimiliki sebelumnya. Proses pendidikan merupakan interaksi antara
guru dan siswa serta dalam prosesnya mengajak siswa untuk aktif dan menggali
pengetahuannya sendiri melalui benda konret yang ada disekitar. Dalam
pembelajaran disekolah, siswa belajar berbagai macam pelajaran seperti
Matematika, Bahasa Indonesia, IPA, IPS, Pendidikan Agama, PKn dan
sebagainya. Mata pelajaran PKn sangatlah penting bagi siswa karena dalam
pelajaran PKn siswa mendapatkan pendidikan karakter, sehinggga siswa memiliki
sikap yang bermoral baik, patriotis, cinta damai, saling menghargai antar sesama
dan lain sebagainya. Selain itu PKn juga memberikan pengetahuan mengenai
sejarah bangsa Indonesia.
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) merupakan mata pelajaran yang
memfokuskan pada pembentukan diri yang beragam, baik dari segi agama,
sosio-kultural, bahasa, usia, dan suku bangsa untuk menjadi warga negara yang cerdas,
terampil, dan berkarakter (Susatim, 2010: 18). Dalam kurikulum tingkat satuan
pendidikan (2007: 110) meyebutkan bahwa mata pelajaran PKn bertujuan agar
siswa memiliki kemampuan sebagai berikut: 1) Berpikir secara kritis, rasional,
(23)
2
bertanggung jawab, bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara, serta anti korupsi, 2) Berkembang secara positif dan
demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter-karakter masyarakat
Indonesia agar dapat hidup bersama bangsa-bangsa lainnya, 3) Berinteraksi
dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak
langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.
Pembelajaran aktif harus tercipta dalam suatu proses pembelajaran. Belajar
aktif sangat diperlukan oleh siswa yang dijelaskan oleh (Zaini, 2008: 114) yaitu
bahwa belajar aktif sangat diperlukan oleh siswa untuk mendapatkan hasil belajar
yang maksimal. Ketika siswa hanya bersikap pasif dalam proses pembelajaran
atau menerima materi dari pengajar, ada kecenderungan siswa mudah sekali
melupakan materi dari pengajar, sedangkan dalam pembelajaran aktif siswa diajak
untuk turut serta dalam proses pembelajaran baik mental juga fisik. Dengan cara
seperti ini siswa akan merasakan proses belajar yang menyenangkan, bervariasi,
dan tidak monoton sehingga diharapkan hasil belajar yang didapatkan siswa akan
lebih baik. Suasana belajar dan proses pembelajaran dalam kelas dijelaskan oleh
(Hamzah, 2012: 75), yaitu suasana yang semestinya tercipta dalam proses
pembelajaran adalah siswa yang belajar benar-benar berperan aktif dalam
pembelajaran. Proses belajar di dalam kelas harus melibatkan siswa secara aktif,
menarik, dan tidak monoton.
Utami (2010: 3) menjelaskan proses belajar yang monoton, proses belajar
yang monoton masih menjadi pemandangan umum di sebagian besar
sekolah-sekolah. Ceramah masih menjadi metode yang sering dilakukan oleh guru dalam
(24)
3
sedikit ketrampilan.Potensi ketrampilan dan kreatifitasnya menjadi kurang
dikembangkan. Pengetahuan mereka umumnya berasal dari proses menghafal
materi yang disampaikan oleh guru bukan dari hasil temuannya sendiri. Dari
pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa siswa cenderung pasif dalam
pembelajaran, siswa akan malas belajar karena materi dan cara guru dalam
meyampaikan materi yang cenderung membosankan, sehingga kondisi tersebut
akan berdampak pada prestasi siswa. Prestasi yang rendah disebabkan oleh
keaktifan siswa yang rendah pula dalam mengikuti proses belajar mengajar di
sekolah
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di SDN Kledokan pada
tanggal 26 Agustus 2015 di kelas V pada mata pelajaran PKn, dokumentasi
keaktifan diperoleh data siswa yang masuk kriteria minimal cukup aktif pada
indikator 1 berjumlah 20% dengan nilai keaktifan 28,56, indikator 2 berjumlah
30% dengan nilai keaktifan 25,14, dan indikator 3 berjumlah 20% dengan nilai
keaktifan 23,34. Keseluruhan indikator nilai keaktifan hanya 27,39 dengan
persentase keseluruhan siswa yang memenuhi kriteria minimal cukup aktif
26,87%. Siswa dikatakan masih kurang aktif berpartisipasi dalam kegiatan
pembelajaran, kurang aktif mengungkapkan pendapat dan pertanyaan, dan siswa
tidak bertanggung jawab terhadap tugas. pengamatan nilai Ujian Tengah Semester
tahun ajaran 2013/2014, rata-rata nilai UTS siswa Semester I yaitu 73. Sebanyak
19 siswa mendapat nilai di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal dari 35 siswa.
Berdasarkan masalah yang ditemukan, peneliti mencoba mencari solusi
untuk pembelajaran PKn di kelas V dengan menerapkan pembelajaran kooperatif
(25)
4
dan prestasi belajar siswa kelas V SDN Kledokan pada mata pelajarn PKn tahun
ajaran 2015/2016. Menurut Insoni (dalam Taniredja 2011: 64) pembelajaran
(STAD) menekankan pada adanya aktifitas dan interaksi diantara siswa untuk
saling memotivasi dan saling membantu dalam penguasaan materi pelajaran guna
mencapai prestasi yang maksimal. Dengan menerapkan model kooperatif learning
tipe Student Teams Achievment Division (STAD) diharapkan siswa dapat
meningkatkan keaktifan dan prestasi siswa.
1.2 Batasan Masalah
Permasalahan penelitian ini dibatasi hanya pada mata pelajaran PKn, standar
kompetensi 2 Mentaati peraturan perundang-undangan tingkat pusat dan daerah,
kompetensi dasar 2.1 dan 2.2 yaitu”Menjelaskan pengertian dan pentingnya peraturan perundang-undangan tingkat pusat dan daerah” dan “Memberikan contoh peraturan perundang-undangan tingkat pusat dan daerah, seperti pajak, anti
korupsi, lalu lintas dan larangan merokok”, untuk meningkatkan keaktifan dan prestasi siswa kelas V SDN Kledokan tahun ajaran 2015/2016 dengan
menggunakan model pembelajaran tipe STAD (Students Teams Achiement
Division).
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan hal- hal diatas, masalah dalam penelitian tindakan kelas ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1.3.1 Bagaimana penerapan pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievment Division (STAD) yang dapat meningkatkan keaktifan dan
prestasi belajar untuk siswa kelas V SDN Kledokan pada mata pelajaran
(26)
5
1.3.2 Apakah penerapan pembelajarn kooperatif tipe Students Teams Achievement Division (STAD) dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa untuk kelas V
SDN Kledokan pada mata pelajaran PKn ?
1.3.3 Apakah penerapan pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) dapat meningkatkan prestasi belajar siswa untuk kelas V
SDN Kledokan pada mata pelajaran PKn ?
1.4 Tujuan Penelitian
1.4.1 Menjelaskan pelaksanaan pembelajaran menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD sebagai upaya meningkatkan keaktifan dan prestasi
belajar siswa kelas V SDN Kledokan pada mata pelajaran PKn.
1.4.2 Meningkatkan dan mengetahui peningkatan keaktifan siswa kelas V SDN
Kledokan pada mata pelajaran PKn melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD.
1.4.3 Meningkatkan dan mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa kelas V
SDN Kledokan pada mata pelajaran PKn melalui model pembelajaran
kooperatif tipe STAD.
