Kompetensi kpribadian Kompetensi Atas Bahan Pengajaran Menguasai Materi Setiap Mata Pelajaran : Guru tidak hanya dituntut

mengajar, memahami penyusunan bahan pelajaran dan sebagainya? Jika tidak, dapatkah mereka menjalankan profesinya sebagai guru dengan profesional? Karena apabila mutu hasil peserta didik rendah, maka yang pertama menjadi sorotan adalah guru yang mengajarnya tidak berkompeten. Kompetensi guru ialah “kemampuan atau kecakapan seorang guru dalam melaksanakan kewajibannya secara bertanggung jawab dan layak”. 21 Kompetensi guru dapat diartikan sebagai kemampuan dan kewenangan guru dalam menjalankan profesi keguruannya. Kompetensi guru mempunyai kaitan erat dalam peningkatan prestasi belajar siswa. Tanpa adanya kompetensi guru akan sulit berlangsung proses belajar mengajar dalam mencapai tujuan yang telah di tetapkan. Hal tersebut dapat dipahami berdasarkan asumsi berupa guru tanpa kompetensi akan membawa hasil yang tidak atau kurang memuaskan. Seorang guru harus kompeten dalam mengajar di antaranya dalam menguasai materi, metodologi serta mengevaluasi, karena jikalau seorang guru tidak kompeten dalam hal itu tentu saja akan berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Pada mulanya kompetensi ini diperoleh dari ”pre service traiffin” yang kemudian dikembangkan dalam pekerjaan profesional guru dan dibina melalui ”lin service tariffing”. Pada dasarnya guru harus mempunyai tiga kompetensi, yaitu : kompetensi kepribadian, kompetensi penguasaan bahan dan kompetensi dalam cara-cara mengajar.

a. Kompetensi kpribadian

Setiap guru memiliki kepribadian sendiri-sendiri yang tidak ada guru yang sama, walaupun mereka sama-sama memiliki pribadi guru. Jadi pribadi keguruan itu pun “unik” pula dan perlu dikembangkan secara terus menerus agar guru tampil dalam hal: 1. Mengenal dan mengakui harakat dan potensi dari setiap individu atau murid yang diajarnya. 21 Muhibbin Syah, Psikologi pendidikan suatu pendekatan baru, Bandung : Remaja Rosda Karya , 2004, cet ke-9, h. 4. 2. Membina suatu suasana sosial yang meliputi interaksi belajar mengajar sehingga amat bersifat menunjang secara moral bathiniyyah terhadap murid bagi terciptanya kesepahaman dan kesamaan arah dalam pikiran serta perbuatan murid dan guru. 3. Membina suatu perasaan saling menghormati, saling bertanggung jawab dan saling percaya mempercayai anatara guru dan murid.

b. Kompetensi Atas Bahan Pengajaran

Penguasaan yang mengarah kepada spesialisasi takhashshus atas ilmu atau kecakapanpengetahuan yang diajarkan. Penguasaan yang meliputi bidang studi sesuai dengan kurikulum dan bahan pendalaman aplikasi bidang studi. Kesemuanya ini amat perlu dibina karena selalu dibutuhkannya dalam beberapa hal: 1. Menguraikan ilmu pengetahuan atau kecakapan dan apa-apa yang harus diajarkannya kedalam bentuk komponen-komponen dan informasi yang sebenarnya dalam bidang ilmu atau kecakapan. 2. Menyusun komponen-komponen atau informasi-informasi itu sedemikian rupa baiknya sehingga akan memudahkan murid untuk mempelajari pelajaran yang diterimanya.

c. Kompetensi dalam cara mengajar

Kompetensi dalam cara-cara mengajar atau keterampilan mengajar sesuatu bahan pengajaran sangat diperlukan guru khususnya keterampilan dalam bidang: 1. Merencanakan atau menyusun setiap program satuan pelajaran, demikian pula merencanakan atau menyusun keseluruhan kegiatan untuk satu satuan waktu catur wulansemester atau tahun ajaran. 2. Mempergunakan dan mengembangkan media pendidikan alat bantu atau alat peraga bagi murid dalam proses belajar yang dipergunakannya. 3. Mengembangkan dan mempergunakan semua metode-metode mengajar sehingga terjadilah kombinasi-kombinasi dan variasi yang efektif. Ketiga aspek kompetensi tersebut di atas harus berkembang secara selaras dan tumbuh terbina dalam kepribadian guru. Dengan demikian itu dapat diharapkan daripadanya untuk mengerahkan segala kemampuan dalam mengajar secara profesional dan efektif. 22

