Fungsi Seni FUNGSI GUNUNG FUJI

pada skala besar, keturunannya dikenal sebagai Murakamiha. Lainnya adalah Jikigyo Miroku 1671-1733 nama aslinya adalah Ito Hei dulunya seorang pedagang yang mengganti namanya setelah menjadi seorang pengikut dari penyembahan Fuji. Terkenal karena pembaharuannya yonaoshi, yang mengritik sistem status pada saat itu dan mengajarkan kesamaan derajat antara pria dan wanita. Pada akhir hidupnya dia melakukan puasa di Eboshi-iwa, pada jalan menuju Yoshida dan meninggal dalam mendoakan keselamatan umat manusia. Setelah kematiannya, para pengikutnya mengembangkan ajarannya dan kemudian merubah persaudaraan, menambah pengikut dengan bekerja keras menyebarkan ajaran-ajaran persaudaraan mereka. Hasilnya terlihat pada dekade I abad 19 para pengikut yang meningkat tajam dan sangat populer di Edo. Setelah pencapaian itu, mereka membuat gundukan, tumpukan batu-batu dari Gunung Fuji Fujizuka, Sengenzuka di Edo dan daerah Kanto, sebagai miniatur yang menggantikan Gunung Fuji. Tumpukan ini digunakan sebagai tempat untuk memuja Gunung Fuji dan merupakan pengganti dari pendakian gunung. Pada hari ”pembukaan gunung” oyamabiraki, hatsuyama pada hari terakhir di bulan Juni, setiap rumah tangga dari pengikut Persaudaraan Fuji ini akan melaksanakan pemujaaan gunung melalui miniatur Gunung Fuji dengan mengenakan jubah putih dan mengucapkan ayat-ayat penyucian dari 6 pengertian Rokkon Shojo. Setelah Restorasi Meiji, Persaudaraan Fuji ini bergabung dengan sekte-sekte Shinto seperti Fusokyo, Jikkokyo dan Murayamakyo.

