Andrey Pranata : Novel Orang-Orang Proyek Karya Ahmad Tohari: Analisis Sosiologi Sastra, 2009.
banyak berhubungan dengan tokoh-tokoh lainnya. Ketiga, tokoh mana yang paling banyak memerlukan waktu penceritaan. Tokoh yang paling banyak memenuhi
persyaratan yang demikian ditetapkan sebagai tokoh utama. Dengan demikian sesuatu diskusi atau debat tentang yang mana tokoh utama menjadi tidak diperlukan Mursal
Esten, 1982; 93. Di bawah ini akan diberikan gambaran penokohan dari tokoh-tokoh yang ada
dalam novel Orang-Orang Proyek adalah
a. Kabul
Kabul adalah seorang pemuda yang mempunyai idealis yang kuat, komitmen yang tinggi terhadap janji dan serius dalam melaksanakan suatu pekerjaan. Dia
merupakan tamatan dari fakultas teknik, ia juga mantan aktivis. Dengan keidealisannya itu, Kabul dalam menjalankan pekerjaannya, ia
memiliki sikap dalam bekerja yaitu memiliki kejujuran yang tinggi dan kesungguhan untuk melaksanakan tugas yang telah ditugaskan kepada Kabul.
Aku insinyur. Aku tak bisa menguraikan dengan baik hubungan antara kejujuran dan kesungguhan dalam pembangunan proyek ini dengan keberpihakan
kepada masyarakat miskin. Apakah yang pertama merupakan manifestasi yang kedua? Apakah kejujuran dan kesungguhan sejatinya adalah perkara biasa bagi
masyarakat berbudaya, dan harus dipilih karena keduanya hal yang niscaya untuk menghasilkan kemalahatan bersama? Mungkin. Atau entah. Yang jelas bagiku
kecurangan besar maupun kecil yang terjadi di proyek ini pasti akan mengurangi tingkat kesungguhan bahkan mengkhianati tujuan dasarnya. Dan hatiku tak bisa
menerimanya.
Lalu, apakah kejujuran yang sering minta dibuktikan dengan kesahajaan sama dengan mempertahankan kemelaratan? Ah, tidak. Pasti tidak. Banyak orang memilih
cara hidup bersahaja dan mereka sangat kaya akan rasa kaya. Atau hati dan jiwa mereka memang benar-benar kaya. Dan kau, Dalkijo, begitu membenci kemiskinan
dengan cara hidup jor-joran, tak peduli dari mana ongkosnya, apakah kau punya rasa kaya? Jangan-jangan kau membenci kemiskinan, sementara hati dan jiwamu memang
benar-benar melarat Hal. 34.
Andrey Pranata : Novel Orang-Orang Proyek Karya Ahmad Tohari: Analisis Sosiologi Sastra, 2009.
Sebagai mantan aktivis kampus sewaktu masih mengikuti perkuliahan, Kabul memiliki sikap idealisme yang tinggi. Konsistensi keidealismeannya itu terjaga di
dalam dirinya. Sebagai insinyur, Kabul tahu betul dampak semua permainan ini. Mutu
bangunan menjadi taruhan. Padahal bila mutu bangunan dipermainkan, masyarakatlah yang pasti akan menanggung akibat buruknya. Dan bagi Kabul hal ini
adalah pengkhiatan terhadap derajat keinsinyurannya.
Namun Kabul merasa tak bisa berbuat apa-apa. Karena permainan itu terasa sudah menjadi kewajaran dan merajalela di mana-mana, sampai masyarakat sekitar
proyek pun ikut melakukannya. Bahkan pelaksna seperti Dalkijo sudah terbiasa menerima semua bentuk permainan itu tanpa keluhan apa-apa, atau malah
memanfaatkannya?
”Dik Kabul,” sambung Dalkijo. ”Saya tahu Dik Kabul mantan aktivis. Biasa kan, yang namanya aktivis punya idealisme yang kolot. Tapi setelah bekerja seperti
ini, Dik Kabul harus tunduk kepada kenyataan. Sedikit pragmatislah agar kita tidak konyol seperti Don Kisot. He-he Hal. 28-29.”
