Selain itu sifat dari media massa adalah cepat rapid, dalam arti kata memungkinkan pesan yang disampaikan kepada banyak orang dalam waktu yang
cepat. Dapat dibayangkan betapa lamanya andaikan sebuah pesan disampaikan kepada ratusan ribu atau jutaan orang tanpa melalui media massa.
c. Sifat Pesan
Sifat pesan melalui media massa adalah umum public. Media massa adalah sarana untuk menyampaikan pesan kepada khalayak, bukan untuk
sekelompok orang tertentu. Karena pesan komunikasi melalui media massa sifatnya umum, maka lingkungannya menjadi universal, mengenai segala hal, dan
dari berbagai hal tempat di seluruh jagad. Sifat lain dari pesan melalui media massa adalah sejenak transient, hanya untuk sajian seketika.
d. Sifat Komunikator
Karena media massa adalah melembaga atau organisasi, maka komunikator pada komunikasi massa, seperti wartawan, sutradara, penyiar radio,
atau penyiar televisi, adalah komunikator terlembagakan. Media massa merupakan organisasi yang rumit. Pesan-pesan yang sampai kepada khalayak
adalah hasil kerja kolektif. Karena itu berhasil atau tidaknya komunikasi massa ditentukan oleh berbagai faktor yang terdapat dalam organisasi media massa.
e. Sifat Efek
Efek komunikasi massa yang timbul pada komunikan bergantung kepada tujuan komunikasi yang dilakukan oleh komunikator, dari pesan yang disebarkan
oleh komunikator melalui media massa timbul pada komunikan sebagai sasaran komunikasi. Oleh karena itu efek melekat pada khalayak sebagai akibat dari
perubahan psikologis. Efek komunikasi diklasifikasikan sebagai efek kognitif
Universitas Sumatera Utara
cognitive effect , efek afektif affective effect}, dan efek konatif yang disebut efek
behavioral behavioral effect. Efek kognitif berhubungan dengan pikiran atau penalaran, sehingga
khalayak yang semula tidak tahu, yang tadinya tidak mengerti, yang tadinya bingung menjadi merasa jelas. Contoh pesan komunikasi melalui media massa
yang menimbulkan efek kognitif antara lain berita, tajuk rencana, artikel, acara penerangan, acara pendidikan, dan sebagainya.
Efek afektif berkaitan dengan perasaan. Akibat dari membaca surat kabar atau majalah, mendengarkan radio, menonton acara televisi atau film bioskop,
timbul perasaan tertentu pada khalayak. Perasaan akibat terpaan media massa itu bisa bermacam-macam, sehingga tertawa terbahak-bahak, sedih sehingga
mencucurkan air mata, takut sampai merinding, dan lain-lain perasaan yang hanya bergejolak dalam hati, misalnya: Perasaan marah, benci, kesal, kecewa, penasaran,
sayang, gemas, sinis, kecut dan sebagainya. Efek konatif bersangkutan dengan niat, tekad, upaya, usaha, yang
cenderung menjadi suatu kegiatan atau tindakan. Karena berbentuk prilaku, maka sebagaimana disinggung di atas efek konatif sering disebut juga efek behavioral.
Efek konatif tidak langsung timbul sebagai akibat terpaan media massa, melainkan didahului oleh efek kognitif dan atau efek afektif. Dengan perkataan
lain, timbulnya efek konatif setelah muncul efek kognitif dan atau afektif Effendy, 2003:318 – 319.
Universitas Sumatera Utara
II.2.2 Fungsi Komunikasi Massa
Komunikasi massa merupakan suatu tipe komunikasi massal human communication
yang lahir bersamaan dengan mulai digunakannya alat-alat mekanik yang mampu melipatgandakan pesan-pesan komunikasi.
Dr. Harold D. Laswell dalam Wahyudi, 1983:43 melihat tiga fungsi utama dari media massa yaitu:
1. The Surveillance Of The Environment Pengamatan terhadap lingkungan penyingkapan ancaman dan kesempatan
mempengaruhi nilai masyarakat dan sebagai bagian unsur di dalamnya. 2. The correlation of the components of society in making a response to the
environment. Menekankan pada seleksi, evaluasi, dan interpretasi dari media massa.
