xxiii
5. Universal Rights, Local Remedies: Legal Protection of Human Rights under
the Constitutions of African Countries . London: Interights, 1999.
6. The Cultural Dimensions of Human Rights in the Arab World Arabic. Cairo:
Ibn Khaldoun Center, 1993.
7. Human Rights in Cross-Cultural Perspectives: Quest for Consensus.
Philadelphia, PA: University of Pennsylvania Press, 1992. Karya An-Na’im sebagai Co. Editor
1. With Ifi Amadiume: The Politics of Memory: Truth, Healing and Social
Justice . London: Zed Books, 2000.
2. With J. D. Gort, H. Jansen, H. M. Vroom: Human Rights and Religious
Values: An Uneasy Relationship? Grand Rapids, MI: William B. Eerdmans
Publishing Company, 1995.
3. With Francis Deng: Human Rights in Africa: Cross-Cultural Perspectives.
Washington, DC: The Brookings Institution, 1990. Beberapa karya yang pernah diterjemahkan oleh An-Na’im:
1. Terjemahan dalam bahasa Arab: Francis Deng: Cry of the Owl a political
novel. Cairo: Midlight, 1991.
2. Terjemahan dalam bahasa Inggris: an Introduction: Ustadh Mahmoud
Mohamed Taha: The Second Message of Islam. Syracuse, NY: Syracuse University Press, 1987.
C. Latar Belakang Pendidikan, Karir dan Kegiatan
Profesor Abdullahi Ahmed An-Na’im memperoleh gelar dibidang Hukum di Universitas
Khartoum,
Sudan pada tahun 1970, kemudian melanjutkan ke Cambridge University, Inggris dalam bidang kriminologi pada tahun 1973 dan
xxiv memperoleh gelar LL.B dan Diploma. Kemudian pindah ke Edinburgh
University, Scotlandia dan memperoleh gelar Doktor pada tahun 1976. Kemudian dia kembali ke Sudan untuk mengajar di
University of Khartoum,
hingga tahun 1985. Menjelang tahun 1979, ia menjadi kepala Departemen Hukum Publik di
Fakultas Hukum Universitas Khartoun. An-Na’im menjadi guru besar agung dibidang hukum dari Universitas
California, Los Angles pada tahun 1985-1987, dan pada tahun 1988-1991, An- Na’im juga guru besar agung di bidang HAM dari sebuah Universitas
Saskatchewan, Canada.
Pada tahun 1995 An-Na’im memperoleh gelar Profesor dari
Emory Law School, Atlanta, Amerika Serikat
dan sejak 15 tahun terakhir ini beliau menetap dan mengajar di Amerika Serikat.
An-Na’im adalah murid dari Muhamed Thaha, seorang pemikir besar Sudan, yang memiliki pemikiran yang dianggap oleh pemerintah Sudan sebagai
pemikiran yang aneh dan karena itu beliau dibawa ke pengadilan dan kemudian digantung. Para pengikutnya juga dikejar-kejar oleh rezim pemerintah waktu itu
pada masa rezim Sudan Ja’far Numeyri. Dalam rangka menyampaikan pesan sang guru, An-Naim memberikan ceramah dan tulisan-tulisan terutama untuk diluar
Sudan. Dia merasa bahwa merupakan tanggungjawabnya untuk mengambil dasar ajaran Thaha dan mengembangkannya. Dia telah menulis untuk spesialisasi
bidangnya yaitu hukum publik yang merupakan interpretasi hukum Islam dari perspektif ajaran gurunya.
Abdullahi Ahmed An-Naim merupakan seorang pakar Islam terkemuka serta juga menekuni riset di bidang advokasi strategi reformasi melalui
transformasi budaya internal. Saat ini, lelaki kelahiran Khartoum, Sudan, ini
xxv bekerja sebagai Profesor Hukum di The Emory Law School, Atlanta, Amerika
Serikat. Pemikirannya sangat kontroversial. Ia berkali-kali menegaskan tidak
pernah ada dan tidak perlu ada negara Islam. Kita butuh negara sekuler untuk menjadi muslim yang baik, kata Naim kepada VHRmedia.com di Hotel Kristal,
Jakarta Selatan kepada Fathiyah Wardah Alatas, Rabu 182007. Ia mempromosikan hasil riset empiriknya tentang penerapan syariat Islam di
berbagai negara: Turki, India, Mesir, Sudan, Uzbekistan, dan Indonesia. Dimuat dalam buku Islam dan Negara: Menegoisasikan Masa Depan Syariah. Dalam
riset yang disponsori Ford Foundation ini, Na’im hanya ingin mengulangi sikapnya bahwa syariah Islam tidak mungkin dapat dijadikan peraturan dan
hukum publik melalui institusi negara. Karena hal itu dinilainya bertentangan dengan sifat dan tujuan syariah itu sendiri, yaitu dijalankan dengan sukarela oleh
penganutnya. Ia menekankan perlunya menjaga netralitas negara dan memisahkannya secara kelembagaan dari agama.
