Komponen keberhasilan kebermaknaan hidup

d Istri sebagai mitra sejajar dalam membangun keluarga, yang penuh pengertian dan dapat menjadi teman berbagi rasa dalam suka dan duka. e Istri menunjukan dengan tanda-tanda dan sikapnya bahwa ia memerlukan suaminya, membutuhkan dukungan, perhatian dan cinta kasihnya tanpa menuntut seluruh perhatian suami untuk dirinya dan kepentingannya sendiri 2 Harapan wanita terhadap suaminya Wanita mengharapkan suaminya menyatakan cintanya tidak hanya secara intelektual saja tetapi juga secara emosional, serta mau mengerti, menghargai, dan menerima dirinya sebagaimana adanya. Hal ini akan terungkap dalam hal: a Suami bersikap sebagai ayah, kekasih dan sahabat terhadap istrinya, sehingga istri merasa aman di samping suami dan bebas menjadi dirinya sendiri. b memperhatikan kebutuhan dan kebahagiaan istri, tidak bertindak kasar dan tidak melukai hatinya. Suami menunjukan dengan sikap, kata-kata dan perbuatan bahwa ia sungguh menyayangi istrinya, serta membutuhkan dan menghargai kasih sayangnya. c Suami memberikan kebebasan kepada istri dalam hal mengurus rumah tangga. d Kesetiaan suami terjamin, yang juga tampak dari keterbukaan, sikap jujur dan dapat di percaya. e Suami mau memahami perasaan istrinya, sekaligus dapat mengendalikan dan memberi arah pada perasaan istri, dengan sikap yang rasional dan berpendirian tegas dalam komunikasi dari hati ke hati. f Suami menghargai, membantu, mendorong dan mendukung karir istri bila istri juga bekerja serta keterlibatannya dalam lingkungan masyarakat. 3 Harapan Sosial Harapan sosial antara lain menyangkut perananstatus, dulu statusnya sebagai sebagai anak dari orang tuanya, sekarang berubah statusnya menjadi suami atau istri. Dahulu bujangan, masih bebas bergerak, sekarang masuk kelompok “bapak atau ibu”. Biasanya suami sebagai kepala keluarga bertanggung jawab keluar, sedang urusan rumah tangga menjadi tugas ibu. Pendidikan anak merupakan hak dan tanggung jawab orang tua bersama. Untuk mewujudkan harapan-harapan tersebut dibutuhkan usaha dan perjuangan dari suami-istri bersama sebagai pasangan. Bila mereka berhasil dalam memenuhi harapan tersebut, mereka akan mengalami kepuasan dan kebahagiaan dari kebermaknaan hidup dari sebuah perkawinanyang luar biasa. Suami istri sama-sama bertanggungjawab terhadap masa depan anak-anak mereka. Pendidikan yang terbaik bermula di dalam keluarga.

B. Belis Dalam Perkawinan Masyarakat Flores Timur

1. Pengertian Belis

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, belis merupakan sebutan lain untuk maskawin yang digunakan didaerah Nusa Tenggara Timur. Belis juga sering disebut mahar atau harga pengantin perempuan. Orang suku Lamaholot menyebut belis dengan Weling Elang yang merupakan pemberian dari mempelai laki-laki kepada pengantin perempuan. Pemberian wajib berupa uang atau barang tertentu dari mempelai laki-laki kepada mempelai perempuan ketika dilakukan angkat nikah. Belis pun membawa arti bahwa seorang wanita telah keluar dari suku asalnya dan sebagai alat mempererat hubungan kekeluargaan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan NTT, 2003: 59.