2. Profesionalisme Guru

Menurut Dictionary of Education yang dikutip oleh Syafruddin Nurdin dijelaskan bahwa: profession is anaccuption usually involving relatively long and specialived preparation on the level of higher education and governed by its own code of etchic; profession is one who has acquired a learned skill and conforms to ethical standar of the profession in which he practice to skill. Good, 1973,440. Selanjutnya menurut Mc Cully yang dikutip oleh Syafruddin Nurdin pula mengatakan: Profession is a vocation in which professed knowledge of some departement of learning or science of an art founded upon it 1969;130. 23 Untuk memahami pengertian professionalisme, perlu diketahui apa itu profesi dan professional terlebih dahulu. Kata profesi masuk ke dalam kosa kata bahasa Indonesia melalui bahasa Inggris Profession. Kata dalam bahasa barat ini menerima kata ini, dari bahasa Latin profession. Dalam bahasa Latin kata profession berarti pengakuan atau pernyataan. Berarti profesi mengandung pengertian tentang pengakuan atau pernyataan tentang bidang pekerjaan yang telah dipilihnya, misalkan seseorang menyatakan bahwa saya adalah guru. Dari perkataannya tersebut ada suatu pernyataan atau pengakuan bahwa pekerjaannya adalah guru. Sedangkan pengertian professionalisme adalah mutu, kualitas dan tindak tanduk yang merupakan ciri suatu profesi atau orang yang professional. Artinya guru yang piawai dalam melaksanakan profesinya dapat disebut sebagai guru yang kompeten dan professional. Profesionalisme juga diartikan sebagai pandangan tentang bidang pekerjaan yang menganggap bidang pekerjaan sebagai suatu pengabdian melalui keahlian tertentu dan menganggap keahlian itu sebagai 22 Abuddin Nata dan Fauzan, Pendidikan Dalam Perspektif Hadits, Jakarta: UIN Jakarta Press 2005, cet-1 hal. 215-216 23 Syafruddin Nurdin, Guru Profesionalisme dan Implementasi Kurikulum, Jakarta: Quantum Teaching 2005, cet, ke-3, hal. 13 sesuatu yang harus diperbaharui secara terus menerus dengan memanfaatkan kemajuan-kemajuan yang terdapat dalam bidang ilmu pengetahuan 24 Dalam kaitan seorang pekerja profesional dapat dibedakan dari seorang amatir walaupun sama-sama menguasai sejumlah teknik dan prosedur kerja tertentu, seorang pekerja profesional harus memiliki informed responsiveness “ketanggapan yang berlandaskan ke arifan” terhadap implikasi kemasyarakatan atas objek kerjanya. Dengan perkataan lain seorang pekerja profesional memiliki filosofi untuk menyikapi dan melaksanakan pekerjaannya. 25 Sebelum kita beranjak lebih jauh mengenai definisi profesionalisme, alangkah baiknya apabila kita kenali terlebih dahulu mengenai sejumlah definisi mengenai profesi. Salah satu definisi seperti yang dikemukakan oleh sikun pribadi menyatakan sebagai berikut: ”Profesi itu pada hakikatnya adalah suatu pernyataan atau suatu janji terbuka, bahwa seseorang akan mengabdikan dirinya kepada suatu jabatan atau pekerjaan dalam arti biasa karena orang tersebut merasa terpanggil untuk menjabat pekerjaan itu”. 26 Hakikat profesi adalah suatu pernyataan atau suatu janji terbuka, suatu janji yang dikemukakan oleh tenaga profesional. Pernyataan profesional mengandung makna terbuka, sungguh- sungguh dan pernyataan tersebut keluar dari lubuk hati yan paling dalam tanpa adanya paksaaan dan intervensi dari pihak lain. Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, maka Profesionalisme atau profesionalisasi berkembang sesuai dengan kemajuan modern yang menuntut berbagai macam ragam spesialisasi yang sangat diperlukan dalam kehidupan masyarakat yang makin lama makin komplek. Profesionalisme dalam berbagai bidang tentunya yang diperlukan dalam kehidupan masyarakat ini, melihat fenomena dalam dunia lapangan pekerjaan sekarang ini hal yang paling utama dan terutama yang menjadi buah persyaratan untuk memasuki dunia pekerjaan selain background dari lembaga pendidikan yaitu pengalaman dan spesialisasi terhadap 24 Muchtar Buchari, Pendidikan dalam Pembangunan, Yogyakarta : Tiara Wacana Yogya, 19994, h. 36-39 25 Nurdi… hal14 26 Oemar Hamalik, Pendidikan Guru dan Strategi, Bandung : Mandar Maju, 1991 h. 1 dunia pekerjaan yang ada. Hal inilah yang mengakibatkan tingkat pengangguran di negara kita tiap tahunnya bertambah banyak. Profesi merupakan bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian tertentu. 