Pengalaman Professional dan Pengalaman Mengajar
11
Sejak dibubarkannya organisasi Persaudaraan Republik Republican Brotherhood
yang didirikan oleh gurunya, perjuangan An-Na’im dalam mensosialisasikan ajaran gurunya tidaklah melalui sebuah partai politik yang
dilakukan oleh gurunya, tetapi melalui diskusi-diskusi publik, seminar-seminar, terutama melalui mengajar di sebuah perguruan tinggi maupun universitas yang
memang menjadi profesi keahlian sehari-hari An-Na’im. Di bawah ini beberapa pengalaman professional mengajar An-Na’im:
11
Dapat dilihat di www.law.emory.eduaannaim
xxvi •
Juni 1995 sampai sekarang, Professor of Law, Emory University, Atlanta, GA, U.S.A.
• Global Legal Scholar, School of Law, The University of Warwick,UK,
September 2007 sampai Agustus 2010. •
Scholars-in-Residence, the Ford Foundation, New York, NY, USA, May sampai December, 2007.
• G.J. Wiarda Chair, Utrecht University Institute for Legal Studies, the
Netherlands, September 2005 to August 2006. •
Jeremiah Smith, Jr. Visiting Professor of Law, Harvard Law School, Cambridge, MA, USA, Januari sampai Juni 2003.
• Juli 1993-April 1995 Executive Director, Human Rights WatchAfrica,
Washington, DC. U.S.A. •
Juli 1992 - Juni 1993 Scholar-in-Residence, The Ford Foundation, Office for the Middle East and North Africa, Cairo, EGYPT
• Agustus 1991-Juni 1992 Olaf Palme Visiting Professor, Faculty of Law,
Uppsala University, Swedia •
Agustus 1988-January 1991 Ariel F. Sallows Professor of Human Rights, College of Law, University of Saskatchewan, Saskatchewan, Kanada.
• Agustus 1985-July 1987 Visiting Professor of Law, School of Law, University
of California at Los Angeles UCLA, Los Angeles, U.S.A. •
November 1976-Juni 85 Dosen and Guru Besar Hukum Luar Biasa; Kepala Departemen Hukum Publik 1979-85 University of Khartoum, Sudan.
Kuliah Umum dan Presentasi Internasional
12
12
Ibid
xxvii Dibawah ini beberapa kuliah umum, seminar, dan presentasi internasional
yang dilakukan oleh An-Na’im dalam rangka membumikan pemikirannya serta memberikan pemahaman kajiannya tentang Islam, politik, dan negara,
konstitusionalisme, dan HAM hak asasi manusia . •
Kuliah Umum dan Launching Buku “African Constitutionalism and the Role of Islam,” Centre for the Book, Cape Town, Africa Selatan, 9 Oktober , 2007.
• Kuliah , “Islam and the Secular State: Negotiating the Future of Shari`a”, 30th
Convention of German Orientalist Society, Albert-Ludwigs-Universsitat, Freiburg, Germany, 26 September , 2007.
• Kuliah Umum “Human Rights, Global Citizenship and Refugees,” Forced
Migration and Refugee Studies, American University in Cairo, 6 December, 2006.
• Kuliah Umum
, “Interdependence of Islamic Philanthropy and Secularism,” The John D. Gerhart Center for Philanthropy and Civic Engagement,
American University, Cairo, 5 Desember , 2006. •
Presentasi, “The Future of Shari`a is with a Secular State,” and “Shari`a and Human Rights,” Conference on Shari`a in a Modern Context, The Association
of Democratic Muslims of Demark and Institute for Cross-cultural and Regional Studies, University of Copenhagen, Denmark, 25-26 November ,
2006. •
Kuliah Umum “African Constitutionalism and the Role of Islam in State, Politics and Society”, Faculty of Law and Departments of Religious Studies
and Political Science, University of Jos, 11 Nigeria, 1 September, 2006.
