Dominasi Tumbuhan bawah di Taman Nasional Gunung Leuser Sub Seksi Bukit Lawang

Tabel 3. Faktor Fisik dan Lingkungan di Taman Nasional Gunung Leuser Sub Seksi Bukit Lawang NO Fakto Fisik Lokasi I Lokasi II Lokasi III Rata-rata 1 Suhu udara 22 ο C 25 ο C 23 ο C 23 ο C 2 Suhu tanah 23 ο C 24 ο C 25 ο C 24 ο C 3 pH tanah 6,5 6,2 6,6 6,4 4 Kelembaban 90 92 89 90 5 Intensitas cahaya 48 x 10 Lux 53 x 10 Lux 52 x 10 Lux 51 x 10 Lux 6 Ketinggian tempat 344 m dpl 318 m dpl 332 m dpl 331 m dpl 7 Kordinat N: 03 ο 32’50,2 ‘’ N: 03 ο 32’44,6 ‘’ N: 03 ο 32’43,6 ‘’ E : 098 ο 06’47,0’’ E :098 ο 06’36,7’’ E : 098 ο 06’31,9’’ Berdasarkan klasifikasi tanah menurut Soil Survey Manual, USDA 1985 pH tanah 5,6 – 6,0 merupakan tanah asam sedang. Keasaman pH tanah mempunyai pengaruh yang cukup besar di dalam tanah serta terhadap sifat tanah yang lain. Keasaman tanah erat hubungannya dengan ketersediaan unsur hara tanaman. Kondisi tanah terbaik tidak mengandung bahan beracun terjadi pada kondisi agak asam sampai netral pH 5,0 – 7,5, akan tetapi jenis tanaman terkadang menghendaki kondisi tertentu Foth, 1988. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 3. Perbedaan faktor fisik lingkungan ini akan berpengaruh pada keanekaragaman jenis tumbuhan bawah. Daniel et al. 1992, menyatakan bahwa pertumbuhan tumbuhan dipengaruhi oleh faktor tanah, iklim, mikroorganisme, kompetisi dengan organisme lainnya dan juga dipengaruhi oleh zat-zat organik yang tersedia, kelembaban dan sinar matahari.

