Implikasi Hasil Penelitian
3. Implikasi Hasil Penelitian
Buah jeruk merupakan salah satu jenis buah yang disenangi oleh konsumen untuk dikonsumsi karena mengandung sumber vitamin. Seiring dengan perkembangan zaman, konsumen menginginkan produk yang aman dan berkualitas termasuk buah jeruk. Untuk memenuhi keinginan konsumen akan buah jeruk yanng berkualitas, bukan hanya tugas petani sebagai produsen buah jeruk, tetapi juga tugas dari pelaku agrib isnis lainnya seperti peneliti, akademisi, pemasar dan pemerintah. Hal ini memerlukan keterbukaan informasi dan kerjasama yang erat antara pelaku agribisnis tersebut. Dengan demikian akan terbentuk suatu rantai agribisnis yang memberikan efisiensi biaya, yang akan membuat petani berminat untuk menghasilkan buah jeruk yang bermutu karena harga yang diterima lebih tinggi.
Berdasarkan hasil penelitian, responden yang membeli buah jeruk lokal lebih banyak daripada buah jeruk impor. Hal ini menunjukkan bahwa buah jeruk lokal masih banyak diminati oleh masyarakat dibanding buah jeruk impor. Namun, kelemahan yang dimiliki buah jeruk lokal adalah ketersediaan buah jeruk lokal tidak kontinyu meskipun buah jeruk dapat dijumpai sepanjang tahun karena periode panen dimulai dari bulan Februari hingga September dengan puncaknya pada bulan Mei. Rendahnya teknologi pasca panen seperti sistem penyimpanan belum memadai yang dimiliki petani Indonesia menyebabkan ketersediaan buah jeruk lokal melimpah pada saat pasca panen sehingga harga jual juga menjadi rendah.
Hasil analisis menggunakan Chi Square pada atribut buah jeruk lokal dan buah impor (Tabel 32 dan 33) yaitu warna dan rasa diketahui bahwa preferensi konsumen terhadap buah jeruk lokal adalah warna kuning hijau dengan presentase 58,33 persen dan rasa buah manis sedikit asam dengan presentase 43,55 persen. Sedangkan untuk buah jeruk impor Hasil analisis menggunakan Chi Square pada atribut buah jeruk lokal dan buah impor (Tabel 32 dan 33) yaitu warna dan rasa diketahui bahwa preferensi konsumen terhadap buah jeruk lokal adalah warna kuning hijau dengan presentase 58,33 persen dan rasa buah manis sedikit asam dengan presentase 43,55 persen. Sedangkan untuk buah jeruk impor
kelemahan dibanding buah jeruk impor yaitu buah yang tidak seragam baik dari warna dan rasa, bahkan tidak jarang ukuran juga ditemukan tidak seragam di pasaran. Belum lagi kebersihan kulit dan pengemasan buah jeruk lokal yang sangat berbeda jauh dengan buah jeruk impor. Menurut Pantas F (1997:8), di mata konsumen mutu produk tidak hanya menyangkut bentuk rasa, tekstur, tetapi juga menyangkut bentuk pengepakan, penyajian, kemudahan penanganan di rumah (disimpan dan disajikan), dan kesesuaian dengan kebiasaan makan.
Oleh sebab itu, hal pertama yang harus dilakukan untuk menyelamatkan buah jeruk lokal dari serbuan buah jeruk impor adalah dengan meningkatkan mutu dan ketersediaan buah jeruk lokal sehingga mudah dijumpai oleh masyarakat. Langkah selanjutnya adalah dengan pembatasan impor melalui serangkaian peraturan dan kebijakan oleh pemerintah. Salah satu diantaranya adalah melalui Peraturan Menteri No.88/Permentan/PP.340/12/2011 tentang pengawasan keamanan pangan terhadap pemasukan dan pengeluaran pangan segar asal tumbuhan. Peraturan lain adalah Permendag No.30 Tahun 2012 yaitu mewajibkan para importir produk hortikultura untuk memperhatikan aspek keamanan pangan, ketersediaan produk dalam negeri, dan penetapan sasaran produksi dan konsumsi produk hortikultura. Selain itu, para importir juga harus memenuhi persyaratan kemasan dan pelabelan, standar mutu serta ketentuan keamanan dan perlindungan terhadap kesehatan manusia, hewan, tumbuhan dan lingkungan.
Langkah selanjutnya yang harus ditempuh adalah dengan menggiatkan program “Gemar Buah Lokal Indonesia” secara nasional, tidak hanya sekedar wacana yang diangkat pada momen-momen tertentu saja tetapi dijadikan sebuah gaya hidup bagi masyarakat Indonesia.