3.2 Fungsi Seni

Universitas Sumatera Utara Selain karena kekeramatannya Gunung Fuji lebih dikenal oleh masyarakat dunia dengan kecantikan dan keagungannya yang menjadi inspirasi dan subyek dalam karya seni bangsa Jepang. Para seniman Jepang mengabadikan kecantikan dan pesona dari Gunung Fuji dalam syair karya Man-yo-shu, penyair Jepang dan seni cetak balok kayu woodblock prints dari seorang seniman Jepang, Hokusai Danandjaja, 1997: 5 Yamabe no Akahito 700-736, seorang penulis puisi yang terkenal di Jepang dengan puisi 31 suku kata. Karya-karyanya tentang Gunung Fuji sangat banyak terdapat dalam Man-yo-shu. Misalnya Tago no urayu Uchiidete misoba Nashiro nizu Fuji no takane ni Yuki wa furikeru Japan, 1991: 459 Ota Dokan 1432-1486 merupakan seorang penguasa di Edo yang membangun istananya di dekat tepi laut Teluk Edo. Ota adalah seorang pecinta Gunung Fuji, setiap harinya dia selalu memandangi Gunung Fuji dari rumahnya dan sambil menuliskan ke dalam sebuah bentuk puisi. Puisinya sama dengan Yamabe no Akahito, yakni puisi dengan jenis 31 suku kata. Waga io wa Matsubara tsuzuki Umi chikaku Fuji no takane o Nokeba ni zo miru Matsuo Basho 1644-1694, merupakan guru besar dari Haiku, puisi dengan 17 suku kata. Terinspirasi menulis syair berikut ketika sedang berdiri di pantai Danau Kawaguchi yang melihat Gunung Fuji seakan-akan berubah setiap menit karena kabut. Universitas Sumatera Utara Kumo kiri no Shibashi bankei o Tsukushi keri Katsushika Hokusai 1760-1849, seorang pelukis dari Ukiyo-e yang melukis dengan sepenuh jiwa dari keindahan Gunung Fuji. Ukiyo-e adalah sebutan untuk teknik cukil kayu yang berkembang di Jepang pada zaman Edo yang digunakan untuk menggandakan lukisan pemandangan, keadaan alam dan kehidupan sehari-hari masyarakat. Keindahan Gunung Fuji pada cetakan berwarna karya Hokusai terkenal dengan nama ”Fuji Hyakkei” atau 100 pemandangan Gunung Fuji dan ”36 Pemandangan Gunung Fuji” yang juga disebut dengan lukisan Fuji Merah www.wikipedia.orgukiyo-e. Fungsi Wisata Gunung Fuji selain sebagai gunung tertinggi di Jepang, juga dikenal sebagai salah satu daerah tujuan wisata yang terkenal. Umumnya turis domestik maupun turis mancanegara datang untuk tujuan wisata pendakian gunung. Musim pendakian Gunung Fuji dibuka pada bulan Juli dan Agustus, karena bulan ini merupakan puncak dari musim panas di Jepang dan Jepang terbebas dari salju. Sejak tanggal 1 di bulan Juli penginapan dan fasilitas wisata lainnya di sekitar Gunung Fuji mulai beroperasi. Terdapat 4 jalanjalur utama dari pos 5 menuju ke puncak dan 4 jalan tambahan dari kaki gunung. 4 jalur utama dari pos 5 yaitu; Kawaguchiko, Subashiri, Gotemba, dan jalur Fujinomiya. Jalur dari kaki gunung yaitu; Shojiko, Yoshida, Suyama, dan Murayama. Masing- masing stasiun pada jalan berbeda memiliki ketinggian yang berbeda dari atas permukaan air laut. Dalam rute pendakian gunung secara bertahap ada 10 pos Universitas Sumatera Utara peristirahatan di mulai dari kaki gunung sampai puncak gunung. Namun pendakian bisa dimulai dari pos 5 dan disinilah biasanya para pendaki memulai perjalanan. Pos 5 semuanya berada pada ketinggian 1400 sampai 2400 m di atas permukaan air laut. Pos 5 sendiri ada 4 titik yang tersebar di berbagai sisi gunung yang berbeda, tergantung dari mana kita memulai perjalanan pendakian. 1.Pos 5 Kawaguchiko. Berada pada ketinggian 2300 meter diatas permukaan air laut, mempunyai jarak tempuh sampai puncak 5-7 jam dan 3-5 jam untuk menuruni gunung. Jalur pendakian ini dinamakan jalur Yoshidaguchi. Tempat ini bisa diakses dari daerah 5 danau Fuji dan pusat kota Tokyo. Jalur Kawaguchiko merupakan jalur yang paling terkenal karena daerah parkirnya yang luas. Selama musim panas, banyak bus pendaki gunung datang ke jalur ini. 2.Pos 5 Subashiri. Berada pada ketinggian 2000 meter diatas permukaan air laut, mempunyai jarak tempuh sampai puncak 5-8 jam dan 3-5 jam untuk perjalanan turun. Jalur ini bertemu dengan jalur Yoshidaguchi pada pos 8. 3.Pos 5 Gotemba Berada pada ketinggian 1400 meter di atas permukaan air laut, dengan jarak tempuh pendakian 7-10 jam perjalanan dan untuk turun diperlukan 3-6 jam perjalanan. Jalur ini merupakan pos 5 yang paling rendah dari pos 5 lainnya, jadi jarak tempuhnya paling jauh. Tidak heran bila diantara pos 7 dan pos 8 ada 4 titik peristirahatan. 4. Pos 5 Fujinomiya Universitas Sumatera Utara Berada pada ketinggian 2400 meter dari atas permukaan air laut, mempunyai jarak tempuh pendakian 4-7 jam perjalan dan untuk turun di perlukan 2-4 jam. Jalur ini merupakan jalur paling mudah di akses dengan perjalanan kereta atau sepeda. Jalur Fujinomiya merupakan jalur yang terkenal setelah Kawaguciko, berturut-turut Subashiri dan Gotemba. Jalur Subashiri dan Gotemba jarang digunakan oleh para pendaki ketika ingin mendaki, jalur ini lebih sering digunakan pada saat mau turun karena jalannya dilindungi oleh pohon. Dari pos 7 dekat ke pos 6 dan pendaki boleh berlari. Juga sangat mungkin menaiki sepeda gunung dari puncak gunung, akan tetapi tentu sangat sulit mengontrol kecepatan sepeda, juga karena banyaknya orang-orang yang menggunakan jalur ini sebagai jalur turun. 4 jalur dari kaki gunung memiliki peninggalan yang bersejarah. Murayama merupakan jalur tertua ke Gunung Fuji dan jalur Yoshida memiliki banyak kuil tua, rumah-rumah tempat minum teh, dan pemondokan sepanjang jalan. Jalur ini mulai terkenal baru-baru ini dan sedang diperbaiki, tetapi jangan harap menemui banyak orang untuk mendaki dari jalan di kaki gunung ini, karena beruang- beruang selalu mengintai sepanjang jalan ini. Diperkirakan 200.000 orang mendaki Gunung Fuji setiap tahunnya,30 diantaranya merupakan orang asing. Daerah lainnya sekitar Gunung Fuji yang sering dikunjungi wisatawan adalah 5 danau yang terdapat di kaki sebelah utara Gunung Fuji Fuji-Go-Ko dan air terjun Shiraito, airnya merupakan air yang menyembur dari sela-sela batu, berasal dari air bawah tanah dan bukan air sungai yang jatuh. Gunung Fuji merupakan bagian dari Taman Nasional Fuji Hakone Izu yang merupakan taman dengan perpaduan dari unsur alam yakni gunung, danau Universitas Sumatera Utara hutan dan sumber air panas yang meliputi Prefektur Shizuoka, Yamanashi, Kanagawa dan Tokyo.

3.3 FUNGSI STUDI