1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diperoleh dalam penelitian ini adalah :
1.5.1 Bagi Siswa
Siswa dapat memperoleh pengalaman dalam mempelajari kompetensi dasar
melaksanakan peraturan perundang-undangan tingkat pusat dan daerah
(27)
6
1.5.2 Bagi Guru
Dapat memperoleh inspirasi melakukan PTK dengan menggunakan
pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Division)
1.5.3 Bagi Peneliti
Peneliti bisa mendapatkan pengalaman dalam melakukan PTK dalam materi
pokok memberikan contoh perundang-undangan tingkat pusat dan daerah
dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Student Teams
Achievement Division (STAD)
1.5.4 Bagi Sekolah
Menambah bahan bacaan terkait dengan penelitian tindakan kelas
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.
1.6 Definisi Operasional
1.6.1 Keaktifan adalah suatu sikap siswa yang ikut berperan serta dalam proses
belajar mengajar seperti bersemangat dalam mengikuti pembelajaran,
mencatat pada saat didalam kelas, mengerjakan tugas, menanggapi
penjelasan dari guru, bertanya, menjawab pertanyaan, membantu teman, dan
berdiskusi dalam kelompok.
1.6.2 Prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh karena adanya aktivits belajar
yang dilakukan dan berujud skor yang diperoleh siswa.
1.6.3 Pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achivement Division (STAD)
adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang melibatkan peran siswa
ke dalam kelompok kecil untuk saling berinteraksi, saling membantu dan
(28)
7
1.6.4 PKn adalah mata pelajaran yang diajarkan kepada siswa agar siswa
berpartisipasi aktif dalam sekolah, masyarakat dan keluarga, serta
mengarahkan siswa menjadi warga negara yang baik.
1.6.5 Siswa SD adalah siswa siswi kelas V SDN Kledokan yang berjumlah 27
(29)
32
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Kajian Pustaka
2.1.1 Keaktifan Belajar
2.1.1.1 Pengertian
Menurut Abdilah (dalam Aunurahman, 2012: 35) menjelaskan belajar
adalah suatu usaha sadar yang dilakukan individu dalam perubahan tingkah laku
baik melalui latihan pengalaman yang menyangkut aspek aspek kognitif, afektif
dan psikomotorik untuk memperoleh tujuan tertentu. Dimyati dan Mudjono
(1999: 62) mengungkapkan bahwa, keaktifan adalah keadaan dimana siswa
mencari, memperoleh, dan mengolah perolehan belajarnya sendiri. Menurut
Sardiman (1986: 98), mengemukakan keaktifan adalah kegiatan yang bersifat fisik
maupun mental, yaitu berbuat dan berpikir sebagai suatu rangkaian yang tidak
dapat dipisahkan.
Dari pengertian menurut beberapa tokoh diatas , ada beberapa kesamaan
pendapat mengenai pengertian keaktifan yaitu dalam hal kegiatan-kegiatan
yang bersifat fisik, non fisik. Dari beberapa kesamaan tersebut sehingga
peneliti menyimpulkan bahwa keaktifan belajar merupakan segala bentuk
aktivitas yang dilakukan oleh siswa baik secara fisik maupun non fisik selama
kegiatan belajar berlangsung. Selain itu peneliti juga menambahkan tujuan dari
keaktifan bahwa, keaktifan selama kegiatan belajar tersebut bertujuan untuk
mencapai tujuan belajar secara menyeluruh, baik aspek kognitif, afektif, maupun
(30)
9 2.1.1.2 Ciri-ciri keaktifan Belajar
Menurut Sanjaya (2006: 140) keaktifan terlihat dari keterlibatan siswa dalam
proses pembelajaran. Keterlibatan tersebut antara lain:
1. Siswa memperhatikan guru ketika menjelaskan pelajaran.
2. Siswa menyelesaikan setiap tugas yang diberikan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
3. Siswa melakukan kerjasama atau diskusi dalam kelompok.
4. Siswa terlibat dalam kegiatan mencari sumber belajar yang relevan dengan tujuan pembelajaran.
5. Siswa memanfaatkan sumber belajar yang tersedia.
6. Siswa menjawab dan mengajukan pertanyaan kepada guru ataupun siswa lainnya dalam pembelajaran.
7. Siswa berusaha memecahkan masalah yang diajukan atau timbul selama proses pembelajaran.
8. Keterlibatan siswa dalam mengevaluasi sendiri hasil pembelajaran yang telah dilakukan.
2.1.1.3 Cara meningkatkan keaktifan Belajar
Moh. Uzer Usman (2009: 26-27) cara untuk memperbaiki keterlibatan siswa
diantaranya yaitu:
1. Abadikan waktu yang lebih banyak untuk kegiatan belajar mengajar
2. Tingkatkan partisipasi siswa secara efektif dalam kegiatan belajar
mengajar
3. Masa transisi antara berbagai kegiatan dalam mengajar hendaknya
(31)
10
4. Berikanlah pengajaran yang jelas dan tepat dan sesuai dengan tujuan
mengajar yang akan dicapai.
5. Usahakan agar pengajaran dapat lebih menarik minat murid. Untuk itu
harus mengetahui minat siswa dan mengaitkannya dengan bahan dan
prosedur pengajaran
Implikasi prinsip keterlibatan langsung bagi guru adalah :
1. Mengaktifkan peran individual atau kelompok kecil dalam penyelesaian
tugas.
2. Menggunakan media secara langsung dan melibatkan siswa didalam
praktik penggunaan tersebut
3. Memberi keleluasaan kepada siswa untuk melakukan berbagai percobaan
dan eksperimen.
4. Memberikan tugas-tugas praktik
2.1.2 Prestasi belajar 2.1.2.1 Pengertian Belajar
Belajar menurut Meier (dalam Yamin, 2007), adalah proses mengubah
pengalaman menjadi pengetahuan , pengetahuan menjadi pemahaman,
pemahaman menjadi kearifan, dan kearifan menjadi keaktifan. Belajar
menunjukan adanya jiwa yang aktif, tidak hanya sekedar merespon informasi,
namun juga mengolah dan melakukan transformasi terhadap informasi atau
pengetahuan yang telah diterima. Menurut Dewey (dalam Daryanto, 2012) belajar
adalah terkait dengan apa yang harus muncul dari dirinya sendiri. Pendapat ini
(32)
11
bahwa belajar adalah sebuah proses aktif dan pengetahuan disusun di dalam
pikiran siswa.
Djamarah (2008: 15-17) menyebutkan ciri-ciri belajar antara lain: 1) Siswa
secara sadar menyadari bahwa selama proses belajar mengajar pengetahuannya
bertambah, kecakapannya bertambah, serta kebiasaanya bertambah, 2) Perubahan
dalam belajar bersifat fungsional yaitu suatu perubahan yang dialami siswa akan
menyebabkan perubahan berikutnya yang akan berguna bagi kehidupan atau
pembelajaran berikutnya, 3) Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif
yaitu perubahan yang terjadi pada siswa yang belajar terus bertambah secara terus
menerus serta siswa yang belajar tersebut akan memperoleh sesuatu yang lebih
baik dari sebelumnya, 4) Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara yaitu
pengetahuan dan tingkah laku yang ditimbulkan dari kegiatan belajar yang terjadi
karena proses belajar ini bersifat menetap dan permanen.
5) Perubahan dalam belajar bertujuan yaitu perubahan tingkah laku yang
ditimbulkan karena proses belajar terjadi karena ada tujuan yang kan dicapai dan
perubahan terarah ini benar-benar disadari oleh siswa yang belajar, 6) Perubahan
mencakup seluruh aspek tingkah laku yaitu perubahan tingkah laku siswa yang
telah mengikuti proses pembelajaran yang dimaksud adalah perubahan seluruh
tingkah lakunya, baik perubahan tingkah laku secara menyeluruh dalam sikap dan
kebiasaan, ketrampilan dan pengetahuan. Dari ciri-ciri diatas dapat disimpulkan
bahwa siswa dikatakan belajar ketika siswa tersebut secara sadar mengetahui
bahwa dengan proses belajar pengetahuannya bertambah secara positif dan
(33)
12
Pembelajaran dengan melibatkan siswa secara langsung akan membentuk
suatu pembelajaran yang efektif sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran.
