batangnya basah dan tidak berkayu. Menurut Nadakavukaren McCracken 1985, herba merupakan salah satu jenis tumbuhan penyusun hutan yang ukurannya jauh
lebih kecil jika dibandingkan dengan habitat semak. Wilson Loomis 1962 menambahkan bahwa herba merupakan tumbuhan yang memiliki organ tubuh yang
tidak tetap di atas permukaan tanah, siklus hidup yang pendek dengan jaringan yang cukup lunak dan tidak berkayu.
Hasil penelitian yang didapat sesuai dengan Richard 1981 jenis tumbuhan yang sering ditemukan di kawasan hutan tropis terdiri dari famili Araceae,
Acanthaceae, Gesneriaceae, Begoniaceae, Zingiberaceae, Orchidaceae, Rubiaceae dan Piperaceae. Mackinnon, et al.,2000, menambahkan bahwa banyak suku
tumbuhan yang memberikan sumbangan bagi lapisan tumbuhan bawah, termasuk Monokotyledon seperti jahe-jahean Zingiberaceae, pisang liar Musaceae, dan
Dikotyledon seperti Begoniaceae, Gesneriaceae, Rubiaceae, berbagai jenis paku dan anggrek.
4.2. Sebaran Jenis Tumbuhan Bawah di Hutan Taman Nasional Gunung Leuser Sub Seksi Bukit Lawang
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh jenis-jenis pada vegetasi tumbuhan bawah jumlah jenis yang terdapat pada lokasi penelitian adalah
110 jenis. Keanekaragaman jenis pada penelitian di Taman Nasional Gunung Leuser Sub Seksi Bukit Lawang termasuk tinggi bila dibandingkan dengan tumbuhan bawah
yang lain, seperti: Penelitian yang hampir sama pernah dilakukan oleh Dinas
Kehutanan 2001 di Taman Nasional Rimbo Panti Propinsi Sumatera Barat yang
Universitas Sumatera Utara
hanya menemukan 25 jenis tumbuhan bawah. Handayani 2004 dari hasil penelitiannya menemukan 117 jenis tumbuhan bawah pada hutan Tangkahan
Kabupaten Langkat. Penelitian tentang tumbuhan bawah yang lain juga dilakukan oleh Masrayanti 2010, yang menemukan 80 jenis dan 37 famili di Taman Wisata
Alam Sicikeh-cikeh. Penelitian Kusuma 2004 Jumlah tanaman bawah yang di
jumpai di Taman Nasional Kerinci Seblat sebanyak 113 jenis dan Pitra 2008, juga melaporkan di kawasan hutan gunung Sinabung di temukan 141 jenis tumbuhan
bawah yang termasuk kedalam 56 famili. Dari semua famili yang ada, famili Araceae memiliki jumlah jenis terbanyak,
yaitu 9 jenis, Aridarum sp., Colocasia esculenta, Homalomena humilis, Photos sp., Phymatarum sp., Scindapsus sp., Schismatoglottis ferruginea, Schismatoglottis
wallichii dan Synandrium sp. Hal ini sesuai dengan penelitian Handayani 2004 di kawasan hutan Tangkahan Kabupaten Langkat, suku Araceae dijumpai dengan
jumlah jenis tertinggi sebanyak 37 jenis. Suku ini termasuk herba teresterial tegak atau memanjat, tidak bergetah, batangnya banyak mengandung air dan sangat lunak.
Permukaan daun berwarna hijau kilat dan licin dengan akar yang berupa serabut pendek. Tumbuhan ini sering ditemukan di dekat aliran air dengan tanah yang
lembab. Araceae banyak dijumpai di daerah Malaya sebesar 23 marga dengan 120
jenis dan merupakan tumbuhan hutan dataran rendah. Genus-genus Aglonema, Alocasia, Aridarum, Colocasia, Furtadoa, Homalomena, Scindapsus,
Schismatoglottis, Thyponium dan Raphidophora banyak ditemukan pada tempat- tempat teduh, lembab dan basah oleh karenanya jenis-jenis ini tidak banyak
Universitas Sumatera Utara
membutuhkan cahaya matahari untuk pertumbuhan dan perkembangannya Henderson, 1956.
Famili Araceae banyak ditemukan pada lokasi penelitian dimana rata-rata intensitas cahaya 51 x 10 Lux dan kelembaban yang tinggi yaitu 90. Rata-rata
faktor fisik yang lain juga dapat dilihat pada Tabel 3. Berdasarkan faktor fisik yang telah diukur dapat dikatakan Taman Nasional Sub Seksi Bukit Lawang tergolong
lembab. Keadaan seperti ini sangat sesuai untuk pertumbuhan vegetasi bawah yang tidak tahan terhadap intensitas cahaya tinggi dan tempat yang relatif terbuka. Kondisi
ini dipengaruhi oleh suhu udara, karena suhu udara menurun seiring dengan bertambahnya ketinggian, maka kelembaban akan semakin meningkat. Menurut
Anwar et al. 1984 persentase kejenuhan suatu massa udara akan bertambah dengan menurunnya suhu. Oleh karena itu, titik embun pada ketinggian yang berbeda
tergantung kepada laju perubahan penurunan suhu dan kandungan uap air di dalam udara.
