Uji Asumsi Klasik Regresi 2 Dengan Variabel Kontrol

57 b. Nilai t hitung untuk variabel ukuran kepemilikan institusional adalah 2.390 dengan tingkat signifikansi 0.024. Nilai t hitung 2.390 t tabel 1.7 dan nilai signifikansi 0.024 0.05. Hal ini menunjukkan bahwa variabel ukuran kepemilikan institusional berpengaruh positif dan signifikan terhadap ATO. c. Nilai t hitung untuk variabel ukuran dewan komisaris independen adalah -1.922 dengan tingkat signifikansi 0.034. Nilai t hitung -1.922 t tabel 1.70 dan nilai signifikansi 0.034 0.05. Hal ini menunjukkan bahwa variabel ukuran dewan komisaris independen tidak berpengaruh signifikan terhadap ATO. 3. Analisis Koefisien Determinasi R 2 Koefisien determinasi R 2 pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Tabel 4.9 Analisis Koefisien Determinasi Model Summary b Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson 1 .634 a .402 .335 .438316 1.853 a. Predictors: Constant, KMSRIS, Kepemilikan_Institusional, Kepemilikan_Manajerial b. Dependent Variable: ATO Sumber: Hasil Olahan SPSS 2015 Tabel 4.9 menunjukkan bahwa pada model terlihat Adjusted R Square = 0.335, berarti hubungan antara ukuran dewan komisaris independen, kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional dengan ATO sebesar 33.5 artinya hubungannya cukup erat.