Proses belajar berhubungan dengan perubahan prilaku, sikap, pengetahuan, dan
pemaknaan terhadap tugas-tugas dalam hidup siswa dan dalam proses belajar akan
menghasilkan suatu hasil belajar yang akan menjadi penyebab dari keberlanjutan
proses belajar sesuai dengan kebutuhan siswa.
Dari pendapat-pendapat ahli dapat kita lihat adanya kesamaan mengenai
pendefinisian belajar dari para ahli yaitu dalam hal adanya perubahan. Dari
kesamaan tersebut maka peneliti mencoba mendifinisikan pengertian belajar
berdasarkan kedua pengertian yang tertera diatas. Pada hakikatnya belajar
merupakan aktifitas seseorang untuk mencapai perubahan secara menyeluruh,
baik dalam hal perubahan tingkah laku, pengetahuan, pemahaman ketrampilan
dan sikap melalui kegiatan yang dilakukan setiap individu di dalam
lingkungannya. Melalui kegiatan-kegiatan belajar tersebut diharapkan adanya
perubahan-perubahan sebagai wujud dari hasil belajar. Hasil belajar tidak hanya
pada aspek kognitif saja, melainkan juga menyangkut aspek afektif dan
psikomotorik.
2.1.2.2 Pengertian Prestasi Belajar
Menurut Suyono (2011: 9) menyatakan bahwa belajar adalah suatu aktivitas
atau suatu proses untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan keterampilan,
memperbaiki perilaku, sikap dan mengkokohkan kepribadian.. Hal ini sejalan
dengan pendapat Purwanto (2009: 46) yang mengemukakan bahwa hasil belajar
yaitu pencapaian tujuan belajar siswa pada saat mengikuti proses pembelajaran.
(34)
13
dikerjakan dan diciptakan secara individu maupun secara kelompok (Djamarah,
1994:19) .
Berdasarkan pengertian diatas, peneliti menyimpulakn bahwa prestasi belajar
adalah hasil pemahaman siswa yang diperoleh dari proses belajar dan dapat
diukur dengan alat atau tes tertentu.
2.1.2.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar :
Menurut Ahmadi (1991:130-139), menjelaskan bahwa prestasi belajar
adalah prestasi yang dicapai seorang individu merupakan hasil interaksi antara
berbagai faktor yang mempengaruhinya baik dari dalam (faktor internal) maupun
faktor luar (faktor eksternal) individu. Pengenalan terhadap faktor-faktor yang
mempengaruhi prestasi belajar penting sekali artinya dalam rangka membantu
murid dalam mencapai prestasi belajar yang sebaik-baiknya. Secara perinci,
uraian mengenai faktor internal dan eksternal, sebagai berikut :
1. Faktor Internal ; Faktor internal merupakan faktor yang bersumber dari dalam
diri peserta didik, yang memengaruhi kemampuan belajarnya. Faktor Internal
ini meliputi : kecerdasan, minat dan perhatian, motivasi belajar, ketekunan,
sikap, kebiasan belajar, serta kondisi fisik dan kesehatan.
2. Faktor eksternal; faktor yang berasal dari luar diri peserta didik yang
memengaruhi hasil belajar yaitu keluarga, sekolah, dan masyarakat. Keadaan
keluarga berpengaruh terhadap hasil atau prestasi belajar siswa. Keluarga
yang tergolong kurang dalam ekonominya, kurang harmonis antara hubungan
orangtua, perhatian yang kurang terhadap anaknya, serta kebiasaan
sehari-hari berprilaku yang kurang baik dari orangtua dalam kehidupan sesehari-hari-sehari-hari
(35)
14 2.1.3 Pembelajaran Kooperatif
2.1.3.1 Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Menurut Rusman (2012: 202) pembelajaran kooperatif (cooperative
learning) merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja
dalam kelompok- kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari
empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen.
Selama menyelesaikan tugas, kelompok setiap anggota saling bekerja sama dan
membantu untuk memahami suatu bahan pembelajaran. Menurut Trianto (2009:
56-57) di dalam kelas kooperatif siswa belajar bersama dalam
kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang siswa yang sederajat tapi heterogen,
kemampuan, jenis kelamin, suku/ras dan satu sama lain saling membantu. Selama
belajar kelompok, tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan materi
yang disajikan guru dan saling membantu di antara teman sekelompok untuk
mencapai ketuntasan materi. Belajar belum selesai jika salah satu anggota
kelompok ada yang belum menguasai materi pelajaran. Nurulhayati (dalam
Rusman, 2012: 203) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah strategi
pembelajaran yang melibatkan partisipasi siswa dalam satu kelompok kecil untuk
saling berinteraksi. Pada sistem belajar yang kooperatif, siswa belajar bekerja
sama dengan anggota lainnya. Pada model ini, siswa memiliki dua tanggung
jawab, yaitu mereka belajar untuk dirinya sendiri dan membantu sesama anggota
kelompok untuk belajar.
Pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam metode
pengajaran dimana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk
(36)
15
kelas kooperatif, para siswa diharapkan dapat saling membantu, saling
mendiskusikan dan berargumentasi, untuk mengasah pengetahuan yang mereka
kuasai saat itu dan menutup kesenjangan dalam pemahaman masing-masing
(Slavin, 2005: 4).
Menurut Ibrahim (dalam Rusman, 2012:208) pembelajaran kooperatif
adalah suatu aktivitas pembelajaran yang menggunakan pola belajar siswa
berkelompok untuk menjalin kerja sama dan saling ketergantungan dalam struktur
tugas, tujuan dan hadiah. Menurut Sanjaya (2009: 242) pembelajaran kooperatif
merupakan model pembelajaran dengan menggunakan sistem
pengelompokkan/tim kecil, yaitu antara empat sampai enam orang yang
mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, rasa atau suku
yang berbeda (heterogen). Sistem penilaian dilakukan terhadap kelompok. Setiap
kelompok akan memperoleh penghargaan (reward) jika kelompok mampu
menunjukkan prestasi yang dipersyaratkan.
Pada kegiatan kelompok siswa diajarkan keterampilan-keterampilan
khusus, seperti bekerja sama dengan baik dalam kelompoknya, menjelaskan
kepada teman sekelompok, menghargai pendapat teman, berdiskusi dengan
teman, siswa yang sudah memahami materi membantu siswa yang belum
memahami materi. Pada pembelajaran kooperatif, gurulah yang membentuk
kelompok-kelompok tersebut. Jika siswa dibebaskan memilih sendiri
kelompoknya, maka siswa cenderung akan memilih teman-teman yang disukai,
misalnya karena sama kemampuannya, sama jenisnya atau sama asal-usul
(37)
16
pengelompokkan yang terjadi untuk kelas baru atau guru yang baru mulai
mengajar yang masih mempunyai sedikit informasi tentang siswanya.
2.1.2.2 Prinsip - prinsip Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif adalah suatu sistem yang di dalamnya terdapat
prinsip-prinsip yang saling terkait.
1. Saling Ketergantungan Positif (Positive Interdependence)
Menurut Slavin (2005: 4) berpendapat bahwa pembelajaran kooperatif adalah
pembelajaran dimana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk
saling membantu satu sama lain dalam mempelajari materi pelajaran. Sanjaya
(2009: 246), dalam pembelajaran kelompok keberhasilan suatu penyelesaian tugas
tergantung kepada usaha yang dilakukan setiap anggota kelompoknya. Oleh sebab
itu, perlu disadari oleh setiap anggota kelompok keberhasilan penyelesaian tugas
kelompok akan ditentukan oleh kinerja masing-masing anggota. Dengan
demikian, semua anggota dalam kelompok akan merasa saling ketergantungan.
