Pengertian dan Sejarah Perkembangan Hak Asasi Manusia HAM

13 tersebut. Dalam Undang-undang tentang hak asasi manusia Pasal 1 dinyatakan bahwa :“Hak asasi adalah seperangkat hak yang melekat pada hakekat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan YME dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah dan setiap orang demi kerhormatan dan perlindungan harkat dan martabat manusia”. 8 Pada hakekatnya, HAM terdiri dari dua hak fundamental, yaitu hak persamaan dan hak kebebasan. Dan dari dua hak tersebut lahir hak-hak lain yang sifatnya turunan, atau tanpa keduanya hak-hak turunan tersebut sulit untuk ditegakkan. Adapun hak-hak tersebut adalah meliputi segala hak-hak dasar hak hidup, hak berpendapat, hak beragama dan hak penghidupan yang layak, ditambah dengan hak persamaan di muka hukum, hak milik, hak memperoleh kecerdasan intelektual. Dengan demikian HAM pada hakekatnya merupakan hak kodrati yang secara inheren melekat pada setiap diri manusia sejak lahir. Pengertian ini mengandung arti bahwa HAM merupakan karunia Allah Yang Maha Pencipta kepada hamba-Nya. Mengingat HAM itu karunia Allah SWT, tidak ada badan apapun yang dapat mencabut dari tangan pemiliknya. Demikian pula tidak ada seorang pun diperkenankan untuk merampasnya, serta tidak ada kekuasaan apa pun yang boleh membelenggunya. 9 8 Hak Asasi Manusia, Undang-Undang Republik Indonesia, Nomor 39 Tahun 1999, Lampiran h.I. 9 Bambang Sutiyoso, Aktualita Hukum Dalam Era Reformasi, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004, Cet ke-1, h. 99. 14 Pengertian HAM diatas juga sejalan dengan ketetapan MPR-RI No. XVIIMPR1998 tentang Hak Asasi Manusia yang diuraikan dalam lampiran ketetapan ini berupa naskah Hak Asasi Manusia pada angka 1 huruf D butir 1 menyebutkan bahwa: “Hak Asasi Manusia adalah hak sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa, yang melekat pada diri manusia, bersifat kodrati, universal dan abadi, berkaitan dengan harkat dan martabat manusia”. Selanjutnya di dalam UUD 1945 Pasal 28 J yang telah di amandemen menyebutkan bahwa: 1 Setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia orang lain dalam tertib kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara 2 Dalam menjalankan hak dan kebebasannya, setiap orang wajib tunduk kepada pembatasan yang telah ditetapkan dengan undang-undang dengan maksud semata-mata untuk menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak dan kebebasan orang lain dan untuk memenuhi tuntunan yang adil sesuai dengan pertimbangan moral, nilai-nilai agama, keamanan dan ketertiban umum dalam suatu masyarakat demokratis. 10 Kata HAM, pada hakekatnya memiliki konsep yang lebih luas, mendalam dan universal. Ia selalu dikaitkan dengan kewenangan paling pokok yang dimiliki oleh 10 Hak Asasi Manusia, Undang-Undang Dasar 1945 Hasil Amandemen Negara Republik Indonesia, Pasal 28J. 15 seorang manusia dalam mengekspresikan eksistensinya di muka bumi ini. Tetapi, setiap hak asasi manusia yang dimiliki seseorang selalu dibatasi oleh hak asasi orang lain. Karena itu, wacana HAM selalu diikuti dengan wacana kewajiban asasi manusia KAM. 11 Dalam pasal 1 angka 2 UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, menyatakan bahwa: “Kewajiban Asasi Manusia adalah seperangkat kewajiban yang apabila tidak dilaksanakan tidak memungkinkan terlaksana dan tegaknya hak asasi manusia”. Kewajiban asasi manusia dalam Islam, tampil menetralisir HAM yang dipahami oleh masyarakat Barat yang seolah-olah kebebasan tanpa batas, menjadikan kebebasan yang bertanggung jawab. Itu berarti kebebasan ada batasnya. Karena itu, prinsip universal al-Qur’an adalah bukan saja meminta menuntut hak tetapi juga memberi mengeluarkan kewajiban. Hal ini senada dengan pendapat Baharudin Lopa sebagaimana dikutip oleh Ahmad Kosasi, ia berpendapat bahwa: Bukan berarti manusia dengan hak-haknya itu dapat berbuat semena- mena. Sebab, apabila seseorang melakukan sesuatu yang dapat dikategorikan memperkosa hak asasi orang lain, maka ia harus mempertanggung jawabkan 11 Umar Shihab, Kontekstualitas Al-Qur’an: Kajian Tematik Atas Ayat-ayat Hukum dalam Al- Qur’an, Jakarta, PT Penamadani, 2005, Cet. Ke-3, h.128. 