4.3. Dominasi Tumbuhan bawah di Taman Nasional Gunung Leuser Sub Seksi Bukit Lawang

Dari data yang diperoleh selama penelitian maka diperoleh nilai kerapatan relatif KR, frekuensi relatif FR, dan indeks nilai penting INP. INP menyatakan Universitas Sumatera Utara kepentingan suatu jenis tumbuhan serta memperlihatkan peranannya dalam komunitas, dimana nilai penting itu didapat dari hasil penjumlahan FR dan KR. KR merupakan gambaran persentase penyebaran suatu jenis tumbuhan pada suatu area, sedangkan FR menunjukkan banyaknya jumlah jenis tersebut pada masing-masing area, seperti yang terlihat pada Tabel 4. Tabel 4. Dominasi Tumbuhan bawah di Taman Nasional Gunung Leuser Sub Seksi Bukit Lawang No Nama Jenis Famili INP Total 1. Achimenes grandiflora Gesneriaceae 0,89 2. Ageratum conyzoides Asteraceae 1,03 3. Allomorphia exigua Melastomataceae 2,34 4. Amomum sp. Zingiberaceae 3,23 5. Antidesma sp. Euphorbiaceae 1,05 6. Arachniodes haniffii Aspidiaceae 1,66 7. Aridarum sp. Araceae 1,85 8. Asplenium bahiense Aspleniaceae 3,02 9. Bauhinia scendens Caesalpiniaceae 5,48 10. Begonia isoptera Begoniaceae 1,24 11. Blechnum finlaysoniatum Blechnaceae 5,89 12. Blechnum sp. Blechnaceae 0,84 13. Boehsenbergia sp. Zingiberaceae 1,22 14. Calamus sp. Arecaceae 2,66 15. Centotheca lappacea Poaceae 1,10 16. Chloris gayana Poaceae 1,75 17. Chrysoglossum sp. Orchidaceae 1,92 18. Claoxylon sp. Euphorbiaceae 0,96 19. Clidermia hirta Melastomataceae 3,51 20. Colacasia esculenta Araceae 2,48 21. Commelina sp. Commelinaceae 0,98 22. Coscinium sp. Menispermaceae 0,96 23. Costus sp. Costaceae 1,17 24. Crypsionopsis platyphyllus Polypodiaceae 6,42 25. Cryptostylis sp. Orchidaceae 1,10 Universitas Sumatera Utara 26. Cucumis sp. Cucurbitaceae 1,68 27. Curculigo latifolia Hypoxydaceae 2,08 28. Curcuma sp. Zingiberaceae 1,40 29. Cyathea sp. Cyatheaceae 1,52 30. Cyathula prostata Amaranthaceae 1,19 31. Didymocarpus crinite Gesneriaceae 1,33 32. Didymocarpus sp. Gesneriaceae 1,33 33. Dioscorea sp. Dioscoreaceae 1,03 34. Diplazium malaccense Athryaceae 1,50 35. Diplazium tomentosum Athryriacaceae 2,01 36. Diplazium velutinum Athyriaceae 1,54 37. Droguetia sp. Urticaceae 1,91 38. Drynaria rigidula Polypodiaceae 1,26 39. Drynaria sparsisora Polypodiaceae 1,12 40. Centotheca sp. Cyperaceae 1,24 41. Elatostemma strigosum Urticaceae 1,19 42. Fibraurea sp. Menispermaceae 1,14 43. Gleichenia linearis Gleicheniaceae 0,91 44. Globa pendula Zingiberaceae 1,36 45. Globa sp. Zingiberaceae 1,07 46. Gymnopetalum sp. Cucurbitaceae 1,07 47. Gynura sp. Asteraceae 1,14 48. Heckeria sp. Piperaceae 1,54 49. Hedyotis congesta Rubiaceae 1,43 50. Homalomena humilis Araceae 1,12 51. Hyptis capitata Asteraceae 3,02 52. Ixora finlaysoniana Rubiaceae 1,38 53. Korthalsia sp. Arecaceae 1,00 54. Laportea stimulans Urticaceae 11,93 55. Limacia sp. Menispermaceae 0,93 56. Lindsaea deryphora Lindsaeaceae 0,96 57. Lobelia sp. Campanulaceae 0,86 58. Macrolenes nemorosa Melastomataceae 2,27 59. Maranta sp. Marantaceae 1,19 60. Medinella sp. Melastomataceae 1,17 61. Melastoma malabathricum Melastomataceae 0,82 62. Micania sp. Asteraceae 0,96 63. Michrania michranta Asteraceae 3,79 64. Miconia hookeriana Melastomataceae 1,22 Universitas Sumatera Utara 65. Microsorum sp. Polypodiaceae 0,96 66. Orthiopteris kingie Dennstaedtiaceae 1,87 67. Paesia sp. Hypolepidaceae 2,55 68. Pandanus sp. Pandanaceae 1,22 69. Panicum repens Poaceae 1,29 70. Peperomia pellucida Piperaceae 1,97 71. Photos sp. Araceae 1,33 72. Phymatarum sp. Araceae 0,93 73. Pilea melastomoides Urticaceae 2,11 74. Pilea sp. Urticaceae 2,83 75. Piper acre Piperaceae 1,59 76. Piper caninum Piperaceae 0,89 77. Piper sp1. Piperaceae 1,78 78. Piper sp2. Piperaceae 1,17 79. Piper sp3. Piperaceae 0,98 80. Pronephrium triphyllum Thelypteridaceae 1,50 81. Pseuderanthemum graciliflorum Achantaceae 0,86 82. Psychotria sarmentosa Rubiaceae 0,89 83. Pteris longipinulla Pteridaceae 2,92 84. Pteris sp. Pteridaceae 1,03 85. Pternandra sp. Melastomataceae 2,17 86. Pyrrosia lanceolata Polypodiaceae 1,54 87. Rinorea hirtella Violaceae 0,91 88. Rinorea lanceolata Violaceae 1,54 89. Ruellia sp. Achantaceae 0,89 90. Saintpaulia sp. Gesneriaceae 0,96 91. Schindapsus sp. Araceae 2,11 92. Schismatoglottis ferruginea Araceae 2,98 93. Schismatoglottis