Fragmentasi Antibodi Monoklonal Oleh Enzim Epidermal Growth Factor Receptor EGFR

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.4 Fragmentasi Antibodi Monoklonal Oleh Enzim

Gambar 2.3. Fragmentasi antibodi klas IgG dengan papain, pepsin, dan merkaptoetanol. [T. Smith, 2008] Antibodi monoklonal dapat difragmentasi menjadi beberapa jenis fragmen dengan menggunakan enzim seperti pepsin dan papain dan juga dengan merkaptoetanol Gambar 2.3 memperlihatkan skema fragmentasi. Enzim pepsin memotong molekul imunoglobulin pada sisi terminal-C hinge region menghasilkan fragmen Fab’ 2 dan degradasi fragmen Fc. Sementara itu merkaptoetanol menghasilkan dua heavy chain dan dua light chain Hermanson, 1996.

2.5 Epidermal Growth Factor Receptor EGFR

Growth factor dan reseptor kinase transmembran berperan penting dalam proliferasi, survival, adesi, migrasi dan differensiasi. EGFR terdiri dari empat reseptor transmembran, yaitu: EGFR HER1erbB-1, HER2 erbB-2neu, HER3 erbB-3 dan HER4 erbB-4. EGFR HER1erbB-1 merupakan glikoprotein 170 kDa yang terdiri dari 3 domain fungsional utama yaitu domain ligan ikatan ekstraseluler, domain transmembran hidrofilik dan domain tirosin kinase sitoplasmik Gambar 2.4. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Gambar 2.4. Ilustrasi skematik jalur EGFR pengaruh terhadap sel dan jaringan. [Santoso Suharti, 2009] Keterangan: Lokasi inhibitor EGFR dapat ditempati monoklonal antibodi Abs dan tyrosine kinase inhibitor TKIs EGFR memberikan jalur sinyal transduksi intraseluler seperti Rasmitogen-activated protein kinase MAPK. Ikatan growth factor dan reseptornya merupakan awal organisasi dan proses biokimia sel. Proses tersebut adalah aktivasi reseptor, kaskade fosforilasi dengan identifikasi protein kinase dan pada tingkat nukleus terjadi aktivasi faktor transkripsi. Interaksi sistem EGFR dan kaskade Ras kaskade MAPK yang merupakan salah satu jalur sinyal seluler utama. Respon biologi terhadap sinyal EGFR adalah pleiotropik, yaitu: mitogenesis, penurunan apoptosis, mempercepat motilitas sel, sekresi protein dan differensiasi atau dedifferensiasi. Efek aktivasi EGFR pada sel tumor beragam dan konvergen sehingga terjadi pertumbuhan sel yang tidak terkontrol, peningkatan mobilitas, proliferasi sel, invasi, metastasis, penurunan kemampuan apoptosis serta stimulasi angiogenesis. Pada keadaaan normal EGFR terekspresi oleh banyak jenis sel seperti epitel dan jaringan mesenkim. Tetapi terdapat variabilitas rekspresi atau disregulasi EGFR pada keganasan. Sebagian besar kanker epitel banyak mengekspresikan EGFR UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan kata lain overekspresi. Overekspresi EGFR terjadi pada kanker kandung kemih, otak, payudara, servik, uterus, kolon, esofagus, glioma, ovarium, ginjal dan paru non-small-cell. Tumor dengan ekspresi EGFR cenderung lebih agresif dan invasif Santoso Suharti, 2009. Antibodi monoklonal mAb menargetkan komponen ekstraselular EGFR dan protein sinyal lain dianggap berhubungan dengan tumorigenesis, seperti ErbB230 dan vascular endothelial growth factor VEGF. Antineoplastik berikatan EGFR mAb yang menunjukkan potensi antikanker termasuk cetuximab, panitumumab, zalutumumab, matuzumab, necitumumab, dan nimotuzumab. Diyakini agen tersebut bekerja dengan menempel pada epitop EGFR ekstraseluler dan secara sterik menghambat protein membentuk konformasi dimerisasi optimal atau alternatif menghalangi interaksi EGFR Boland Bebb, 2009. Gambar 2.5. Mekanisme kerja obat anti-EGFR pada sel kanker. [Ciardiello Tortora, 2008] UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.6 Radionuklida