Peranan media massa adalah melakukan seleksi mengenai apa yang perlu dan apa yang tidak perlu disiarkan.
3. The transmission of the social intheitance one generation to next generation
Sebagai sarana untuk memindahkan nilai budaya dan warisan dari generasi ke generasi.
Universitas Sumatera Utara
II.3 Teori Uses and Gratification
Teori uses and gratification lebih menekankan pada pendekatan manusiawi di dalam melihat media. Artinya, manusia punya otonomi wewenang untuk
memperlakukan media Nurudin, 2004:181. Blumer dan Katz percaya bahwa tidak ada satu jalan bagi khalayak untuk menggunakan media. Mereka percaya
bahwa banyak alasan khalayak untuk menggunakan media. Katz, Blumler, dan Michael Gurevitch mengemukakan konsep dasar teori
ini yaitu meneliti asal mula kebutuhan secara psikologis sosial, yang menimbulkan harapan-harapan tertentu dari media massa atau sumber-sumber
yang lain, yang membawa pada pola terpaan media yang berlainan dan menimbulkan pemenuhan kebutuhan dan akibat-akibat lain, barangkali juga
termasuk yang tidak kita inginkan Kriyantono, 2006:204. Mereka mengutip dua peneliti Swedia yang pada tahun 1968 mengusulkan suatu “model manfaat dan
gratifikasi” yang mencakup unsur-unsur: • Audien dipandang bersikap aktif, artinya peranan penting manfaat media
massa diasumsikan berorientasi pada sasaran. • Dalam proses komunikasi massa, banyak inisiatif pengaitan antara
gratifikasi kebutuhan dan pilihan media yang terletak pada audien. • Media bersaing dengan sumber-sumber pemenuhan kebutuhan yang
lain. Khalayak cenderung melakukan seleksi terhadap media guna memenuhi
kepuasan yang ada dalam dirinya. Seleksi yang dilakukan media terhadap khalayak disesuaikan dengan kebutuhan dan motif. Seleksi media berlaku untuk
semua jenis media baik media cetak maupun elektronik.
Universitas Sumatera Utara
Media massa yang ada saling bersaing untuk memberikan kepuasan terbaik bagi para penggunanya. Mereka saling berkompetisi dengan sumber
informasi lainnya dalam memberi kepuasan kepada khlayak. Katz menggambarkan sejumlah logika yang mendasari penelitian uses and
gratification sebagai berikut: 1 kondisi sosial psikologis seseorang menyebabkan adanya 2 kebutuhan yang menciptakan 3 harapan-harapan terhadap 4 media
massa dan sumber-sumber lain yang membawa kepada 5 penggunaan pola media yang akhirnya akan menghasilkan 6 pemenuhan kebutuhan dan 7
konsekuensi lainnya, termasuk yang tidak diharapkan sebelumnya. Kita bisa memahami interaksi orang dengan media melalui pemanfaatan
media oleh seseorang uses dan kepuasan yang diperoleh gratification. Gratifikasi yang sifatnya umum anatara lain pelarian dari rasa khawatir, rasa
kesepian, dukungan emosional, perolehan informasi dan kontak sosial. Khalayak aktif memilih media, karena masing-masing orang berbeda
tingkat pemanfaatan medianya. Buletin EAN termasuk media yang banyak diminati bagi para khalayak yang mencari kepuasan dalam perolehan informasi
dan berita petualangan. Keaktifan khalayak terlihat jelas dalam pemilihan media yang
digunakan, dimana khalayak akan mengontrol apa yang mereka dengarkan, saksikan dan baca. Khalayak bebas dalam mengontrol media yang digunakan.
Pengontrolan disesuiakan dengan kebutukan dan motif.
