Nilai Budaya Analisis Sosiologi Sastra terhadap Novel Orang-Orang Proyek

Andrey Pranata : Novel Orang-Orang Proyek Karya Ahmad Tohari: Analisis Sosiologi Sastra, 2009.

BAB V Analisis Sosiologi Sastra terhadap Novel Orang-Orang Proyek

Karya Ahmad Tohari

5.1 Nilai Budaya

Budaya itu adalah cipta mengadakan, mengarang, karsa, dan rasa sedangkan kebudayaan adalah hasil dari cipta, karsa, dan rasa itu Koentjaraningrat, 1974:181. Kebudayaan dapat diartikan hasil kegiatan dan penciptaan batin akal budi manusia, seperti kepercayaan, kesenian, adat istiadat. Budaya dapat diartikan akal budi, pikiran. Budi adalah akal, adat dan perangai yang baik; alat batin yang merupakan paduan akal dan perasaan untuk menimbang baik dan buruk; tabiat; akhlak; watak; perbuatan baik; ikhtiar pilihan yang bebas menurut kehendak hati, pertimbangan pikiran, usaha daya upaya. Dalam novel Orang-Orang Proyek, terdapat beberapa nilai budaya, baik berasal dari budaya orang yang memiliki ekonomi lemah yaitu orang yang dicengkram kemiskinan. Hal ini dapat kita lihat dari beberapa contoh seperti yang tertera berikut ini: ”Dik Kabul,”sambung Dalkijo. ”Saya tahu Dik Kabul mantan aktivis. Biasa kn, yang namanya aktivis punya idealisme yang kolot. Tapi setelah bekerja seperti ini, Dik Kabul harus tunduk kepada kenyataan. Sedikit pragmatislah agar kita tidak konyol seperti Don Kisot. He-he.” Kabul menegakkan kepala. Mau bicara tapi tidak jadi. ”Maksud saya begini. Mari bicara mulai dari nama kita. Nama saya Dalkijo, dari Blora. Nama sampeyan Kabul, dari?” Andrey Pranata : Novel Orang-Orang Proyek Karya Ahmad Tohari: Analisis Sosiologi Sastra, 2009. ”Gombong.” ”Nah, melihat nama, kita tahu dari lapisan masyarakat mana kita berasal. Taruhan, kita sama-sama anak petani miskin. Betul?” Kabul tersenyum. Persis. ”Entahlah sampetan, tapi kemiskinan yang disandang kedua orang tua saya ke atas sudah berlangsung sekian generasi. Untung emak saya, penjual jamu gendong, begitu tabah dan tekun mengumpulkan uang dari sen ke sen untuk membiayai sekolah sampai saya lulus insinyur. Ini apa namanya kalau bukan keajaiban. Atau entahlah, yang jelas sekarang saya ada pada posisi bisa memutus rantai panjang kemiskinan yang melilit kami. Saya kini punya kemampuan untuk membalas dendam terhadap kemiskinan yang begitu lama menyengsarakan kami. Saya sudah melakukan apa yang dibilang orang sebagai tobat melarat. Selamat tinggal nasi tiwul, tikar pandan, atau rumah berlantai tanah dan beratap rendah.” Karena bicara dengan emosi tinggi, Dalkijo agak terengah. “Dik Kabul, karena sudah tobat melarat, lihatlah. Saya tak mau pakai sepatu kalau bukan yang asli dari merek terkenal. Juga baju dan celana, bahkan celana dalam. Soal makan, apa lagi. Saya tak sudi seperti sampeyan, makan di warung Mak Sumeh di proyek itu. Anak-anak Cina dan anak pejabat. Kamar mereka mirip kamar anak remaja Amerika. Soal kemampuan anak itu penting, karena ternyata bisa diganti dengan duit. Istri saya? Dik Kabul tahu sendirilah. Pokoknya saya tidak sudi lagi berdekat-dekat dengan apa saja yang berbau kemelaratan.” Ceramah panjang Dalkijo, yang membuat beberapa pengunjung rumah makan itu menoleh, agaknya belum akan berakhir. Agaknya juga, Dalkijo memang benar- benar menyimpan dendam yang berat terhadap hantu yang bernama kemiskinan yang mencengkram dia di masa anak-anak. ”Jadi, Dik Kabul, bagi saya hanya sikap pragmatis yang bisa menghentikan sejarah panjang kemiskinan keluarga saya. Dan dari sini saya bisa bilang, mau apa Dik Kabul dengan idealisme yang sampeyan kukuhi? Hal. 28-30 Dari kutipan di atas tersebut dapat kita lihat bahwa faktor ekonomi yang lemah yaitu orang yang miskin mempengaruhi cara berpikirnya. Masyarakat yang terjerat kemiskinan pastilah dia berpikir untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari walaupun dengan cara bagaimana ia mencari uang untuk kebutuhannya sehari-hari. ”Ya, rasanya memang begitu. Nah, sekarang bagaimana? Kamu ikut aku ke rumah Pak Tarya?” ”Mas Kabul tidak keberatan?” ”Ah, kamu bagaimana? Jelas aku yang mengajak kamu, jadi bagaimana aku bisa keberatan?” ”Kalau ngajaknya Cuma pura-pura?” Andrey Pranata : Novel Orang-Orang Proyek Karya Ahmad Tohari: Analisis Sosiologi Sastra, 2009. Kabul terdiam. Ya, perempuan memang perasa. Dan Kabul menunggu Wati merengut. Tidak. Wati malah tertawa. ”Aku tidak suka berpura-pura. Jadi ayolah.” ”Pakai motorku saja ya, Mas?” Kabul terdiam. Kalau naik