16 perbuatannya. Jadi, jadi hak asasi tidak mengandung kebebasan secara mutlak tanpa mengindahkan hak-hak dan kepentingan orang lain. 12 Berdasarkan beberapa rumusan pengertian HAM di atas, diperoleh suatu kesimpulan bahwa HAM merupakan hak yang melekat pada diri manusia yang berifat kodrati dan fundamental sebagai suatu anugerah Tuhan yang harus dihormati, dijaga dan dilindungi oleh setiap individu, masyarakat atau negara. Dengan demikian hakekat penghormatan dan perlindungan terhadap HAM ialah eksistensi manusia secara utuh melalui keseimbangan yaitu, keseimbangan antara hak dan kewajiban, serta keseimbangan antara kepentingan perorangan dan dengan kepentingan umum. Upaya menghormati, melindungi dan menjunjung tinggi HAM, menjadi kewajiban dan tanggung jawab bersama antara individu, pemerintah bahkan negara. Setelah dunia mengalami dua peperangan yang melibatkan hampir seluruh dunia dan di mana hak-hak azasi diinjak-injak, timbul keinginan untuk merumuskan hak-hak azasi manusia itu dalam suatu naskah internasional. Usaha ini pada tahun 1948 berhasil dengan diterimanya Universal Declaration of Human Rights Pernyataan Sedunia tentang Hak-Hak Azasi Manusia oleh negara-negara yang tergabung dalam Perserikatan Bangsa-Bangsa. 13 12 Ahmad Kosasi, HAM Dalam Pespektif Islam: Menyingkap Persamaan dan Perbedaan antara Islam, Jakarta: Salemba Diniyah, 2003, Ed. Ke-1, h. 19. 13 Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2006, h. 120. 17 Dalam sejarah umat manusia telah tercatat banyak kejadian dimana seseorang atau segolongan manusia mengadakan perlawanan terhadap penguasa atau golongan lain untuk memperjuangkan apa yang dianggap haknya. Sering perjuangan ini menuntut pengorbanan jiwa dan raga. Juga di dunia Barat telah berulang kali ada usaha untuk merumuskan serta memperjuangkan beberapa hak yang dianggap suci dan harus dijamin. Keinginan ini timbul setiap kali terjadi hal-hal yang dianggap menyinggung perasaan dan merendahkan martabat seseorang sebagai manusia. Dalam proses ini telah lahir beberapa naskah yang secara berangsur-angsur menetapkan bahwa ada beberapa hak yang mendasari kehidupan manusia dan karena itu bersifat universil dan azasi. Naskah tersebut adalah sebagai berikut: 14 1. Magna Charta Piagam Agung, 1215, suatu dokumen yang mencatat beberapa hak yang diberikan oleh Raja John dari Inggris kepada beberapa bangsawan bawahannya atas tuntutan mereka. Naskah ini sekaligus membatasi kekuasaan Raja John itu. 2. Bill of Rights undang-Undang Hak, 1689, suatu undang-undang yang diterima oleh Parlemen Inggris sesudah berhasil dalam tahun sebelumnya mengadakan perlawanan terhadap Raja James II, dalam suatu revolusi tak berdarah The Glorious Revolution of 1688. 3. Declaration des droits de Ihomme et du citoyen Pernyataan hak-hak manusia dan warga negara, 1789, suatu naskah yang di cetuskan pada permulaan 14 Ibid., h. 120-121. 18 Revolusi Perancis, sebagai perlawanan terhadap kesewenangan dari rezim lama. 4. Declaration of Independence di Amerika 1776 yang banyak di pengaruhi ajaran J.J. Rousseau Perancis. Amerika dianggap sebagai negara pertama yang mencantumkan hak asasi dalam konstitusi secara resmi dimuat dalam Constitution of USA tahun 1787. Hal ini berkat jasa Presiden Thomas Jefferson,yang kemudian disusul oleh Abraham Lincoln, Woodrow Wilson dan seterusnya. Hak-hak yang dirumuskan dalam abad ke-17 dan ke-18 ini sangat dipengaruhi oleh gagasan mengenai Hukum Alam ntural Law, seperti yang dirumuskan oleh John Locke 1632-1714 dan Jean Jaques Rousseau 1712-1778 dan hanya terbatas pada hak-hak yang bersifat politis saja seperti kesamaan hak, hak atas kebebasan, hak untuk memilih dan sebagainya. Akan tetapi, dalam abad ke-20 hak-hak politik