Universitas Sumatera Utara
II.3.1 Sejarah dan Perkembangan Teori Uses And Gratification
Pada munculnya media massa, masyarakat umum berpendapat bahwa khalayak korban dari kekuatan media, meskipun teori ini berkuasa dalam cara
berpikir tentang efek media, ilmu dan penelitian sosial tidak dapat mengkonfirmasikan bahwa semua pandangan adalah media yang berkuasa.
Pandangan masyarakat yang berhubungan dengan media lalu digantikan oleh teori “Limited Effect”
yang menyebutkan efek perorangan anggota khalayak dan kehidupan sosial meminimalkan efek media. Di dalam pandangan individu yang
berbeda, kekuatan media dibentuk oleh beberapa faktor perorangan seperti tingkat intelegensi dan penghargaan diri. Model kategori sosial memandang kekuatan
media dibatasi oleh organisasi khalayak dan keanggotaan kelompok. Anggota khlayak menggunakannya di dalam seleksi terpaan media. Namun, perspektif
tetap memandang khlayak pasif. Herbert Blumer dan Elihu Kartz adalah orang yang pertama
memperkenalkan teori ini. Teori kegunaan dan kepuasan ini dikenalkan pada tahun 1974 dalam bukunya The Uses Of Mass Communication : Current
Perspective On Gratification Research. Teori uses and gratification milik Blumer dan Kartz ini mengatakan bahwa penggunaan media memainkan peran aktif untuk
memilih dan menggunakan media tersebut. Dengan kata lain, penggunaan media itu adalah pihak yang aktif dalam proses komunikasi. Penggunaan media berusaha
untuk mencari sumber media yang paling baik di dalam usaha memenuhi kebutuhannya. Artinya, teori uses and gratification mengasumsikan bahwa
pengguna mempunyai alternatif untuk memuaskan kebutuhannya. Teori uses and gratification memandang apa yang dilakukan khalayak kepada media. Teori in
Universitas Sumatera Utara
diperkenalkan awal tahun 1940-an oleh ilmuwan Herta Herzog 1942 dan Paul Lazarsfild 1944 ketika mereka mempelajari para pendengar radio, dan itu adalah
awal reaksi terhadap teori “magic bullet”. Penelitian uses and gratification menegaskan khalayak media aktif, menghancurkan ketentuan paradigma efek
media yang dominan pada akhir 1950-an, tidak lagi berkata “apa yang dilakukan media terhadap khalayak what the media do to people tetapi apa yang dilakukan
khlayak terhadap media what people do to media.”pendekatan uses and gratification sebenarnya juga tidak baru di awal dekade 1940-an dan 1950-an para
pakar melakukan penelitian mengapa khalayak terlibat dalam berbagai jenis prilaku komunikasi. Penelitian yang sistematik dalam rangka membina teori uses
and gratification telah dilakukan pada dekade 1960-an dan 1970-an, bukan saja di Amerika, tetapi juga di Inggris, Finlandia, Swedia, Jepang dan negara-negara lain.