motor, Kabul merasa kurang enak. Sebab orang akan menganggap dia sudah benar-benar dekat dengan Wati. Kabul sadar akan nilai- nilai masyarakat dusun. Apa lagi konon Wati sudah punya pacar. ”Pakai jip proyek saja. Mau?” Wati diam. Lalu merengut. Dan selalu, hati Kabul tersedot oleh nuansa merengut yang menyaput wajah Wati. ”Kalau naik jip kita tidak kepanasan.” ”Tapi aku ingin naik motor.” Kabul masih menikmati nuansa merengut itu. Luluh. ”Ya sudah, ayo naik sepeda motor. Aku kira Pak Tarya sudah menunggu Hal. 75-76.” Pada kutipan di atas menggambarkan tokoh utama yaitu Kabul yang berpikir untuk pergi ke rumah Pak Tarya ketika mau membawa Wati ke rumah Pak Tarya. Kabul berpikir naik motor atau mobil tetapi Wati menginginkan naik motor Wati. Kabul merenungkan tawaran Wati. Kabul berpikir kalau mereka naik motor pastilah masyarakat menilai apa-apa tentang mereka. Masyarakat desa masih memperhatikan dan memegang nilai-nilai masyarakat dusun. Norma-norma di masyarakat desa masih terjaga. Sehingga kalau ada seseorang melanggar norma masyarakat setempat sanksinya adalah moral. Hari kedua sejak Sawin tidak pulang, Kang Martasatang mulai diganggu selentingan yang entah dari siapa asalnya. Selentingan itu mengatakan proyek sedang minta tumbal seekor jengger atau ayam jantan muda. Tumbal harus diberikan, konon, karena pada awal penggarapan proyek hanya didahului dengan doa-doa biasa, tidak disertai acara tanam kepala kerbau. ”Jadi, lihatlah. Hasil kerja bulan pertama di proyek itu langsung disapu banjir,” kata Wircumplung, tetangga Kang Martasatang. ”Nah, musim hujan akan datang lagi. Kalau tumbal tidak diberikan, seluruh bangunan jembatan yang sudah setengah jadi bisa dirobohkan bah. Lihat sajalah,’ tambahnya Hal. 120. ... Andrey Pranata : Novel Orang-Orang Proyek Karya Ahmad Tohari: Analisis Sosiologi Sastra, 2009. Seekor jengger harus dijadikan tumbal. Kang Martasatang mengartikan jengger sama dengan perjaka atau lelaki muda. Sawin? Apakah Sawin sbenarnya telah mati karena dijadikan tumbal proyek jembatan?Hal. 120 Dari kut ipan di atas dapat kita lihat bahwa budaya ketika membangun apa saja pasti di kalangan masyarakat desa memiliki suatu ritual-ritual tertentu. Mungkin prosesi-prosesi itu dilakukan agar tidak ada terjadi bala ketika pembangunan itu berlangsung. ”Mas Kabul, banyak orang bilang Anda masih bujangan. Betul? Eh, tapi maafkan mulut saya yang usil ini.” Kabul tertegun sejenak. Lalu tersenyum. Pertanyaan Pak Tarya memang usil. Ah, tapi semua orang proyek memang sudah tahu dia bujangan. ”Kalau ya, Pak Tarya mau mencarikan saya istri? Saya lihat banyak gadis di sini cantik-cantik. Atau Pak Tarya sendiri punya kemenakan?” “He-he, tidak sejauh itu, Mas. Saya Cuma mengikuti semacam budaya kita; bila ada lelaki sudah cukup dewasa dan mapan, selalu kita ingin bertanya mengapa belum kawin. Itu saja. Dan sampeyan punya keinginan menjawab pertanyaan itu Hal. 22?” Dari kutipan di atas dapat kita lihat bahwa di kalangan masyarakat desa khususnya di dalam keluarga ketika ada salah satu anggota keluarga masih ada pemikiran untuk memaksa untuk cepat-cepat mencari pasangan hidup. Cara itu tidak dapat menjawab semuanya barulah pihak keluarga melakukan suatu usaha dengan mencari jodoh untuk salah satu anggota keluarga yang belum menikah. Namun ketika pergi memancing sore ini Pak Tarya tidak singgah ke warung Mak Sumeh. Ketika melintas dekat proyek Pak Tarya melihat Kabul melambaikan tangan. “Tunggu, Pak Tarya. Saya ikut.” Pak Tarya tersenyum. Andrey Pranata : Novel Orang-Orang Proyek Karya Ahmad Tohari: Analisis Sosiologi Sastra, 2009. ”Wah, saya tidak enak, Mas. Nanti saya dibilang mengajak-ajak sampeyan meninggalkan pekerjaan.”Hal. 17 Dari paragraf di atas dapat kita lihat bahwa orang Jawa memiliki sifat yang rendah hati. Tampak ketidakenakan ketika ada suatu hal yang dilakukan. Nilai-nilai kesopanan terjaga pada masyarakat Jawa. ”Tanpa maksud membela sesama saudara sekampung, bukankah mereka tak bisa merugikan proyek tanpa kerja sama dengan orang dalam, bukan?” ”Ya. Tapi kan selama ini saya menganggap orang kampung lugu, bersih, tidak melik terhadap barang orang lain.”Hal. 19 Dari kut ipan di atas dapat kita lihat bahwa biasanya kalau dia berasal dari desa semasa dia hidup, masyarakat desa itu memiliki tingkat kejujuran yang baik. Keluguan tampak pada karakter warga desa dan tidak banyak tingkah. Inilah yang menunjukkan budaya sikap masyarakat desa.

