Prawiratama Sebagai Prajurit Kasultanan Yogyakarta

43 yang dikenal dengan nama Tamansari tersebut dilengkapi dengan lorong-lorong bawah tanah yang merupakan jalan rahasia ketika Kraton tiba-tiba diserang musuh. Taman ini dilengkapi dengan pintu air yang dapat dibuka dan ditutup. Di samping itu, struktur dan tata ruang Kraton yang sarat akan makna simbolis juga turut mewarnai perkembangan dan pertumbuhan pemukiman di Yogyakarta. Berdasarkan kajian mengenai toponim atau nama tempat dan asal usulnya dapat diketahui bahwa pemukiman-pemukiman yang nantinya akan membentuk suatu perkampungan tersebut menunjukkan keberagaman kelompok- kelompok sosial masyarakat, jabatan dan kedudukan maupun profesi yang digeluti. Dari kajian tentang toponim tersebut juga kemudian dapat diketahui nama-nama kampung yang memiliki keterkaitan erat dengan Kraton. Prawirataman menjadi salah satu dari sekian banyak kampung yang memiliki keterkaitan dengan Kraton meskipun letaknya berada di luar benteng istana JabaJaban Benteng. 26 Secara historis, kampung ini merupakan salah satu 26 Djoko Suryo, op. cit., hal. 35-36. Istana atau Kraton yang terletak di pusat kota dikelilingi oleh bangunan benteng dan wilayah yang ada di dalamnya dikenal sebagai daerah “JeroJeron Benteng” atau “Dalam Benteng.” Daerah ini terdiri atas Alun-alun Utara, Tratag, Pagelaran, Sitihinggil, Prabayaksa, Keraton Kilen, tempat tinggal raja, dan Alun-alun Kidul. Selain keluarga kerajaan serta kerabatnya, juga terdapat sejumlah kampung tempat tinggal para abdi dalem yang bertugas melayani kebutuhan sehari-hari kraton, misalnya Kampung Kemitbumen merupakan tempat tinggal abdi dalem kemit bumi yang bertugas membersihkan kraton, Kampung Patehan, menjadi tempat tingal abdi dalem yang bertugas menyiapkan minuman di kraton, dll. Sedangkan kampung yang tumbuh di daerah luar benteng JabaJaban Benteng kebanyakan merupakan tempat tinggal hamba istana lainnya, kelompok profesional seperti petugas dalam bidang administrasi pemerintahan, prajurit, tukang, pengrajin, serta kaum bangsawan. Beberapa contohnya adalah sebagai berikut; Kampung Pajeksan merupakan tempat tinggal 44 pemukiman anggota prajurit Kraton Yogyakarta yang bernama Prawiratama. Pada awalnya Sri Sultan memang menghendaki agar para prajurit dapat bertempat tinggal di dalam benteng istana, namun karena wilayah serta situasi pada saat itu dipandang kurang memadai, maka hanya mereka yang dianggap sangat penting saja yang tinggal di dalam benteng. 27 Penempatan pemukiman prajurit di luar benteng istana itu terjadi bukan tanpa sebab dan latar belakang. Setelah serbuan besar-besaran yang dilakukan oleh Inggris pada tahun 1812, tata ruang Kraton juga mengalami perombakan. Penataan pemukiman di dalam benteng pertahanan dibenahi. Kedudukan strategis Kesatuan Prajurit di dalam benteng mulai dipindah. Hal ini dilakukan untuk melindungi intervensi dan kepentingan pihak Inggris dan menghindarkannya dari kemungkinan pemberontakan. Selanjutnya, pemukiman kesatuan prajurit dipindah keluar benteng atau berada di sekeliling benteng. Sebagaimana terpapar dalam Serat Rerenggan, Sinom, Pupuh XXIV disebutkan sebagai berikut: Ya ta ingkang winurcita, karsa dalem Sri Bupati, kang jumeneng ping sekawan, byantu lan pamrentah nagri, ing mangke ngewahi, pemahan jron beteng agung, prajurit wismanira, gelondhong dadya satunggil, mantrijero, ketanggung, nyutra disuda. Pra prajurit wismanira, tancep lama kanan kering, sakilen sawetan pura, samangke dadya sawiji, reh niyaka jro jawi, byantu ngusung griyanipun, weneh ngulon mangetan, ler ngidul pundi den broki, pan gumerah swaranya wong ngusung griya. para jaksa, Kampung Dagen adalah tempat kediaman petugas tukang kayu, Kampung Wirabrajan, Patangpuluhan, Daengan, Jogokaryan, Ketanggungan, Bugisan, Nyutran, Mantrijeron, Surakarsan serta Prawirataman merupakan tempat tinggal para anggota prajurit kraton. 27 Aditya Kusumawan, op. cit., hal 20.