4.3.3. Uji Asumsi Klasik Regresi 2 Dengan Variabel Kontrol

58 Uji asumsi klasik adalah persyaratan statistik yang harus dimiliki oleh analisis regresi linier berganda. Asumsi yang dipergunakan adalah uji normalitas, uji multikolinearitas, uji heterokedastisitas dan uji autokorelasi. 1. Uji Normalitas Tujuan uji normalitas adalah untuk mengetahui apakah distribusi sebuah data mengikuti atau mendekati distribusi normal. Dengan adanya tes normalitas maka hasil penelitian bisa digeneralisasikan pada populasi a. Pendekatan Histogram Sumber: Hasil Olahan SPSS 2015 Gambar 4.4 Pendekatan Histogram 59 Untuk menguji normalitas data dapat dilihat dengan histogram yang memiliki ciri – ciri khusus. Kemencengan suatu kurva distribusi data dapat bertanda positif jika kurva juling ke kanan atau bertanda negatif jika kurva juling ke kiri. Gambar histogram di atas terlihat bahwa variabel distribusi normal, hal ini ditunjukkan oleh distribusi data tersebut tidak menceng ke kiri atau ke kanan. b. Pendekatan Grafik Sumber: Hasil Olahan SPSS 2015 Gambar 4.5 Pendekatan Grafik PP Plot akan membentuk plot antara nilai – nilai dari sumbu y dan sumbu x. Apabila plot keduanya berbentuk linier , maka hal ini merupakan indikasi bahwa residual menyebar normal. Gambar 4.5 terlihat titik yang mengikuti data di sepanjang garis diagonal. Hal ini berarti data berdistribusi secara normal. Namun seringkali data kelihatan normal karena 60 mengikuti garis normal karena mengikuti garis diagonal. Untuk memastikan apakah data sepanjang garis diagonal berdistribusi normal maka dilakukan uji Kolmogorv-Smirnov. c. Pendekatan Kolmogorv-Smirnov Tabel 4.10 Pendekatan Kolmogorv-Smirnov One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N 31 Normal Parameters a,b Mean 0E-7 Std. Deviation .36133756 Most Extreme Differences Absolute .099 Positive .070 Negative -.099 Kolmogorov-Smirnov Z .554 Asymp. Sig. 2-tailed .919 a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. Sumber: Hasil Olahan SPSS 2015 Pada Tabel 4.10 pendekatan kolmogorv-smirnov terlihat bahwa nilai Kolmogorv- Smirnov adalah 0.554. Nilai Asymp.Sig.2-tailed adalah 0.919 dan di atas nilai signifikan 0.05. Dengan kata lain variabel residual berdistribusi normal. 2. Uji Heterokedastisitas Uji Heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varians sama, dan ini yang seharusnya terjadi maka dikatakan ada 61 homokedastisitas. Sedangkan jika varians tidak sama dikatakan terjadi hetetokedastisitas. Alat untuk menguji heterokedastisitas bisa dibagi dua, yakni dengan analisis grafik scatterplot atau dengan analisis residual yang berupa statistik yaitu uji glejser. a. Grafik Scatterplot Sumber: Hasil Olahan SPSS 2015 Gambar 4.6 Grafik Scatterplot Gambar 4.6 di atas terlihat titik – titik menyebar secara acak tidak membentuk sebuah pola tertentu yang jelas serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka nol pada sumbu Y. Hal ini berarti tidak terjadi heterokedastisitas pada model regresi. Kelemahan dari model ini adalah semakin sedikit jumlah pengamatan maka akan sulit menginterpretasikan hasilnya maka selanjutnya dilakukan uji glejser. 62 b. Uji Glejser Tabel 4.11 Hasil Uji Glejser Coefficients a Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 Constant .361 .326 1.105 .280 Kepemilikan_Manajerial -1.114 .721 -.344 -1.545 .135 Kepemilikan_Institusional .147 .212 .145 .690 .496 KMSRIS -.525 .472 -.234 -1.114 .276 DAR -.272 .247 -.256 -1.102 .281 SIZE .011 .015 .158 .753 .459 a. Dependent Variable: absut Sumber: Hasil Olahan SPSS 2015 Hasil dari uji glesjer menunjukkan tidak satupun variabel independen yang signifikan secara statistik mempengaruhi variabel dengan absolute Ut absUt. Hal ini terlihat dari probabilitas signifikansinya diatas tingkat kepercayaan 5, jadi disimpulkan model regresi tidak mengarah adanya heterokedastisitas. 3. Uji Autokorelasi Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode sebelumnya. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Hal ini biasanya terjadi pada data times series. Karena pengganggu pada suatu data cenderung mengganggu data lainnya. 63 Tabel 4.12 Hasil uji autokorelasi Model Summary b Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson 1 .741 a .548 .458 .395825 1.931 a. Predictors: Constant, SIZE, Kepemilikan_Institusional, KMSRIS, Kepemilikan_Manajerial, DAR b. Dependent Variable: ATO Sumber: Hasil Olahan SPSS 2015 Pada Tabel 4.12 terlihat bahwa Durbin-Watson DW adalah 1.931. Nilai Durbin Watson berada diantara 1.66 – 2.34 . Maka pengambilan keputusannya adalah tidak ada autokorelasi. Regresi berganda secara implisit bergantung pada asumsi bahwa variabel – variabel bebas dalam persamaan tersebut tidak saling berkorelasi. Koefisien – koefisien regresi biasanya diinterpretasikan sebagai ukuran perubahan variabel terikat jika salah satu variabel bebasnya naik sebesar satu unit dan seluruh variabel bebas lainnya dianggap tetap. Namun , interpretasi ini menjadi tidak benar apabila terdapat hubungan linear antara variabel bebas Tabel 4.13 Uji Multikolinearitas Coefficients a Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients T Sig. Collinearity Statistics B Std. Error Beta Tolerance VIF 1 Constant .717 .587 1.220 .234 Kepemilikan_Manajerial 1.557 1.298 .192 1.199 .242 .702 1.424 Kepemilikan_Institusional 1.279 .382 .504 3.344 .003 .796 1.257 KMSRIS -2.881 .849 -.513 -3.393 .002 .791 1.265 DAR -1.121 .445 -.420 -2.517 .019 .647 1.545 SIZE .059 .027 .335 2.220 .036 .795 1.258 a. Dependent Variable: ATO Sumber: Hasil Olahan SPSS 2015 64 Tabel 4.6 menunjukkan bahwa nilai tolerance 0.1 dan nilai VIF 10 yang berarti bahwa tidak terjadi multikolinearitas. 4. Analisis Regresi Berganda Regresi linear berganda ditujukan untuk menentukan hubungan linier antar beberapa variabel bebas dengan variabel terikat. Model persamaan untuk menjawab hipotesisnya adalah sebagai berikut : ATO = 0.717 + 1.557KepMan + 1.279KepIn – 2.881Kmsrs – 1.121Lev + 0.059Size + e Interpretasi persamaan di atas adalah sebagai berikut : 1. Konstanta sebesar 0.717 menunjukkan bahwa jika variabel dependen ukuran dewan komisaris independen, kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional diasumsikan konstan maka nilai ATO akan naik sebesar 0.717. Dengan masuknya leverage dan ukuran perusahaan membuat nilai konstanta ATO semakin menurun. Hal ini disebabkan adanya hutang akan mengancam posisi manajer, serta semakin besarnya ukuran perusahaan tentu saja diperlukan pengawasan yang lebih besar. 2. Koefisien kepemilikan manajerial sebesar 1.557 menunjukkan bahwa setiap kenaikan kepemilikan manajerial sebesar 1 kompisisi maka ATO perusahaan akan meningkat sebesar 1.5577 dengan asumsi variabel lain tetap variabel lain sama dengan nol. 3. Koefisien kepemilikan institusional sebesar 1.279 menunjukkan bahwa setiap kenaikan kepemilikan manajerial sebesar 1 maka ATO perusahaan akan meningkat sebesar 1.279 dengan asumsi variabel lain tetap variabel lain sama dengan nol. 4. Koefisien ukuran dewan komisaris independen sebesar – 2.881 menunjukkan bahwa setiap pertambahan 1 kompisisi dewan komisaris independen maka ATO perusahaan 65 akan menurun sebesar 2.881 dengan asumsi variabel lain tetap variabel lain sama dengan nol. 5. Koefisien leverage sebesar – 1.121 menunjukkan bahwa setiap kenaikan leverage sebesar 1 maka ATO perusahaan akan meningkat sebesar 1.121 dengan asumsi variabel lain tetap variabel lain sama dengan nol. 6. Koefisien ukuran perusahaan sebesar 0.059 menunjukkan bahwa setiap kenaikan ukuran perusahaan maka ATO perusahaan akan meningkat sebesar 0.051 dengan asumsi variabel lain tetap variabel lain sama dengan nol.