Uses and gratification melihat cara individu menggunakan komunikasi massa untuk memuaskan kebutuha mereka. Apakah individu berfantasi, mencari pelarian
dari kehidupan mereka sehari-hari atau apakah mereka melihat kenyataan, menggunakan siapa yang menggunakan media, seberapa banyak individu yang
mengkonsumsi, jenis media apa yang mereka gunakan dan kapan mereka menggunakannya. Uses and gratification dapat dilihat sebagai bagian dari suatu
kecenderungan lebih luas diantara peneliti media yang lebih terkait dengan apa yang dilakukan khalayak terhadap media, mempertimbangkan berbagai pendapat
dan penafsiran. Bagaimanapun berbagai komentator sudah berargumentsi bahwa kepuasan dapat juga dilihat seperti efek untuk menghasilkan tanggapan yang sama
diantara kebanyakan penonton. Uses and gratification digambarkan oleh para ahli komunikasi sebagai a dramatic break with effects tradition of the past, suatu
Universitas Sumatera Utara
loncatan dramatis dari model jarum hipodermik. Teori ini tidak tertarik pada apa yang dilakukan media terhadap khalayak tetapi ia tertarik pada apa yang
dilakukan khalayak terhadap media. Khalayak dianggap aktif menggunakan media untuk memenuhi kebutuhannya Rakhmat, 2004:65. Blumer dan Katz
mengatakan bahwa pengguna media memiliki peran aktif dalam memilih dan menggunakan media. Khalayak berperan aktif dalam proses komunikasi dan
tujuan lebih berorientasi pada penggunaan media. Teori ini mengatakan bahwa khalayak mencari media yang dapat memenuhi kebutuhannya dan khalayak juga
memiliki beberapa alternatif media untuk memuaskan kebutuhan mereka. Uses and gratification manganggap tata nilai, minat, hubungan sosial, dan peranan
sosial merupakan unsur yang mempengaruhi khalayak agar mereka menerima apa yang mereka lihat dan mereka dengar secara selektif. Dengan demikian, penyebab
penggunaan media terletak dalam lingkungan sosial atau psikologis yang dirasakan sebagai masalah dan media digunakan untuk menanggulangi masalah
itu pemenuhan kebutuhan. Apabila penggunaan media hampir seluruhnya tidak selektif, maka ia tidak menyandang arti yang dikaitkan pemakai dan dalam kadar
apapun yang signifikan tidak dapat dianggap sebagai alat pemecah masalah Mc Quail, 1994:217.
Menurut Schramm dan Robert seperti yang dikutip Tubbs dalam bukunya “human communication” 1996:209, seorang khalayak yang sangat aktif akan
mencari apa yang mereka inginkan, menolak lebih banyak isi media daripada menerimanya, berinteraksi dengan anggota kelompok yang mereka masuki, serta
sering menguji media massa dengan membicarakannya dengan orang-orang lalin atau membandingkannya dengan isi media lain.
Universitas Sumatera Utara
Keaktifan khalayak paling jelas terlihat dalam pemilihan media yang digunakan, dimana khalayak akan mengontrol apa yang mereka dengarkan,
saksikan dan baca. Khalayak tentu saja menonton acara yang mereka sukai dan yang menyediakan kebutuhan informasi yang diinginkannya. Dengan kata lain
khalayak bebas dalam mengontrol media yang digunakannya. Khalayak memang memiliki kemampuan untuk mengontrol media secara
langsung guna memenuhinya. Namun, tak selamanya media mampu memenuhinya, sehingga tak tertutup kemungkinan mereka menggunakan cara lain
di luar media. Implementasi teori uses and gratification dalam motivasi konsumsi berita
petualangan di buletin EAN dan tingkat kepuasan pada anggota KOMPAS-USU, dapat dilihat dari kemampuan buletin ini memberikan informasi khususnya
mengenai kepetualangan. Karena teori ini menganggap khalayak aktif menggunakan media untuk memenuhi kebutuhannya, dimana khalayak
menggunakan uses media untuk mendapatkan kepuasan gratification. Khalayak bebas menggunakan media dan bebas memilih media yang mampu
memuaskan kebutuhan informasi yang disesuiakan dengan kebutuhan dan motif. Dalam penelitian ini kebutuhan yang diinginkan oleh khalayak adalah
informasi mengenai kepetualangan yang didapat melalui buletin EAN. Buletin ini memberikan informasi petualangan yang dilakukan oleh berbagai komunitas
tertentu dan juga buletin ini memberi wadah kepada khalayak untuk menuangkan pengalamannya di buletin ini, sehingga tulisannya akan dipublikasikan pada edisi
berikutnya.
Universitas Sumatera Utara
Karena kebutuhan yang mereka inginkan didapat dari acara ini, maka mereka mempunyai motivasi untuk mengkonsumsi berita petualangan untuk
mendapatkan informasi petualangan yang sedang atau yang telah berlangsung dalam dua bulan.