27 Profesi juga mengandung unsur pengabdian, hal ini dikarenakan profesi bukanlah dimaksudkan untuk mencari keuntungan semata-mata bagi dirinya melainkan sebagai bentuk pengabdian kepada masyarakat, oleh karena itu tenaga profesi yang profesional tidak boleh sampai merugikan, merusak, atau menimbulkan malapetaka bagi masyarakat. Sebaliknya profesi itu harus berusaha menimbulkan kebaikan, keberuntungan dan kesempurnaan atau kesejahteraan bagi masyarakat. Menurut Suharsimi Arikunto, bertumpu dari definisi profesi dapat dilihat bahwa: a. Di dalam suatu pekerjaan professional diperlukan teknik serta prosedur yang bertumpu pada landasan intlektual yang dipelajari dari suatu lembaga, kemudian diterapkan di masyarakat untuk memecahkan suatu masalah. b. Seorang pekerja professional dapat dibedakan dengan seseorang teknisi dalam hal pemilihan filosofi yang kuat untuk mempertanggungjawabkan pekerjaannya, serta mantap dalam menyikapi dan melaksanakan pekerjaannya. c. Seorang yang bekerja berdasarkan profesinya memerlukan teknik dan prosedur yang ilmiah serta memiliki dedikasi yang tinggi dalam menyikapi lapangan pekerjaan yang berdasarkan atas sikap seorang ahli. 28 Jabatan guru adalah pelaksanaan tugas profesionalisme dan jabatan tersebut melekat pada orangnya, sehingga seorang guru agama dimanapun selalu diberi panggilan Pak guru, Pak guru Agama atau Pak Ustadz. Secara sederhana pekerjaan yang bersifat profesional adalah pekerjaan yang hanya dapat dilakukan oleh mereka yang secara khusus disiapkan untuk itu dan bukan pekerjaan yang dapat dilakukan oleh mereka yang karena tidak dapat atau tidak memperoleh pekerjaan lainnya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pekerjaan pofesional adalah pekerjaan yang dipersiapkan melalui proses 27 Depdikbud... hal.702 28 Suharsimi Arikunto, Manajmen Pengajaran Secara Manusiawi, Jakarta: Rineka Cipta, 19990 h-233 pendidikan dan pelatihan. Semakin tinggi tingkat pendidikan yang harus dipenuhinya, maka semakin tinggi pula derajat profesi yang diembannya. 29 Maka dapat disimpulkan profesionalisme guru adalah suatu pandangan mengenai seseorang yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan, sehingga ia mampu melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sebagai guru dengan maksimal dan proses pendidikan berhasil dengan baik. Jika ia guru pendidikan agama Islam, maka harus menguasai pengetahuan bidang studi yang dijelaskannya selain memiliki keahlian dalam bidang keguruan. Mengingat tugas dan tanggung jawab guru yang begitu kompleksnya, maka profesi ini memerlukan persyaratan khusus antara lain dikemukakan sebagai berikut: 2. Menentukan adanya keterampilan yang berdasarkan konsep dan teori ilmu pengetahuan yang mendalam. 3. Menekankan pada suatu keahlian dalam bidang tertentu sesuai dengan bidang profesinya. 4. Menuntut adanya tingkat pendidikan keguruan yang memadai. 5. Adanya kepekaan terhadap dampak kemasyarakatan dari pekerjaan yang dilaksanakannya. 6. Memungkinkan perkembangan sejalan dengan dinamika kehidupan. Drs. Moh. Ali , 1985 Menurut Uzer Usman, selain persyaratan di atas tersebut, masih ada lagi persyaratan yang harus dipenuhi oleh setiap pekerjaan yang tergolong ke dalam suatu profesi antara lain: 1. Memiliki kode etik, sebagai acuan dalam melaksanakan tugas dan fungsinya. 2. Memiliki klienobjek layanan yang tetap, seperti dokter dengan pasiennya, guru dengan muridnya. 3. Diakui oleh masyarakat karena memang diperlukan jasanya di masyarakat. 29 Abdul Rachman Shaleh, Pendidikan Agama Dan Keagamaan. Jakarta : PT. Gemawindu Pancaperkasa 2000 cet, 1, hlm.99-101 Atas dasar persyaratan tersebut, jelaslah jabatan profesional harus ditempuh melalui jenjang pendidikan yang khusus mempersiapkan jabatan itu. Demikian pula dengan profesi guru, harus ditempuh melalui jenjang pendidikan pre service education. 