4.3.4. Pengujian Hipotesis Dengan Variabel Kontrol

Dokumen yang terkait

Pengaruh Good Corporate Governance dan Struktur Kepemilikan Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

3 56 110

Pengaruh Good Corporate Governance Ukuran Perusahaan Struktur Kepemilikan Terhadap Kinerja Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 63 101

PENGARUH KEPEMILIKAN MANAJERIAL, INSTITUSIONAL TERHADAP BIAYA HUTANG MELALUI GOOD CORPORATE GOVERNANCE PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 2 34

Pengaruh Struktur Kepemilikan Manajerial dan Good Corporate Governance terhadap Biaya Keageanan pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia

0 0 10

Pengaruh Struktur Kepemilikan Manajerial dan Good Corporate Governance terhadap Biaya Keageanan pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia

0 0 2

Pengaruh Struktur Kepemilikan Manajerial dan Good Corporate Governance terhadap Biaya Keageanan pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia

0 0 9

Pengaruh Struktur Kepemilikan Manajerial dan Good Corporate Governance terhadap Biaya Keageanan pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia

0 0 20

Pengaruh Struktur Kepemilikan Manajerial dan Good Corporate Governance terhadap Biaya Keageanan pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia

0 0 3

Pengaruh Struktur Kepemilikan Manajerial dan Good Corporate Governance terhadap Biaya Keageanan pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia

0 0 16

Pengaruh Good Corporate Governance Ukuran Perusahaan Struktur Kepemilikan Terhadap Kinerja Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 0 12