Berdasarkan hasil laboratorium tanah fakultas pertaniaan di Universitas Sumatera Utara, lokasi penelitian di Taman Nasional Sub Seksi Bukit Lawang ini
memiliki tekstur lempung berpasir, dimana kandungan liat rata-rata 14,77, debu 15, 67, pasir 69,56Lampiran 2. Tersedianya unsur hara dan air dalam tanah salah
satunya ditentukan oleh tekstur tanah. Tanah bertekstur lempung berpasir mengandung liat 15-20, debu 0-50, dan pasir 50-70. Kandungan liat dan
bahan organik dalam tanah berpengaruh pada kemampuan pertukaran kation tanah Foth, 1988.
Universitas Sumatera Utara
Tanah lempung berpasir bertekstur halus dan gembur, drainasenya kurang baik sebab pada tanah gembur terdapat ruang pori-pori yang dapat diisi oleh air tanah
dan udara, sehingga tanah memiliki daya pegang atau daya simpan air yang tinggi. Tanah yang gembur sangat baik untuk pertumbuhan tanaman sebab air tanah dan
udara bergerak lancar, temperatur stabil, yang akhirnya dapat memacu pertumbuhan jasad renik tanah dalam proses pelapukan bahan organik di dalam tanah Lingga,
1986. Data hasi analisis unsur makro dan tekstur tanah ini dapat dilihat pada Lampiran 2.
Menurut Hafild Aninger 1984, tumbuhan bawah sangat bervariasi dalam bentuk dan jenis, seiring dengan berkurangnya pohon pembentuk kanopi di hutan
tropis, maka intensitas cahaya yang mencapai lantai hutanpun semakin tinggi. Jenis vegetasi bawah seperti famili Araceae tidak akan dijumpai pada hutan atas yang
relatif terbuka terhadap cahaya dan tiupan angin. Menurut Gusmaylina 1983 bahwa keanekaragaman jenis tumbuhan bawah
terutama jenis-jenis herba sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan, seperti cahaya, kelembaban, pH tanah, tekstur tanah, tutupan tajuk dari pohon sekitarnya dan tingkat
kompetisi dari masing-masing jenis. Bagi tumbuhan cahaya matahari merupakan salah satu faktor yang penting dalam proses perkembangan, pertumbuhan dan
reproduksi.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 3. Faktor Fisik dan Lingkungan di Taman Nasional Gunung Leuser Sub Seksi Bukit Lawang
NO Fakto Fisik
Lokasi I Lokasi II
Lokasi III Rata-rata
1 Suhu udara
22
ο
C 25
ο
C 23
ο
C 23
ο
C 2
Suhu tanah 23
ο
C 24
ο
C 25
ο
C 24
ο
C 3
pH tanah 6,5
6,2 6,6
6,4 4
Kelembaban 90
92 89
90 5
Intensitas cahaya 48 x 10 Lux
53 x 10 Lux 52 x 10 Lux
51 x 10 Lux 6
Ketinggian tempat 344 m dpl
318 m dpl 332 m dpl
331 m dpl 7
Kordinat N: 03
ο
32’50,2 ‘’ N: 03
ο
32’44,6 ‘’ N: 03
ο
32’43,6 ‘’ E : 098
ο
06’47,0’’ E :098
ο
06’36,7’’ E : 098
ο
06’31,9’’
Berdasarkan klasifikasi tanah menurut Soil Survey Manual, USDA 1985 pH tanah 5,6 – 6,0 merupakan tanah asam sedang. Keasaman pH tanah mempunyai
pengaruh yang cukup besar di dalam tanah serta terhadap sifat tanah yang lain. Keasaman tanah erat hubungannya dengan ketersediaan unsur hara tanaman. Kondisi
tanah terbaik tidak mengandung bahan beracun terjadi pada kondisi agak asam sampai netral pH 5,0 – 7,5, akan tetapi jenis tanaman terkadang menghendaki
kondisi tertentu Foth, 1988. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 3. Perbedaan faktor fisik
lingkungan ini akan berpengaruh pada keanekaragaman jenis tumbuhan bawah. Daniel et al. 1992, menyatakan bahwa pertumbuhan tumbuhan dipengaruhi oleh
faktor tanah, iklim, mikroorganisme, kompetisi dengan organisme lainnya dan juga dipengaruhi oleh zat-zat organik yang tersedia, kelembaban dan sinar matahari.
4.3. Dominasi Tumbuhan bawah di Taman Nasional Gunung Leuser Sub Seksi Bukit Lawang