30 Suatu profesi erat kaitannya dengan jabatan atau pekerjaan tertentu yan dengan sendirinya menuntut ke ahlian, pengetahuan dan keterampilan tertentu pula, dalam pengertian profesi telah tersirat adanya suatu keharusan kompetensi agar profesi itu berfungsi sebaik-baiknya. Dalam uraian di atas telah dijelaskan, bahwa jabatan guru adalah suatu jabatan profesi. Guru yang di maksud adalah guru yang yang melaksanakan fungsinya di sekolah. Dalam pengertian tersebut, telah terkandung suatu konsep bahwa guru profesional yang bekerja melaksanakan fungsi dan tujuan sekolah harus memiliki kompetensi-kompetensi yang dituntut agar guru mampu melaksanakan tugasnya dengan sebaik-baiknya. Tanpa mengabaikan kemungkinan adanya perbedaan tuntutan kompetensi profesional yang disebabkan oleh adanya perbedaan lingkungan sosial kultural dari setiap institusi sekolah sebagai indikator, maka guru yang dinilai kompeten secara profesional, apabila: 1. Guru tersebut mampu mengembangkan tanggung jawab dengan sebaik- baiknya. 2. Guru tersebut mampu melaksanakan peranan-peranannya secara berhasil. 3. Guru tersebut mampu bekerja dalam usaha mencapai tujuan pendidikan tujuan instruksional sekolah. 4. Guru tersebut mampu melaksanakan peranannya dalam proses mengajar dan belajar dalam kelas. 31 Kalau kita layangkan sejenak pikiran kita ke dalam ke dalam sebuah kelas, dimana sedang berlangsung pengajaran maka akan bisa lihat seorang guru sedang mengajar. Sebelum ia membuat tugasnya sebagi guru, ia harus mempelajari pendidikan yang sedang dilaksanakan. Ia pun baru mengenal keadaan gedung 30 Uzer Usman... h.15-16 31 Oemar Hamalik, Pendidikan Guru, Berdasarkan Pendekatan Kompetensi,Jakarta: PT Bumi Aksara 2006, cet, ke-4 hal. 38 ruangan kelas, perpustakaan fasilitas belajar, pelengkapan sekolah, alat-alat peraga, dan semua sarana yang berguna bagi pengajar. Pada hari pertama dan beberapa hari selanjutnya, guru harus berusaha sedemikian rupa untuk mengenal tentang peserta didiknya dan berkenalan dengan semua guru serta staf sekolah lainnya, selanjutnya ia akan melaksanakan program pendidikan di sekolah itu. Setiap akan mengajar, ia perlu membuat persiapan mengajar dalam rangka melaksanakan sebagian dan rencana tahunan. Dalam persiapan itu sudah terkandung tentang: tujuan mengajar, pokok yang diajarkan, metode mengajar, bahan pelajaran, alat peraga, dan teknik evaluasi yang akan digunakan. Karena itu harus memahami benar tentang tujuan pengajaran, cara merumuskan tujuan mengajar, secara khusus memilih dan menentukan metode mengajar sesuai dengan tujuan yanng hendak dicapai, memahami bahan pelajaran sebaik mungkin dengan menggunakan berbagai sumber, cara memilih, menentukan dan menggunakan alat peraga, cara membuat tes dan menggunakannya, dan pengetahuan tentang alat-alat evaluasi lainnya.. Setiap ia mengajar, ia perlu malaksanakan hal-hal yang bersifat rutin, bertanya kepada kelas, menerangkan pelajaran dengan suara yang baik dan mudah ditangkap serta ia sendiri dapat memahami pertanyaan-pertanyaan atau pendapat peserta didiknya, ia harus pandai berkomunikasi dengan para peserta didik. Setiap saat ia siap memberikan bimbingan atas kesulitan yang dihadapi para siswa, pekerjaan ini hanya mungkin dilakukan apabila berbadan sehat, dan memiliki kepribadian yang menarik. Dalam suasana di dalam kelas, di mana siswa bermacam-macam latar belakang minat dan kebutuhannya maka ia harus sanggup merangsang para peserta didik belajar, menjaga disiplin kelas, melakukan supervisi belajar dan memimpin para peserta didik belajar sehingga pengajaran berjalan baik dan memberikan hasil yang memuaskan. 32 32 Departemen Agama Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam, Wawasan Tugas Guru dan Tenaga Kependidikan, Jakarta 2005, hal. 63-64. Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa kompetensi berarti kemampuan, kecakapan dan keterampilan yang dimiliki seseorang berkenaan tugas, jabatan maupun profesinya. Jadi, kompetensi guru berarti kemampuan dan keterampilan yang dimiliki oleh seseorang yang bertugas mendidik siswa agar mempunyai kepribadian yang luhur dan mulia sebagaimana tujuan dari pendidikan. Kompetensi menjadi tuntutan dasar bagi seorang guru. Untuk terwujudnya tujuan pendidikan, diperlukan oleh semua guru adalah yang memiliki kompetensi dalam melaksanakan tugas mereka mampu melaksanakan tugas yang dipikulnya dengan baik. Setidaknya ada tiga bidang kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru dalam proses belajar mengajar, yaitu: “kompetensi pribadi, kompetensi sosial dan kompetensi profesional”. 