Kabul berasal dari keluarga yang hidup dalam ekonomi yang lemah. Dia menjadi tulang punggung dalam keluarganya. Dengan tanggung jawab yang besar
kepada keluarganya, Kabul mencari uang demi menghidupi keluarganya. ”Jadi, dulu Anda aktivis?”
”Mungkin ya. Tapi tak bisa lanjut karena saya harus cari uang untuk menghidupi ibu yang sudah sendiri, dan adik-adik. Kami sama seperti kebanyakan
orang kampung ini, miskin.” ”Kayaknya sekarang Anda bukan orang miskin lagi, paling tidak bila
dibanding saya Hal. 22.”
Selain sifat keidealisan, Kabul memiliki sifat yang bijaksana dalam menentukan sesuatu hal.
Berkendaraan seorang diri, Kabul sering menggaruk-garuk kepala. Pengakuan Dalkijo mengesankan. Kabul memang sudah tahu gaya hidup atasan dan keluarganya
itu. Pragmatis, jor-joran. Hidup harus dinikmati atau mencari nikmat dalam hidup. Ah, itu jalan yang dipilih koboi Dalkijo. Itu urusan dia. Namun masalahnya, dalam
ceramah tadi Dalkijo secara tak langsung menyindir jalan lain yang secara sadar sudah dipilihnya. Yakni jalan hidup yang tidak menaruh dendam terhadap
Andrey Pranata : Novel Orang-Orang Proyek Karya Ahmad Tohari: Analisis Sosiologi Sastra, 2009.
kemiskinan yang dialaminya pada masa lalu. Bagi Kabul, kemiskinan memang harus dihilangkan. Namun tidak harus dengan dendam pribadi. Dan karena kemiskinan
terkait erat dengan struktur maupun kultur masyarakat, menghilangkannya harus melibatkan semua orang dalam semangat setia kawan yang tinggi. Dengan demikian,
jalan sangat egoistis yang ditempuh Dalkijo terasa menyimpang Hal. 31-32.
Dalam mengambil suatu keputusan, Kabul tidak terburu-buru. Sikap ketelitian dalam menentukan sikap dan penuh pemikiran dalam memutuskan suatu hal ada pada
diri Kabul. Untuk memutuskan sesuatu hal Kabul memikirkan dampak buruk dan baiknya bagi dia dan orang disekitarnya.
Niat Wati untuk membayar makan siang membuat pikiran Kabul melebar: Ah, bagaimana bila uang Wati berasal dari gaji ayahnya yang anggota DPRD itu? Di
tahun 1991 ini Kabul sering membaca kritikan pedas terhadap para anggota dan lembaga DPRD. Secara kelembagaan, DPRD sering dicap hanya menjadi tukang
stempel atau aksesoris Pemerintah Orde Baru. Rakyat jadi pemilih sangat naif yang hanya dipinjam namanya. Keterwakilan mereka di lembaga legislatif sangat rendah.
Amanat rakyat pemilih kurang tersalur dan lebih banyak menjadi bahan retorika para politikus.
Menurut para kritikus, dan Kabul sependapat, apabila secara kelembagaan DPRD sudah menyimpang dari khitahnya, dengan sendirinya para anggota demikian
pula. Mereka, para kritikus, sering mengatakan para anggota DPRD menikmati uang rakyat tanpa melaksanakan dengan semestinya amanat yang dipercayakan kepada
mereka. Dan Kabul merasa pahit ketika membayangkan, jangan-jangan sebagian uang rakyat itu kini ada di dompet Wati dan siap untuk membayar makan siang Kabul
kali ini.