ini dianggap kurang sempurna, dan mulailah dicetuskan beberapa hak lain yang lebih luas ruang lingkupnya. Yang sangat terkenal ialah empat hak yang dirumuskan oleh Presiden Amerika Serikat, Franklin D. Roosevelt 1943 pada permulaan Perang Dunia II waktu berhadapan dengan agresi Nazi-Jerman yang menginjak-injak hak-hak manusia. Hak-hak yang disebut oleh Presiden Roosevelt terkenal dengan istilah The Four Freedoms Empat Kebebasan, yaitu: 1. kebebasan untuk berbicara dan menyatakan pendapat freedom of speech, 19 2. kebebasan beragama freedom from religion, 3. kebebasan dari ketakutan freedom of fear, 4. kebebasan dari kemelaratan freedom from want. Sejalan dengan pemikiran ini, maka Komisi Hak-hak Azasi Commission on Human Rights yang pada tahun 1946 didirikan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa, menetapkan, secara terperinci beberapa hak ekonomi dan sosial, di samping hak-hak politik. Pada tahun 1948 hasil pekerjaan komisi ini, Pernyataan Sedunia tentang Hak- hak Azasi Manusia Univesal Declaration of Human Right, diterima secara aklamasi oleh negara-negara yang tergabung dalam Perserikatan Bangsa-Bangsa. Dalam kenyataan, tidak terlalu sukar dalam mencapai kesepakatan mengenai pernyataan Hak-hak Azasi, yang memang dari semula dianggap sebagai langkah pertama saja. Akan tetapi jauh lebih sukar untuk melaksanakan tindak lanjutnya, yaitu menyusun suatu Perjanjian Covenant yang mengikat secara yuridis, sehingga diperlukan waktu delapan belas tahun sesudah diterimanya pernyataan. Baru pada akhir tahun 1966 sidang umum Perserikataan Bangsa-Bangsa menyetujui secara aklamasi Perjanjian tentang Hak-Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya Covenant on Economic, Social and Cultural Rights serta Perjanjian tentang Hak-Hak Sipil dan Politik Convenant on Civil and Political Rights. 15 15 Ibid., h. 122. 20 Hasil sidang Majelis Umum PBB 1966 yang menerima Convenants on Human Rights. Convenant telah diakui dalam hukum internasional dan diratifikasi oleh negara-negara PBB. Convenant tersebut antara lain; 16 1. The International on Civil and Political Rights, yaitu memuat tentang hak-hak sipil dan hak-hak politik persamaan hak antara pria dan wanita. 2. Optional Protocol, yaitu adanya kemungkinan seorang warga Negara yang mengadukan pelanggaran hak asasi kepada The Human Rights Committee PBB setelah melalui upaya pengadilan di negaranya. 3. The Internaaational Convenant on Economic, Social and Cultur Rights, yaitu berisi syarat-syarat dan nilai-nilai bagi sistem demokrasi ekonomi, sosial dan budaya. Sementara itu diperlukan sepuluh tahun lagi sebelum dua perjanjian ini dinyatakan berlaku. Perjanjian tentang Hak-hak Ekonomi, Sosial dan Budaya mulai berlaku bulan Januari 1976, sesudah diratifikasi oleh 35 negara, sedangkan Perjanjian tentang Hak-hak Sipil dan Politik sedang menunggu ratifikasi yang ke-35. Sesudah itu ia juga berlaku. Di antara negara yang telah mengadakan ratifikasi terdapat Denmark, equador, Republik Demokrasi Jerman, Republik Federasi Jerman, Filipina, Rumania, Uni Soviet, dan Yugoslavia. Di antara negara yang belum mengadakan 16 Budiyanto, Dasar-Dasar Ilmu Negara, Jakrta: Erlangga, 2000, h. 58. 21 ratifikasi terdapat Negara Amerika Serikat, Inggris, India, Indonesia, Malaysia, Thailand dan sebagainya. 17 Negara-negara yang tergabung dalam Council of Europe Majelis Eropa telah menandatangani Convention for the Protection of Human Rights and Fundamental Freedoms di Roma pada tahun 1950. Dengan demikian Negara-negara yang tergabung dalam Council of Europe merupakan badan internasional yang mengikat semua negara peserta. Juga telah didirikan lembaga-lembaga untuk melaksanakannya, seperti European Court of Human Rights Mahkamah Eropa Hak-hak Azasi yang mulai bekerja pada tahun 1959, sekalipun dalam ruang lingkup yang terbatas, yaitu di Austria, Belgia, Denmark, Iceland, Irlandia, Luxemburg, Negeri Belanda, Norwegia, Swedia dan Jerman Barat.