33 a. Kompetensi pribadi, meliputi: 1. Peka terhadap perubahan dan pembaharuan 2. Berfikir alternatif 2. Adil, jujur dan objektif 5. Berdisiplin dalam menjalankan 6. Ulet dan tekun bekerja 7. Berusaha memperoleh hasil kerja yang sebaik-baiknya 8. Simpatik dan menarik, luwes, bijaksana dan sederhana dalam bertindak. Dalam beberapa jenis yang termasuk dalam kompetensi pribadi, dapat disimpulkan bahwa: Seorang guru dituntut memiliki kepribadian yang baik, karena disamping mengajarkan ilmu, guru juga harus membimbing dan membina anak didiknya. Perbuatan dan tingkah lakunya harus dapat dijadikan sebagai teladan, artinya seorang guru harus berbudi pekerti yang luhur. Dengan kata lain guru harus bersikap yang terbaik dan konsekuen terhadap perkataan dan perbuatannya, karena guru adalah figur sentral yang akan dicontoh dan diteladani anak didik. 33 Departemen Agama RI, Pengembangan Profesional dan petunjuk Penulisan Karya Ilmiah, Jakarta: 2002. Oleh karena itulah seorang guru harus benar-benar memiliki kompetensi kepribadian yang mantap, baik sebagai hamba Tuhan maupun sebagai warga negara yang konsisten dengan profesinya.. b. Kompetensi Sosial Seorang guru tidak hanya bertangungjawab di dalam kelas, tetapi juga harus mewarnai perkembangan anak didik di luar kelas. Guru bukanlah sekedar orang yang berdiri di depan kelas untuk menyampaikan materi pengetahuan tertentu tetapi juga anggota masyarakat yang harus ikut aktif dan berjiwa bebas serta kreatif dalam mengarahkan perkembangan anak didik untuk menjadi anggota masyarakat sebagi orang dewasa. Sebagai pendidik, kehadiran guru di masyarakat sangat diharapkan baik secara langsung sebagi anggota masyarakat maupun secara tidak langsung yaitu melalui peranannya membimbing dan mengarahkan anak didik. Karena pada kenyataannya dimata masyarakat, terutama dimata anak didik, guru merupakan panutan yang layak di teladani. Dalam kehidupan sosial guru juga merupakan figur sentral yang menjadi ukuran bagi masyarakat untuk mengambil keteladanannya. Hal ini menuntut guru untuk berperan secara proposional dalam kehidupan bermasyarakat, sehingga guru harus memiliki kemampuan untuk hidup bermasyarakat dengan baik. Keterlibatan seorang guru dalam kehidupan masyarakat akan menjadi tuntunan bagi anak didik. Guru pendidikan agama Islam, harus dapat mengambil peranan yang tepat di dalam kehidupan masyarakat. Keterkaitannya dengan profesi sebagai guru pendidikan agama Islam akan membawanya kepada peranan tokoh yang menjadi panutan, terutama yang berkaitan dengan penerapan nilai-nilai ajaran Islam di masyarakat. Oleh karena itu kompetensi sosial yang dimiliki untuk dapat terlibat dalam kehidupan masyarakat harus merupakan cerminan nilai-nilai ajaran Islam itu sendiri. c. Kompetensi Profesional Masalah utama pekerjaan profesi adalah implikasi dan konsekuensi jabatan terhadap tugas dan tanggung jawabnya. Tinggi rendahnya pengakuan profesionalisme bergantung kepada keahlian dan tingkat pendidikan yang ditempuh. Setiap guru harus memahami fungsinya karena sangat besar pengaruhnya terhadap cara bertindak dan berbuat dalam menunaikan tugasnya sehari-hari di sekolah dan masyarakat. Pengetahuan dan pemahamannya tentang kompetensi guru akan mendasari pola kegiatan dalam menunaikan profesi guru. Dengan demikian seorang yang telah memilih guru sebagi profesinya harus benar-benar profesional di bidangnya. Disamping itu juga harus memiliki kecakapan dan kemampuan dalam mengelola interaksi belajar mengajar. Hal ini dapat dipahami bahwa profesionalitas seorang guru dapat menentukan keberhasilan proses belajar siswa. Sejalan dengan pendapat di atas, maka menurut Sardiman. A.M, dalam bukunya “Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar” mengemukakan ada 10 sepuluh kompetensi guru yaitu: 1. Menguasai bahan 2. Mengelola program belajar 3. Mengelola kelas 4. Menggunakan media 5. Menguasai landasan-landasan kependidikan 6. Mengelola interaksi belajar-mengajar 7. Menilai prestasi siswa untuk kepentingan penngajaran 8. Mengenal fungsi dan program bimbingan dan penyuluhan di sekolah 9. Mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah 10. Memahami prinsip dan menafsirkan hasil penelitian pendidikan guna keperluan pengajaran 34 Jadi berdasaran pengertian serta syarat yang telah d jelaskan di atas maka penulis menyimpulkan bahwa kompetensi sangat di harapkan untuk melaksanakan fungsi profesi dalam kehidupan bermasyarakat yang sangat komplek seperti sekarang ini. Profesi menuntut kemampuan untuk membuat keputusan serta kebijaksanaan yang tepat.