”Ah, mungkin aku terlalu puritan,” kata Kabul untuk dirinya sendiri. ”Memang. Apalagi Dalkijo; dia pasti akan bilang kamu makin bloon saja. Dan
sok suci,” ujar satu suara dari sudut hati Kabul sendiri. “Tapi rasa itu nyata ada. Yakni rasa enggan ditraktir bila uang Wati berasal
dari gaji ayahnya.” “Nah, tanyakan kepada Wati; dari mana uang yang kini ada dalam
dompetnya.” Kabul ragu untuk menuruti perintah yang bergaung dalam kepalanya sendiri.
Tidak. Kabul cepat menyelesaikan makannya. Meneguk es teh, lalu bangkit mendekati Sonah. Makan siang bersama Wati kali ini pun Kabul yang bayar. Tak
peduli Wati merengut. Eh, biarlah merungut. Karena tiba-tiba daya tarik itu muncul lagi dari wajah Wati Hal. 56-57.
Sifat keingintahuan terhadap sesuatu hal yang belum ia rasakan itu besar adanya di jiwa Kabul.
Andrey Pranata : Novel Orang-Orang Proyek Karya Ahmad Tohari: Analisis Sosiologi Sastra, 2009.
”Nanti dulu, Pak Tarya. Besok hari Minggu, kan?” ”Ya.”
”Nanti dulu. Anu.” Kabul tampak ragu. Dan menggaruk kepala. ”Bagaimana
bila saya ikut? Boleh?” ”Aduh, Mas Kabul. Jangan. Bukan saya tidak mau diikuti, tapi sampeyan tak
pantas malam hari berada di pinggir kali. Jadi...” ”Saya ingin mendapat pengalaman baru. Bagaimana sih rasanya mancing di
malam hari?” “Aduh, saya jadi tidak enak.”
”Tapi saya boleh ikut, kan? Jadi, tunggu. Saya mau ambil jaket dan senter Hal. 62.”
Kabul memiliki sikap pengertian terhadap kondisi sahabatnya. Kabul tahu dan paham bila kondisi sahabatnya yang dulu seorang akitivis, keaktivisannya pudar
karena keadaan pekerjaannya yang mengalahkan sikap keaktivisannya dulu. Basar terbatuk untuk mencoba membuyarkan lamunan Kabul. Gagal. Tapi
kekeh Pak Tarya membuat Kabul terjaga. ”Bul, tolong pahami posisiku yang sulit ini.”
“ Aku tahu kamu kades yang karenanya wajib jadi kader GLM. Meski kamu mantan aktivis, cepat atau lambat kamu akan terpolusi oleh budaya yang telah
seperempat abad dikembangkan golongan politik ini. Feodalisme baru, penyeragaman, rekayasa, korupsi, munafik, dan semuanya dibungkus dalam retorika
pembangunan Hal. 143-144.”
Dengan keidealisan yang dimiliki Kabul, dalam mengambil suatu keputusan yang menyangkut tentang keadaan dirinya ia memiliki ketegasan. Kekonsistenannya
pada apa kata hatinya membuat Kabul memiliki sikap kewibawaan. “Ya. Dan peresmian jembatan ini tetap akan dilaksanakan tepat pada HUT
GLM. Itulah keputusan yang ada dan Dik Kabul kuminta bisa menerimanya.” ”Maaf, saya pun tetap berada pada keputusan saya. Saya tak bisa...”
”Tunggu, Dik Kabul. Aku tidak akan lupa Dik Kabul dan aku sama-sama insinyur, lulus dari perguruan tinggi yang sama, hanya beda angkatan. Kita sudah
sekian lama bekerja sama. Dan terus terang, aku sudah menganggap Dik Kabul adik kandungku. Maka laksanakanlah keputusan itu.”
:Maaf, Pak Dalkijo. Kalau keputusan Anda sudah final, saya pun tak mungkin berubah. Saya tetap mengundurkan diri Hal. 198.”
Andrey Pranata : Novel Orang-Orang Proyek Karya Ahmad Tohari: Analisis Sosiologi Sastra, 2009.
b. Wati