wallichii Araceae 1,17 94. Selaginella doedeleinii Selaginellaceae 1,50 95. Sida rombifolia Malvaceae 1,05 96. Smilax sp. Smilacaceae 1,29 97. Staurognyne sp. Achantaceae 2,17 98. Synandrium sp. Araceae 1,43 99. Syngramma wallichii Hemionitidaceae 1,12 100. Tacca chantieri Taccaceae 4,78 101. Taenitis blechnoides Taetidaceae 1,05 102. Taenitis dimorpha Taetidaceae 2,32 103. Tectaria barben Aspidiaceae 1,10 Universitas Sumatera Utara 104. Tiliocora sp. Menispermaceae 1,24 105. Tinospora crispa Menispermaceae 4,55 106. Tysmannia sp. Arecaceae 1,10 107. Urena lobata Malvaceae 5,56 108. Vitis hastate Vitaceae 0,93 109. Vitis lanceolaria Vitaceae 0,89 110. Vitis sp. Vitaceae 1,14 Jumlah 110 Dari Tabel 4. dapat kita lihat bahwa jenis yang memiliki nilai INP tertinggi adalah Laportea stimulans dengan 25,95. Tingginya nilai INP dari Laportea stimulans dikarenakan kerapatannya yang tinggi, menyebabkan jenis ini lebih mendominasi jika dibandingkan dengan jenis yang lainnya. Menurut Sofyan 1991, kerapatan tumbuhan dipengaruhi oleh keadaan lingkungan yang sesuai untuk pertumbuhan dan perkembangan serta tersedianya biji. Jenis yang mempunyai indeks nilai penting tertinggi diantara jenis yang lain disebut jenis yang dominan. Hal ini mencerminkan tingginya kemampuan jenis tersebut dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan yang ada dan dapat bersaing terhadap jenis lainnya. Laportea stimulans stimulans termasuk ke dalam famili Urticaceae. Jenis ini berupa semak dan herba, memiliki daun yang asimetri dengan pinggiran yang bergerigi. Memiliki bunga majemuk dan buah yang banyak. Biasanya terdapat di lantai hutan yang terkena cahaya matahari langsung Tjitrosoepomo, 2001. Hal ini sesuai dengan pendapat Benson 1957 yang menyatakan bahwa famili ini memiliki penyebaran yang sangat luas bahkan jumlah melimpah di daerah tropis. Budiwarman 1988 menambahkan bahwa jenis dari suku Urticaceae sering dijumpai sebagai tumbuhan bawah pengisi lantai hutan. Universitas Sumatera Utara Melastoma malabatricum merupakan jenis yang memiliki nilai INP terendah dari semua jenis di lokasi penelitian yaitu dengan nilai 0,82. Menurut Tjitrosoepomo 2001, Melastoma malabatricum merupakan semak, tangkai daun berbulu rapat, daun tebal dan kaku, permukaan bawah daun berbulu, batang muda persegi empat dan berbulu rapat.. Bunga mejemuk, 2-6 bunga, warna ungu muda, 3,5- 4 cm, kelopak 5, mahkota 5, benang sari 5, putik 1. Buah buni, bulat, berbulu rapat, berwarna coklat saat muda dan coklat keunguan saat buah masak Tinggi rendahnya nilai INP tersebut dipengaruhi juga oleh keadaan lingkungan disekitarnya. Resosoedarmo et al.,1989, menyatakan dalam suatu komunitas pengendali kehadiran jenis-jenis dapat berupa suhu atau beberapa jenis tertentu atau dapat pula sifat-sifat fisik habitat atau juga disebabkan oleh aktifitas para pendaki gunung. 4.4. Indeks keanekaragaman H’ Indeks keanekaragaman jenis berfungsi untuk menandai jumlah jenis dalam suatu daerah tertentu atau sebagai jumlah jenis di antara jumlah total individu seluruh jenis yang ada. Michael 1994, mengemukakan bahwa keanekaragaman jenis juga sangat penting dalam menentukan batas kerusakan yang dilakukan terhadap sistem alam oleh campur tangan manusia atau alam itu sendiri. Berdasarkan analisis data yang dilakukan, indeks keanekaragaman tumbuhan bawah di Taman Nasional Gunung Leuser Sub Seksi Bukit Lawang berkisar antara 3,186 sampai 3,342 Tabel 5.. Nilai tersebut menunjukkan bahwa kawasan tersebut Universitas Sumatera Utara memiliki keanekaragaman yang tinggi. Menurut Manson 1980, jika nilai indeks keanekaragaman lebih kecil dari 1 berarti keanekaragaman jenis rendah, jika diantara 1-3 berarti keanekaragaman jenis sedang, jika lebih besar dari 3 berarti keanekaragaman jenis tinggi. Nilai keanekaragaman yang tinggi juga dipengaruhi oleh kemerataan penyebaran dari jenis-jenis tumbuhan bawah yang terdapat di lokasi penelitian. Odum 1996 menyatakan bahwa semakin banyak jumlah spesies, maka semakin tinggi keanekaragamannya. Sebaliknya, bila nilainya kecil maka komunitas tersebut didominasi oleh satu atau sedikit jenis. Keanekaragaman jenis juga dipengaruhi oleh pembagian penyebaran individu dalam tiap jenisnya, tetapi bila penyebaran individu tidak merata maka keanekaragaman jenis dinilai rendah.