2. Belis Dalam Masyarakat Flores Timur

Belis menurut Dinas Pendidikan dan Kebudayaan UPTD Arkeologi, Kajian Sejarah dan nilai tradisional Propinsi NTT 2003:114-115 merupakan bagian dari adat dan upacara perkawinan dikalangan suku Lamaholot, di dalam belis ini mengandung nilai-nilai penghargaan terhadap generasi tua. Penghormatan terhadap generasi yang lebih tua menunjukkan adanya tata sopan santun yang tinggi dan sangat penting artinya bagi kelanjutan generasi. Adat serta upacara perkawinan juga merupakan suatu proses pembinaan dan pewaris nilai budaya kepada generasi ke generasi. Dengan demikian generasi baru tetap mempunyai akar yang kokoh dan tidak hilang kepribadiannya dengan adanya pengaruh-pengaruh dari luar. Dari upacara perkawinan dan dengan adanya belis nampak adanya nilai-nilai sosial yang di junjung tinggi dan bukanlah nilai-nilai individu yang di tonjolkan individu sebagai anggota keluarga suku bangsa, bukanlah berdiri sendiri tetapi merupakan bagian dari ikatan yang lebih luas dan terdapat nilai-nilai tertentu yang perlu ditaati, nilai- nilai kegotong-royongan dalam melaksanakan peristiwa-peristiwa penting adalah cukup menonjol. Ikatan perkawinan dengan adanya belis mempunyai nilai penting dalam rangka pemantapan dan pengekalan ikatan secara lahir batin dari suami istri dan keluarga kedua belah pihak. Dalam masyarakat Flores Timur yang menentukan besar kecilnya belis adalah saudara laki-laki dari ibu atau saudara laki-laki wanita tersebut. Walaupun besar kecilnya belis ditentukan oleh keluarga wanita, tetapi dalam pelaksanannya selalu berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak. Adat perkawinan Lamaholot pada umumnya selalu ditandai dengan belis dan hantaran lain seperti binatang dan lain-lain. Masyarakat Flores Timur atau sering disebut dengan masyarakat Lamaholot, dalam adat perkawinannya memiliki berbagai macam dan ragam jenis perkawinan. Wanita dalam masyarakat Lamaholot sangat dijunjung tinggi.Ini dapat dilihat lewat pemberian belis memakai gading yang dalam masyarakat Lamaholot merupakan barang yang mahal. Flores dikenal sebagai daerah yang tidak menjadi tempat berkembang biak gajah, namun di daerah tersebut khususnya Flores Timur masih ditemui gading-gading gajah. Perkawinan menjadi sesuatu yang sakral dan menjadi pesta besar dalam peristiwa adat. Kehidupan wanita dalam adat istiadat Lamaholot sangat tinggi nilainya. Wanita merupakan pusat kehidupan masyarakat karena itu harus diperhatikan oleh yang mengelilinginya. Nilai seorang wanita pada mas kawin yang dikonkritkan dalam jumlah dan ukuran gading gajah yang sulit diperoleh, besar kecilnya gading yang diberikan kepada keluarga wanita ditentukan bersama sesuai kesepakatan keluarga wanita dan keluarga laki-laki. Orang Lamaholot memandang perempuan sebagai Ibu Kehidupan, sosok yang menyerahkan diri untuk kehidupan bahkan sebagai sumber kehidupan itu sendiri. Pantaslah apabila seorang wanita Lamaholot yang mana sebagai sumber kehidupan dan sosok yang rela berkorban demi kehidupan harus diberi penghargaan dan penghormatan. Salah satu ungkapan penghormatan dan penghargaan terhadap perempuan sebagai ibu kehidupan dan sosok yang rela berkorban adalah dengan belis yang mahal. Jasa leluhur seorang wanita Lamaholot tidak dapat dibeli dengan uang. Perempuan hanya dapat dihormati, dihargai dan dikenang, sehingga bagi masyarakat Lamaholot, belis yang diberikan keluarga pria kepada keluarga wanita tidak dilihat sebagai harga wanita tersebut melainkan sebuah bentuk penghargaan, penghormatan terhadap wanita dan sebagai bentuk pemersatu ikatan persaudaraan antara pemberi gadis Opu Lake dan Opu Bine . Belis berupa gading yang diberikan oleh pihak keluarga laki-laki kepada pihak keluarga perempuan tidak diberikan secara gratis. Pihak keluarga laki-laki juga akan mendapatkan balasan dari pihak keluarga perempuan berupa sarung adat KwatekKriok , gelang gading Kala Bala dan pakaian lainnya yang disebut owe waak . Adat perkawinan Lika Telo , dalam urusan adat proses penyelesaian belis dapat dilakukan dengan dua cara yakni: pembayaran secara langsung berupa gading dan pembayaran dengan cara putar Geuk, Dalam pembayaran belis secara langsung dilakukan dengan memberi belis berupa gading, hal ini dapat dilakukan secara sekaligus, tetapi ada juga yang harus diutang dan akan dibayar pada kemudian hari setelah upacara perkawinan. Pembayaran dengan cara putar Geuk dilakukan dengan memberi belis berupa gading dari saudari kandungnya yang sudah menikah. Apabila belis belum dilunasi maka tergantung pada perjanjian keluarga kedua belah pihak. Namun secara adat perkawinan Lamaholot, jika belis belum dilunasi maka sebagai sanksinya laki- laki harus “kawin masuk’. Artinya, suami masuk atau tinggal dalam lingkungan keluarga wanita Dinas Pendidikan dan Kebudayaan NTT, 2003: 60. Dalam pelunasan belis ini pun dapat saling membantu baik dalam keluarga maupun suku, tergantung sejauh mana sikap hidup sosial kolektif dalam masyarakat. Orang Lamaholot berpendapat bahwa urusan seorang anggota suku merupakan urusan suku, oleh karena itu urusan perkawinan dan belis juga merupakan urusan suku. 28

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini digolongkan dalam penelitian kualitatif. Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif, di mana proses penelitiannya didasarkan pada teori yang relevan dengan permasalahan yang diteliti untuk menemukan solusi dalam permasalahan tersebut. Alasan peneliti memilih pendekatan kualitatif, karena ini berkaitan dengan konsep judul dan rumusan masalah yang dikemukakan pada pendahuluan. Abdurahman 2003:51 menambahkan bahwa melalui metode pendekatan kualitatif ini, peneliti akan melakukan penelitian secara intensif, terinci, dan mendalam terhadap organisasi, kelompok atau lembaga, dan gejala tertentu dalam masyarakat. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan studi kasus karena pendekataan ini dianggap mampu mengeksplorasi suatu masalah dengan batasan terperinci, memiliki pengambilan data yang mendalam dan menyertakan berbagai sumber . Studi kasus menjadi berguna terutama ketika orang perlu memahami suatu problem atau situasi tertentu, dan di mana orang dapat mengidentifikasi kasus yang kaya dengan informasi. Metode penelitian studi kasus menurut Jasa Ungguh Muliawan 2014: 85 adalah metode penelitian yang berusaha meneliti, mengurai dan mencari solusi atau jalan keluar terbaik mengatasi masalah yang dihadapi. Sedangkan Rulam Ahmadi 2014: 69 mengemukakan pendapat BogdanBiklen yang