II.3.2 Kelebihan dan kritikan terhadap teori Uses and Gratification
Sebagai sebuah teori, uses and gratification memiliki kelebihan. Menurut E. Rossi, seperti yang dikutip dari
http:zimmer.csofresno.edu-john caspch1001-4uses.htm 5 Mei 2007, kelebihan uses and grafication
menekankan pada keaktifan khalayak sebagai pengguna media. Dengan demikian dapat diketahui media atau tayangan mana yang disukai khalayak dan media mana
yang tidak disukai khalayak. Kritikan terhadap teori uses and gratification oleh David Morley, seperti
yang dikutip dari http:www.aber.ac.ukmedis.documentshortusegrat.htmA
26 April 2006:
1. Orang tidak bisa menjelaskan secara pasti mengapa mereka memilih media tersebut, karena pada awalnya seleksi yang dilakukan tidak terlalu kuat.
2. Teori uses and gratification terlalu membesar-besarkan paham kepuasan, terlalu individualistik dan psikologistik sehingga mengabaikan konteks
sosial budaya. 3. Disamping perbedaan interpretasi individu, perbedaan sosial ekonomi
khalayak juga sangat berpengaruh pada pemiliha media. 4. Teori Uses and Gratification terlalu mengagungkan keaktifan khalayak
dan kesadaran memilih, sehinga secara tidak langsung teori ini mengatakan bahwa media dipaksa untuk memenuhi kebutuhan khalayak.
Universitas Sumatera Utara
5. Teori ini mengabaikan wawancara dan lebih menekankan pada penggunaan kuesioner dalam penelitian. Sebenarnya dalam kesempatan
tertentu wawancara sangat dibutuhkan untuk mendapatkan hasil penelitian yang sempurna.
II.4 Motif Penggunaan Media
Motif merupakan suatu pengertian yang melingkupi semua penggerak, alasan-alasan atau dorongan-dorongan dalam diri manusia yang menyebabkan
manusia berbuat sesuatu. Setiap individu pasti memiliki motif yang berbeda-beda dalam melakukan sesuatu. Perbedaan motif ini juga berlaku dalam prilaku
penggunaan media. Berbedanya motif seseorang dalam menggunakan media menimbulkan perbedaan pula dalam tingkat kepuasan yang didapat individu
dalam menggunakan media. Semakin sesuai pesan komunikasi dengan motivasi semakin besar pula kemungkinan komunikasi tersebut dapat diterima dengan baik
oleh komunikan Ardianto, 2004:81. Motivasi tersebut menimbulkan adanya motif. Motivasi adalah pernyataan
dari dalam berupa gerakan yang sering muncul sebelum melakukan tingkah laku, hubungan antara motivasi dan tingkah laku berdekatan. Seseorang dapat
bertingkah laku dan seseorang dapat termotivasi untuk bertingkah laku. Para individu bertindak karena adanya sejumlah kekuatan yang
mendorong yang ada dalam diri mereka sendiri, yang diwakili oleh istilah-istilah misalnya Winardi, 2001:6:
- Keinginan-keinginan wants - Kebutuhan-kebutuhan needs
Universitas Sumatera Utara
- Perasaan takut fears Ada orang yang menginginkan lebih banyak kekuasaan, adapula orang
yang menginginkan ekspresi diri, sedangkan orang ketiga mungkin takut dikucilkan oleh masyarakat social ostracism, atau kehilangan kedudukan yang
mapan. Terlepas dari kebutuhan atau perasaan takut yang dirasakan, dibelakang setiap tindakan manusia yang dilaksanakan dengan tujuan tertentu senantiasa
terdapat keinginan tertentu some desire, baik yang disadari maupun yang tidak disadari yang menyebabkan orang yang bersangkutan bertindak atau melakukan
sesuatu tindakan Winardi, 2001:7 Konsep motivasi yang berhubungan dengan tingkah laku seseorang dapat
diklasifikasikan sebagai berikut: 1 seseorang senang terhadap sesuatu, apabila ia dapat mempertahankan rasa senangnya maka akan termotivasi untuk melakukan
kegiatan itu, dan 2 apabila orang merasa yakin mampu menghadapi tantangn maka biasanya orang terdorong melakukan kegiatan tersebut Hamzah, 2007:8.