Untuk terciptanya kelompok kerja yang efektif, setiap anggota kelompok
masing-masing perlu membagi tugas sesuai dengan tujuan kelompoknya. Tugas
tersebut tentu saja disesuaikan dengan kemampuan setiap anggota kelompok.
Inilah hakikat ketergantungan positif, artinya tugas kelompok tidak mungkin
diselesaikan manakala ada anggota yang tidak bisa menyelesaikan tugasnya dan
semua ini memerlukan kerja sama yang baik dari masing-masing anggota
kelompok. Anggota kelompok yang memiliki kemampuan lebih diharapkan mau
(38)
17 2. Tanggung Jawab Perseorangan
Prinsip ini merupakan konsekuensi dari prinsip yang pertama. Oleh karena
keberhasilan kelompok tergantung pada setiap anggotanya, maka setiap anggota
kelompok harus memiliki tanggung jawab sesuai dengan tugasnya. Setiap anggota
harus memberikan yang terbaik untuk keberhasilan kelompoknya. Untuk
mencapai hal tersebut, guru perlu memberikan penilaian terhadap individu dan
juga kelompok. Penilaian individu bisa berbeda akan tetapi penilaian kelompok
harus sama (Sanjaya , 2009: 246). Setiap anggota kelompok harus ikut aktif dalam
menyumbangkan gagasan dan bertanggung jawab terhadap penguasaan materi
pembelajaran secara maksimal karena hasil belajar kelompok didasarkan atas
rata-rata nilai anggota kelompok.
3. Interaksi Tatap Muka (Face to Face Promotion Interaction)
Pembelajaran kooperatif memberi ruang dan kesempatan yang luas kepada
setiap anggota kelompok untuk bertatap muka saling memberikan informasi dan
saling membelajarkan. Interaksi tatap muka akan memberikan pengalaman yang
berharga kepada setiap anggota kelompok untuk bekerja sama, menghargai setiap
perbedaan, memanfaatkan kelebihan masing-masing anggota dan mengisi
kekurangan masing-masing (Sanjaya , 2009: 247). Setiap anggota kelompok
saling berinteraksi menjalin hubungan kerja sama seperti melaksanakan aktifitas
bertanya, menjawab pertanyaan, meminta bantuan atau memberi penjelasan.
4. Partisipasi dan Komunikasi (Participation Comunication)
Menurut Sanjaya (2009: 246), pembelajaran kooperatif melatih siswa untuk
dapat mampu berpartisipasi aktif dan komunikasi. Kemampuan ini sangat penting
(39)
18
perlu membekali siswa dengan kemampuan berkomunikasi, misalnya seperti cara
menyatakan ketidaksetujuan atau cara menyanggah pendapat orang lain secara
santun, tidak memojokkan, cara menyampaikan ide-ide yang dianggap baik dan
berguna. Tidak semua siswa dapat melakukan partisipasi dan komunikasi, padahal
keberhasilan kelompok terletak pada kemampuan untuk berpartisipasi dan
keberanian untuk berkomunikasi.
Siswa diharapkan dapat mengembangkan keterampilan sosial seperti tenggang
rasa, memberi tanggapan terhadap ide teman lain, berani mempertahankan
pendapat, mau menerima saran dan sanggahan dari teman, tidak mendominasi
orang lain dan berbagai sifat lain yang bermanfaat secara sengaja diajarkan oleh
guru, sehingga siswa secara perlahan dan pasti akan berusaha berpartisipasi dan
mulai untuk berkomunikasi (mengutarakan pendapat).
5. Evaluasi proses kelompok.
Menurut Roger dan Johnson (dalam Rusman, 2012: 212) evaluasi proses
kelompok yaitu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi
proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka, agar selanjutnya bisa bekerja
sama dengan lebih efektif .
2.1.2.3 Ciri-ciri Model Pembelajaran Kooperatif
Menurut Rusman (2012: 208) ciri-ciri pada kebanyakan pembelajaran
yang menggunakan model pembelajaran kooperatif sebagai berikut:
1) Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi
belajarnya.
2) Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang
(40)
19
3) Bilamana mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, bangsa, suku, dan
jenis kelamin yang berbeda-beda.
4) Penghargaan lebih berorientasi kepada kelompok daripada individu.
2.1.2.4 Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif
Dalam Trianto (2009: 66-67) terdapat enam langkah utama atau tahapan di dalam
pelajaran yang menggunakan pembelajaran kooperatif, yaitu sebagai berikut:
Tabel 2.1 Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif
Fase Tingkah Laku Guru
1
Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa
Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar.
2
Menyajikan informasi
Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan.
3
Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok
kooperatif
Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar.
4
Membimbing kelompok bekerja dan belajar
Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.
5 Evaluasi
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.
6
Memberikan penghargaan
Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.
2.1.2.5 Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD a. Pengertian metode STAD
STAD (Student Teams Achievement Divisions) adalah salah satu metode
dalam pembelajaran kooperatif yang sederhana. Selain itu, pembelajaran
kooperatif metode STAD juga dapat digunakan untuk memberikan pemahaman
konsep materi kepada siswa dimana materi tersebut telah dipersiapkan oleh guru
(41)
20
Menurut Slavin (dalam Rusman, 2012: 213) model STAD (Students Team
Achievement Division) merupakan variasi pembelajaran kooperatif yang paling
banyak diteliti. Model ini juga sangat mudah diadaptasi, telah digunakan dalam
Matematika, IPA, IPS, Bahasa Inggris, Teknik dan banyak subjek lainnya dan
pada tingkat sekolah dasar sampai perguruan tinggi.
2.1.2.6 Tahap-tahap Pelaksanaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievment Division)
Tahap-tahap pelaksanaan model kooperatif tipe STAD adalah sebagai berikut:
1. Tahap Persiapan
Tahap persiapan adalah tahap dimana guru mempersiapkan semua keperluan
dalam mengajar (mempersiapkan materi, perangkat mengajar, LKS, soal kuis),
menentukan metode pembelajaran dan menyajikan materi awal pembelajaran.
Guru membagi kelompok yang masing-masing kelompok beranggotakan 4-6
orang dengan tingkat prestasi, jenis kelamin dan ras yang berbeda. Pembagian
kelompok diatur berdasarkan skor awal. Skor awal diperoleh dari tes yang
diberikan kepada setiap siswa secara individu.
2. Tahap Penyajian Materi
Pada tahap penyampaian materi, guru menyampaikan materi sesuai dengan
kompetensi dasar yang akan dicapai. Penyajian materi dilakukan secara klasikal
(dengan ceramah ataupun dengan pertemuan terbimbing). Ada beberapa hal yang
perlu diperhatikan oleh guru dalam penyampaian materi, yaitu sebagai berikut:
a) Pada penyampaian materi, guru perlu menggunakan media yang tepat untuk
(42)
21
b) Menekankan kepada peserta didik bahwa belajar adalah memahami makna dari
materi yang dipelajari bukan menghafal materi.
c) Menyampaikan pertanyaan atau masalah nyata yang terjadi dalam kehidupan
sehari-hari untuk mengetahui pengetahuan dan pemahaman peserta didik.
d) Memberikan penjelasan tentang benar atau salahnya jawaban dari setiap
pertanyaan.
e) Beralih pada materi lain, jika siswa sudah memahami permasalahan yang
dihadapi.
3. Tahap Kegiatan Kelompok
Pada tahap kegiatan kelompok, peserta didik mempelajari materi dan
mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. Pada kegiatan kelompok, setiap
anggota kelompok harus saling membantu dan bertanggung jawab atas
kelompoknya. Guru mempersiapkan bahan tugas kelompok sesuai dengan
kompetensi dasar yang akan dicapai.