3. Pengertian Guru Pendidikan Agama Islam

Pengertian guru telah banyak dijelaskan di atas dan penamaan guru juga bervariatif. Dalam hal ini penulis akan mencoba mendefinisikan atau mengartikan mengenai pendidikan agama Islam, pendidikan agama Islam adalah usaha-usaha 34 Sardiman, A.M, Interaksi dan motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: PT. Raja GrapindoPersada, 2003, cet. Ke-10, h. 164-167. secara sistematis dan pragmatis dalam membantu anak didik supaya mereka hidup dan menjalankan ajaran agama Islam secara kaffah sempurna. Dari pengertian ini penulis mencoba menyimpulkan bahwa yang dimaksud dengan guru pendidikan agama Islam adalah guru atau orang yang menyampaikan pelajaran tentang keislaman di sekolah, seperti fiqh. Aqidah. Sejarah Kebudayaan Islam, dan al-Qur’an Hadits. Atau bisa dikatakan pula guru pendidikan agama Islam adalah seseorang yang hanya terkonsentrasi pada persolan-persoalan toritis keagamaan yang bersifat kognitif semata serta amalan-amalan ibadah peraktis, dan lebih berorientasi pada belajar tentang agama. 35 Tidak jauh beda memang guru dalam bidang studi umum dan agama keduanya sama-sama memiliki tanggung jawab atas terciptanya individu yang dewasa dan akademis namun, mungkin ada perbedaannya guru agama selain mencetak manusia yang akademis namun juga mempunyai tanggung jawab dalam mencetak manusia yang berakhlak mulia dan mampu melaksanakan syariatnya secara sempurna pula. Dalam kaitannya dengan guru pendidikan agama Islam, maka seseorang dikatakan guru agama Islam harus memiliki syarat-syarat sebagai berikut: 1. Zuhud tidak mengutamakan materi dan mengajar karena mencari keridhaan Allah semata 2. Kebersihan guru 3. Ikhlas dalam pekerjaan 4. Suka pemaaf 5. Seorang guru merupakan seorang bapak sebelum ia seorang guru 6. Harus mengetahui tabi’at murid 7. Harus menguasai mata pelajaran 36 Setiap guru agama hendaknya menyadari, bahwa pendidikan agama bukanlah sekedar mengajarkan pengetahuan agama dan melatih keterampilan anak dalam melaksanakan ibadah. Akan tetapi, pendidikan agama jauh lebih luas daripada itu, ia pertama-tama bertujuan untuk membentuk kepribadian anak, sesuai dengan ajaran agama. Pembinaan sikap, mental dan akhlak, jauh lebih 35 Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya 2002, cet-2. hal 111 36 Athiyah… hal. 136-139 penting daripada pandai menghafal dalil-dalil dan hukum-hukum agama, yang tidak diresapkan dan dihayatinya dalam hidup. Pendidikan agama hendaknya dapat mewarnai kepribadian anak, sehingga agama itu, benar-benar menjadi bagian dari pribadinya yang akan menjadi pengendali dalam hidupnya di kemudian hari. Pendidikan agama menyangkut manusia seutuhnya. Ia tidak hanya membekali anak dengan pengetahuan agama, atau mengembangkan intelek anak saja dan tidak pula mengisi dan menyuburkan perasaan sentiment agama saja, akan tetapi ia menyangkut keseluruhan diri pibadi anak, mulai dari latihan-latihan amaliah sehari-hari, yang sesuai dengan ajaran agama, baik yang menyangkut hubungan manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia lain, manusia dan alam, serta manusia dengan dirinya sendiri. 37

