Latar Belakang Pengaruh pemberian pupuk organik cair air kelapa muda (Cocos nucifera L.) terhadap pertumbuhan tanaman kedelai (Glycine max L.) varietas gamasugen 2

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Glycine max L. Merill atau kedelai merupakan salah satu komoditas pangan penghasil protein nabati yang cukup populer bagi masyarakat Indonesia. Kandungan protein nabati pada kedelai mencapai 35 , sedangkan pada kedelai varietas unggul dapat mencapai 40 –43 Pringgohandoko dan Padmini, 1999. Menurut Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 2015, permintaan kedelai dalam negeri mengalami peningkatan bersamaan dengan bertambahnya jumlah penduduk setiap tahunnya. Peningkatan konsumsi kedelai mencapai 1,38 per tahun dalam kurun waktu 2010 –2015. Kedelai banyak dikonsumsi oleh masyarakat dalam bentuk olahan, antara lain tempe, tahu, susu, kecap, dan tauco. Pusat Data dan Sistem Informasi Kementerian Pertanian mencatat pada tahun 2012, total kebutuhan kedelai nasional diperkirakan mencapai 2,2 juta ton. Jumlah ini diserap untuk produsen tahu dan tempe sebesar 83,7 1.849.843 ton ; industri kecap, tauco, dan lainnya sebesar 14,7 325.220 ton ; benih sebesar 1,2 25.843 ton ; dan untuk pakan sekitar 0,4 8.319 ton. Walaupun demikian, meningkatnya permintaan kedelai tidak sejalan dengan jumlah produksi kedelai di dalam negeri. Kapasitas produksi nasional tahun 2013 hanya mampu menghasilkan 780 ribu ton dari areal panen kedelai seluas 551 ribu hektar. Kekurangan pasokan kedelai sebesar 1,11 juta ton dipenuhi melalui kebijakan impor Pusdatin Kementerian Pertanian, 2015. Pada tahun 2014 kedelai impor yang dipasok ke Indonesia berjumlah 1,96 juta ton. Jumlah ini mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya sebesar 1,78 ton Kementrian Pertanian, 2015. Kenaikan jumlah impor kedelai disebabkan oleh meningkatnya konsumsi produk olahan kedelai terutama tahu dan tempe. Berdasarkan data yang diperoleh dari ARAM I Angka Ramalan I tahun 2015, Indonesia diperkirakan masih akan mengalami defisit kedelai pada tahun 2015- 2019 sebesar 9,86 per tahun. Berdasarkan uraian di atas dapat diprediksi bahwa Indonesia akan tetap mengambil kebijakan impor untuk memenuhi kebutuhan kedelai di dalam negeri. Luas panen, produksi, dan produktivitas kedelai ditunjukkan pada tabel 1.1. Tabel 1.1 Data Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Kedelai dalam juta Sumber : Badan Pusat Statistik 2015 Penurunan produksi kedelai disebabkan karena berkurangnya luas lahan tanam kedelai dan kondisi iklim di Indonesia yang kurang mendukung bagi pertumbuhan kedelai Irwan, 2006. Untuk memperoleh produktivitas kedelai yang baik dan memuaskan, pertumbuhan tanaman perlu diperhatikan terutama kebutuhan akan unsur hara. Pemenuhan unsur hara dapat dilakukan melalui penambahan pupuk, khususnya pupuk organik yang dapat berbentuk padat Tahun 2010 2011 2012 2013 2014 Luas Panen ha 660,82 622,25 567,62 550,79 615,01 Produksi ton 907,03 851,28 843,15 779,99 935, 95 Produktivitas kwha 13,73 13,68 14,85 14,16 15,51 maupun cair. Pemenuhan unsur hara yang cukup serta perawatan tanaman yang teratur dapat meningkatkan produktivitas tanaman kedelai. Kelapa Coccus nucifera L. dikenal sebagai “Tree of Life” yang seluruh bagian tubuhnya dapat dimanfaatkan. Akar pohon kelapa mampu menangkal banjir karena mampu menyerap air dalam jumlah yang banyak, sedangkan batangnya dimanfaatkan sebagai pilar bangunan, langit – langit, bahkan pintu masuk atau gerbang. Bunganya dapat digunakan sebagai bahan obat tradisional dan kerajinan tangan, sedangkan daunnya biasanya digunakan untuk membuat sapu lidi dan sebagai bahan anyaman. Buah kelapa tersusun atas 3 lapisan yang masing – masing memiliki manfaat yang berbeda, yaitu : 1 mesokarp, berupa serat yang biasa dijadikan sabut, 2 endokarp, bagian kelapa yang keras atau biasa disebut batok atau tempurung, biasanya dimanfaatkan sebagai bahan bakar berupa arang, dan 3 endosperm, bagian dari buah kelapa berupa cairan dan mengandung banyak enzim, cairan ini akan memadat seiring bertambahnya usia kelapa dan dapat dikonsumsi sebagai panganan daging kelapa yang masih muda atau dijadikan sebagai bahan dasar minyak kelapa dan santan daging kelapa yang sudah tua. Menurut Kristina dan Syahid 2012, setiap 100 ml air kelapa mengandung mineral yang meliputi nitrat 43,00 mg, fosfor 13,17 mg, kalium 14,11 mg, magnesium 9,11 mg, besi 0,25 mg, natrium 21,07 mg, zinc 1,05 mg, dan kalsium 24,67 mg. Selain mengandung vitamin dan mineral, air kelapa mengandung hormon auksin dan sitokinin yang berperan dalam pertumbuhan tanaman. Sujarwati dkk 2011 dalam penelitiannya yang berjudul “Penggunaan Air Kelapa untuk Meningkatkan Perkecambahan dan Pertumbuhan Palem Putri Veitchia merrilli” menyatakan bahwa pemberian air kelapa konsentrasi 75 merupakan konsentrasi paling baik untuk mengaktifkan sitokinin yang terdapat dalam biji palem putri. Menurut penelitian Sri Hayanti dkk mengenai “Produktivitas kedelai Glycine max L Merril var. Lokon yang diperlakukan dengan pupuk organik cair lengkap pada dosis dan waktu pemupukan yang berbeda” menyatakan bahwa metode penyiraman pupuk organik cair POC secara langsung melalui daun efektif meningkatkan pertumbuhan tanaman. Hal ini disebabkan karena kandungan dalam POC dapat langsung terserap melalui stomata daun. Berdasarkan beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, maka air kelapa muda dapat dijadikan sebagai bahan dasar pembuatan pupuk organik cair, sedangkan penyiraman pupuk melalui daun dapat dijadikan salah satu cara untuk memberikan pengaruh yang baik bagi pertumbuhan tanaman. Dengan demikian pada penelitian ini, peneliti mengaplikasikan POC berbahan dasar air kelapa muda pada tanaman kedelai Glycine max L. Varietas Gamasugen 2.

B. Rumusan Masalah