B. Hak Asasi Manusia Dalam Islam

Manusia adalah makhluk Allah Swt., yang paling mulia dibandingkan dengan makhluk lain seperti malaikat, jin, setan, hewan, tumbuhan dan yang lainnya. Kemuliaan manusia di hadapan Allah Swt., disebabkan karena manusia diberikan anugerah akal untuk membedakan mana yang baik dan mana yang buruk karena kemampuan akalnya, posisi manusia melebihi makhluk lainnya. Ingatlah, firman Allah yang mewajibkan malaikat dan setan bersujud kepada Adam sebagai wujud keluhuran Nabi Adam a.s. 17 Ibid., 122 22 ⌧ ةاﺮﻘﺒﻟا ׃ Dan ingatlah ketika Kami berfirman kepada malaikat: “Sujudlah kamu kepada Adam,” maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir”. QS. Al-Baqarah 2 : 34 Menurut ajaran Islam, manusia tidak hanya menjadi obyek tapi sekaligus sebagai subyek bagi terciptanya keselamatan dan kedamaian. Karena itu setiap muslim dituntut pertanggungjawaban atas keselamatan diri dan lingkungannya. Seorang muslim harus dapat memberikan rasa aman bagi orang lain baik dari ucapan maupun dari tindak tanduknya. Berdasarkan ini, maka penghargaan tertinggi kepada manusia dan kemanusiaan menjadi perhatian yang paling utama dan prinsipil di dalam Islam. Penghargaan yang tidak dibatasi oleh kesukuan, ras, warna kulit, kebangsaan dan agama. Misalnya nilai-nilai persamaan, persaudaraan dan kemerdekaan merupakan nilai-nilai universal Islam yang berlaku pula untuk seluruh umat manusia di jagad raya ini. 18 Hal ini tercermin dari penegasan Allah di dalam kitab suci al-Qur’an: ⌧ ⌧ 18 Ahmad Kosasi, HAM Dalam Perspektif Islam: Menyingkap Persamaan dan Perbedaan Antara Islam dan Barat, Jakarta: Salemba Diniyah, 2003, h. 3-4. 23 “Sesungguhnya kami telah memuliakan Bani Adam manusia, dan Kami angkat mereka di daratan dan di lautan. Kami beri mereka rizki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan” Q.S. Al-Isra 17:70 Rusdji mengungkapkan bahwa kajian tentang Hak Asasi Manusia HAM dalam tinjauan Islam haruslah dipahami dengan melihat fungsi manusia menurut al- Qur’an, yakni menempatkan hubungan manusia dengan Tuhan dalam posisi sentral. 19 Hal ini berarti menunjukkan bahwa perilaku manusia baik dalam dimensi internal hubungan ke dalamdengan dirinya sendiri, maupun dengan dimensi eksternal hubungan ke luarhubungan manusia dengan segala sesuatu yang ada di luar dirinya. Kedua hubungan tersebut haruslah dijiwai dengan hubungan yang lebih tinggi, yakni Allah Swt. Selanjutnya Rusdji mendeskripsikan dua hal sebagai bentuk implikasi ajaran tauhid yaitu : pertama, dengan diakuinya semua mahluk adalah ciptaan Allah, maka hubungan manusia dengan alamnya hakikatnya adalah hubungan manusia dengan sesama mahluk Allah. Kedua, implikasi ajaran tauhid juga menegaskan, bahwa sesama manusia person dengan manusia lainnya harus 19 Rusdji Ali Muhammad, Hak Asasi Manusia Dalam Perspektif Syariat Islam, Aceh: Ar- Raniri Press, 2004, h. 17.