4. Tugas dan tanggung jawab guru

Guru mempunyai peranan ganda sebagi pengajar dan pendidik. Kedua peran tersebut bisa dilihat perbedaannya, tetapi tidak bisa dipisahkan. Tugas utama sebagai pendidik adalah membantu mendewasakan anak. Dewasa secara psikologis, sosial, dan moral. Sebaik-baik keadaan adalah yang dikatakan mengenal ilmu dan amal. Itulah orang yang dinilai agung dalam kerajaan langit. Tidaklah patut ia menjadi seperti jarum yang memberi pakaian kepada selainnya, sedang ia sendiri telanjang, atau seperti sumbu lampu yang menyinari lainnya, sedang ia sendiri terbakar. Barang siapa menjalankan tugas sebagai pengajar, maka ia pun telah melakukan tugas besar. Oleh sebab itu, hendaklah ia memelihara tata krama dan tugas-tugasnya. Tugas pertama ialah menunjukkan kasih sayang kepada pelajar dan menganggapnya seperti anak. Sebagaimana Rasulullah mencontohkan umatnya dalam sabdanya, ”Sesungguhnya aku bagi kamu adalah seperti ayah terhadap anaknya”. Bahkan guru adalah bapak yang sebenarnya, karena bapak menyebabkan kehidupan yang fana, sedangkan pengajar menyebabkan kehidupan yang kekal. Oleh karena itu, guru diutamakan haknya dari ayah dan ibu. 37 Daradjat....Ilmu Jiwa Agama, Jakarta: PT. Bulan Bintang 19996 cet-15, hal. 107 Tugas kedua ialah mengikuti teladan Rasulullah. Walaupun ia mempunyai jasa atas mereka, mereka pun mempunyai jasa atasnya karena mereka menyebabkan pendekatan dirinya kepada Allah Ta’ala dengan menanamkan ilmu dan iman dalam hati. Tugas ketiga ialah tidak menyimpan sesuatu nasihat bagi hari esok, seperti melarangnya dari mencari kedudukan sebelum patut memperolehnya dan melarangnya belajar ilmu yang tersembunyi sebelum menyempurnakan ilmu yang terang. Tugas keempat ialah menasihati pelajar dan melarangnya dari akhlak tercela, bukan dengan cara yang tegas, tetapi sindiran. Sebab, penegasan menghilangkan wibawa, dan patutlah ia bersikap lurus, kemudian menuntutnya bersikap lurus. Kalau tidak, maka nasihat itu tidak berguna, karena meneladani perbuatan lebih kuat daripada meneladani perkataan. 38 Agama pada anak membawa ciri tersendiri, dengan menampakkan pasang surut kognitif, afektif, dan volusional kemauan. Memahami konsep keagamaan pada anak berarti memahami sifat agama itu sendiri. Sifat agama anak mengikuti pola ideas concept on authority, artinya konsep keagamaan pada diri mereka dipengaruhi oleh faktor luar diri mereka. Ketaatan mereka pada ajaran agama merupakan kebiasaan yang menjadi milik mereka, yang dipelajari dari orang tua atau guru mereka. 39 Manusia dapat disebut sebagai manusia yang bertanggung jawab apabila dia mampu membuat pilihan dan membuat keputusan atas dasar nilai-nilai dan norma-norma tertentu, baik yang bersumber dari dalam dirinya maupun yang bersumber dari lingkungan sosialnya. Dengan kata lain manusia bertanggung jawab apabila dia mampu bertindak atas dasar keputusan moral atau moral decision. Setiap guru profesional harus memenuhi persyaratan sebagai manusia yang bertanggung jawab dalam bidang pendidikan, tetapi di pihak lain dia juga mengemban sejumlah tanggung jawab dalam mewariskan nilai-nilai dan norma- 38 Imam Ghazali, Ringkasan Ihya ‘Ulumuddin. Terj, dari Mukhtashar Ihya ‘ulumuddin, oleh Zaid Husein Al-Hamid,Jakarta: Pustaka Amani 1995, cet-1 hal. 11-12 39 Sururin, Ilmu Jiwa Agama, Jakarta: PT Raja Grapindo 2004, cet-1, hal. 57 norma kepada generasi muda sehingga terjadi proses konservasi nilai, bahkan melalui proses pendidikan diusahakan terciptanya nilai-nilai baru. Dalam konteks ini pendidik berfungsi mencipta, memodifikasi, mengkonstruksi niali-nilai baru. Guru akan mampu melaksanakan tanggung jawabnya apabila dia memiliki kompetensi yang diperlukan untuk itu. Setiap tanggung jawab memerlukan kompetensi dapat dijabarkan menjadi sejumlah kompetensi yang lebih kecil dan lebih khusus. 40 Zainal Aqib mengatakan bahwa dalam menjalankan tugasnya sebagai guru setidaknya harus memiliki kemampuan dan sikap sebagai berikut : a. Menguasai kurikulum : kurikulum sebagai program pendidikan secara utuh, sehingga mempunyai kedudukan yang cukup penting dalam keseluruhan program pendidikan dan pengajaran. Guru yang baik adalah guru yang berhasil dalam pengajaran dan mampu mempersiapkan siswa mencapai tujuan yang telah ditetapkan kurikulum.