5.2 Nilai Politik

Dokumen yang terkait

KONFLIK SOSIAL DALAM NOVEL ORANG-ORANG PULAU KARYA GIYAN : KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA DAN IMPLEMENTASINYA SEBAGAI BAHAN Konflik Sosial dalam Novel Orang-Orang Pulau Karya Giyan: Kajian Sosiologi Sastra dan Implementasinya sebagai Bahan Ajar Sastra di SMA N

1 21 17

KONFLIK SOSIAL DALAM NOVEL ORANG-ORANG PULAU KARYA GIYAN: KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA DAN IMPLEMENTASINYA SEBAGAI BAHAN Konflik Sosial dalam Novel Orang-Orang Pulau Karya Giyan: Kajian Sosiologi Sastra dan Implementasinya sebagai Bahan Ajar Sastra di SMA N G

0 5 13

ASPEK SOSIAL DALAM NOVEL ORANG-ORANG PULAU KARYA GIYAN: TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA DAN RELEVANSINYA DALAM Aspek Sosial Dalam Novel Orang-Orang Pulau Karya Giyan: Tinjauan Sosiologi Sastra Dan Relevansinya Dalam Pembelajaran Sastra Di Sekolah Menengah Atas

0 1 14

ASPEK MORAL DALAM NOVEL ORANG-ORANG PROYEK KARYA AHMAD TOHARI: TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA DAN Aspek Moral Dalam Novel Orang-Orang Proyek Karya Ahmad Tohari: Tinjauan Sosiologi Sastra Dan Implementasinya Sebagai Bahan Ajar Sastra Di SMA.

0 2 12

PENDAHULUAN Aspek Moral Dalam Novel Orang-Orang Proyek Karya Ahmad Tohari: Tinjauan Sosiologi Sastra Dan Implementasinya Sebagai Bahan Ajar Sastra Di SMA.

0 4 8

ASPEK MORAL DALAM NOVEL ORANG-ORANG PROYEK KARYA AHMAD TOHARI: TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA DAN Aspek Moral Dalam Novel Orang-Orang Proyek Karya Ahmad Tohari: Tinjauan Sosiologi Sastra Dan Implementasinya Sebagai Bahan Ajar Sastra Di SMA.

0 3 24

KONFLIK BATIN TOKOH KABUL DALAM NOVEL ORANG-ORANG KONFLIK BATIN TOKOH KABUL DALAM NOVEL ORANG-ORANG PROYEK KARYA AHMAD TOHARI: TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA.

0 0 11

PENDAHULUAN KONFLIK BATIN TOKOH KABUL DALAM NOVEL ORANG-ORANG PROYEK KARYA AHMAD TOHARI: TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA.

0 1 33

Ardiyonsih Pramudya S841108003

0 0 226

KRITIK SOSIAL MASA PEMERINTAHAN ORDE BARU DALAM NOVEL “ORANG-ORANG PROYEK” KARYA AHMAD TOHARI

0 1 10