I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
Biodiversity atau Keanekaragamanan hayati merupakan anugerah terbesar bagi umat manusia. Manfaatnya antara lain adalah 1 merupakan sumber kehidupan,
penghidupan dan kelangsungan hidup bagi umat manusia, karena potensial sebagai sumber pangan, papan, sandang, obat-obatan serta kebutuhan hidup yang lain 2
merupakan sumber ilmu pengetahuan dan teknologi 3 mengembangkan sosial budaya umat manusia 4 membangkitkan nuansa keindahan yang merefleksikan
penciptanya. Indonesia merupakan negara yang memiliki hutan tropis terluas di dunia setelah Brazil, mempunyai manfaat ekologi yang sangat vital dan begitu berharga di
mata dunia Azmy, 2002. Hutan tropika Indonesia diperkirakan mencapai 143 juta ha, merupakan
tempat tumbuh 80 persen dari tanaman obat yang ada di dunia di mana 28.000 spesies tanaman tumbuh dan 1.000 spesies di antaranya telah digunakan sebagai tanaman
obat Pramono, 2002. Survey yang dilakukan oleh PT. Esai pada tahun 1986 menemukan bahwa di Indonesia terdapat 7.000 spesies tanaman obat setara dengan
90 persen tanaman obat yang tumbuh di seluruh Asia PT. Esai, 1986. Menurut Badan Pengawas Obat dan Makanan 2006, 283 tanaman telah diregistrasi untuk
penggunaan obat tradisionaljamu, 180 jenis di antaranya merupakan tanaman obat yang masih ditambang dari hutan.
Tanaman obat adalah tanaman yang mengandung bahan yang dapat digunakan sebagai pengobatan dan bahan aktifnya dapat digunakan sebagai bahan obat sintetik
WHO dalam Sofowora, 1982. Di Indonesia, tanaman obat dimanfaatkan sebagai
Universitas Sumatera Utara
bahan jamu gendong, obat herbal, makanan penguat daya tahan tubuh, kosmetik dan bahan spa serta bahan baku industri makanan dan minuman. Sumber tanaman obat
hasil hutan untuk industri di Pulau Jawa sebagaian besar ditambang dari Taman Nasional Meru Betiri TNMB dan KPH Saradan-Madiun Kemala, et al., 2003.
TNMB mempunyai luas areal 58.000 ha, terdiri atas 57.155 Ha daratan dan 845 Ha perairan, terletak di wilayah Kabupaten Jember 37.585 Ha dan di Kabupaten
Banyuwangi 20.415 Ha. Potensi tanaman obat yang terdapat di TNMB mencukup 239 jenis tanaman obat yang terbagi dalam 78 famili. Masyarakat di empat desa
penyangga menambang 85 jenis tanaman Dephut, 2002. Dari hasil penelitian Setyowati, 2007 pada masyarakat Talang Mamak yang
bermukim di sekitar kawasan Taman Nasional Bukit Tigapuluh, Riau tercatat tidak kurang dari 78 jenis tanaman obat, diantaranya yaitu akar kuning Arcangelisia
flava, pulai Alstonia scholaris, pasak bumi Eurycoma longifolia, gaharu Aquilaria malaccensis dan kapung-kapung Oroxylum indicum, kulim
Scorodocarpus borneensis, pinang Areca catechu, jernang Daemonorops draco, kasai Pometia pinnata, asam gelugur Garcinia atroviridis, ambeu Brucea
javanica dan nilam Pogostemon cablin. Taman Nasional Gunung Leuser TNGL merupakan kawasan konservasi
yang paling luas di Sumatera. Taman Nasional tersebar dikelilingi oleh berbagai tipe penggunaan lahan, mulai dari hutan lindung, hutan produksi terbatas, kawasan
konsesi hutan sampai pemukiman. Beberapa pemukiman terdapat di dalam Taman nasional berupa ‘enclave’ perkampungan di dalam kawasan Taman Nasional.
Penduduk desa yang tinggal disekitar dan tinggal di dalam Taman Nasional ini
Universitas Sumatera Utara
mempunyai aktivitas bertani dan memungut hasil hutan di sekitar atau di dalam Taman Nasional tersebut. Taman Nasional tersebut sebagai salah satu kawasan
konservasi juga sangat berkaitan dengan cara masyarakat setempat dalam mengelola pertanian dan memanfaatkan tumbuhan yang ada di sekitarnya Sutarjadi 1992.
Masyarakat di sekitar Bukit Lawang sudah berpuluh tahun memanfaatkan tumbuh-tumbuhan sebagai tanaman obat, hutan alam tempat tanaman obat terdapat
masih banyak yang belum diteliti dan masih belum dapat dimanfaatkan untuk industri farmasi di dalam negeri, sedangkan data dan informasi mengenai tumbuhan yang
berpotensi sebagai tanaman obat di kawasan Taman Nasional Gunung Leuser Sub Seksi Bukit Lawang masih kurang. Terutama informasi tumbuhan bawah yang
berpotensi sebagai tanaman obat. Laju permintaan produk berbasis tanaman obat terkait erat dengan tingkat
penggunaan oleh masyarakat. Peningkatan penggunaan obat herbal mempunyai dua dimensi korelatif, yaitu aspek medik terkait dengan penggunaannya yang sangat luas
diseluruh dunia, dan aspek ekonomi yang terkait dengan nilai tambah dan peningkatan perekonomian masyarakat Sampurno, 2007. Tingkat penggunaan
tanaman obat oleh masyarakat semakin meningkat, Oleh karena itu sangat diperlukan dalam upaya mendokumentasikan sumber biodiversitas yang ada sekaligus untuk
mencari sumber keuntungan dan plasma nutfah di masa mendatang.
1.2. Perumusan Masalah
Informasi keanekaragaman tumbuhan bawah yang berpotensi sebagai tanaman obat di Taman Nasional Gunung Leuser sub seksi Bukit Lawang belum diketahui,
Universitas Sumatera Utara
sehingga perlu diadakan penelitian mengenai ‘keanekaragaman tumbuhan bawah yang berpotensi sebagai tanaman obat di Taman Nasional Gunung Leuser sub seksi
Bukit Lawang’.
1.3. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui keanekaragaman tumbuhan bawah di hutan Taman
Nasional Gunung Leuser sub seksi Bukit Lawang. 2.
Mengetahui hubungan faktor fisik-kimia habitat tumbuhan bawah di hutan Taman Nasional Gunung Leuser sub seksi Bukit Lawang.
3. Mengetahui tumbuhan bawah apa saja yang digunakan sebagai tanaman obat
oleh masyarakat di sekitar Taman Nasional Gunung Leuser sub seksi Bukit Lawang.
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai informasi dalam pemanfaatan tumbuhan bawah untuk masukan dalam pengelolaan potensi tanaman obat di Taman
Nasional Gunung Leuser Sub Seksi Bukit Lawang.
Universitas Sumatera Utara
II. TINJAUAN PUSTAKA