xxviii •
Kuliah Umum, “African Constitutionalism and the Role of Islam in Politics, Economics and Society”, Centre for Democratic Research and Training,
Bayero University, Mambayya House, Kano, Nigeria, 31 Agustus, 2006. •
Kuliah Umum, “African Constitutionalism and the Role of Islam,” Islamic Legal Studies and Faculty of Law, Ahmado Bello University, Zaria, Nigeria,
30 Agustus, 2006. •
Kuliah Umum, “African Constitutionalism and the Role of Islam in Politics and Society”, University of Abuja, Nigeira, 29 Agustus , 2006
• Keynote presentation, “Citizenship and Legal Pluralism: An Islamic
Perspective,” Conference on the Possibility of Intercultural Law, Annual Meeting of Association of Legal Philosophy, Conference Center Kaap Doorn,
DiebergenZeist, The Netherlands, 9-10 Juni, 2006. •
Keynote lecture, “Protection of Human Rights of Vulnerable Groups in the era of Terrorism,” 4
th
National Roundtable on Anti-terrorism and Protection of Minorities, Utrecht, the Netherlands, 7 Juni, 2006.
• Public lecture, “Cross-Cultural Dialogue Re-visited: Islam and Human
Rights,” Society for International Development – Netherlands Chapter, Free University, Amsterdam, 15 May, 2006.
• Presentasi, “Islam, State and Politics: Separate but Interactive”, International
Conference on Human Rights and Renewal of Religious Discourse”, Cairo Institute for Human Rights Research and Swedish Institute, Alexandria,
Egypt, 18-20 April, 2006.
xxix •
Kuliah Umum, “State Secularism: Reality and Experience”, Khartoum Center for Human Rights and Development, Sharijah Hall, Institute of Afro-Asian
Studies, University of Khartoum, Sudan, 26 Desember, 2005. •
Seminar, “The Future of Shari`ah in Islamic Societies,” Center for Women Studies, State Institute for Islamic Studies, Yogyakarta, Indonesia, 9 Februari ,
2005. •
Seminar, “The Future of Shari`ah in Islamic Societies,” Center for Languages and Cultures, State Islamic University, Jakarta, Indonesia, 27 Januaryi, 2005.
• Seminar, “Islam, State and Society: Experiences and Prospects in India,”
Conference Hall, India Tea Center, Mumbai, India, 8 January, 2005. •
Seminar, “Islam, State and Society: Experiences and Prospects in India,” General Education Centre, Aligarh Muslim University, Aligarh, India, 3
Januari, 2005. •
Seminar, “Islam, State and Society: Experiences and Prospects in India,” India International Centre, New Delhi, India, 5 Januari, 2005.
xxx
BAB III KONTEKSTUALISASI HUBUNGAN ISLAM DAN NEGARA
Perdebatan ilmiah mengenai Islam dan politik muncul sejak tumbangnya kekhalifahan Islam Ottoman 1924. Sebelumnya literatur mengenai pendekatan
Islam terhadap masalah kenegaraan baik dalam soal pemilihan imam, kualifikasi pemimpin amir dan tata administrasi kekhalifahan tidak meragukan integrasi
Islam dalam politik. Setelah itulah muncul berbagai literatur yang banyak dibaca kalangan umat Islam sehingga mengaburkan jati diri Islam dalam kehidupan
masyarakat dan lembaga-lembaga yang dibangun untuk mengendalikannya. Wacana tentang relasi agama dan negara selalu mewarnai perdebatan fiqh
siyasah fiqh politik dalam Islam
13
. Fenomena yang mengedepan ini bisa jadi dikarenakan keniscayaan sebuah konsep negara dalam pergaulan hidup
masyarakat diwilayah tertentu. Suatu negara diperlukan untuk mengatur kehidupan sosial secara bersama-bersama dan untuk mencapai cita-cita suatu
masyarakat. Disini otoritas politik memiliki urgensi dan harus ada yang
terwakilkan dalam bentuk institusi yang disebut negara. Sehingga dirasa perlu oleh kaum muslimin untuk merumuskan konsep negara.
Diskursus negara agama sebenarnya bukan diskursus baru dalam wacana Islam Politik. Implementasi syariat Islam dalam negara modern jadi polemik
publik yang pasang surut. Panorama seperti ini hampir menjadi karakter utama
13
Perdebatan antara relasi Islam dan politik negara muncul pada abad Modern dan Kontemporer yaitu ketika pertemuan Islam dengan Barat pada abad ke- 19 dan ke- 20 yaitu setelah
terjadi penjajahan Barat ke dunia Islam. Abdul Rashid Molten, Ilmu Politik Islam, Bandung: Pustaka, 2001, h. 30-32