Peran perawat anak Perawat a. Defenisi perawat

9 Pelayanan keperawatan dilakukan dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan, mencegah penyakit, penyembuhan, pemulihan serta pemeliharaan kesehatan dengan penekanan pada upaya pelayanan kesehatan utama untuk memungkinkan setiap penduduk mencapai kemampuan hidup sehat dan produktif yang dilakukan sesuai dengan wewenang, tanggung jawab dan etika profesi keperawatan Gaffar, 1999. b. Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi perawat dalam asuhan keperawatan Bermutu Herymrt, 2008. 1. Pemberian kewenangan utuh untuk mendesain, mengatur, melaksanakan, dan mengevaluasi pelayanan keperawatan karena hanya perawat yang tahu kondisi pasien dan lingkungan sekitarnya. 2. Pelayanan keperawatan diberikan dalam lingkungan kerja pratek profesional 3. Kualifikasi keperawatan yang memadai ini bertujuan untuk mengoptimalkan pelayanan pada pasien di rumah sakit 4. Tersedianya sarana dan prasarana yang dapat mempelancar kegiatan keperawatan seperti peralatan keperawatan alat tenun yang cukup, meteri pencegah infeksi, pencegahan trauma. 5. Diberlakukannya sistem penghargaan promosi dan kompensasi memadai yang memungkinkan perawat tidak harus berfikir tentang kepentingan sendiri, pendidikan, dan masa depan karirnya.

c. Peran perawat anak

Beberapa peran penting seorang perawat anak menurut Nursalam, 2005 yaitu sebagai pendidik baik secara langsung dengan memberi 10 penyuluhan atau pendidikan kesehatan pada orang tua anak maupun secara tidak langsung dengan menolong orang tua atau anak memahami pengobatan dan perawatan anaknya. Tiga domain yang dapat diubah oleh perawat melalui pendidikan kesehatan adalah pengetahuan, keterampilan, serta sikap keluarga dalam hal kesehatan, khususnya perawatan anak sakit. Suatu waktu anak dan keluarganya mempunyai kebutuhan psikologis berupa dukungan atau dorongan mental. Sebagai konselor, perawat dapat memberi konseling keperawatan ketika anak dan orang tuanya membutuhkan. Perawat berada pada posisi kunci untuk menjadi koordinator pelayanan kesehatan karena 24 jam berada disamping pasien. Keluarga adalah mitra perawat, oleh karea itu kerja sama dengan keluarga juga harus terbina dengan baik, tidak hanya saat perawat membutuhkan informasi dari keluarga saja, melainkan rangkaian proses perawatan anak harus melibatkan keluarga secara aktif. Dengan pendekatan interdisiplin, perawat melakukan koordinasi dan kolaborasi dengan anggota tim kesehatan lain, dengan tujuan terlaksananya asuhan yang holistik dan komprehensif. Perawat dituntut untuk dapat berperan sebagai pembuat keputusan etik dengan berdasarkan pada nilai moral yang diyakini dengan penekanan pada hak pasien untuk mendapat otonomi, menghindari hal-hal yang merugikan pasien, dan asuhan keperawatan, yaitu meningkatkan kesejahteraan pasien. Perawat yang paling mengerti tentang layanan keperawatan anak. Oleh karena itu, perawat harus dapat meyakinkan pemegang kebijakan bahwa 11 usulan tentang perencanaan pelayanan keperawatan yang diajukan dapat memberikan dampak terhadap peningkatan kualitas asuhan keperawatan. Perawat juga berperan sebagai peneliti, yang membutuhkan keterlibatan penuh dalam upaya menemukan masalah-masalah keperawatan anak yang harus diteliti, melaksanakan penelitian langsung, menggunakan hasil penelitian kesehatan atau keperawatan anak dengan tujuan meningkatkan kualitas asuhan keperawatan pada anak. d. Persepsi perawat terhadap prinsip perawatan atraumatik pada anak Perawat memiliki persepsi yang berbeda-beda terhadap prinsip perawatan atraumatik pada anak orang tua dalam melakukan perawatan anak di rumah sakit. Ada perawat yang memiliki persepsi yang baik, artinya perawat tersebut memiliki pendapat yang baik terhadap prinsip perawatan atraumatik pada anak sedangkan persepsi tidak baik yaitu tidak sependapat dengan prinsip perawatan atraumatik Herymrt, 2008. Menurut Carpenito 1995 dalam tobing, 2007, ternyata tingkat pendidikan dapat mempengaruhi seseorang dalam melakukan tindakan terhadap kliennya, karena semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang perawat maka semakin tinggi tingkat pengetahuannya dalam memberikan asuhan keperawatan. Pengalaman dalam bekerja juga dapat mempengaruhi persepsi seseorang, hal ini sesuai dengan pendapat Rahmat, 1992 bahwa pengalaman seseorang dalam bekerja dapat mempengaruhi persepsi. 12 Atraumatic care atau asuhan yang tidak menimbulkan trauma pada anak da keluarganya merupakan asuhan yang terapeutik karena bertujuan sebagai terapi bagi anak. Dasar pemikiran pentingnya asuhan terapeutik ini adalah bahwa walaupun ilmu pegetahuan dan teknologi di bidang pediatrik telah berkembang pesat, tindakan yang dilakukan pada anak tetap menimbulkan trauma, rasa nyeri, marah, cemas dan takut pada anak. Sangat disadari bahwa sampai saat ini belum ada teknologi yang dapat mengatasi masalah yang timbul sebagai dampak perawatan tersebut diatas. Hal ini memerlukan perhatian khusus dari tenaga kesehatan, khususnya perawat dalam melaksanakan tindakan pada anak dan orang tua Supartini, 2004. Dan hasi penelitian yang dilakukan oleh Sitio, 2008 yang berjudul persepsi perawat terhadap keterlibatan orang tua dalam perawatan anak menyebutkan 11 orang 44 perawat memiliki persepsi yang baik dan 14 orang 56 perawat yang memiliki persepsi cukup baik yang merupakan salah satu prinsip dari perawatan atraumatik pada anak. Beberapa bukti penelitian menunjukkan bahwa lingkungan rumah sakit yang dapat menimbulkan trauma bagi anak adalah lingkungan fisik rumah sakit, tenaga kesehatan baik dari sikap maupun pakaian putih, alat- alat yang digunakan, dan lingkunagan sosial antar sesama pasien. Dengan adanya streor tersebut, distres yang dapat dialami anak adalah gangguan tidur, pembatasan aktivitas, perasaan nyeri, dan suara bising, sedangkan dostres psikologis mencakup kecemasan, takut, marah, kecewa, sedih, malu, dan rasa bersalah Supartini,2004. 13

C. Konsep anak a. Paradigma keperawatan anak