Peran guru dalam kegiatan kelompok adalah sebagai fasilitator. Tugas
fasilitator yaitu memberi bantuan dengan cara memperjelas perintah atau
pertanyaan, dan memberikan bimbingan kepada siswa atau kelompok yang
mengalami kesulitan.
4. Tahap Pelaksanaan Tes Individu
Jika materi sudah dipelajari dan dibahas dalam kelompok, peserta didik diberi
tes/kuis secara individu. Pada saat mengerjakan kuis siswa tidak diperbolehkan
untuk bekerjasama, hal ini dilakukan untuk menjamin siswa secara individu
bertanggung jawab terhadap diri sendiri dalam memahami materi ajar. Tes/kuis
(43)
22
dicapai oleh peserta didik dan untuk menunjukkan apa saja yang diperoleh peserta
didik selama belajar dalam kelompok.
5. Tahap Perhitungan Skor Perkembangan Individu
Skor perkembangan individu dihitung berdasarkan selisih skor awal
dengan perolehan tes akhir. Setiap anggota kelompok memiliki kesempatan yang
sama untuk memberikan sumbangan skor maksimal untuk nilai perkembangan
kelompoknya berdasarkan perolehan nilai tes. Penghitungan skor perkembangan
menurut Slavin (dalam Trianto, 2009:72) didapat melalui kriteria berikut:
Tabel 2.2 Perhitungan Skor Perkembangan Individu
Nilai Tes Skor
Perkembangan
Lebih dari 10 poin dibawah skor awal 0 poin
10 poin sampai dengan 1 poin dibawah skor awal 10 poin Skor awal sampai dengan 10 poin datas skor awal 20 poin
Lebih dari 10 poin diatas skor awal 30 poin
Nilai sempurna (tanpa memperhitungkan skor awal) 30 Poin
6. Tahap Penghargaan Kelompok
Kegiatan ini dilakukan pada setiap akhir pertemuan kegiatan belajar mengajar.
Guru memberikan penghargaan berupa pujian, skor perkembangan,sertifikat kecil,
ucapan selamat atau barang yang dapat berbentuk makanan kecil kepada
kelompok yang teraktif, terkompak. Langkah tersebut dilakukan untuk
memberikan motivasi kepada siswa agar lebih aktif dalam kegiatan belajar
mengajar. Kriteria untuk status kelompok, skor kelompok dihitung dengan
membuat rata-rata skor perkembangan anggota kelompok yaitu dengan
menjumlah semua skor perkembangan yang diperoleh anggota kelompok dibagi
dengan jumlah anggota kelompok. Menurut Ratumanan (dalam Trianto, 2009:72)
yang dihitung dari rata-rata poin perkembangan yang diperoleh tiap anggota
(44)
23
Tabel 2.3 Tingkat Penghargaan Kelompok
Rata-rata tim Predikat
0 -
5 Tim Baik 15 Tim Hebat 25 Tim Super
2.1.2.7 Kelebihan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
1) Menumbuhkan interaksi positif antara siswa melalui diskusi dalam
memecahkan masalah, serta meningkatkan keterampilan bertanya.
2) Melatih dan mengembangkan bakat kepemimpinan serta mengajarkan
keterampilan untuk betutur kata di depan umum (kelas).
3) Siswa yang pandai maupun yang lemah sama-sama memperoleh manfaat
melalui aktifitas belajar kooperatif.
4) Meningkatkan semangat kebersamaan, bekerja sama, mengembangkan sikap
saling menghormati dan menghargai antar anggota kelompok serta menghargai
pendapat orang lain.
5) Setiap anggota kelompok dituntut untuk menguasai materi yang diberikan
karena setiap siswa memiliki tanggung jawab yang sama untuk
memppertanggungjawabkan hasil kerja kelompok mereka.
2.1.2.8 Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif metode STAD
Tidak ada model pembelajaran kooperatif yang sempurna, demikian halnya
dengan model pembelajaran kooperatif metode STAD, dimana masih terdapat
kelemahan-kelemahan sebagai berikut:
1) Siswa berprestasi rendah akan mengarah pada kekecewaan karena peran
(45)
24
2) Kemungkinan adanya ketergantungan dalam kelompok, siswa yang
berprestasi rendah bisa bergantung pada siswa yang pandai.
3) Waktu yang diperlukan dalam pembelajaran banyak, sehingga terkadang
tidak mencukupi dan sulit mencapai target kurikulum.
4) Memungkinkan siswa ramai di dalam kelas, sehingga suasana kelas menjadi
tidak kondusif.
2.1.2.9 Kompetensi dasar menjelaskan pengertian dan pentingnya peraturan perundang undangan tingkat pusat dan daerah dan Memberikan contoh peraturan-perundang-undangan tingkat pusat dan daerah seperti pajak, anti korupsi, lalu lintas dan larangan merokok.
Peraturan perundang-undangan adalah peraturan tertulis yang dibentuk
oleh lembaga negara atau pejabat yang berwenang dan mengikat secara umum.
Negara Indonesia mempunyai banyak sekali jenis peraturan perundang-undangan.
Peraturan perundangundangan itu ada yang berada pada tingkatan yang paling
tinggi sampai pada peraturan perundang-undangan tingkat rendah. Adapun jenis
dan tingkatan peraturan perundang undangan di Indonesia itu adalah sebagai
berikut.
1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia1945
2. Undang-undang (UU)/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang
(Perppu)
3. Peraturan Pemerintah (PP)
4. Peraturan Presiden (Perpres)
(46)
25
Dari berbagai jenis peraturan perundang-undangan itu, ada peraturan
perundang-undangan tingkat pusat yang berlaku untuk seluruh wilayah hukum
Negara Kesatuan Republik Indonesia dan ada peraturan perundang-undangan
tingkat daerah. Peraturan perundang-undangan tingkat daerah berlaku hanya pada
suatu daerah yang dimaksudkan dalam peraturan itu. Baik peraturan
perundang-undangan tingkat pusat maupun daerah semuanya harus ditaati oleh semua warga
negara yang bersangkutan tanpa terkecuali. Pelanggaran terhadap peraturan
perundang-undangan akan dikenai sanksi sesuai dengan pelanggaran yang
dilakukan.
2.1.4 Pendidikan Kewarganegaraan
2.1.4.1 Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)
Menurut Wiharyanto (2008: 6) mengungkapkan pendidikan
kewarganegaraan untuk menumbuhkan wawasan dan kesadaran bernegara,
serta membentuk sikap dan perilaku cinta tanah air yang bersendikan
kebudayaan bangsa. Menurut Sumarsono (2001: 6-7) pendidikan
kewarganegaraan merupakan usaha untuk membekali peserta didik dengan
pengetahuan dan kemampuan dasar berkenaan dengan hubungan antara
warga negara dan negara serta PendidikanPendahuluan Bela Negara (PPBN)
agar menjadi warga negara yang dapat diandalkan oleh Bangsa dan
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Melalui pendidikan kewarganegaraan,
warga negara Kesatuan Republik Indonesia diharapkan mampu:
memahami, menganalisis, dan menjawab masalah-masalah yang dihadapi oleh
masyarakat, bangsa, dan negaranya secara berkesinambungan dan konsisten
(47)
26
UUD 1945.
2.1.4.2 Tujuan PKn
Menurut Wiharyanto (2008: 5) tujuan pendidikan kewarganegaraan adalah:
1. Mengantarkan peserta didik memiliki wawasan kesadaran bernegara untuk
bela Negara dan memiliki pola pikir, pola sikap, dan pola perilaku untuk
cinta tanah air.
2. Menumbuhkankembangkan wawasan kebangsaan, kesadaran berbangsa dan
bernegara pada diri pesertar didik, sehingga terbentuk daya tangkal sebagai
ketahanan nasional.
