Pandangan Ulama Terhadap Larangan Boncengan Yang Bukan Mahram

43 Adapun hukum berkumpulnya seorang wanita dan seorang lelaki pada perayaan yan g tidak melanggar hukum syar‟iyah diakhir romadhon perayaan malam takbiran adalah makruh Selama tidak terdapat persentuhan badan antara lawan jenis yang ajnaby secara sengaja dan tanpa kebutuhan dhorurot. maka jika terjadi persentuhan yang disengaja dan tidak dalam kebutuhan dhorurat adalah haram hukumnya. 48 4. Menurut imam Nawawy dalam karyanya Majmu Syarah Muhadzab berpendapat sebagai berikut : Tidak diperbolehkan bagi seorang wanita berjalan sendirian untuk melaksanakan ibadah sunnah, berdagang dan selainya kecuali bersama mahromnya. Namun sebagian dari sahabat kami ashabul wujuh dalam mazhab Syafi‟i berpendapat bahwa: boleh hukumnya seorang wanita berpergian tanpa di temani wanita-wanita lain jika perjalan nya di anggap aman. 49 5. Menurut Syaikh Ibnu Ibrahim Menaiki kendaraan berupa mobil atau motor bersama sopir lebih dari sekedar berduaan di rumah, karena bisa berpergian kemana saja baik karena sama- sama senag atau karena dipaksa. Kerusakan yang mungkin timbul bisa lebih besar dari pada hanya berduan saja. Fitnah yang ditimbulkan wanita karna berduaan tidak di sangsikan lagi. Dalam hadits disebutkan. Artinya : Dari Usamah bin Zaid r.a, Nabi SAW, beliau bersabda. “Aku tidak meninggalkan fitnah sesudahku yang lebih berbahaya atas laki-laki dari pada fitnah perempuan. 50 ”H.R. Muslim 48 Abi Bakar Usman Adhimyathi, I‟anah Tholibhin, Beirut-Libanon:Darrul Khutub Ilmiyah, 1995 cet.1, juz 1 h. 272 49 Al Imam Nawawi, Majmu Syarah Muhadzab, Beirut-Libanon: Darrul Khutub Ilmiyah, 2001 cet.2, Juz.8, h.421 50 HR. Muslim, Al-Imam Muslim, Shahih Muslim, Kitab Riqaq, Bandung: Sirkah Ma‟arif, 1978, Juz.2, h.487-488 . 44 Yang menjadi kewajiban bagi kita semua, adalah melarang setiap wanita naik taksi hanya bersama sopir taksi saja, tanpa ditemani mahramnya atau teman- teman yang di percaya dan sudah dikenal. Wajib pula menasehati para wanita dan wali-wali mereka dan mengingatkan dengan ancaman-ancaman. 51 6. Menurut Syaikh Aziz bin Baz Tidak di perbolehkan bagi wanita untuk pergi bersama orang asing meski hanya sebagai sopir tanpa ditemani orang lain, karena ini merupakan khalwat berduaan. Telah diriwayatkan dalam hadis nabi SAW beliau bersabda Artinya: Dari Jabir: Sesungguhnya Nabi SAW Bersabda: ”Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah tidak berhalwat dengan wanita yang tidak di dampingi dengan mahramnya. Karna sesungguhnya yang ketiga adalah setan.” 52 H.R. Ahmad Namun jika ia bersama laki-laki lain atau lebih, atau dengan satu wanita lain atau lebih, maka tidak apa-apa, jika tidak ada keraguan yang timbul, karena hukum khalwat hilang dengan adanya orang ketiga atau lebih. Ini apabila bukan dalam kondisi berpergian, maka tidak dibolehkan bagi wanita untuk berpergian tanpa di temani mahromnya berdasarkan hadits nabi : 51 Syaikh Muhammad bin Yahya Al-Wazan.. [et al.],Fatwa-fatwa Tentang Wanita, Penerjemeh Ahmad Amin Sjihab, Jakarta: Darul haq, 2001,jil.3, h.129 52 Al Imam Asy-Syaukani, Nailul Authar, Kitab Nikah, Riad:Darul Ibni Afan,2005, cet.1, Juz.7, Hlm.542. 45 Artinya: Dari Ibnu „Abbas r.a., katanya dia mendengar Nabi SAW. Berkhutbah, sabdanya: “seorang laki-laki tidak boleh berada di tempat sunyi dengan seorang perempuan, melainkan harus diserrtai mahram. Begitu pula seorang perempuan tidak boleh berjalan sendirian, melainkan harus bersama mahram. 53 ”H.R. Muslim Tidak ada perbedaan, apakah berpergian dengan mengunakan kendaraan darat, laut, dan udara. 54