b. Menguasai Materi Setiap Mata Pelajaran : Guru tidak hanya dituntut

untuk menyelesaikan bahan pelajaran yang telah ditetapkan tetap guru harus menguasai dan menghayati secara mendalam semua materi yang akan diajarkan. Oleh karena itu, dalam memberikan materi pelajaran guru mempunyai peranan dan tugas sebagai pengelola proses belajar mengajar di kelas yang dituntut banyak inisiatif dan penuh kreativitas. c. Menguasai Metode dan Evaluasi Belajar : Guru harus menguasai berbagai metode mengajar. Selain menguasai berbagai metode, guru juga harus mampu memilih metode yang tepat sesuai materi pelajaran tingkat kecerdasan siswa, dan seabagainya. Selanjutnya guru harus mampu mengukur dan menilai hasil pekerjaan siswa, terutama sekali yang menyangkut kegiatan belajar mengajar, baik proses maupun hasil belajarnya. d. Setia Terhadap Tugas : Disebabkan pekerjaan guru menyangkut pertumbuhan, perkembangan fisik dan intlektual seorang anak manusia, segala kegiatan belajar mengajar harus disiapkan secara matang, untuk itu, 40 Hamalik... hal39 guru harus benar-benar menyatu, menjiwai dan menghayati tugas-tugas keguruannya.

e. Disiplin dalam Arti Luas : Pendidik ataupun seorang guru merupakan

Dokumen yang terkait

Profesionalisme guru agama SMA Islam al-izhar Pondok Labu

0 3 98

Profesionalisme guru agama dan hubungannya dengan peningkatan mutu pendidikan agama Islam di MIN Pondok Pinang Jakarta Selatan

0 7 103

Bagaimana Persepsi Siswa Tentang Kemampuan Mengajar Guru Pendidikan Agama Islam di SDN Rambutan 03 Pagi Jakarta

1 5 90

Profesionalisme guru pendidikan agama Islam di SDN kelurahan Tanah Sereal

1 29 0

Persepsi siswa terhadap profesionalisme guru agama hubunganya dengan minat belajar pendidikan agama islam : studi kasus di sma 28 oktober 1928 jakarta selatan

0 13 0

PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PEMBINAAN AKHLAK SISWA Profesionalisme Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Pembinaan Akhlak Siswa Sd Negeri Natah Nglipar Gunungkidul.

0 3 15

Peranan Guru Pendidikan Agama Islam dan Orang Tua dalam Pembinaan Akhlakul Karimah Peserta Didik pada Madrasah Tsanawiyah al Khairiyah Krawangsari Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan

0 3 164

Profesionalisme Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Upaya Meningkatkan Akhlak Peserta Didik (Penelitian Terhadap Guru Pendidikan Agama Islam di MTs An Nuur Kampung Baru

16 179 103

BAB II LANDASAN TEORI A. Peranan Guru PAI Dalam Pembinaan Akhlak 1. Pengertian peranan Guru Pendidikan Agama Islam - Peranan Guru Pendidikan Agama Islam dan Orang Tua dalam Pembinaan Akhlakul Karimah Peserta Didik pada Madrasah Tsanawiyah al-Khairiyah Kra

0 1 55

BAB II KERANGKA TEORI TENTANG PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM UPAYA MENINGKATKAN AKHLAK PESERTA DIDIK A. Teori tentang Profesionalisme - Profesionalisme Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Upaya Meningkatkan Akhlak Peserta Didik (Penelitia

0 1 49