3. Peserta didik dapat menerapkan nilai-nilai luhur pancasila dalam menciptakan
ketahanan nasional
4. Peserta didik mampu menuangkan pemikiran berdasarkan nilai-nilai Pancasila
dalam menganalisa permasalahan hidup bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara
2.2 Penelitian yang relevan
Penelitian yang dilakukan oleh Vlorentinna Dewi (2011), yang berjudul
Peningkatan prestasi belajar Bahasa Indonesia menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siswa kelas IV SDN Bakulan Tahun
Pelajaran 2010/2011, menyimpulkan bahwa dengan model pembelajaran
kooperatif khususnya tipe STAD dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal
ini terbukti dengan nilai rata-rata kondisi awal 62,6 dengan 55% siswa yang
mencapai nilai KKM 75 atau lebih dan pada siklus 1 meningkat menjadi 72,6
(48)
27
meningkatmenjadi 85,4 dengan 92% siswa yang mencapai nilai KKM 75 atau
lebih.
Penelitian yang dilakukan oleh Natalia Rani (2013), yang berjudul
peningkatan keaktifan dan prestasi belajar mata pelajaran IPS menggunakan model
pembelajaran kooperatif teknik student teams achievment divisions (STAD) pada
siswa kelas V SDN Denggung tahun ajaran 2012/2013, menyimpulkan bahwa
penggunaan teknik STAD dapat meningkatkan keaktifan, hal ini dapat terlihat dari
data masing-masing siklus yang memaparkan adanya peningkatan rata-rata
keaktifan siswa dalam pembelajaran IPS sebesar 28,1% dan penggunaan teknik
STAD dapat meningkatkan prestasi belajar siswa, hal ini dapat dilihat dari data
masing-masing siklus yang menunjukan adanya peningkatan rata-rata prestasi
belajar siswa dalam pembelajaran IPS sebesar 13,5% dan peningkatan prestasi
jumlah siswa yang mencapai KKM sebesar 30,1%.
Sri (2013) Mengemukakan dalam penelitian yang berjudul Penerapan
Metode STAD (Students Teams Achievement Divisions) Untuk Meningkatkan
Prestasi Belajar IPA Tentang Mendeskripsikan hubungan Energi, Gaya, dan Gerak
pada siswa kelas V SDN Gunungpring 3 Muntilan. Metode yang digunakan adalah
metode STAD (Student Teams Achievement Divisions) sebagai cara
pembelajarannya. langkah pembelajaran metode STAD yaitu: a)Persiapan, b)
Penyajian Kelas, c) Belajar dalam Kelompok d) Tes Individu e) Peningkatan Skor
Individu, dan f) Penghargaan. Hasilnya menunjukkan bahwa penggunaan metode
STAD dapat meningkatkan prestasi belajar IPA di Sekolah Dasar. peningkatan ini
terlihat dari hasil tes pada kondisi awal jumlah ketuntasan hanya 6 siswa dari 28
(49)
28
71%, dan siklus kedua meningkat lagi menjadi 26 siswa dari 28 siswa atau 93%.
Gambar 2.1 Literatur Map
Dari gambar 2.1 Literatur Map Penelitian dapat dijelaskan bahwa ketiga
penelitian tersebut berfungsi sebagai perbaikan untuk penelitian selanjutnya
dengan mengembangkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Perbedaan
dari penelitian diatas adalah model pembelajaran kooperatif tipe STAD digunakan
dalam mata pelajaran IPS untuk meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar,
model pembelajaran tipe STAD digunakan dalam mata pelajaran Bahasa
Indonesia untuk meningkatkan prestasi belajar, model pembelajaran tipe STAD
digunakan dalam mata pelajaran IPA untuk meningkatkan prestasi belajar . Peneliti oleh Natalia (2013) Peningkatan keaktifan
dan prestasi belajar mata pelajaran IPS menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik student teams achivment divisions (STAD) pada siswa kelas V SDN Denggung tahun ajaran 2012/2013
Peneliti oleh Vlorentina (2011) Peningkatan prestasi belajar Bahasa Indonesia menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siswa IV SDN Bakulan Tahun Pelajaran 2010/2011
“Peningkatan Keaktifan Dan Prestasi Belajar Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Pada Mata Pelajaran PKn Untuk Siswa Kelas V SDN Kledokan”
Penerapan Metode STAD (Students Teams Achievement Divisions) Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar IPA Tentang Mendeskripsikan hubungan Energi, Gaya, dan Gerak pada siswa kelas V SDN Gunungpring 3 Muntilan.
Keaktifan Prestasi Belajar
(50)
29
Sebagai upaya untuk mengembangkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD
peneliti menerapkannya pada mata pelajaran PKn siswa kelas V SDN Kledokan.
Peneliti merencanakan pembelajaran dengan berpedoman pada RPP, menyediakan
sumber dan bahan ajar, media gambar yang menarik, video pembelajaran yang
berkaitan dengan materi yang disampaikan. Ciri khas dalam penelitian ini dari
penelitian yang sebelumnya adalah peneliti menyediakan video sebagai upaya
untuk mendukung pembelajaran PKn menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD dalam rangka meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar
siswa kelas V SDN Kledokan.
2.3 Kerangka berpikir
PKn memiliki tujuan meningkatkan pengetahuan dan pengembangan
kemampuan memahami, menghayati, dan menyakini nilai-nilai Pancasila sebagai
pedoman perilaku dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara,
sehingga menjadi warga negara yang bertanggung jawab dan dapat diandalkan
serta memberi bekal kemampuan untuk belajar lebih lanjut. Cara untuk
meningkatkan keaktifan bagi siswa ada bermacam-macam seperti halnya guru
memberikan waktu yang leluasa dalam kegiatan belajar mengajar , kemudian
menciptakan kegiatan pembelajaran yang meningkatkan partisipasi siswa dalam
pembelajaran, memberikan pembelajaran yang menarik minat siswa misalnya
menggunakan media pembelajaran atau menerapkan model-model pembelajaran yang
menarik bagi siswa, dengan tujuan agar siswa dapat dengan mudah menerima materi
dan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
Agar dapat meningkatkan prestasi belajar siswa diperlukan model pembelajaran
(51)
30
kemudian melakukan penelitian tindakan kelas dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif learning tipe Student Teams Achievment Division (STAD).
Pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah salah satu tipe pembelajaran
kooperatif yang melibatkan speran siswa ke dalam kelompok-kelompok kecil
untuk saling berinteraksi, saling membantu, dan bekerja sama dalam rangka
menyelesaikan tugas dari guru. Menumbuhkan interaksi positif antara siswa
melalui diskusi dalam memecahkan masalah, serta meningkatkan keterampilan
bertanya. (2) Melatih dan mengembangkan bakat kepemimpinan serta
mengajarkan keterampilan untuk betutur kata di depan umum (kelas). (3) Siswa
yang pandai maupun yang lemah sama-sama memperoleh manfaat melalui
aktifitas belajar kooperatif. (4) Meningkatkan semangat kebersamaan, bekerja
sama, mengembangkan sikap saling menghormati dan menghargai antar anggota
kelompok serta menghargai pendapat orang lain. (5) Setiap anggota kelompok
dituntut untuk menguasai materi yang diberikan karena setiap siswa memiliki
tanggung jawab yang sama untuk memppertanggungjawabkan hasil kerja
kelompok mereka.
Dengan demikian Tujuan pemilihan model pembelajaran kooperatif tipe
STAD selain meningkatkan keaktifan siswa juga meningkatkan prestasi belajar
siswa karena memiliki keterkaitan yang mendukung. Melalui model pembelajaran
kooperatif tipe STAD diharapkan dapat meningkatkan keaktifan belajar dan
(52)
31 2.4 Hipotesis Tindakan
2.4.1 Penerapan pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievment Division
(STAD) dapat meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar untuk siswa
kelas V SD N Kledokan dilakukan dengan langkah-langkah yang tepat.