David Mc Clelland berpendapat bahwa: A motive is the redintegration by acue of a change in an affective situation
, yang berarti motif merupakan implikasi dari hasil pertimbangan yang telah dipelajari redintegration dengan ditandai
suatu perubahan pada situasi afektif. Sumber utama munculnya motif adalah dari rangsangan stimulasi perbedaan situasi sekarang dengan situasi yang
diharapkan, sehingga tanda perubahan tersebut tampak pada adanya perbedaan afektif saat munculnya motif dan saat usaha pencapaian yang diharapkan.
Motivasi dalam pengertian tersebut memiliki dua aspek yaitu adanya dorongan dalam dan luar untuk mengadakan perubahan dari suatu keadaan pada keadaan
yang diharapkan, dan usaha untuk mencapai tujuan Hamzah, 2007:9
Universitas Sumatera Utara
Atau dapat pula disimpulkan motif adalah dorongan internal dan eksternal dalam diri seseorang untuk mengadakan perubahan tingkah laku, yang
mempunyai indikator sebagai berikut: 1 adanya hasrat dan keinginan untuk melakukan kegiatan, 2 adanya dorongan dan kebutuhan melakukan kegiatan, 3
adanya harapan dan cita-cita, 4 penghargaan dan penghormatan atas diri, 5 adanya lingkungan yang baik, dan 6 adanya kegiatan yang menarik Hamzah,
2007:10 Semua tingkah manusia pada hakikatnya mempunyai motif tertentu.
Gerungan menjelaskan, dalam mempelajari tingkah laku manusia pada umumnya, kita harus mengetahui apa yang dilakukannya, begaimana ia melakukan dan
mengapa ia melakukan itu, dengan kata lain sebaik-baiknya mengetahui know what
, know how, dan know why. Dalam hal ini, persoalan know why adalah berkenaan dengan pemahaman motif-motif manusia dalam perbuatannya, karena
motif memberi tujuan dan arah pada tingkah laku manusia. Perbuatan dan tingkah laku manusia tentu sesuai dengan keinginan dan kebutuhannya Ardianto,
2004:87 Seperti kita ketahui keinginan dan kebutuhan masing-masing individu
berbeda dari waktu ke waktu dan dari tempat ke tempat, sehingga motif juga berbeda-beda. Motif seseorang bisa bersifat tunggal bisa juga bergabung.
Misalnya, motif seseorang menonton acara “Seputar Indonesia” yang disiarkan di televisi adalah untuk memperoleh informasi motif tunggal, tapi mungkin bagi
seseorang lainnya adalah untuk memperoleh informasi, sekaligus juga sebagai pengisi waktu luang motif bergabung. Hal ini berlaku pula pada orang-orang
yang yang membaca media cetak, surat kabar atau majalah. Bagi seseorang yang
Universitas Sumatera Utara
khusus menyediakan waktu untuk membaca surat kabar akan memiliki motif yang berbeda dengan seorang lainnya yang membaca surat kabar atau majalah di ruang
tunggu dokter. Melihat berbagai motif yang berbeda antara orang perorang, maka
intensitas tanggapan seseorang terhadap pesan komunikasipun berbeda sesuai denngan jenis motifnya. Semakin sesuai pesan komunikasi dengan motifasi
seseorang, semakin besar kemungkinan komunikasi itu dapat diterima dengan baik oleh komunikan. Sebaliknya, komunikan akan mengabaikan suatu
komunikasi yang tidak sesuai dengan motivasinya. Orang-orang akan selalu membutuhkan media dengan selalu memberikan
perhatian terhadap media yang dapat memuaskan kebutuhannya. Oleh karena itu seseorang tidak dapat menghindari media, karena media tersebut dapat memenuhi
dan memuaskan kebutuhan khalayaknya. Maka dari setiap orang menggunakan media secara berbeda-beda tergantung usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan
status sosial, ekonomi.
II.5 Berita