4.5. Analisis Korelasi Antara Faktor Fisik dan Keanekaragaman Jenis

Dokumen yang terkait

Interaksi dan Pemanfaatan Hasil Hutan Oleh Masyarakat Sekitar Taman Nasional Gunung Leuser (Study Kasus : Kawasan Taman Nasional Gunung Leuser Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah V Bahorok

1 65 94

Komposisi Dan Potensi Karbon Tersimpan Pada Tegakan Di Hutan Resort Bukit Lawang Taman Nasional Gunung Leuser

0 58 82

Analisis Kerusakan Hutan Di Kawasan Hutan Taman Nasional Gunung Leuser Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah VI Besitang

8 83 139

Analisis Persepsi Masyarakat Terhadap Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) Di Desa Harapan Jaya, Kecamatan Sei Lepan Kabupaten Langkat Sumatera Utara

1 35 133

Keanekaragaman tumbuhan obat di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango dan di hutan terfragmentasi Kebun Raya Cibodas serta pemanfaatannya oleh masyarakat lokal

3 9 106

Keanekaragaman jenis tumbuhan obat di hutan taman nasional gunung gede pangrango

1 4 4

Tumbuhan Bawah Liar yang Berperanan sebagai Tumbuhan Obat di Daerah Gunung Andam Taman Nasional Gunung Halimun

0 11 5

Keanekaragaman Tumbuhan Bawah Pasca Erupsi Merapi di Taman Nasional Gunung Merapi, Yogyakarta

1 4 23

Interaksi dan Pemanfaatan Hasil Hutan Oleh Masyarakat Sekitar Taman Nasional Gunung Leuser (Study Kasus : Kawasan Taman Nasional Gunung Leuser Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah V Bahorok

1 2 14

Interaksi dan Pemanfaatan Hasil Hutan Oleh Masyarakat Sekitar Taman Nasional Gunung Leuser (Study Kasus : Kawasan Taman Nasional Gunung Leuser Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah V Bahorok

1 1 11