2.4.2 Penerapan pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievment Division
(STAD) dapat meningkatkan keaktifan belajar untuk siswa kelas V SD N
Kledokan.
2.4.3 Penerapan pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievment Division
(STAD) dapat meningkatkan prestasi belajar untuk siswa kelas V SD N
(53)
32 BAB III
METODE PENELITIAN
Bab III berisikan tentang jenis penelitian, setting penelitian, desain tindakan,
teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, uji validitas dan reliabilitas serta
indeks kesukaran, dan teknik analisis data.
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian yang dilakukan ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
Istilah dalam bahasa Inggris disebut dengan Classroom Action Research (CAR).
Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya
sendiri dengan cara merencanakan, melaksanakan, dan merefleksikan tindakan
secara kolaboratif dan partisipatif dengan tujuan memperbaiki kinerja sebagai
guru, sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat (Kusumah & Dwitagama,
2009: 9). Arikunto (2009: 3) mengartikan bahwa penelitian tindakan kelas
merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan,
yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama,
tindakan tersebut diberikan oleh guru atau dengan arahan dari guru yang
dilakukan oleh siswa.
Penelitian ini dilakukan oleh guru kelas dan peneliti, sehingga dapat
dikatakan bahwa penelitian ini menggunakan pola kolaboratif. Guru bertugas
untuk melaksanakan tindakan pembelajaran ketika di kelas dan peneliti bertugas
untuk merencanakan tindakan dan mengamati pembelajaran. Peneliti juga
bertugas untuk membantu guru saat pembelajaran berlangsung jika guru
(54)
33
melakukan kerja sama dalam melakukan evaluasi terhadap hasil temuan
yang diperoleh dalam pengamatan. (Arikunto 2010: 47).
Peneliti melakukan penelitian tindakan kelas dalam penelitian ini untuk
memperbaiki permasalahan pembelajaran yang temukan oleh peneliti ketika
didalam kelas. Peneliti melakukan langkah-langkah dengan observasi awal untuk
mengidentifikasi permasalahan yang muncul, selanjutnya peneliti merencanakan
suatu pembelajaran untuk memecahkan permasalahan yang ditemukan oleh
peneliti. Dalam penelitian ini menggunakan model penelitian Kenmis dan MC.
Taggart. Model penelitian Kenmis dan Mc Taggart pada hakikatnya berupa
perangkat-perangkat dengan satu perangkat terdiri dari empat komponen, yaitu
perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi yang keempatnya merupakan
satu siklus (Depdiknas, 1999: 21 dalam Tukiran Taniredjo, 2010: 24). Setelah satu
siklus dilaksanakan, akan diadakan refleksi dari semua kegiatan yang telah
dilaksanakan. Selanjutnya kegiatan dilakukan ulang mulai dari perencanaan ulang,
pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Jika dalam dua siklus belum memenuhi
target bisa dilanjutkan siklus berikutnya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
(55)
34 Bagan 2. Siklus PTK
Gambar 3.1 Siklus PTK menurut model Kemmis dan Mc. Taggart
Sumber: Aqib (2011: 16)
Gambar 3.1 menunjukkan bahwa ada empat tahap dalam setiap siklus yaitu
perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Penjelasan empat tahap
penelitian tersebut adalah sebagai berikut:
a. Perencanaan
Perencanaan merupakan suatu kegiatan merencanakan suatu tindakan yang
akan dilakukan pada pelaksanaan, direncanakan dengan menganalisa masalah
secara kritis untuk meningkatkan pembelajaran di kelas. Tahapan ini disusun
Perencanaan
Pelaksanaan
Observasi
Refleksi
Perencanaan
Refleksi
Observasi Pelaksanaan
SIKLUS I
(56)
35
berdasarkan hasil pengamatan awal, kemudian dianalisa permasalahan yang ada
untuk dicari solusi atau pemecahan masalah.
b. Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan dalam penelitian tindakan kelas merupakan
penerapan isi rancangan pada proses belajar mengajar di kelas. Hal-hal yang perlu
diperhatikan oleh guru dalam melaksanakan pembelajaran yaitu peneliti harus
sebisa mungkin menjalankan pembelajaran sesuai yang direncanakan, kelancaran
proses pembelajara, ketepatan dalam penanaman konsep pada siswa, dan
ketercapaian tujuan pembelajaran yang dapat membangkitkan semangat belajar
siswa.
c. Pengamatan
Kegiatan pengamatan atau observasi dalam penelitian tindakan kelas
dilakukan untuk mengetahui informasi lengkap mengenai perkembangan proses
pembelajaran di kelas. Peneliti mengamati proses pembelajaran yang berlangsung
di kelas serta kegiatan yang dilakukan oleh guru dan siswa. Pengamatan yang
peneliti lakukan juga digunakan untuk mengetahui tingkat keaktifan siswa ketika
proses pembelajaran berlangsung.
d. Refleksi
Refleksi dalam penelitian tindakan kelas dilakukan untuk menentukan
apakah akan diadakan siklus lanjutan atau berhenti karena masalah dalam
pembelajaran dikelas sudah terpecahkan. Refleksi dilakukan dengan cara
(57)
36 3.2 Setting Penelitian
3.2.1 Tempat Penelitian
PTK ini dilaksanakan di SD Negeri Kledokan,yang beralamatkan Jl.
Garumi III, Caturtunggal, Depok, Sleman, Yogyakarta. Bangunan sekolah
tersebut terdiri dari ruang kepala sekolah, ruang guru, ruang kelas satu sampai
enam, ruang BK, ruang UKS, perpustakaan, kantin sekolah, ruang
komputer,mushola, ruang audio, lapangan olah raga, serta toilet guru dan siswa.
3.2.2 Subjek Penelitian
SD N Kledokan memiliki jumlah keseluruhan siswa sebanyak 144 siswa
dengan jumlah 29 siswa kelas I , 32 siswa kelas II, 31 siswa kelas III, 31 siswa
kelas IV, 27 siswa kelas V, dan 26 siswa kelas VI. Perekonomiannya bisa
digolongkan menengah ke bawah. Perekonomian ini juga menjadi salah satu
faktor pengaruh dalam prestasi belajar. Semakin ekonomi keluarga menengah ke
bawah, biasanya prestasi siswa akan semakin rendah. Selain itu, sekolah ini
memiliki satu kepala sekolah, enam guru kelas, satu guru bahasa inggris, satu
tenaga ketatausahaan, dan satu pesuruh.
Penelitian ini mengambil siswa kelas V di sekolah tersebut dengan
jumlah 13 siswa laki-laki dan 14 siswa perempuan.
3.2.3 Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah keaktifan dan prestasi belajar siswa
(58)
37
mata pelajaran PKn kompetensi dasar menjelaskan peraturan
perundang-undangan tingkat pusat dan daerah.
3.3 Desain Penelitian 3.3.1 Persiapan
Pada tahap persiapan ini peneliti melakukan beberapa hal yang berkaitan
dengan penelitian, yaitu:
1. Permintaan ijin kepada Kepala Sekolah SD N Kledokan untuk melakukan
penelitian di SD tersebut.
2. Melakukan observasi pada siswa kelas V untuk mengetahui karakteristik siswa
serta Keaktifan dan prestasi belajar PKn.
3. Melakukan wawancara kepada guru kelas V dan beberapa siswa untuk
mengetahui kondisi awal siswa dan permasalahan yang dialami ketika di kelas.
4. Mengidentifikasi masalah yang ada di kelas yaitu tentang kurangnya keaktifan
dan prestasi belajar siswa yang berkaitan dengan materi menjelaskan peraturan
perundang-undangan tingkat pusat dan daerah
5. Merumuskan masalah
6. Mengkaji materi sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasarnya.
7. Menyusun silabus, RPP, LKS, kisi-kisi soal, instrumen penilaian.
(59)
38 3.4 Rencana Setiap Siklus
Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus. Siklus pertama dengan
menggunakan metode role play yang berfokus pada materi peraturan tingkat
pusat. Siklus kedua berfokus pada materi peraturan daerah.