B. Pandangan Forum Musyawarah Pondok Pesantren Putri FMP3 terhadap

Larangan Boncengan yang Bukan Mahram Setelah kita mengetahui pendapat-pendapat para ulama berikut adalah ketetapan forum musyawaroh pondok pesantren putri se-Jawa Timur terhadap larangan boncengan antara pria dan wanita yang bukan mahrom. Dalam ketetapan tersebut FMP3 menetapkan Hukum naik ojek bagi kaum wanita tidak diperbolehkan kecuali bila terhindar dari fitnah hal-hal yang diharamkan seperti: 1. Tidak terjadi ikhtilath persinggungan badan 2. Tidak terjadi kholwah berkumpulnya laki-laki dan wanita di tempat sepi yang menurut kebiasaan umum sulit terhindar dari perbuatan yang diharamkan 53 HR. Muslim, Al-Imam Muslim, Shahih Muslim, Kitab Haji ,Bandung: Sirkah Ma‟Arif,1978 ,Juz.1, Hal. 563. 54 Syaikh Muhammad bin Yahya Al-Wazan.. [et al.],Fatwa-fatwa Tentang Wanita,Penerjemeh Ahmad Amin Sjihab,Jakarta: Darul haq,2001,jil.3, h.131 46 3. Tidak melihat aurat selain dalam kondisi dan batas-batas yang diperbolehkan syara 4. Tidak terjadi persentuhan kulit Forum musyawarah ini mengambil rujukan dari beberapa kitab ulama klasik dan modern berikut sandaran dalili nash hadisnya. Adapun dalil dari refensi yang di kemukakan oleh mereka sebagai berikut: 1. Al-Bukhari telah mengeluarkan dari Asma‟ binti Abi Bakar berkata: …”. Artinya: Dari Asma‟ binti Abi Bakar berkata: Pada suatu hari aku membawa buah kurma yang kujunjung dikepalaku. Di tengah jalan aku bertemu Rasulullah saw. Beserta beberapa orang dari sahabatnya, “IkhIkh” kata beliau menghentikan dan menyuruh unntanya berlutut, untuk memboncengku dibelakangnya.“tetapi aku malu 55 ” H.R. Bukhari 55 Al Imam Bukhory, Shahihh Al Bukhari, Al Azhar Mesir,Maktabah Salafiyah Qohiroh,1400 H, cet.1, juz.3,h.393, no. 5224 47 Artinya: “Di dalam penjelasan hadis ini hadis asma terdapat kebolehan membonceng seorang wanita yang mana wanita tersebut bukanlah muhrimnya, hal tersebut dibolehkan jika wanita tersebut ditemukan di jalan dan dalam keadaan kelelahan, terlebih lagi membonceng wanita yang bukan mahram bersama kumpulan lelaki sholeh, tidak ada keraguan di dalam kebolehan masalah yang seperti ini .” 56 “ Artinya : “Pengertian irdaf, Irdaf secara bahasa adalah bentuk isim masdar dari bentuk fiil madhi lafaz ardafa yang berarti membonceng.Adapun hukum ijmali dari berboncengannya seorang laki-laki lain atau seorang perempuan dengan perempuan lain selama tidak mendatangkan kerusakan atau sahwat maka hukumnya boleh. Begitu pula hukum seorang laki-laki yang membonceng isterinya,seorang isteri yang membonceng suaminya atau memboncengi wanita yang mempunyai ikatan saudara yaitu dibolehkan selama terjaga dari syahwatnya.Sedangkan seorang laki yang membonceng wanita 56 Al Imam Nawawi, Al-Minhaj Syarah Shoheh Muslim: Salam. Riyadh: Baitul afka ridauliyah, 2001 Kitab ke-15,h. 1364