Proses Penentuan Tingkat Kolaborasi Jenis Penelitian Unit Analisis Populasi dan Sampel 1. Populasi

1. Struktural, rintangan struktural merupakan rintangan yang ditentukan melalui legislasi peraturan aturan prosedural, atau batasan-batasan fisik seperti polisi keamanan. Contohnya, aturan yang berhubungan dengan menanggung anggota dapat menjadi rintangan bagi kolaborasi penelitian dengan menentukan bagaimana biaya harus digunakan atau membatasi transfer biaya dari penerima kepada patnerteman. 2. Organisasional, budaya dan nilai dalam sebuah organisasi dapat mendatangkan rintangan bagi kolaborasi. Contohnya, kolaborasi antara peneliti bisa tidak didukung oleh sebuah organisasi khusus atau manajemennya. 3. Career-Related berhubungan dengan karirriwayat kerja, Panitia mencatat praktek promosi atau pemajuan muncul untuk mengkontribusikan menjadi sebuah proyek kolaboratif yang dapat dinilai. Contohnya, keinginan peneliti secara individual untuk mendapatkan hasil penelitian bisa didesak oleh kebutuhan organisasi untuk melindungi hasil iklan yang potensial. 4. Geografikal, submissions submisi mengidentifikasikan lokasi dan jalan masuk yang terbatas bagi infrastruktur, fasilitas dan mekanisme komunikasi sebagai rintangan yang jelas bagi kolabrasi, walaupun e-mail telah dinyatakan sebagai sumber pengaruh yang positif. Contohnya, peneliti di lokasi pedalaman dan regional sering mengalai kesulitan dalam mengakses infrastruktur, fasilitas atau bekerja dengan kolaborator akibat jarak dan biaya untuk bergabung. Submisi juga menyebutkan keterbatasan dalam mengakses teknologi komunikasi pada kecepatan tinggi untuk ditransfer data dan tetle serta komunikasi lewat video.

2.7. Proses Penentuan Tingkat Kolaborasi

Untuk mengukur menentukan tingkat kolaborasi dalam satu bidang penelitian pada tahun tertentu, maka formulasi yang digunakan adalah sebagai berikut: C = Ns Nm Nm + Subramanyam, 1983 : 37 Keterangan : Universitas Sumatera Utara C : tingkat kolaborasi peneliti dalam sebuah disiplin ilmu, dimana nilai “C” tersebut berada pada interval 0-1 Nm : total hasil penelitian dari peneliti dalam sebuah disiplin ilmu pada tahun tertentu yang dilakukan secara berkolaborasi bekerja sama Ns : total hasil penelitian dari peneliti dalam sebuah disiplin ilmu pada tahun tertentu yang dilakukan secara individual

2.8. Interpretasi Tingkat Kolaborasi

Selanjutnya nilai tingkat kolaborasi C yang diperoleh akan diinterpretasikan untuk mendapatkan arti. Adapun interpretasi yang digunakan terhadap tingkat kolaborasi C adalah dengan berdasarkan pendapat Subramanyam, 1983:30 sebagai berikut : a. Apabila nilai C = 0 Maka dapat dikatakan bahwa hasil penelitian pada bidang x seluruhnya dilakukan secara individual peneliti tunggal. Berarti, tidak ada satu hasil penelitian pun yang dilakukan secara berkolaborasi di bidang tersebut pada tahun tertentu. Interpretasi lain adalah pelaksanaan penelitian di bidang x sama sekali tidak memerlukan bantuan dan atau pendekatan dari disiplin ilmu, lembaga penelitian lain dan atau ahli lain dan sebagainya. Artinya penelitian masih dapat dilakukan secara mandiri. b. Apabila nilai C 0 dan C0,5 atau 0C0,5 Maka dapat dikatakan bahwa hasil penelitian pada bidang x dilakukan secara individual lebih besar dibandingkan dengan banyaknya hasil penelitian yang dilakukan secara berkolaborasi. Artinya pelaksanaan penelitian pada bidang tersebut tidak semuanya memerlukan bantuan dan atau pendekatan dari disiplin ilmu, lembaga penelitian lain dan atau ahli lain dan sebagainya. c. Apabila nilai C = 0,5 Maka dapat dikatakan bahwa banyaknya hasil penelitian pada bidang x dilakukan secara individual sama jumlahnya dengan yang dilakukan secara berkolaborasi. Artinya bahwa pelaksanaan penelitian di bidang tersebut sama-sama memerlukan bantuan dan atau pendekatan dari disiplin ilmu, lembaga penelitian lain dan atau ahli lain dan sebagainya. d. Apabila nilai C 0,5 dan C1 atau 0,5C1 Maka dapat dikatakan bahwa hasil penelitian pada bidang x dilakukan secara individual lebih sedikit jumlahnya dibandingkan jumlah hasil penelitian yang dilakukan secara berkolaborasi. Artinya bahwa pelaksanaan penelitian di bidang tersebut sangat memerlukan bantuan dan atau pendekatan dari disiplin ilmu, lembaga penelitian lain dan atau ahli lain dan sebagainya. e. Apabila nilai C = 1 Maka dapat dikatakan bahwa hasil penelitian pada bidang x seluruhnya dilakukan secara berkolaborasi. Artinya bahwa pelaksanaan penelitian di bidang tersebut benar- Universitas Sumatera Utara benar membutuhkan bantuan dan atau pendekatan dari disiplin ilmu, lembaga penelitian lain dan atau ahli lain dan sebagainya.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif yang merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai status suatu gejala yang ada, yaitu keadaan gejala menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan Arikunto 2002:309.

3.2. Unit Analisis

Objek yang diteliti adalah seluruh artikel ilmiah yang termuat dalam jurnal makara seri kesehatan tahun 2005 – 2007, yang terbit 2x dalam setahun. Jurnal tersebut bisa diakses dan didownload dari internet dengan website http:journal.ui.ac.id?hal=volumeq=1 . Sedangkan unit analisis dari penelitian ini adalah artikel dan juga pengarang yang mencantumkanmemiliki alamat e-mail dan melakukan kolaborasi. 3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi Populasi adalah keseluruhan gejalasatuan yang ingin diteliti Prasetyo 2005:119. Sedangkan pendapat lain mengatakan bahwa populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya Kartono1996 :130. Berdasarkan data yang diperoleh, bahwa total artikel dari Jurnal Makara Seri Kesehatan tahun 2005 – 2007 yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah sebanyak 39 artikel dan pengarang yang melakukan kolaborasi dan memiliki e-mail sehingga bisa dihubungi oleh peneliti adalah sebanyak 21 pengarang. Universitas Sumatera Utara

3.3.2. Sampel

Dalam penelitian pengambilan sampel yang tepat merupakan langkah awal dari keberhasilan penelitian karena apabila pemilihan sampel dilakukan dengan tidak benar maka akan menghasilkan temuan – temuan yang kurang memenuhi sasaran. Pada dasarnya sampel akan memberikan keuntungan terhadap peneliti dalam melakukan pencarian data yang lebih detail. Sampel adalah contoh, monster, representan atau wakil dari suatu populasi yang cukup besar jumlahnya, yaitu satu bagian dari keseluruhan yang dipilih, dan representatif sifatnya dari keseluruhannya Kartono, 1996 : 129. Sampel dalam penelitian ini adalah 39 artikel dari 39 artikel tersebut terdapat 21 pengarang yang melakukan kolaborasi dan dapat dihubungi melalui email, sehingga penelitian ini menetapkan seluruh populasi menjadi sampel penelitian.

3.4. Instrumen Penelitian