3.4.1 Siklus I
3.4.1.1 Perencanaan
Perencanaan yang dilakukan peneliti sebelum memberikan tindakan
kepada siswa meliputi : (a) mempersiapkan rancangan perangkat pembelajaran
yang meliputi pembuatan silabus dan RPP tentang peraturan perundang-undangan
tingkat dan pusat (b) menyusun lembar kerja siswa (LKS), (c) menyusun lembar
observasi (d) menyusun lembar penilaian prestasi siswa. Pada siklus pertama,
kegiatan pembelajaran akan difokuskan pada materi peraturan
perundang-undangan tingkat pusat
3.4.1.2.2 Pelaksanaan Pertemuan 1
Kegiatan Awal (7 menit)
1. Guru memberikan salam
2. Siswa dan guru berdoa bersama dengan dipimpin oleh salah satu siswa
3. Guru menanyakan kabar siswa
4. Guru melakukan presensi
5. Guru memberikan kontrak belajar
(60)
39 Kegiatan Inti
Eksplorasi (10 menit)
7. Siswa mendengarkan penjelaskan guru mengenai peraturan
perundang-undangan tingkat pusat dan daerah (Langkah STAD 2)
8. Siswa bertanya jawab mengenai materi yang dijelaskan oleh guru
Elaborasi (20 menit)
9. Siswa dibagi dalam 7 kelompok heterogen ( Langkah STAD 3)
10.Setiap siswa saling berbagi informasi antar anggota kelompok
mengenai peraturan perundang-undangan
11.Siswa mengerjakan LKS dengan bimbingan guru (Langkah STAD 4)
Konfirmasi (10 menit)
12.Siswa mempresentasikan hasil diskusi dengan kelompoknya
13. Siswa diberikan pengutan terkait materi yang disampaikan (Langkah
STAD 5)
14.Siswa diberi kesempatan untuk bertanya jawab mengenai materi yang
telah disampaikan
Kegiatan Penutup (23 menit)
15.Siswa mengerjakan soal evaluasi
16.Siswa bersama guru menyimpulkan materi pembelajaran
17.Melakukan refleksi dan aksi setelah mempelajari terkait materi
18.Memberikan hadiah kepada kelompok yang mendapat nilai tertinggi
(Langkah STAD 6)
19.Guru menyampaikan materi pembelajaran berikutnya
(61)
40 Pertemuan 2
1. Kegiatan Awal (7 menit)
1. Guru memberikan salam
2. Siswa dan guru berdoa bersama dengan dipimpin oleh salah satu siswa
3. Guru menanyakan kabar siswa
4. Guru melakukan presensi
5. Guru memberikan kontrak belajar
6. Guru menyampaikan tujuan pelajaran (Langkah STAD 1)
2. Kegiatan Inti Eksplorasi (10 menit)
7. Siswa mendengarkan penjelaskan guru mengenai tingkatan peraturan
perundang-undangan serta penyusunannya (Langkah STAD 2)
8. Siswa bertanya jawab mengenai materi yang dijelaskan oleh guru
Elaborasi (20 menit)
9. Siswa dibagi dalam 7 kelompok heterogen (Langkah STAD 3)
10. Setiap siswa saling berbagi informasi antar anggota kelompok mengenai
tingkatan peraturan perundang-undangan dan cara penyusunnanya
11. Siswa mengerjakan LKS dibantu bimbingan guru (Langkah STAD 4)
Konfirmasi (10 menit)
12. Siswa mempresentasikan hasil diskusi dengan kelompoknya
13. Siswa diberikan penguatan materi yang telah disampaikan (Langkah
STAD 5)
14. Siswa diberi kesempatan untuk bertanya jawab mengenai materi yang
(62)
41 3. Kegiatan Penutup (23 menit)
15. Siswa mengerjakan soal evaluasi
16. Guru memberikan hadiah bagi kelompok yang mendapat nilai tertinggi
(Langkah STAD 6)
17. Siswa bersama guru menyimpulkan materi pembelajaran
18. Melakukan refleksi dan aksi setelah mempelajari terkait materi
19. Guru menyampaikan materi pembelajaran berikutnya
20. Doa penutup dan salam
3.4.2.1.3 Observasi
Kegiatan observasi ini dilakukan oleh peneliti dan dibantu guru kelas
untuk memperoleh gambaran lengkap mengenai proses pembelajaran yang sedang
berlangsung. Hal-hal yang menjadi fokus pengamatan peneliti adalah peran serta
siswa dalam pembelajaran terutama dalam hal keaktifan siswa mengikuti
pembelajaran. Dari sinilah peneliti mampu mengamati secara langsung
perkembangan siswa dalam pembelajaran.
3.4.2.1.4 Refleksi
Peneliti bersama dengan guru merefleksikan hasil pemberian tindakan
pada siklus yang pertama. Analisis yang dilakukan yaitu dengan membandingkan
antara kondisi awal, KKM, kondisi akhir mengenai ada tidaknya kemajuan yang
timbul. Selain itu, hasil yang diperoleh direfleksikan kembali apakah ada
kendala-kendala yang terjadi pada siklus pertama. Hasil tersebut juga digunakan sebagai
acuan atau keputusan apakah penelitian akan dilanjutkan ke siklus yang kedua
(63)
42 3.4.2.2 Siklus II
3.4.2.2.1 Perencanaan
Perencanaan pada siklus II ini hampir sama dengan siklus I yaitu
mempersiapkan perangkat pembelajaran dari RPP, Lembar Kerja Siswa (LKS),
menyiapkan lembar observasi, dan menyusun lembar penilaian prestasi siswa.
Pada siklus II ini fokus membahas materi tentang mencontohkan peraturan
perundang-undangan tingkat pusat dan daerah.
3.4.2.2.2 Pelaksanaan Pertemuan 1
1. Kegiatan Awal (7 menit)
1. Guru memberikan salam
2. Siswa dan guru berdoa bersama dengan dipimpin oleh salah satu siswa
3. Guru menanyakan kabar siswa
4. Guru melakukan presensi
5. Guru memberikan kontrak belajar
6. Guru menyampaikan tujuan pelajaran (Langkah STAD 1)
2. Kegiatan Inti Eksplorasi (10 menit)
7. Siswa mendengarkan penjelaskan guru mengenai peraturan
perundang-undangan tingkat pusat dan daerah (Langkah STAD 2)
8. Siswa bertanya jawab mengenai materi yang dijelaskan oleh guru
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
Foto-foto Pelaksanaan kegiatan
(6)
Daftar Riwayat Hidup
Dica Dedis Sentanu lahir di Gunung Kidul, pada tanggal 31 Januari 1994. Beragama islam dan bertempat Gunungkidul bersama Ayah dan Ibu. Pendidikan di mulai tinggal di Banjardowo, Gedangrejo, Karangmojo, di TK ABA Gedangrejo, Karangmojo dan melanjutkan di SDN Gedangan 1 pada tahun 2000-2006.
Pendidikan Menengah diselesaikan di SMP N 1 Karangmojo pada tahun 2009. Selanjutnya peneliti menyelesaikan Pendidikan Atas di SMA N 2 Wonosari, dengan mengambil jurusan Ilmu Pengetahuan Sekolah (IPS) pada tahun 2012. Setelah menyelesaikan pendidikan atas, peneliti melanjutkan ke Perguruan Tinggi di Universitas Sanata Dharma, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar.
Peneliti dalam menyelesaikan S-1 menulis skripsi dengan judul “Peningkatan Keaktifan Dan Prestasi Belajar Pada Mata Pelajaran PKn Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Untuk Siswa Kelas V SDN Kledokan “.